Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ASKEB II
“LETAK LINTANG”
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Ucapan terima
kasih kami tujukan kepada dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin  yang  telah memberi dorongan dan
motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan selalu penyusun terima. Semoga tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan juga pembaca, sehingga dengan demikian dapat bermanfaat untuk mempermudah dalam
proses belajar mengajar pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan serta dalam rangka menambah pengetahuan

Wassalam
Padang, November 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
1.    Latar Belakang...............................................................................................
2.    Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam
persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan
pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak lintang sebesar 0,6 %; RS
Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan
Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %. Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan
dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu
sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk
kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan
tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300
persalinan. Hal ini dapat terjadi karena menegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan
menggunakan ultrasonografi 3. Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo Clinic maupun
di University of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir
selama lebih dari 4 tahun 2.
Sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan
prognosis yang jelek baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak
lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat
menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin, Berdasarkan uraian di atas maka kami perlu
menguraikan permasalahan dan penatalaksanaan pada kehamilan dengan janin letak lintang.
B.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
    Untuk menyelesaikan tugas makalah ASKEB II
    Untuk menambah wawasan terhadap letak lintang janin di dalam rahim 
    Untuk mengurangi resiko kegawadaruratan pada ibu dan janin 

C.    METODE PENULISAN


Adapaun metode yang digunakan adalah metode pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian
Yaitu keadaan ini terjadi bila sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus sumbu panjang
tubuh ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik, Letak lintang oblik
biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang pada
persalinan. Di Inggris, letak lintang oblik ini dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil (“unstable lie”). Pada letak
lintang biasanya bahu berada diatas pintu atas panggul, kepala terletak disalah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa
iliaka yang lain.
Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala berada pada fossa iliaca
Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorsoanterior atau dorso-posterior.
 
Gambar 1. Posisi Letak Lintang
2.    Klasifikasi
1. Menurut letak kepala terbagi atas :
•    Letak Lintang I: kepala di kiri
•    Letak Lintang II : kepala di kanan
2. Menurut posisi punggung terbagi atas :
•    dorso anterior ( di depan )
•    dorso posterior ( di belakang )
•    dorso superior ( di atas )
•    dorso inferior ( di bawah )

3.    INSIDENSI
Letak lintang terjadi pada satu dari 322 kelahiran tunggl (0.3 persen) baik di Mayo Clinic maupun di University of Iowa
(Cruikshank dan White, 1973; Johnson 1964). Angka kejadian letak lintang berkisar antara 0,5 – 2 %. Dari beberapa
rumah sakit pendidikan di Indonesia dilaporkan : Medan 0,6 %, Jakarta 0,1 % (1948), Bandung 1,9 %. Grenhill melaporkan
0,3 %.5,8

4.    ETIOLOGI
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan
suatu misteri. Penyebab utama Letak Lintang adalah :
    Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Relaksasi dinding abdomen pada perut
gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan
lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.
    Janin prematur
    Plasenta previa
    Uterus abnormal
    Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati, Cairan amnion berlebih 
    Panggul sempit
Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar dari nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada
perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi
sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik / melintang.
    Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa. 

5.    DIAGNOSIS
Diagnosis Letak Lintang biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan
inspeksi saja.
1. Inspeksi
    Pada inspeksi ditemukan abdomen biasannya melebar dan fundus uteri membentang 
hingga sedikit diatas umbilicus
2. Palpasi
    Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka
yang lain, dan di atas simfisis juga kosong,
    Bagian bayi tidak ditemukan di fundus dan balotement kepala teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong di fossa
iliaka yang lain
3. Auskultasi
    Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri 
4. Pada pemeriksaan dalam vaginal
    sebelum inpartu tidak ada bagian terendah yang teraba dipelvis, teraba dada bayi biasanya dikenali dengan adanya
“rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila dilatasi semakin besar, scapula dan klavikula pada sisi thorax yang lain akan
dapat dibedakan.
5. Foto Rontgen
    Pada foto rontgen, tampak janin dalam letak lintang.
 
Gambar 2. Palpasi abdomen pada letak lintang .
Posisi akromion kanan dorso anterior
A.Leopold I , B Leopold II C. Leopold III dan
D Leopold IV

6.    Mekanisme Persalinan


Kelahiran spontan bayi jelas tidak mungkin. Bila persalinan berlanjut sampai kontraksi uterus kuat dan terbentuk cincin
kontraksi yang semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata maka keadaan ini disebut letak lintang kasep. Jika
tidak cepat ditangani dengan benar maka akan terjadi rupture uteri dan ibu maupun bayi dapat meninggal. Bila janinnya
kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut
menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong keabdomen. Bagian dinding dada dibawah bahu kemudian
menjadi bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul
secara bersamaan dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan evolusio
spontanea dengan 2 variasi yaitu:
a.    Evolutio spontanea
    Menurut DENMAN
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala.
    Menurut DOUGLAS
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.
b.    Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang oleh karena his, letak lintang
berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini
jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam
sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini
disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri
mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang
dalam tetap sulit merubah letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin
sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.

Pada letak lintang biasanya :


    ketuban cepat pecah
    pembukaan lambat jalannya
    partus jadi lebih lama
    tangan menumbung (20-50%)
    tali pusat menumbung (10%)

7.    PENATALAKSANAAN
•    Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu
dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan
kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada
sampai persalinan.
•    Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan
lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan
lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan
versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati
dilakukan embriotomi. Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita dengan letak lintang sudah merupakan
indikasi seksio sesarea. Sebelum persalinan/pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh, upaya versi luar
layak dicoba. Karena baik kaki maupun kepala bayi tidak menempati Segmen Bawah Rahim (SBR), insisi melintang
rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi. Umumnya insisi vertical lebih disukai.
 
Gambar 3. Versi Ekstraksi

Versi luar pada letak lintang hanya terdiri 2 tahap yaitu :


1. Tahap rotasi
2. Tahap fiksasi
Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan lebih
menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan ketetapan tersebut dikenal bentuk versi luar :
    Versi Sefalik : melakukan perubahan kedudukan janin menjadi letak kepala 
    Versi podalik : perubahan kedudukan janin menjadi letak bokong (sungsang). 

Untuk dapat melaksanakan versi luar perlu diperhatikan beberapa pertimbangan


berikut ini:
1.    Kontraindikasi versi luar
2.    Ketuban sudah pecah.
3.    Penderita mempunyai riwayat hipertensi
4.    Rahim pernah mengalami pembedahan : seksio sesaria, pengeluaran mioma uteri.
5.    Penderita pernah mengalami perdarahan selama hamil.
6.    Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam.
7.    Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus infertilitas, sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas
atau kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150cm, mempunyai deformitas pada tulang panggul/ belakang.
8. Pada kehamilan kembar.

Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :


    Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu
    Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
    Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP 
    Bayi dapat dilahirkan pervaginam
    Ketuban masih positif utuh
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai
pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini
persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancar atau
tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi
kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga
bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati
dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.

8.    PROGNOSIS
Meningkatkan resiko maternal dan meningkatkan ancaman kematian pada bayi. Kebanyakan kematian ibu akibat
komplikai kasus kasep terjadi karena rupture uteri spontan atau traumatic akibat tindakan versi dan ekstraksi yang keliru
serta terlambat. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan
ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan
janin. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat. Kematian ibu disebabkan oleh ruptura uteri spontan/
tramautika akibat versi dan ekstraksi sering disertai plasenta previa/ tumor uterus dan persalinan senantiasa dengan
tindakan. Kematian janin disebabkan tali pusat menumbang, trama oleh karena tindakan, hipoksia oleh karena segmen
atas rahim menebal, hiperfleksi badan janin, gangguan aliran darah balik, gangguan sirkulasi jantung intrauterin,
ketuban pecah sebelum waktunya, bahaya infeksi. Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi
kelainan – kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta
previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
    Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban
pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
    Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
o    Prolapsus funiculi
o    Trauma partus
o    Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
o    Ketuban pecah dini5
BAB III
PENUTUP
    KESIMPULAN
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam
persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan
pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Penyebab utama Letak Lintang adalah :
    Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Relaksasi dinding abdomen pada perut
gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan
lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.
    Janin prematur
    Plasenta previa
    Uterus abnormal
    Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati, Cairan amnion berlebih 
    Panggul sempit
Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar dari nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada
perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi
sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik / melintang.
    Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa. 

    KRITIK DAN SARAN


-    Makalah ini mungkin belum sempurna dan masih banyak kekurangannya, kami dari penulis mohon kritik dan saran
dari pembaca agar bisa menjadi perbaikan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

    Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
    Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., & Wenstrom, K. D. (2006). Obstetri William (21
ed., Vol. 1). Jakarta: EGC
    Hakimi, M. Ilmu Kebidanan: Fisiologi Dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan essentia Medica. 2000: Hal. 233-36 
    Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2.
Jakarta : EGC. 2002; Hal. 366-72
    Brooksiede Associates. Military Obstetric & Gynecology. (2009, Januari). Abnormal Presentation. Retrieved Januari
2010,
From http://www.MilitaryObstetric&Gynecology.com
    Wiknjosastro, H. (Ed.). (2005). Ilmu Bedah Kebidanan (keenam ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai