PERUBAHAN KURIKULUM
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
STAIN SULTAN ABDURRAHMAN
TANJUNGPINANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PERUBAHAN KURIKULUM”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini, berkat bantuan dari Allah
Subhanahu Wata’ala dan tidak lepas dari dosen pengampu. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Nevrita, selaku dosen pengampu yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari betul bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dalam materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan tangan terbuka, penulis menerima
masukan, saran dan usulan guna sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis dan seluruh pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….…….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Tujuan………………………………………………………………….….2
1.5 Manfaat……………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Sesuai dengan tujuan yang ada, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi
atau manfaat sebagai berikut, yakni manfaat teoritis dapat dipergunakan sebagai
referensi dan penelitian berikutnya yang sejenis. Sedangkan manfaat praktisnya (bagi
sekolah), yaitu dapat meningkatkan pemberdayaan kurikulum, terutama yang terkait
dengan perubahan dan implementasi kurikulum yang tentunya dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dapat digunakan sebagai pembanding dan
pengembangan kurikulum sehingga dapat lebih memaksimalkan pengetahuan tentang
penerapan kurikulum dalam proses pendidikan di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kurikulum yang formal mengubah pedoman kurikulum, relatif lebih terbatas dari
pada kurikulum yang riil. Kurikulum yang riil bukan sekedar buku pedoman,
melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas, ruang olahraga, warung
sekolah, tempat bermain, karya wisata dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata
mengenai seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam
arti yang luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab menyangkut
banyak variabel. Perubahan kurikulum disini berarti mengubah semua yang terlibat
didalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, pemilik sekolah juga orang tua
dan masyarakat umum yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Dalam hal ini
dikatakan bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, curriculum change is
social change.
1. Perubahan sebagian-sebagian
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tertentu saja dari kurikulum
3
yang kita sebut sebagai perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode
mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja,
merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian.
2. Perubahan menyeluruh
Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih merupakan
perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan
kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum
yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976, misalnya : pengembangan,
tujuan, isi, organisasi dan strategi pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal
berbeda dari kurikulum sebelumnya.
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum
4
kolonialis. Dengan merdekanya negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa
selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak
sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu, mereka mulai merencanakan
adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan
yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Di satu
pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di
sekolah menghasilkan ditemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak,
perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya
menimbulkan ditemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar
mengajar. Kedua perkembangan di atas dengan sendirinya mendorong timbulnya
perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
5
senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang
mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu
negara beralih dari negara yang dijajah menjadi negara yang merdeka. Dengan
sendirinya, kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Pada tahun
40-an, sebagai akibat perang, asas masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum
menjadi lebih society-centered. Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat sputnik
yang menyadarkan Amerika Serikat akan ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan,
para pendidik lebih cenderung kepada kurikulum yang discipline-centered, yang
mirip kepada subject-centered curriculum. Tampaknya seakan-akan orang kembali
lagi kepada titik semula. Akan tetapi, lebih tepat bila kita katakan bahwa
perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak
kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai
proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau
experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul dan sebagainya.
Oleh karena itu, perubahan kurikulum merupakan hal yang biasa. Mempertahankan
kurikulum yang ada akan merugikan anak-anak, demikian juga dengan fungsi
kurikulum itu sendiri. Biasanya, perubahan suatu asas akan memerlukan perubahan
keseluruhan dari suatu kurikulum.
6
2.5 Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal
Strategi yang dimaksud di sini adalah rencana serangkaian usaha untuk mencapai
tujuan, dalam hal ini perubahan kurikulum. Untuk mengubah kurikulum, dapat diikuti
dengan cara sebagai berikut (Abdullah. 2004: 12) :
Hal ini hanya dapat dilakukan oleh pusat yakni Depdikbud, karena Depdikbud
mempunyai wewenang penuh untuk mengadakan perubahan kurikulum secara total.
Perubahan ini menyeluruh dan dijalankan secara uniform di seluruh Negara. Usaha
besar-besaran ini hanya dapat dikoordinasi oleh pusat dengan memberikan pernyataan
kebijaksanaan, petunjuk-petunjuk pelaksanaan dan buku pedoman. Strategi ini sangat
ekonomis mengenai waktu dan tenaga bila mengadakan perubahan kurikulum secara
uniform dan menyeluruh.
Kurikulum yang nyata (riil) hanya terdapat dimana guru dan murid berada, yakni di
sekolah dan di dalam kelas. Di sinilah dihadapi masalah kurikulum yang
sesungguhnya. Di dalam kelas, kurikulum menjadi hidup, bukan hanya secarik kertas.
Dalam menghadapi anak, mau tak mau setiap guru akan menghadapi masalah yang
harus diatasinya. Dalam pelaksanaan kurikulum dalam kelas terhadap murid yang
berbeda-beda, tak dapat tiada guru harus mengadakan penyesuaian. Bagaimana pun
ketatnya perincian kurikulum, guru selalu mendapat kesempatan untuk mencobakan
pikirannya sendiri. Pedoman kurikulum hanya dapat dijiwai oleh guru dan pribadi
guru terjalin erat dengan cara ia melaksanakan kurikulum itu. Kelaslah yang menjadi
garis depan perubahan dan perbaikan kurikulum.
7
c) Memberikan pendidikan in-service dan pengembangan staf.
Dianggap bahwa kurikulum sekolah akan mengalami perbaikan jika mutu guru
ditingkatkan. In-service training dianggap lebih formal, dengan rencana yang lebih
ketat dan diselenggarakan atas instruksi pihak atasan. Pengembangan staf atau staff
development dianggap lebih tidak formal atau lebih bebas sehingga harus disesuaikan
dengan kebutuhan guru. Misalnya, guru dapat disuruh mengobservasi dan menilai
dirinya mengajar, yang telah di video tape. Apa yang dipelajari dalam in-service dan
pengembangan staf hendaknya perlu dipraktekkan.
d) Supervisi
e) Reorganisasi sekolah
Reorganisasi diadakan bila sekolah itu ingin merombak seluruh cara mendidik di
sekolah itu dengan menerima cara yang baru. Hal ini antara lain dapat terjadi bila
sekolah itu akan menjalankan team teaching, nongrading, metode unit, open school,
dan lain-lain yang memerlukan perubahan dalam semua aspek pengajaran, seperti
8
bentuk ruangan, fasilitas, penjadwalan, tugas guru, kegiatan siswa, administrasi, dan
sebagainya. Hal serupa ini akan jarang terdapat di negara kita dewasa ini, kecuali bila
diadakan eksperimen dengan metode baru, misalnya pengajaran modul.
Sesuai dengan tantangan zaman di dalam era millenium baru ini, efek negatif dari
globalisasi dan krisis lingkungan hidup harus dihadapi oleh agama yang notebene
selalu mendidik ke arah perdamaian, keadilan dan kesejahteraan hidup. Itu pula yang
dihadapi oleh Pendidikan Islam sekarang dan yang akan datang. Padahal, persoalan
internal Pendidikan Islam sendiri, baik secara kelembagaan maupun keilmuan, masih
menghadapi persoalan-persoalan klasik yang belum terpecahkan sampai sekarang,
dari persoalan menejemen, ketenagaan, sumber dana, sampai ke masalah infrastruktur
dan kurikulum (Abdullah. 2004:254). Dari kenyataan di atas menyebabkan kualitas
Pendidikan Islam sangat rendah. Di sisi lain hal tersebut mengakibatkan para
pengelola Pendidikan Islam tidak lagi sempat dan mampu mengantisipasi adanya
tantangan globalisasi yang sudah begitu jelas menghadang di hadapannya.
Menurut Amin Abdullah, Pendidikan Islam masih selalu bergerak dengan perspektif
“inward looking” (berorientasi ke dalam), tidak banyak upaya pengembangan ke luar
9
karena masih sibuk mengurusi diri sendiri sehingga menyebabkan terjadinya
stagnasi. Dalam menghadapi perkembangan global, Pendidikan Islam harus mulai
membuka diri dengan menggunakan perspektif “outward looking”, yakni memahami
apa yang terjadi dan berkembang di dunia global untuk kemudian mengantisipasinya
dengan perbaikan-perbaikan ke dalam (Abdullah. 2004:254).
Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut minimal ada enam orientasi atau
pendekatan dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Islam (Muhaimin. 2012:
93), meliputi :
Pendekatan ini menganut asumsi bahwa kurikulum merupakan transmisi budaya, nilai
dan pengetahuan serta keterampilan. Kurikulum harus mampu membuat peserta didik
menggunakan kaidah-kaidah yang berpikir secara ketat dan terkendali dalam
menguasai ilmu yang diajarkan.
Asumsi penekanan yang benar dalam proses pembelajaran adalah membuka wawasan
peserta didik akan struktur pengetahuan. Peserta didik harus memahami ide-ide yang
fundamental, konsep-konsep dasar, serta materi yang diajarkan diorganisasikan dalam
pola hubungan satu sama lain, baik hubungan di dalam disiplin ilmu maupun bersifat
interdisipliner.
10
4) Pendekatan teknologis
Kurikulum adalah alat untuk memperoleh pengalaman yang terbaik dalam upaya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologi secara keseluruhan. Sebagai alat,
kurikulum harus mempunyai daya pembebas untuk pembentukan integritas personal
peserta didik.
Sepintas, konsep tauhid dan membaca merupakan prinsip dasar kurikulum dalam
pendidikan Islam yang sangat normatif. Padahal, jika dikaji secara serius lagi
mendalam, khususnya terhadap fakta historis yang dialami oleh Nabi Muhammad
11
Shalallahu’Alaihi Wassalam beserta sahabat-sahabatnya. Dua prinsip di atas tidaklah
dapat dibantah lagi. Dengan kata lain, tauhid dan membaca, dalam ajaran Islam
menjadi generator kebangkitan yang mengantarkan manusia dari kondisi
kejahiliyahan menuju kondisi yang penuh dengan kebahagiaan dengan naungan kitab
suci Alquran.
Kurikulum kenabian tidak saja mampu membangkitkan jiwa, tetapi juga berhasil
melahirkan para intelektual, cendekiawan, ulama, dan mujaddid yang sangat
membanggakan. Berawal dari kemenangan gemilang pada saat Perang Badar,
Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassalam menjadikan para tawanan perang yang
memiliki keilmuan, keterampilan dalam berbagai teknik sebagai guru bagi pemuda
Muslim di Madinah yang jika para tawanan tersebut mampu mendidik pemuda
Muslim sekualitas dirinya, maka jaminan bebas dari tahanan menjadi imbalannya.
Menurut Abdulloh (2010: 81-82) problem utama dunia pendidikan Islam bukan
terletak pada apakah pendidikan Islam itu pro atau anti Barat dan Timur. Baginya,
pendidikan adalah suatu pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kepada
kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya.
Bahkan lebih lanjut dia tegaskan bahwa dasar pendidikan Islam adalah Tauhid, yang
tersimpul dalam dua kalimat syahadat, yang menjadi pokok kemerdekaan dan
kekuatan rohani, dasar dari kemajuan dan kecerdasan manusia.
12
pemahamannya yang baik terhadap bahasa akan memacu dan mempersiapkan
kognitifnya untuk lebih bisa dipacu dalam menerima ilmu lain.
Dalam tataran ini, seorang mahasiswa sudah mampu memilih mana ilmu yang lebih
13
sesuai dengan kemampuan diri dan minatnya. Oleh karena itu, terkait dengan ilmu
apa saja yang dipilihnya tidaklah menjadi masalah. Sebab pendidikan 12 tahun
sebelumnya insyaallah sudah memberikan cukup bekal baginya untuk tetap istiqomah
sebagai muslim yang baik. Pemahaman terhadap Alquran dan Hadist akan
mengantarkan dirinya tidak saja kuat secara aqidah dan luhur secara akhlak, namun
juga kokoh dalam cara pandang Islam.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
16