Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
Tantangan dan isu kritis di wilayah Provinsi DKI Jakarta salah satunya adalah
pemenuhan hak-hak anak. Dalam hukum internasional, terdapat kurang lebih 31 hak anak
yang harus terpenuhi dan menjadi urusan wajib bagi negara, agar anak dapat tumbuh dan
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah menggulirkan apa yang disebut dengan
Kota Layak Anak (KLA). Perencanaan Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA) adalah salah
satu upaya pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam memenuhi hak-hak anak yang juga
merupakan bagian dari komunitas. Sehingga sangat penting untuk direncanakan, mengingat
belum ada kota di Indonesia yang sudah benar-benar mencerminkan konsep Kota Layak
Anak.
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2010 tentang Penunjukan dan
Jakarta termasuk dalam salah satu provinsi yang ditunjuk untuk mengembangkan Kota
tersedianya ruang interaksi publik yang memadai bagi anak. Oleh karena itu, saat ini
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan perubahan besar dalam hal penyediaan
ruang publik yang bisa dilihat dengan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA).
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk menjamin terpenuhinya hak anak
agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat dan juga sebagai upaya mendukung DKI Jakarta menjadi Kota Layak
Anak.
Sesuai dengan namanya, “Ramah Anak” di RPTRA ada sarana bermain anak-anak
yang ramah anak-anak. Selain itu RPTRA juga menyediakan tempat untuk berolahraga
seperti lapangan futsal, badminton, jogging track, batuan refleksi, sampai perpustakaan
tempat membaca.
Tak hanya itu di RPTRA juga di ajarkan berhitung, menulis dan membaca oleh
pengelola RPTRA atau mahasiswa yang datang untuk mengajar, tak hanya pelajaran
sekolah, mereka juga diajari agar mereka lebih baik soal kelakuan, dimulai dari tidak
membuang sampah sembarangan, sampai dengan cara bicara yang baik, serta banyak ragam
Selain anak-anak juga terdapat sejumlah ibu-ibu yang sedang diajar atau dilatih cara
membuat kue, kerajinan tangan dan belajar membuat paket hantaran seserahan. Sampai
sementara untuk cegah Corona. Hal ini sedikit menghambat ruang bebas warga ketika
berada disana, yaitu diharuskan menaati protokol kesehatan (Prokes) yang berlaku saat ini.
RPTRA tetap buka hanya saja hanya kapasitas 50% dan ada syarat ketentuan berlaku seperti
batas umur yang boleh masuk diatas 9 tahun dan dibawah 55 tahun. permainan ayunan,
perosotan, jungkat-jungkit dan lainnya tidak boleh, adapun kegiatan yang dilakukan
dikawasan indoor semua tidak boleh dan masih banyak peraturan lainnya. Hanya boleh
berolahraga, dengan menerapkan 5 M, tidak boleh lebih dari 5 orang atau berkerumun, dan
hanya maksimal 1 jam saat berkunjung. Dengan menerapkan 5 M, yaitu memakai masker,
bagian wajah membuat kita terhindar dari persebaran virus corona yang sedang melanda,
serta menjaga kebersihan tempat tinggal dan tubuh selalu, menjaga daya tahan immune
tubuh agar selalu fit membuat kita terhindar dari virus ataupun penyakit lainnya.
Namun pandemi Covid-19 bukan berarti pengelola mati suri, kreatifitas tetap di
tuntut agar dapat memotivasi pengelola RPTRA dalam bekerja. Untuk itu pengelola RPTRA
mensiasatinya dengan membuat kegiatan yang tidak mengundang kerumunan orang banyak
seperti berkebun, peremajaan tanaman hias, budidaya ikan lele dalam ember,
pembudidayaan maggot dan membuat pakan ikan dari bahan maggot sampai hasil kebun di
jadikan jus buah yang hasilnya semua dapat di jual untuk modal kembali.
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang, permasalahan yang di rumuskan oleh
penulis adalah :
1. Kreatifitas apa saja yang dapat di ciptakan oleh pegawai pengelola RPTRA
3. Seberapa jauh pengaruh kreatifitas kerja dan motivasi terhadap produktifitas kerja
Jagakarsa.
Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini ada dua, yaitu :
Bertolak dari rumusan masalah pokok penelitian, maka pada bagian ini akan diuraikan hal-
a. Kreatifitas
Seorang ahli Clarkl Monstakis dalam buku yang ditulis oleh Munandar terbitan tahun
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri,
kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru, tetapi teknik kreatifitas sesungguhnya pasti
cara tersebut memiliki variasinya sendiri-sendiri. Dari sisi akar katanya, Prijosaksono dan
Sembel (2003: 78) mengatakan bahwa kreativitas itu berasal dari kata to create yang
artinya mencipta. Inilah sesungguhnya kuasa yang diberikan Tuhan (ingat bahwa we are
given the authority to use the power of God – kita diberikan wewenang untuk
sebagai kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri : (a) inovatif, belum
pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan, dan terobosan baru; serta (b) berguna,
lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong,
kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak, dan (c) dapat dimengerti
Tidak jauh berbeda dengan pandangan Campbell di atas, Evans (1991: 12)
menyebut kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pilihan baru, melihat subjek
dari perspektif baru dan membentuk kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah
tercetak dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan sebuah kombinasi baru dan ide-ide,
Sementara itu, Too (1995: 13) melihat kreativitas sebagai sebuah konsep yang
luapan cara berpikir yang tidak konvensional yang akan menuntun menuju lompatan besar
pencarian intelektual.
dalam usaha yang bisa dilakukan dan berkembang karena budaya dan struktur yang
sebagaimana dikatakan oleh Luthans (2001: 377) dapat disebut sebagai sebuah fungsi dan
juga komponen pokok, keahlian khusus, keahlian berpikir kreatif dan motivasi. Keahlian
khusus terdiri dari ilmu pengetahuan, teknik, prosedural dan intelektual. Keahlian berpikir
kreatif menentukan bagaimana orang akan bersikap fleksibel dan imajinatif (berdaya cipta
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang dimaksud dengan
kreativitas dalam studi ini adalah suatu proses dimana ide dicetuskan, dikembangkan, dan
diubah menjadi nilai. Kreativitas mengandung tujuan yang ingin dicapai orang dengan
inovasi dan semangat wirausaha. Indikator yang digunakan untuk melihat kreativitas dalam
studi ini mencakup (a) daya inovasi pegawai, (b) daya kreasi pegawai, dan (c) inisiatif
pegawai.
b. Motivasi
Motivasi Kerja adalah kemauan kerja yang timbul karena adanya dorongan dari dalam diri
karyawan sebagai hasil integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan
fisik dan sosial dimana kekuatannya tergantung daripada proses pengintegrasian tersebut.
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai sebagian besar
sangat bergantung kepada motivasi pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan
kepada mereka. Dengan motivasi kerja yang tinggi, seorang pekerja akan selalu berusaha
dengan gigih dan sepenuh hati serta sanggup mengerahkan seluruh kemampuannya agar
mempunyai motivasi yang lebih besar tetapi mereka tidak sesungguhnya memahami arti
kata motivasi itu sendiri. Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia
yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarah atau
menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau
antar manusia yang terjadi di dalam proses produksi yaitu hubungan industrial. (Richard M
Steers dan Lynon W Poster, 1991 dalam Hamid, 2003: 196). Oleh karena itulah motivasi
dapat dipandang sebagai bagian integral dalam hubungan industrial (hubungan antara
manajemen dan pegawai) dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan
sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Motivasi berkaitan erat dengan. kemampuan,
sehingga orang mengatakan ada kemampuan yang terkandung di dalam pribadi orang yang
penuh motivasi.
tenaga kerja untuk berusaha sekuat tenaga agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
hasil yang sebaik-baiknya, karena ada keyakinan bahwa keberhasilan dalam pekerjaan akan
mempunyai manfaat bagi dirinya. Orang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi, akan
produktivitas kerjanya.
dan penggerak. Nilai dan motivasi dalam manajemen adalah menjadi tanggung jawab
manajer, agar proses manajemen dalam organisasi dapat berhasil dengan baik.
bawahannya.
tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu dan perbuatan bekerja akan
berhasil bila didasarkan pada motivasi yang ada. Selanjutnya dikatakan pula bahwa
manajer dapat mendelegasikan pekerjaan atau tugas kepada bawahannya, tetapi tidak
mungkin memaksakan untuk bekerja dalam arti sesungguhnya. Hal ini menjadi tugas
manajemen yang paling berat yakni bagaimana cara dan upaya agar bawahan mau bekerja
yang bermotivasi pada hakekatnya adalah manajemen yang disesuaikan dengan kebutuhan
dorongan, motif, minat yang ada pada staf bawahan pelaksana; manajemen yang
untuk mencari cara-cara yang relevan dan sesuai untuk membangkitkan dan memelihara
motivasi bawahannya agar memiliki self motivation yang baik; berhasil atau gagalnya
upaya untuk membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam manajemen erat kaitannya
dengan peraturan disiplin kerja; motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari
prosedur manajemen, dan menjadi faktor yang menentukan manajemen yang efektif.
motivasi dalam manajemen dalam rangka mendorong motivasi kerja dan menciptakan self
1) Pujian lebih efektif dari hukuman, karena hukuman bersifat menghentikan sesuatu
perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan, karena
3) Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dan pada motivasi yang
dipaksakan dan luar, karena kepuasan yang diperoleh itu sesuai dengan ukuran yang
(reinforcement). Agar suatu perbuatan mencapai tujuan, maka terhadap perbuatan itu
perlu segera diulang kembali setelah beberapa waktu kemudian, sehingga hasilnya
lebih mantap. Pemantauan ini perlu dilakukan dalam tingkatan kegiatan bekerja;
5) Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Manajer yang penuh minat dan antusias
akan membangkitkan pula kepada bawahannya minat dan antusias. Begitu pula
bawahan yang penuh minat dan antusias juga akan mendorong motivasi individu-
individu lainnya;
6) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan (visi dan misi) organisasi akan merangsang
motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tentang tujuan yang hendak dicapai,
maka perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya; Tugas-tugas yang
diberikan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
lebihbaik;
lebih besar;
8) Teknik dan prosedur manajerial yang bervanasi adalah efektif untuk memelihara
9) Minat khusus yang dimiliki oleh bawahan bermanfaat dan bersifat ekonomis. Minat
khusus yang dimiliki oleh individu akan mudah di transferkan kepada minat dalam
10) Kegiatan-kegiatan yang kurang merangsang minat bawahannya mungkin tidak akan
12) Tugas-tugas yang terlalu sulit dan menimbulkan gejala frustasi akan cepat menuju ke
demoralisasi. Tugas yang terlalu sulit dapat menyebabkan bawahan melakukan hal-
13) Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas. Dengan teknik manajerial tertentu,
14) Tekanan kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi dan pada tekanan dan
orang lain. Individu/staf ingin bekerja secara bebas. Mereka menyadari pentingnya
kelompok bekerja yang efektif. Ia bersedia melakukan apa yang dilakukan oleh
kelompoknya, karena itu jika manejer membimbing bawahannya, maka arahkanlah
Steers dan Porter (1991:5) istilah motivasi atau bahasa Inggrisnya motivation berasal dan
perkataan latin movere yang artinya menggerakkan. Menurut Gibson et al. (1996:14),
motivasi adalah semua kondisi usaha dalam diri manusia yang digambarkan sebagai
hasrat, keinginan dan kemauan. Ia merupakan kondisi dalam diri seseorang yang
motivasi sebagai suatu faktor yang menjadikan perilaku bekerja dengan intuitif, terarah,
pengertian motivasi menunjuk kepada suatu faktor yang menyebabkan seseorang untuk
kebutuhan yang diinginkan dalam diri seseorang. Artinya seseorang itu melakukan
Sejalan dengan hal ini Huston (1985:49) menyatakan bahwa motivas tertuju pada
kepada seseorang untuk memulai melakukan suatu pekerjaan, dan faktor ini sangat
diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya menantang. Faktor petunjuk
merupakan faktor penting yang memberikan kelincahan dan semangat bagi karyawan
dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Intensitas merupakan faktor pendorong bagi operator
dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Faktor
ketekunan merupakan faktor yang memberikan dorongan bagi karyawan untuk bekerja
Berdasarkan atas faktor-faktor tersebut terlihat bahwa motivasi kerja ada karena
adanya kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, guna mencapai
tujuan yang diharapkan. Pendapat tentang teori kebutuhan dikemukakan di antaranya oleh
Abraham Maslow. Menurut Maslow sebagaimana dikutip oleh Donelly (1984:37), Harsey
dan Blanchard (1977:3 8) mengatakan bahwa tingkah laku manusia pada waktu tertentu
diarahkan oleh kebutuhannya yang paling kuat yang muncul pada waktu itu. Ada lima
tingkat kebutuhan manusia, dan bila tingkat kebutuhan tingkat pertama belum terpenuhi,
maka segala usaha manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan itu terlebih dahulu,
itulah yang merupakan motivator aktif. Bila kebutuhan tingkat pertama ini telah terpenuhi
sampai batas tertentu, barulah muncul kebutuhan tingkat kedua sebagai kebutuhan terkuat,
dan ini pula sekarang yang menjadi motivator aktif, sedangkan kebutuhan tingkat pertama
yang sudah terpenuhi tidak lagi menjadi motivator aktif. Begitulah seterusnya sampai pada
kebutuhan tingkat ketiga, tingkat keempat dan tingkat kelima. Kelima macam tingkat
a. Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, tempat tinggal
perlindungan dan rasa sakit, keamanan harta dan kemampuan keluarganya apabila
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok lain, kasih sayang,
d. Kebutuhan ego, yaitu kebutuhan akan penghargaan dan pandangan baik dan orang
diklasifikasikan menjadi 14 kebutuhan, yaitu: (a) kebutuhan untuk berbuat lebih baik atau
(refference), (c) kebutuhan untuk membuat rencana-rencana yang teratur (order), (d)
kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain (exibition), (e) kebutuhan untuk mandiri
(autonomy), (f) kebutuhan untuk menjalin persahabatan dengan orang lain (affiliation), (g)
kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah laku orang lain
kebutuhan untuk bertahan pada pendapat, menguasai dan memimpin orang lain
(dimminance), (j) kebutuhan yang menyebabkan individu merasa berdosa apabila berbuat
kesalahan (abusement), (k) kebutuhan untuk rnembantu dan menolong orang lain yang
Sejalan dengan itu McClelland dalam As’ad (1995:52) berpendapat bahwa dalam
diri individu seseorang terdapat 3 kebutuhan pokok yang mendorong tingkah lakunya.
(needs for achievement), (b) kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam
hubunganiya dengan orang lain (needs for affiliation), dan (c) kebutuhan untuk menguasai
dan mempengaruhi orang lain (needs for power). Ketiga teori kebutuhan yang telah
dikemukakan di atas menunjukkan bahwa dalam diri setiap individu terdapat banyak
kebutuhan (needs). Di samping itu terungkap pula bahwa pada umumnya timbulnya
kebutuhan kebutuhan yang dimiliki setiap individu itu ialah kebutuhan untuk berbuat lebih
baik.
yang memiliki motivasi berprestasi dapat menjadi tulang punggung bagi organisasi.
hendaknya tetap dipelihara dan diusahakan agar tidak menurun apabila hilang. Kuat
kerjanya. Kutipan di atas dapat memberikan pengertian bahwa bila motivasi berprestasi
seseorang rendah maka presatasi kerjanyapun cenderung rendah. Sebaliknya bila motivasi
seseorang tinggi maka prestasi kerjanyapun cenderung tinggi pula. Oleh karena itu
motivasi berprestasi sangat penting dimiliki oleh setiap individu di dalam organisasi,
karena sikap orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi cenderung lebih
menyukai dan mencintai pekerjaan, lebih bertanggung jawab dan lebih merasa menyatu
yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh apa yang mereka cari dan apa yang mereka
orang yang tidak memiliki motivasi berprestasi. Gellerman (1984:92) menyatakan bahwa
karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi itu antara lain : (a) cenderung
menuntut dirinya berusaha keras, (b) gemar mengatasi kesulitan yang menyingkapkan
seluruh bidang baru, (c) memegang tanggung jawab dan wewenang, (d) lebih menyukai
aktivitas yang memberikan umpan balik yang cepat dan tepat, (e) realistis terhadap diri
dan terhadap prestasi yang mereka cari, (f) menyatu dengan tugas, (g) mempunyai sifat
optimis dalam bekerja, (h) berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya apalagi
kalau ada tantangan, (i) berorientasi ke depan, (j) berpartisipasi penuh memperkirakan
hasil kerjanya, (k) memiliki kesan yang mendalam terhadap keberhasilan dan kegagalan,
(l) berusaha menyelesaikan tugas atas usaha bukan untunguntungan, (m) tidak
mementingkan uang karena uang baginya hanya sebagai ukuran kemajuan atas
prestasinya, (n) lebih mementingkan karya dan pada imbalan yang diterima, serta (o) tidak
diperusahaan atau organisasi adalah (a) merencanakan, (b) mengimplementasikan, dan (c)
dan kata rencana yaitu suatu proyeksi tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan yang sahih dan bernilai. Perencanaan dapat juga disebut sebagai spesifikasi dan
tujuan yang ingin dicapai dan caracara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan
kegiatan secara baik, sebab pekerjaan yang direncanakan secara baik akan dapat
pelaksanaan seratus persen, namun harus diketahui bahwa perencanaan yang baik sudah
barang tentu mempunyai manfaat yang tidak sedikit terhadap keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan itu sendiri. Setidaknya ada beberapa manfaat perencanaan, yakni (a)
memberikan arah pekerjaan yang jelas kepada karyawan, (b) memungkinkan karyawan
mengetahui sampai dimana tujuan pekerjaan yang ditetapkan dapat dicapai, (c)
usaha mencapai tujuan, dan (d) menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan suatu
usaha
merumuskan suatu rencaria yang lebih sistematis dan terarah dibandingkan dengan tidak
memperhitungkan langkah-langkah perencanaan. Di dalam proses pembuatan perencanaan
penyusunan perencanaan kerja tersebut. Perencanaan kerja yang baik adalah perencanaan
rencana kerja tersebut. Berkaitan dengan itu Sujana (1989:52) berpendapat bahwa,
perencanaan yang baik harus mengandung unsur-unsur seperti : (a) tujuan pekerjaan, (b)
bahan, (c) proses kegiatan, (d) metode, dan (e) evaluasi atau penilaian.
Pekerjaan ini akan mengacu bagaimana menciptakan suatu mekanisme kerja yang sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Tahap implementasi ini merupakan
tahap implementasi yang paling berat bagi karyawan karena pada tahap ini karyawan
semaksimal mungkin sesuai dengan yang diinginkan. Bila hal ini dapat dilakukan dengan
efisien.
ialah proses menilai perkembangan dan kemajuan kearah tujuan yang telah ditentukan
dalam perencanaan. Dalam konteks ini dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi
merupakan salah satu unsur penting dalam rangkaian proses bekerja, sebab cara untuk
mengetahui kemajuan atau perubahan yang terjadi dalam bekerja dapat diamati dan
diketahui dengan jelas setelah dilakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai seberapa jauh
kemajuan yang dapat dicapai. Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah
dapat diperoleh penilaian. Karena itu didalam evaluasi diperlukan prinsip-prinsip sebagai
petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif. Prinsip-prinsip tersebut
meliputi: (a) kepastian dan kejelasan, artinya tujuan evaluasi harus ditetapkan sebab
evaluasi tidak akan dapat dilaksanakan apabila tidak jelas dirumuskan secara jelas dalam
definisi yang operasional, (b) teknik evaluasi, artinya harus disesuaikan dengan tujuan
evaluasi sebab tidak ada suatu teknik evakuasi yang mutlak cocok untuk semua jenis
pekerjaan, (c) komprehenship, artinya teknik evaluasi yang digunakan harus bervariasi
sebab tidak ada suatu teknik evaluasi yang dapat mengukur semua aspek terpenting dan
suatu jenis pekerjaan, (d) evaluasi adalah alat untuk membantu pengemban pekerjaan,
bukan semata-mata bertujuan untuk memberi nilai prestasi yang dicapai. Prinsip
pelaksanaan evaluasi tersebut adalah merupakan patokan yang harus dipegang teguh pada
usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil tertentu.
Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa produktifitas, kehadiran atau perilaku kerja
kreatifnya. Dari pengertian ini motivasi mengandung tiga karakteristik pokok, yaitu: (1)
usaha, yakni menunjuk kepada kekuatan perilaku kerja seseorang atau jumlah usaha yang
ditunjukkan oleh seseorang dalam pekerjannya; (2) kemauan keras, yakni menunjuk pada
kemauan keras yang didemonstrasikan oleh seseorang dalam menerapkan usahanya kepada
tugastugas pekerjaannya; dan (3) arah atau tujuan, yakni yang bersangkutan dengan arah
yang dituju oleh usaha dan kemauan keras yang dimiliki seseorang, yang pada dasarnya
Dari beberapa pengertian di atas, maka untuk dapat mengukur motivasi kerja
pegawai tidaklah mudah, hal ini dikarenakan motivasi kerja tidak bisa diamati secara
langsung, tetapi hanya dapat dilihat dengan mengamati perilaku kerja pegawai, mengukur
kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuannya (Wexley dan Yukl, 1992: 105). Asumsi ini
diperkuat oleh pernyataan Kempton dalam Chon (1999:27), bahwa tingkat motivasi
pegawai direfleksikan dalam sikap dan perilakunya. Pegawai yang termotivasi akan
menunjukkan perilaku yang berkinerja tinggi, bergairah, bersemangat, serta memiliki daya
Sebaliknya pegawai yang tidak termotivasi akan bersikap apatis, acuh tak acuh (kurang
bergairah) dan bersikap tidak kooperatif. Oleh karena itu, apabila hendak mengukur
motivasi kerja pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan
untuk mengetahui sejauh mana seseorang menikmati pekerjaannya dan terlibat di dalamnya
(Pareek, 1996:236).
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan motivasi dalam studi ini
adalah usaha dan kemauan pegawai untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi sebagai
wujud dorongan atau keinginan dari dalam pribadi yang bersangkutan, sebagai hasil
integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi, dan pengaruh lingkungan guna mencapai
tujuan organisasi. Indikator untuk mengukur variabel motivasi adalah (a) dorongan
mencapai tujuan, (b) semangat kerja, (c) keterikatan kerja, dan (d) rasa tanggung jawab
terhadap kerja.
menghasilkan barang dan jasa dalam waktu tertentu yang telah ditentukan atau sesuai
dengan rencana.
pembahasan mengenai perbandingan terhadap dimensi waktu, dimana jika waktu sekarang
lebih baik dari waktu yang lalu, maka hal ini dapat dikatakan terjadi peningkatan pada
produktivitas kerja. Pada sisi yang lain, konsep produktivitas kerja ini juga merupakan
ranah pada kajian mengenai sumber daya manusia karena produktif atau tidak produktifnya
suatu pekerjaan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan
Kuper dan Kuper (2000: 843) setelah menganalisis karya Denison dan Matthews
mengatakan bahwa produktivitas kerja itu merupakan fungsi produksi dari kapital dan
tenaga kerja, namun Nellis dan Parker (2000: 31) memberikan penjelasan yang lebih luas
lagi bahwa produktivitas berkaitan erat dengan fungsi dari tanah, tenaga kerja, peralatan,
dan kapital. Dengan demikian, secara matematis, output (produktivitas) dapat dirumuskan
Dimana :
O = output (produktivitas)
A = tanah
Lb = tenaga kerja
B = peralatan
C = capital
Merujuk dari pemikiran di atas, maka secara garis besar berbicara tentang
produktivitas atau output yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau institusi pemerintah,
tidak mungkin dapat dilepaskan dari peran tenaga kerja atau pegawainya. Pengertian
semacam ini antara lain dijelaskan oleh Hasibuan (1999:126-127) yang memandang
efisiensi waktu, biaya, tenaga, maupun sistem kerja, teknik produksi, termasuk di dalamnya
Sejalan dengan pandangan di atas, Gibson, Ivancevich, dan Donelly (1996: 71)
kemampuan organisasi guna memberikan keluaran yang di minta oleh lingkungan. Dari
definisi ini, ada dua kata kunci yang ditonjolkan, yakni (a) kriteria efektivitas keluaran
(output) dan (b) tuntutan lingkungan. Dengan demikian, produktivitas kerja dalam
pengertian ini adalah sama dengan rasio antara keluaran (output) dan kebutuhan
(output) tersebut dapat dikatakan produktif, dan secara umum kondisi ini akan dianggap
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Robbins (1997: 65) juga mengatakan
produktivitas kerja adalah rasio antara masukan (input) yang digunakan dengan output
yang diperoleh. Jika rasio kedua komponen dapat dicapai secara proporsional, maka hal itu
terhadap sumber-sumber konversi seperti tenaga kerja dan mesin yang diukur secara tepat
dan benar-benar efisien. Terkait dengan insentif ini, Dessler (1997: 141) juga memandang
Suit dan Almasdi (2000: 91) memberikan pandangan yang lebih luas tentang
“Semua unsur yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas dan jumlah hasil
produksi yang harus dipelihara, sehingga semua unsur yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas dan jumlah hasil produksi berjalan lancer. Bilamana terjadi
Suit dan Almasdi (2000: 91) selanjutnya mengatakan bahwa untuk memelihara
produktivitas dan peningkatan kualitas tersebut diperlukan sikap kepedulian dan rasa
tanggung jawab dari personilnya. Dengan kata lain, setiap personil harus memiliki prinsip
bahwa setiap pekerjaan harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang telah
Atas pemahaman bahwa substansi penelitian ini lebih fokus dalam lingkup Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Kelurahan Jagakarsa, maka perlu juga dipahami
juga diukur dari sisi kualitas hasil yang dipersembahkan kepada masyarakat, yaitu sampai
seberapa jauh hasil tersebut sesuai dengan standar yang diinginkan. Standar ini meliputi
ciri-ciri dari output, misalnya berapa unit yang dihasilkan, bagaimana jadwal
penyelesaiannya, dan seberapa jauh kemampuan dalam melayani klien atau masyarakat
dilakukan. Menurut Kasim (1989: 22) harus diperhatikan bahwa unsur kualitas tidak
tercermin dari rasio output terhadap input organisasi pemerintah, karena tidak dapat dinilai
dengan harga pasar. Itulah sebabnya, perlu memasukkan criteria tentang standar dari output
ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas kerja pegawai pada hakekatnya
dapat dipandang dari dua dimensi, yakni (a) dari sudut pandang hasilnya, atau rasio hasil
dan input yang digunakan, dan (b) dari sikap pegawai dalam memandang dan menangani
tugas-tugasnya. Mengingat subyek penelitian ini adalah pegawai dari banyak latar
belakang pekerjaan, maka dimensi yang akan diteliti di sini dibatasi hanya pada dimensi
sikap saja dengan indikator (1) pencapaian prestasi kerja pegawai, (2) tingkat penyelesaian
kerja merupakan sesuatu yang dianggap penting, baik bagi pegawai itu sendiri maupun bagi
organisasi dinas daerah tempat pegawai tersebut bekerja. Sebab dengan motivasi kerja yang
tinggi akan mendorong kreativitas kerja yang tinggi pula, sehingga pada gilirannya motivasi dan
kreativitas kerja tersebut akan mendorong peningkatan pada produktivitas kerja baik bagi pribadi
pegawai itu sendiri maupun bagi tujuan organisasi secara keseluruhan. Ini berarti motivasi dan
kreativitas kerja yang baik akan mampu meningkatkan produktivitas kerja. Sebagaimana yang
al.,1996:288). Studi ini mengkaji kemampuan motivasi kerja, kreativitas kerja, produktivitas
pegawai untuk berusaha dengan sungguh-sungguh agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
hasil yang baik, karena keberhasilan dalam pekerjaan akan mempunyai manfaat bagi dirinya.
Pegawai yang memiliki motivasi yang tinggi akan melakukan pekerjaan dengan semangat yang
tinggi pula, sehingga dalam melakukan pekerjaannya akan menghasilkan produktivitas kerja
yang tinggi. Motivasi juga menggambarkan tingkat kebutuhan lebih tinggi dari
para manajer menengah organisasi guna menciptakan kekuatan dalam memotivasi perilaku
dalam bekerja (work behavior) untuk menigkatkan prestasi kerja (Helinegel at al, 1989: 159).
Sedangkan kemampuan merujuk pada kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu pekerjaan. Setiap pegawai mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
melakukan pekerjaannya, sesuai dengan potensi yang dimiliknya, dan akan terus berkembang
jika potensi tersebut digali secara terus-menerus. Dengan adanya kemampuan kerja, baik
melaksanakan pekerjaannya dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapannya
sehingga mempermudah dalam pencapaian tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan
organisasi.
Kerangka berfikir studi ini secara skematis dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pegawai RPTRA
Produktivitas Kerja
Hipotesis
T esis
Studi ini difokuskan pada seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan kreativitas
kerja terhadap produktivitas kerja pegawai RPTRA Kelurahan Jagakarsa. Faktor internal
Pegawai, dimana Produktivitas Kerja tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu Motivasi
Kerja dan Kreativitas Kerja. Berdasarkan atas kerangka proses berfikir tersebut disusun
Semangat Kerja
(X1.2)
Motivasi Tkt Penyelesaian
Kerja (X 1) Pekerjaan (Y1.2)
Keterikatan Kerja
(X1.3) Kualitas Hasil
Pekerjaan (Y1.3)
Daya Inovasi
Pegawai (X2.1)
Kreativitas
Kerja (X 2)
Inisitaif Pegawai
(X2.2)
Keterangan :
Dimensi
Pengaruh
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
2.4. Pengembangan Hipotesis
sebagai berikut :
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian yang bersifat korelasi,
yakni suatu metode yang bertujuan mengetahui seberapa jauh hubungan antara
variabel-varibel yang diteliti1, dalam hal ini adalah varibel pengaruh kreatifitas kerja dan
motivasi terhadap produktifitas kerja pegawai pengelola Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
2.Semangat kerja
3. Keterikatan kerja
6.Inisiatif pegawai
Indikator : 1. Motivasi
2. Disiplin kerja
3. Keterampilan
jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah
populasi yaitu sebanyak 12 orang. Hal ini di anggap representatif oleh penulis karena
jumlah pekerja pengelola RPTRA dilingkungan itu hanya 12 orang. Teknik sampel
yang digunakan adalah sampel sensus, yakni “meneliti seluruh populasi, ini mudah
mereka diminta untuk mengisi dengan jujur dan tanpa bantuan penulis/orang lain.
mengumpulkan data melalui buku-buku serta tulisan lain yang berhubungan dengan
berpedoman pada coding book , lalu untuk mengetahui sejauhmana pengaruh antara
kreatifitas kerja dan motivasi dengan produktifitas kerja diuji dengan menggunakan
Dengan rumus :
ℽ = ∑ fa – fi
∑ fa – fi
Tingkat signifikan ℽ dinilai dengan menghitung nilai t (karena populasi < 50)
t = r√ n−2
√ 1−r 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebelah timur dan kota Depok, provinsi Jawa Barat di sebelah selatan. Jagakarsa terdiri dari
Betawi modern dengan pemikiran maju dan berpendidikan tinggi, berbeda dengan betawi di
kelurahan atau di kampung tetangganya.di kelurahan ini terdiri dari beberapa kampung, dan
lingkungan Kelurahan Jagakarsa al: Babakan yaitu terkenal dengan setu babakan (RW 01),
Jagakarsa (RW 02,05,07), Kelapa Tiga (RW 03) dan Kampung Kandang (RW 04, 06).
Pembukaan Hutan di wilayah yang kemudian disebut Jagakarsa, tak lepas dari
perang Mataram-VOC pada tahun 1628 dan 1629. Pada tahun 1628 saat pembukaan
lumbung padi dari Karawang sampai Selatan Jakarta untuk mengepung VOC di Pasar Ikan,
Jagakarsa termasuk wilayah yang dibuka. Pada awalnya wilayah tersebut dijadikan sebagai
tangsi dari pasukan Raden Prembun (De Haan, 1973) kemudian saat penyerbuan dan
Pasukan VOC sendiri hanya mengejar pasukan Mataram sampai wilayah Jatinegara.
Sisa-sisa pasukan di Jagakarsa dikenal sebagai istilah: Kaum Ganjuran, dari sinilah
kemudian berkembang kata Ciganjur, Ganjuran adalah nama sejenis pohon Jati yang ada di
bernama Surodipo yang dipanggil Kyai Raden Suro. Pada saat penyerbuan ke Batavia tahap
dua tahun 1629, Surodipo dibawa ke Mataram dan langsung menerima titah dari Sultan
Agung Hanyokrokusumo untuk memimpin 15 panatus (pasukan yang terdiri 100 orang)
menyerbu Batavia.
Indramayu, dari sinilah kelak dialek Jagakarsa dikenal sebagai 'betawi ora'. Pasukan
wilayah yang sekarang disebut Pejaten. Surodipo sendiri berhasil ditangkap di sekitar
Gunung Sahari dan dipenggal kepalanya oleh Kapten Van Smurtssen seorang perwira dari
Anak Surodipo yang bernama Raden Mohammad Kahfi alias Raden Jagakarsa saat
itu masih berusia 14 tahun, berhasil menyelamatkan diri ke wilayah yang sekarang dikenal
sebagai Duren Tiga, dulu wilayah tersebut adalah Hutan yang banyak dikelilingi pohon
duren yang tumbuh liar. Dari Duren Raden Jagakarsa kemudian diselamatkan oleh
Wiroguno sendiri membangun markas perlawanan VOC selama 3 (tiga) tahun, lalu
pada 1632 Wiroguno membuat sebuah keputusan bahwa wilayah di luar Wiragunan
(sekarang Pejaten, Ragunan dan Cilandak) adalah milik dari Raden Jagakarsa. Lalu Raden
(Gambaran umum RPTRA Taman Matoa dan RPTRA Beringin) lanjut ke pengelola
4.2. Hasil Penelitian
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.3. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN