Anda di halaman 1dari 16

Makalah Pembaharuan Kurikulum

Disusun Untuk Memenuhi nilai Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum yang diampu
oleh:

Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd.


Dra. Hj. Muthia Alinawati, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Padil Putra Padilah (2102109)
2. Devita Ayu Cahyani (2102184)
3. Melyani Rizkia Putri (2108282)
4. Januar Bagas Wicaksono (2109657)

                    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


                    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
                    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengembangan Kurikulum
dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafaatnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Pembaharuan Kurikulum” dapat diselesaikan karena


bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi materi tambahan serta
menambah wawasan pembaca. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan selanjutnya. Demikian, yang dapat kami sampaikan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, 10 September 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pembaharuan Kurikulum
B. Latar Belakang Pembahruan Kurikulum
C. Proses Pembaharuan Kurikulum di Indonesia
D. Masaaalah dalam Pembahruan Kurikulum
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan
dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan
budaya . Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan
nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di indonesia dewasa ini salah satu diantaranya adalah
karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu tidak tetap. Selain itu, perubahan tersebut juga
dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar,
dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh ekonomi,
politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya
berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi diiringi
juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti
perubahan tersebut, karena kurikulum itu bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat
statis maka itulah yang merupakan kurikulum yang tidak baik.

B. Rumusan Masalah
 
1. Apa konsep dasar dilakukan pembaharuan kurikulum?
2. Apa yang melatar belakangi terjadinya pembaharuan kurikulum?
3. Bagaimana proses pembaharuan kurikulum di Indonesia?
4. Apa saja masalah yang dihadapi ketika dilakukan pembaharuan kurikulum?

C. Tujuan 
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini,yaitu :
 Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar pembaharuan kurikulum di
Indonesia
 Untuk mengetahui dan memahami latar belakang terjadinya pembaharuan
kurikulum
 Untuk mengetahui dan memahami proses pembaharuan kurikulum di Indonesia
 Untuk mengetahui dan memahami masalah-masalah dalam pembaharuan
kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pembaharuan Kurikulum

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai


pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah/pandangan
hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan
oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.
Pembaharuan atau Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru,
kemudian diadakan dengan bentuk-bentuk hasil kreasi baru. Dalam kaitan ini Ibrahim
menyatakan bahwa invention adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang,
kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu (benda) yang sebenarnya telah ada tetapi
semula belum diketahui orang. Pembaharuan tidak selalu menemukan/menciptakan
sesuatu yang baru, tetapi bisa saja merupakan penyesuaian dengan apa yang telah lazim
dilakukan atau pengembangan dari bentuk yang sudah ada untuk menuju kearah yang
lebih baik dan inilah yang disebut discovery. 
Jadi pembaharuan kurikulum adalah suatu gagasan/praktek kurikulum baru
dengan menggunakan bagian-bagian yang potensial, dari kurikulum tersebut dengan
tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Pembaharuan tidak
dengan sendirinya membawa perbaikan walaupun dimaksudkan untuk
perbaikan/peningkatan mutu. Ini tergantung pada pelaksanaan dan penilaian dari sistem
nilai yang ditentukan. 
Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan
antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat
mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling
strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. 
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang
sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Perubahan kurikulum dapat
bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang
menyangkut semua 6 komponen kurikulum. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai
faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang
dalam pelaksanaan pendidikan.

B. Latar Belakang Pembaharuan Kurikulum

Pembaharuan kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru


dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, pembaharuan itu
di ajukan berkenaan dengan ide dan teknis pada skala yang terbatas. Pembaharuan selalu
berkaitan dengan masalah kreasi dan atau penciptaan sesuatu yang baru dan menuju ke
arah yang lebih baik. 
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah
beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu
untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai
hasil yang maksimal. 
Pembaharuan kurikulum di Indonesia didasari pada kesadaran bahwa
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus
ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan
kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri
dengan perubahan. 
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya
adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut
juga dinilai dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari
luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi 7
oleh perubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. 
Usaha-usaha pembaharuan kurikulum dilakukan dengan maksud untuk mencari
suatu model kurikulum yang tepat untuk mememuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
yang senatiasa terus berubah dan terus berkembang. Dalam melaksanakan pembaharuan
itu menyangkut berbagai faktor, apakah faktor orang-orang yang terlibat dalam
pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas dan supervisor sekolah. Peserta didik,
orang tua peserta didik, staf administrasi pendidikan (sekolah) dan pihak-pihak lain yang
terlibat serta faktor-faktor penunjang dalam pendidikan seperti perpustakaan, buku
paket/buku pelajaran, laboraturium dan lain-lain.

C. Proses Pembaharuan Kurikulum di Indonesia

No TAHUN FOKUS ORIENTASI


1 1968 Subject Matter (Mata Pelajaran)
2 1975 Terminal Objectives (Tiu, Tik)
3 1984 Keterampilan Proses (CBSA Project)
4 1994 Munculnya Pembagian Kamar Antara Kurikulum
Nasional Dengan Kurikulum Muatan Local
5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
6 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
7 2013 Peningkatan pada aspek afektif, kognitif dan
psikomotorik

1. Kurikulum 1968

Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatar belakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal
istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU),
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran.

3. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan


proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum
1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.

Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar,
dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan.

4. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito.

Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.

5. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum 2004 disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program
pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi dan pengembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual


maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
2. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi,
3. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
5. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester.
6. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
7. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada
setiap level.
8. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,

1. Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar
mereka pada level ini?
2. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas
kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai
teknik penilaian.

9. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator


adalah untuk menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?.

Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk


melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang
telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya
penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai
pedoman pembelajaran.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang


direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak
secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu.

Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa.
Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir
Sekolah dan Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada
pencapaian kompetensi yang diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada
praktik atau soal uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi
siswa. Alhasil, KBK tidak memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul apa
sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

6. Kurikulum Periode KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran ) 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23,
dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan
KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut
berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik
daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan
Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.

D. Masalah dalam Pembaharuan Kurikulum


Usaha-usaha pembaharuan kurikulum dilakukan dengan maksud untuk mencari suatu
model kurikulum yang tepat untuk mememuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang
senatiasa terus berubah dan terus berkembang. Dalam melaksanakan pembaharuan itu
menyangkut berbagai faktor, apakah faktor orang-orang yang terlibat dalam pendidikan
seperti guru, kepala sekolah, pengawas dan supervisor sekolah. Peserta didik, orang tua
peserta didik, staf administrasi pendidikan (sekolah) dan pihak-pihak lain yang terlibat
serta faktor-faktor penunjang dalam pendidikan seperti perpustakaan, buku paket/buku
pelajaran, laboraturium dan lain-lain.
Pada umumnya akibat yang ditimbulkan dari berlakunya kurikulum baru tergantung pada
taraf atau besarnya perubahan. Akibat-akibat perubahan tersebut antara lain :
a. Tenaga kependidikan

Mereka harus berubah perilaku jika ada pembaharuan


kurikulum sehingga pembaharuan itu dapat berhasil dengan baik.

1. Guru

Guru dituntut untuk meningkatkan kemampuan/kompetensi dalam


melaksanakan tugasnya. Partisipasi guru dalam pembaharuan kurikulum
sangat besar karena guru adalah pelaksana utama dalam pelaksanaan
kurikulum. Kepercayaan guru terhadap pembaharuan harus tertanam agar
dapat menimbulkan keyakinan dan kesediaan untuk melaksanakan
pembaharuan tersebut.
2. Kepala Sekolah, Pengawas dan Supervisor Sekolah
Mereka harus dapat memberikan dorongan, bimbingan dan bantuan
kepada guru-guru dalam melakasanakan pembaharuan tersebut sekaligus
melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembaharuan tersebut,
apakah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, adakah hambatannya.
3. Tenaga administrasi sekolah
Dalam hal ini dituntut kemmapuan untuk merumuskan menyusun dan
melaksanakan administrasi sekolah terutama administrasi pengajaran yang
baru. Dalam melaksanakan administrasi yang baru akan ditemui
kepincangan karena kemempuan staf administrasi sekolah tidak dapat
dengan segera disesuaikan dengan pola yang dikehendaki dalam
kurikulum baru, tentunya diperlukan pembinaan kepada staf administrasi
sekolah tersebut.
4. Pihak-pihak yang terlibat
Kepada pihak lain yang terlibat dimintakan perhatian dan kerjasamanya
dalam pelaksanaan pembaharuan kurikulum:
- Kepada orang tua peserta didk, mereka harus diberikan penjelasan
apa itu kurikulum, kurikulum yang dipakai dan bagaimana
pelaksanaanya serta partisipasi apa yang diharapkan dari mereka.
- Kepada pemakai lulusan, mereka diminta untuk menilai dan
memberikan saran kepada sekolah dan instansi terkait apakah
program yang dilaksanakan sesuai dengan kebtuhan pemakai
lulusan tersebut.
Namun biasa terjadi adanya pembaharuan kurikulum pada tahap
awalnya menimbulkan kecurigaan dari masyarakat yang mungkin
karena rasa khawatir mereka terhadap keberhasilan pelaksanaan
pembaharuan tersebut.
b. Isi dan Struktur Mata Pelajaran
Isi/bahan mata pelajaran akan mengalami penyesuaian baik penambahan atau
perubahan, hal ini menuntut untuk disedikannya buku-buku pedoman, buku-buku
pelajaran yang sesuai dengan isi dan struktur mata pelajaran tersebut untuk
menunjang pelaksanaan pembaharuan kurikulum. Dalam perubahan skala besar
struktur mata pelajaran di Indonesia pernah terjadi yakni perubahan Kurikulun
Tahun 1968 menjadi Kurikulum tahun 1975, kemudian Kurikulum Tahun 1984
menjadi kurikulum Tahun 1994 yakni adanya kurikulum muatan lokal. Dan
sekarang Kurikulum Tahun 2003 marupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
atau yang dikenal dengan istilah KBK.

c. Proses Belajar Mengajar


Hubungan guru dan peserta didik dapat berubah, pada kurikulum yang berpola
separated subject matter yang l;ebih menekankan pada penguasaan pengetahuan,
anak kurang aktif dalam proses belajar mengajar, tetapi gurulah yang paling
banyak berperan. Berbeda dengan activity curriculum or experiment of curriculum
yang lebih menekankan pada metode problem solving yang lebih banyak
menuntut keaktifan anak.

d. Sarana dan Prasarana


Perubahan kurikulum juga menuntut disediakannya sarana dan prasana yang
menunjang pelaksanaan pembaharuan tersebut seperti alat-alat pelajaran : globe,
OHP, film radio, ruang kesenian/praktek, perpustakaan dan laboraturium. Dalam
penyediaan ini tentunya memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu.

e. Sistem Evaluasi
Dalam hal akan terjadi perubahan sistem evaluasi baik terhadap evaluasi
keberhasilan pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan maupun sistem penilaian
keberhasilan pembelajaran di sekolah atau dikelas.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Pembaharuan kurikulum adalah suatu gagasan/praktek kurikulum baru dengan


menggunakan bagian-bagian yang potensial, dari kurikulum tersebut dengan tujuan
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Maksud pembaharuan
kurikulum adalah mencari suatu model kurikulum yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masyarakat, walaupun dalam kenyataan pembaharuan
kurikulum menimbulkan kecurigaan dan rasa tidak puas dari pihak-pihak tertentu.

Dengan diadakannya pembaharuan kurikulum, maka akan mengubah berbagai aspek


pendidikan yang dijalankan yaitu mengacu kepada kurikulum yangsedang dijalankan.
Hal itu sudah berlangsung sejak tahun 1968 sampai dengan kurikulum 2013 yang
dijalankan saat ini. Dalam proses pembaharuan kurikulum juga menimbulkan
permasalahan seperti berubahnya metode belajar yang dilakukan sehingga menuntut
semua pihak jadi lebih profesional.
b. Saran

Seluruh pendidik maupun calon pendidik serta pihak yang turut serta dalam
pembaharuan kurikulum dapat melakukan pembaharuan kurikulum sesuai dengan
arus globalisasi saat sekarang ini supaya pendidikan di Indonesia tidak tertinggal
dengan pendidikan negara lain tetapi harus sesuai dengan nilai sosial dan budaya
bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

(Rismawati, 2018) Pembaharuan Kurikulum 40(1) 1-20

Fuaduddin, & Karya, H.S. 1992, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Dirjen
Bimbaga Islam dan Universitas Terbuka.

Sumantri. Mulyani. 1988. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Dirjen. Pendidikan dan
Kebudayaan.

Nasution. 1994. Azas-Azas Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai