LP Ppok
LP Ppok
DI SUSUN OLEH :
DIAS SULISTIONO ( 108118054 )
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan satu kelompok penyakit paru
yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan napas di dalam
paru, yang termasuk dalam kelompok ini adalah : bronchitis, emfisema paru, asma
Abidin (2016), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi
yang abnormal dari paruparu terhadap gas atau partikel yang berbahaya. (Hariman,
2010).
2. Etiologi
menurut (Susanti, 2015) : Bersifat genetic, Infeksi saluran nafas, Perokok, Umur,
Sedangkan menurut Eisner penyebab dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik sebagai
berikut :
a. Kebiasaan merokok
Merokok merupakan faktor risiko paling umum pada PPOK. Prevalensi tertinggi
gejala gangguan pernafasan dan penurunan fungsi paru terjadi pada perokok.
Angka penurunan FEV1, dan angka mortalitas lebih tinggi didapat pada perokok
dibanding non perokok. Paparan asap rokok pada perokok pasif juga merupakan
kerusakan paru akibat partikel dan gas yang masuk pada penelitian yang telah di
Polusi udara di daerah kota dengan level tinggi sangat menyakitkan bagi pasien
polusi udara dan penurunan pertumbuhan fungsi paru di usia anak-anak dan
makrofag pada saluran pernafasan dan penurunan fungsi paru yang progresif. Hal
ini menunjukkan hal 29 yang masuk akal secara biologi bagaimana peran polusi
c. Faktor genetik
Genetik sebagai faktor risiko yang pernah di ditemukan adalah defisiensi berat
berat yang juga merokok, dengan sugesti dimana genetik dan faktor lingkungan
secara bersamaan dapat mempengaruhi terjadinya PPOK gen tunggal seperti gen
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah sebagai berikut
Dianasari, (2014):
1. Kelemahan Badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen- komponen asap rokok
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental
pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru
recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps (GOLD, 2009). Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi
predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada
Pada pasien PPOK uji fungsi paru dapat menunjukkan keterbatasan alira udara yang
merupakan hal yang paling penting secara diagnostik. Hal ini biasanya dilakukan
menggunakan laju aliran ekspresi puncak (peak expiratory flow PEF). Tes fungsi
abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan
b. Sinar x
Analisa gas darsh merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah
oksigen dan karbondioksida dalam darah, meliputi PO2, PCO2, Ph, HCO3, dan
d. Pemeriksaan laboratorium
e. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman atau kultur adanya infeksi campuran. Kuman pathogen
bronchitis kronis dan untuk mengevaluasi eksaserbasi akut PPOK (Muttaqin, 2014).
paru.Pada emfisema paru didapatkan diafragma dengan letak yang rendah dan
mendatar ruang udara retrosternal lebih besar (foto lateral), jantung tampak
pada foto thorak pasien PPOK akan tampak bayangan lobus, corakan paru bertambah
7. Komplikasi
a. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap
lanjut timbul cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
c. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya
dyspnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
e. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan
dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Muttaqin (2014) yang dapat diberikan kepada klien
1) Pengobatan farmakologi
2014).
b. Bronkodilator
c. Antibiotic
Terapi antibiotik sering diresepkan pada eksaserbasi PPOK dengan pemilihan
antibiotic bergantung kepada kebijakan lokal, terapi secara umum berkisar pada
(Muwarni, 2011).
e. Vaksinasi
Vaksinasi yang dapat diberikan pada pasien PPOK antara lain vaksin influenza
penderita PPOK yang berusia diatas 65 tahun dan mereka yang 13 kurang dari 65
f. Indikasi oksigen
Pemberian oksigen dilakukan pada hipoksia akut atau menahun yang tidak dapat
serangan akut pada asma (Marwarni, 2011). Pengobatan oksigen bagi yang
penderita PPOK yang berat dan penderita dengan kadar oksigen darah yang
sangat rendah (Ringel, 2012). Oksigen diberikan 12 jam/liter, hal ini akan
oksigen dalam darah. Terapi oksigen juga dapat memperbaiki sesak nafas selama
a. Rehabilitasi
Pada pasien PPOK dapat dilakukan rehablitasi, ada beberapa teknik lebih
PPOK antara lain: sepeda ergometri, latihan treadmill atau berjalan diatur
dengan waktu, dan frekuensinya dapat berkisar dari setiap hari sampai setiap
dan 14 melatih fungsi otot skeletalagar lebih efektif, dilaksanakan jalan sehat
(Muttaqin, 2014).
b. Konseling nutrisi
Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih dari 50%
pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden malnutrisi bervariasi sesuai
hidrasi secukupnya (minum air cukup : 8-10 gelas sehari), dan nutrisi yang
tepat, yaitu diet kaya protein dan mencegah makanan berat menjelang tidur.
(Ikawati, 2011).
c. Penyuluhan
a. Pengkajian Menurut Doenges (2012) pengkajian pada pasien dengan PPOK ialah :
1) Aktivitas dan istirahat :
Gejala :
- Keletihan, kelemahan, malaise.
- Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas.
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda :
- Keletihan.
- Gelisah, insomnia.
- Kelemahan umum atau kehilangan masa otot.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstrimitas bawah
Tanda :
- Peningkatan tekanan darah.
- Peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat atau disritmia.
- Distensi vena leher atau penyakit berat.
- Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
- Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan diameter AP dada)
- Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau sianosis, kuku tabuh
dan sianosis perifer.
- Pucat dapat menunjukkan anemia.
3) Integritas Ego
Gejala :
- Peningkatan faktor resiko.
- Perubahan pola hidup.
4) Ansietas, ketakutan, peka rangsang Makanan atau Cairan
Gejala :
- Mual atau muntah.
- Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema).
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
- Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan
- Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat bada
menunjukkan edema (bronchitis).
5) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehai-hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
6) Pernafasan
Gejala :
- Nafas pendek, umumnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema , khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit
nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma).
- Lapar udara kronis.
- Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat bangun
selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali (bronkhitis kronis).
-Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun
dapat menjadi produktif (emfisema).
-Riwayat pneumonia berulang, terpajan oleh polusi kimia atau iritan pernafasan
dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret atau debu atau asap misalnya asbes,
debu batubara, rami katun, serbuk gergaji.
- Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa antritipsin (emfisema).
- Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus
- berat badan
- menunjukkan edema (bronchitis).
Tanda :
- Mual atau muntah.
- Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema).
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Diagnosis
SLKI SIKI
Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Luaran kode Intervensi
D.000 Pola nafas L.01003 Luaran : Bersihan jalan nafas I.10106 SIKI : manajemen jalan nafas
5 tidak Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Observasi
efektif diharapkan pola nafas dapat teratasi dengan - monitor pola nafas
kriteria hasil : - monitor adanya retensi sputum
Ekspetasi : meningkat - monitor bunyi nafas
Dispnea 2/4
Ortopnea 2/4 Terapeutik
Pemanjangan fase ekspirasi 2/4 - atur posisi semi fowler atau fowler
Ket : - berikan minuman hangat
1. Meningkat - berikan oksigen
2. Cukup meningkat - berikan Nebulizer
3. Sedang
4. Cukup menurun Edukasi
Kolaborasi
- pemberian bronkodilator
D.005 Gangguan L.05045 Luaran : Pola tidur I.05174 SIKI : Dukungan tidur
5 pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi
jam Gangguan pola tidur dapat teratasi - identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan kriteria hasil : - identifikasi faktor pengganggu tidur
Ekspetasi : Membaik - identifikasi makan dan minuman yang
Keluhan sulit tidur (2/4) memgganggu tidur
Keluhan istirahat tidak cukup (2/4) - identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Ket :
1. Menurun Terapeutik
2. Cukup menurun - modifikasi lingkungan (mis pencahayaan,
3. Sedang kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
4. Cukup meningkat - batasi waktu tidur siang, jika perlu
5. Meningkat - fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- tetapkan jadwal tidur rutin
- lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan
- sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi
- jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- anjurkan menghindari makanan dan minuman
yang mengganggu tidur
- anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
- ajarkan faktor faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur
D.001 Resiko l.03030 Luaran : status nutrisi I.03119 SIKI : Manajemen nutrisi
9 Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi
nutrisi jam Defisit nutrisi dapat teratasi dengan - identifikasi status nutrisi
kriteria hasil : - identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Ekspetasi : membaik - identifikasi makanan yang disukai
Membran mukosa lembab (2/4) - monitor asupan makanan
Nafsu makan (2/4) - monitor BB
Frekuensi makan (2/4) - monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Ket :
1. Memburuk Terpeutik
2. Cukup memburuk - lakukan oral hygin sebelum makan, jika perlu
3. Sedang - fasilitasi menentukan pedoman diet
4. Cukup membaik - sajikan makanan secara menarik dan suhu
5. Membaik yang sesuai
- berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- berikan suplemen makanan
Edukasi
- anjurkan posisi duduk, jika mampu
- ajarkan diet yang diprogamkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis pereda nyeri)
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien hang dibutuhkan
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
https://id.scribd.com/document/355060808/LAPORAN-PENDAHULUAN-PPOK