Anda di halaman 1dari 19

PERUBAHAN KURIKULUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada


Mata kuliah kajian kurikulum PAI

Dosen : Dr. Asep Nursobah

Disusun oleh :
Fikri Rizkia Muhammad
2.214.3.009

PROGRAM PASCASARJANA S2
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSUTAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
PERUBAHAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Fikri Rizkia Muhammad


Program Pascasarjana S2 Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Email : vikrimoze@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perubahan kurikulum yang terjadi di dalam
pendidikan agama Islam (PAI), sejarah mencatat beberapa kali pendidikan dan kurikulum
mengalami perubahan dari mulai zaman sebelum merdeka dan zaman setelah kemerdekaan
sampai sekarang yang kita kenal dengan kurikulum 2013. Kurikulum merupakan perangkat
yang sangat vital keberadaanya untuk menjadi pijakan menuju tercapainya tujuan sebuah
pendidikan. Perubahan kurikulum seringkali hanya memperhatikan mata pelajaran dan materi
pelajaran. Perubahan kurikulum melupakan penyiapan pelaksana pendidikan, guru dan tenaga
kependidikan lainnya dalam melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik dalam rangka
menghadapi tantangan saat ini dan yang akan datang. Keberhasilan pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari proses pembelajaran yang pelaksanaannya harus mengacu pada belajar aktif
dan berpusat pada siswa dan proses penilaian autentik. Dalam tulisan ini pula di bahas
mengenai apa pengertian dari perubahan kurikulum, faktor penyebab perubahan kurikulum
sampai proses perencanaan perbaikan kurikulum. Dari analisi penulis dari berbagai sumber
menunjukkan bahwa, kurikulum pendidikan selalu akan berubah sesuai perkembangan
zaman. sebaliknya, kurikulum tak perlu diubah ketika zaman tak menunjukkan perubahan.
Tentu ini dipengaruhi beberapa faktor yang menjadikan kurikulum itu berubah. Tentu bahwa
tujuan kurikulum pendidikan agama Islam adalah membentuk manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT disertai dengan akhlaqul Karimah yang agung, sehingga akan
terlahir generasi yang paripurna.
Kata kunci : Kurikulum, Perubahan, PAI.

2
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan suatu perangkat yang sangat penting bagi tercapainya suatu tujuan
dalam pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat dirasa akan sulit tercapainya tujuan
pendidikan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah berulangkali diadakan perubahan
dan perbaikan kurikulum yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan maksimal.
Yang mendasari perubahan kurikulum ini adalah kesadaran bahwa perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan yang terjadi secara berkala ini menuntut perlunya
perbaikan sistem dalam pendidikan di negara kita, termasuk juga penyempurnaan kurikulum
dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaiang dan menyesuaikan diri
dengan perubahan.
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan setiap jenjang
pendidikan, yaitu mulai pendidikan dasar sampai keperguruan tinggi, hal ini sesuai dengan
UU RI No. 2 Tahun 1989 pada bab IX pasal 39 ayat 2 yaitu isi kurikulum setiap jenis jalur
dan jenjang pendidikan wajib memuat :
1. Pendidikan Pancasila.
2. Pendidikan agama.
3. Pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan agama mengemban amanat sekaligus, yaitu bidang agama dan bidang
pendidikan, di bidang pendidikan, pendidikan agama di sekolah merupakan bagian integral
dari program pendidikan dan pengajaran pada setiap jenjang dan jenis pendidikan untuk
mencapai tujuan nasional
Pendidikan agama Islam sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila
visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran
jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan
perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem
pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan
dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Kurikulum
Dalam perspektif Bapak soetopo dan soemanto, menjelaskan bahwa pengertian
perubahan kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu devinisi. Suatu kurikulum
disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih
komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang
disengaja.1
Sedangkan dalam perspektif Bapak nasution, perubahan kurikulum mengenai tujuan
maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu . Mengubah kurikulum sering
berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang
mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial,
suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut pembaharuan atau inovasi
kurikulum.2
Kurikulum adalah rancangan pendidikan yang sentiasa mengalami perubahan. Dalam
konteks pendidikan di Indonesia, perancangan dan pembentukan kurikulum adalah didasari
oleh falsafah dan matlamat pendidikan negara yang menentukan arah haluan, asas dan sumber
inspirasi kepada semua usaha dan rancangan dalam bidang pendidikan.3
Mengenai makna perubahan kurikulum, bila kita bicara tentang perubahan kurikulum,
kita dapat bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai
buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar.
Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa
dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya saling berkaitan. Kurikulum dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu di
revisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya kurikulum
dapat ditafsirkan sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid didalam kelas.
Kurikulum dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun rincinya
dirrencanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan dan
kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini guru lebih besar kesempatannya
menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya.

1Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem
Administrasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 38
2 Nasution. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 252
3 Kamaruddin Hj. Husin.(1994). Asas Pendidikan III: Perkembangan dan Perlaksanaan Kurikulum. Kuala Lumpur: Longman.

4
B. Jenis Perubahan Kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto, Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian,
tapi dapat pula bersifat menyeluruh.
a. Perubahan sebagian-sebagian
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari kurikulum kita
sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode mengajar saja,
perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan
contoh dari perubahan sebagian-sebagian. Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat
terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada komponen tertentu sama sekali tidak
berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih
bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam
cara (metode) mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.
b. Perubahan menyeluruh
Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja terjadi
secara menyeluruh . Artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami
perubahan mana tergambar baik didalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan
pelaksanaannya. Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan 1976 lebih
merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan
kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula usaha perubahan kurikulum yang
bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976 misalnya, pengembangan , tujuan, isi,
organisasi dan strategi pelaksanaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum
sebelumnya.4
C. Perubahan Kurikulum PAI
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai :
1. kegiatan menghasilkan kurikulum PAI atau
2. proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan
kurikulum PAI yang lebih baik; dan atau
3. kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan
kurikulum PAI.

4
Op., Cit. Soetopo dan Soemanto, hlm 39-40

5
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum PAI tersebut ternyata mengalami
perubahan-perubahan paradigma5 walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma
sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati dari
fenomena berikut :
1. perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-
ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur
tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk
mencapai tujuan pembelajaran PAI;
2. perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, absolutis kepada cara berfikir historis,
empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-
nilai agama Islam;
3. perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para
pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk
tersebut;
4. perubahan dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada
para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI ke arah keterlibatan yang
luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI
dan cara-cara mencapainya.6
Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang aka datang
memerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang memilki kompetensi
multidimensional.7 Mengacu pada hal hal tersebut, pengembangan kurikulum harus mampu
mengantisipasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang.
Unruh dan Unruh 9 1984 : VII mengemukakan definisi pengembangan kurikulum yakni :
Curriculum Development : problems, process, and progress is aimed at contemporary circum
tances and future projections " Sesuai dengan pengertian diatas, pengembangan kurikulum
tidak hanya merupakan berbagai abstraksi yang sering kali mendominasi penulisan
kurikulum, akan tetapi mempersiapkan berbagai contoh dan alternative untuk tindakan yang
merupakan inspirasi dari beberapa ide dan penyesuaian penyesuaian lain yang dianggap
penting.

5
Contoh, tasrif, teladan, pedoman; dipakai untuk menunjukan gugusan sistem pemikiran; bentuk kasus dan
pola pemecahannya. Pius A Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : PT. Arkola, 1994),
hal. 566.
6
Muhain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya, (Bandung : PT. Trigenda Karya, 1993), hal. 10-11.
7
Oemar Hamalak, Managemen Pengembangan Kurikulu : Bandung, Rosdakarya : 2006.

6
D. Pengembangan Tujuan Kurikulum PAI
a. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan, tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan
bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang
undang RI tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 Yaitu :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.8
b. Tujuan Institusional (Tujuan Lembaga/ satuan Pendidikan)
Adalah tujuan yang diharapkan, yang dicapai oleh suatu lembaga Pendidikan, misalnya
tujuan pendidikan tingkat SD, SLTP, SMU, SMK, PT.
c. Tujuan Kurikuler/Tujuan Pengajaran (Tujuan mata Pelajaran)
Adalah penjabaran dari Tujuan Institusional yang berisi program-program pendidikan
yang menjadi sasaran suatu bidang study atau mata kuliah, misalnya : tujuan mata pelajaran
Agama, matematika Bahasa Indonesia.
d. Tujuan Intruksional ( Tujuan Pembelajaran )
Komponen Tujuan, merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Sebab setiap rencana harus memiliki tujuan agar dapat ditentukan
apa yang harus dicapai, serta apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan pendidikan Islam memiliki perbedaan dengan tujuan pendidikan lain, misalnya
tujuan pendidikan menurut paham pragmatisme, yang menitik beratkan pemanfaatan hidup
manusia didunia. Yang menjadi standar ukurannya sangat relatif, yang bergantung pada
kebudayaan atau peradaban manusia. Arifin dalam bukunya Pendidikan Islam Dalam Arus
Dinamika Masyarakat menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam merealisasikan
manusia muslim yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang mampu
mengabdikan dirinya kepada sang khaliknya dengan sikap dan kepribadian bulat
menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupannya dalam rangka mencari
keridhoannya. Rumusan tujuan pendidikan Islam sangatlah relefan dengan rumusan tujuan
pendidikan nasional.

8
Undangundang RI tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

7
Dan jika dihubungkan dengan filsalafat Islam, maka kurikulumnya tentu mesti menyatu
(integral) dengan ajaran Islam itu sendiri. Tujuan yang akan dicapai kurikulum PAI ialah
membentuk anak didik menjadi berakhlak mulia, dalam hubungannya dengan hakikat
penciptaan manusia. Sehubungan dengan kurikulum pendidikan Islam ini, dalam penafsiran
luas, kurikulumnya berisi materi untuk pendidikan seumur hidup (long life education). Sesuai
dengan hadits Nabi :

Artinya : Carilah ilmu dari buayan hingga ke liang kubur
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Maka secara garis besar (umum)
tujuan pendidikan agama Islam ialah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam, sehingga ia menjadi
manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia baik dalam
kehidupan pribadi, bermasyrakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan tersebut tetap berorientasi
pada tujuan penyebutan nasional yang terdapat dalam UU RI. No. 20 tahun 2003.
Selanjutnya tujuan umum PAI diatas dijabarkan pada tujuan masing-masing lembaga
pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada. Selain itu, pendidikan agama Islam
sebagai sebuah program pembelajaran yang diarahkan untuk :
1. Menjaga akidah dan ketaqwaan peserta didik,
2. Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama,
3. Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan inovatif,
4. Menjadi landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Dengan
demikian bukan hanya mengajarkan pengetahuan secara teori semata tetapi juga untuk
dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial).9
E. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Kurikulum
1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain.
Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian.
Perubahan praktek pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian serius, agar
pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi tentu perubahan kurikulum harus

9
Hamdan, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum PAI), (Banjarmasin,
2009), hlm. 40.

8
disesuaikan denga kondisi setempat, kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi karena
adanya perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial, maupun budaya.10
2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.
Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau tidak
demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi makhluk terasing yang
akanhidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap
pakai di segala bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan dunia sendiri yang
baru bukan hanya mampu mengikuti dunia itu.
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan.
Praktek politik kenegaraan memegang peranan penting dalam perubahan kurikulum.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu tidak dapat terlepas
dari perpolitikan suatu bangsa. Oleh karena itulah orientasi politik Negara harus diarahkan
pada pemantapan demokrasi yang sejati, sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan
baik tanpa dibayangi ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa.
4. Pandangan intelektual yang berubah.
Selama ini pendidikan di Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian materi sebanyak-
banyaknya daripada mencapai suatu kemampuan tau kompetensi tertentu. Sehingga
outputnya kurang berkualitas di bandingkan dengan Negara lain. Untuk meningkatkan
kualitas itulah maka pemerintah mengupayakan dilaksanakannya kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang dirintis seja tanggal 26 Juni 2002, kemudian pada tahun 2006
diberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP dan sekarang mulai dirintis kurikulum terbaru yaitu
Kurikulum 2013 dengan basis yang sanma dengan perubahan dan penekanan pada aspek
tertentu.11
5. Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar.
Banyak sekali pemikiran, konsep atau teori baru dalam proses pembelajaran, walaupun
pemikiran itu kadang hanyalah perubahan pada titik tekannya saja. Misalnya mengenai active
learningatau (CBSA),contextual learning, quntum teaching-learning dan lain-lain, untuk
dapat mengaktifkan seorang individu siswa dan mengaktifkan kelompok.
6. Perubahan dalam masyarakat.
Masyarakat adalah suatu komunitas yang dinamis dan akan selalu berubah, baik
perubahan kearah positif maupun negatif perubahan positif antara lainadalah kesadaran

10
Muhammad Zaini. Pengembangan Kurikulum. (Yogyakarta : TERAS, 2009). hlm.167
11
Ibid., hlm. 168

9
masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan anak, terutama lagi kalangan menengah ke atas,
dengan menyediakan fasilitas yang memadai seperti alat komunikasi, transportasi, komputer
dan internet. Perubahan kearah negatif sesungguhnya lebih banyak terjadi akibat efek tidak
baik karena kemudahan-kemudahan yang dialami oleh manusia modern, seperti mudahnya
berkomunikasi antar individu yang kemudian disalahgunakan untuk kejahatan.
7. Eksploitasi ilmu pengetahuan.
Dengan pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tentu ilmu pengetahuan
mendapat porsi dalam kehidupan manusia. Banyak sekali disiplin ilmu pengetahuan baru
yang pada dekade sebelumnya belum dikenal. Oleh karena itu kurikulum paling tidak harus
disesuaikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, agar anak memiliki bekal yang cukup
untuk menghadapi kehidupan di masa depan.
Perbaikan kurikulum biasanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulum.
Sedangkan perubahan kurikulum mengenai perubahan-perubahan dasarnya, baik mengenai
tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu.sebelum merubah
kurikulum hendaknya diadakan penilaian tentang kirikulum yang sedang di jalankan.12
F. Proses Perubahan Kurikulum di Indonesia
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
NO TAHUN FOKUS ORIENTASI

1 1968 Subject Matter (Mata Pelajaran)


2 1975 Terminal Objectives (Tiu, Tik)
3 1984 Keterampilan Proses (CBSA Project)
4 1994 Munculnya Pembagian Kamar Antara Kurikulum
Nasional Dengan Kurikulum Muatan Local

5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


6 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
7 2013 Pengembangan Keterampilan

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan


UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penekanan dalam Kurikulum 1968, pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi

12
Ibid., hlm. 170

10
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik.
Sebagai pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975. Dalam kurikulum ini
menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), mengarah
kepada tercapainya tujuan spesifik, yang dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah
laku siswa. Dalam pelaksanaannya banyak menganut psikologi tingkah laku dengan
menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas
di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor
Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral yakni pendekatan
yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran
yang diberikan.
Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya adalah
pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah
lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Untuk
mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban
konvergen, divergen dan penyelidikan. Dan dalam pengajaran suatu mata pelajaran harus
menyesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.13

13
Indriana, Perubahan kurikulum Pendidikan di Indonesia, http://zulfaidah-
indriana.blogspot.com/2013/02/perubahan-kurikulum-pendidikan-di.html, diakses pada tanggal 9 Mei 2015

11
Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard
performan yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada
upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu KBK sebagai pedoman
pembelajaran.
Selanjutnya pada tahun 2006, dikembangkannya kurikulum KTSP. KTSP adalah suatu
ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan,
dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam
mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.14
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses,
maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
G. Perencanaan Perbaikan Kurikulum
1. Kerangka kerja perbaikan kurikulum
Tujuh langkah dalam kerangka kerja perbaikan kuri kulum secara komprehensif, adalah
sebagai berikut :
a. Memeulai dengan kurikulum yang ada.
b. Perencanaan filsafat pendididkan dan menentukan prinsip-prinsip kepemimpinan
c. Menentukan masalah-masalah dalam kehidupan dan penentuan tujuan-tujuan
pendidikan.
d. Penilaian kurikulum yang ada

14
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas. Hlm.

12
e. Perencanaan program pendidikan
f. Rencana pelaksanaan perbaikan.
g. Evaluasi program dan perubahan.15
2. Prinsip-prinsip perbaikan kurikulum
Perbaikan kurikulum berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Perbaikan kurikulum merupakan proses berkesinambungan. Memperbaikai
kurikulum adalah suatu pekerjaan yang tidak pernah berhenti, melalui penilaian
secara berkala yang pada gilirannya menuntut perubahan pada sistem intruksional
di lingkungan sekolah untuk memenuhi program tersebut.
b. Perbaikan kurikulum merupakan suatu proses kerjasama. Dalam proses ini
terlibat secara aktif beberapa kelompok.
c. Perbaikan kurikulum dilaksanakan pada skala yang lebih kecil, pada dasarnya
kelompok guru-guru dan peorangan yang mengemukakan keinginan sendiri,
menentukan suatu pemikiran kepemimpinannya, membatasi masalah, melakukan
penilaian dan melaksanakan perbaikan kurikulum dalam bidangnya masing-
masing.
d. Dalam pekerjaan perbaikan kurikulum tidak berarti semua aspek harus diubah,
tetapi dapat dilakukan terhadap aspek-aspek tertentu saja yang dirasa perlu
diperbaiki, dan tidak harus dilaksanakan dalam bentuk proyek dengan dana yang
besar, asalkan tetapa berada falam lingkup sistem pendidikan yang berlaku.16
3. Kebutuhan perbaikan kurikulum
Strategi perbaikan kurikulum harus dimulai dari penentuan kebutuhan perbaikan itu
sendiri dan kemudian menentukan pendekatan apa yang akan dipergunakan dalam
strategi itu.
Dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan itu perlu ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Perlu dinilai apakah tujuan kurikulum telah dirumuskan secara jelas dan tujuan
itu berkaitan dengan tujuan sistem sekolah, apakah isinya telah diuraikan dalam
bentuk garis besar isi pelajaran? Apakah kurikulum itu efektif atau tidak, dapat
dilihat dari berbagai sumber, misalnya dari sektor test, kehadiran siswa, tingkat
drop out, penempatan dan sebagainya.

15
Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 275
16
Ibid., hlm. 277

13
b. Dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan siswa dan masyarakat, dapat
digunakan banyak sumber dan berbagai prosedur, yakni: data yang telah ada dan
bahan-bahan tertulis, riset dan studi yang sudah dilakukan oleh staf administrasi
dan supervisi, partisipasi siswa, akreditasi dan laporan studi seseorang, ukuran-
ukuran mutu yang telah ditentukan oleh negara, dewan pendidikan, satu tugas
masyarakat secara komprehensif, survei untuk maksud tertentu, dan konsultan
dari pihak luar.
c. Data tertulis yang dapat diperolah dari sumber-sumber lokal, seperti sekolah dan
non sekolah, dan sumber data negara, daerah dan regional.
d. Langkah berikutnya adalah menentukan kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh
program yang ada.17
4. Pendekatan Perbaikan Kurikulum
Beberapa jenis pendekatan untuk perbaikan kurikulum yang masing-masing
berdasarkan pada tujuan tertentu, dan masing-masing memiliki kebaikan dan
kelemahannya, pendekatan itu adalah:
1. Pendekatan autorian atau direktif
2. Pendekatan studi kelompok atau dewan kurikulum.
3. Pendekatan pengembangan staf atau in service
4. Pendekatan sistem pendidikan18
5. Prosedur perbaikan kurikulum
Rencana perbaikan kurikulum berisikan empat langkah diantaranya :
a. Perencanaan awal.
Tujuan utama perencanaan awal adalah: untuk memperoleh keputusan tentang
pengajuan proyek, untuk memperoleh pembiayaan yang diperlukan, untuk
memperhitungkan komitmen yang diperlukan dan memperolehnya dari pembuatan
keputusan serta pengalokasian sumber-sumber. Perencanaan harus berisikan
informasi tentang: deskripsi program, tujuan program, pembatasan masalah, langkah-
langkah yang ditempuh, identifikasi jenis dan mutu para partisipan dan sebagainya.
b. Perencanaan untuk pelaksanaan.

17
Ibid., hlm. 278.
18
Ibid., hlm. 279

14
Rencana ini lebih dirinci kepada pelaksanaan. Faktor-faktor. Sumber, waktu,
pengalaman, dan pemahaman, turut mewarnai rencana ini. Minimal rencana ini
berisikan: deskripsi proyek, filsafat dan tujuan proyek, implementasi dan operasi..
c. Memulai dan operasi
Pada tahap permulaan diperlakukan masa orientasi. Administator perlu memberi
bantuan ekstra, kepemimpinan dan penguasaan-penguasaan individual. Prosedural
pengkomunikasian masalah akan membantu penyelesaian masalah. Perlu diadakan
monitoring dan evaluasi serta realokasi dana. Pimpinan proyek perlu mendapat
informasi yang lengkap, dan memahami berbagai hambatan yang dialami.
d. Evaluasi program perbaikan.
Evaluasi dalam hal ini tidak tebatas hanya pada proyek saja atau perubahan yang
tirdiri pada diri siswa, melainkan meliputi keseluruhan proses evaluasi, misalnya:
efektifitas prosedur, manusia, material dan teknik-teknik yang digunakan.
Persoalan yang hendak dijawab oleh program evaluasi adalah: a) apakah program itu
efektif, dan b) bagaimana kita memperbaiki performance pada masa mendatang.19
H. Proses Pengembangan kurikulum PAI
Sejalan dengan pengertian pengembangan kurikulum PAI diatas, maka proses
pengembangannya digambarkan oleh Hasan ( 2002 ) dalam chart sebagai berikut :

IDE HASIL

PENGALAMAN
PROGRAM

SILABUS

EVALUASI
Perencanaan Implementasi Evaluasi
Chart tersebut menggambarkan bahwa seseorang dalam mengembangkan kurikulum
PAI dimulai dari kegiatan perencanaan kurikulum. Dalam menyusun perencanaan ini

19
Ibid., hlm. 281-282.

15
didahului oleh ide ide yang akan dituangkan dan dikembangkan dalam program. Ide
kurikulum bisa berasal dari :
1. Visi yang dicanangkan
Visi ( vision ) adalah the statement of ideas or hopes, yakni pernyataan tentang cita
cita / harapan harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam
jangka panjang.
2. Kebutuhan stakeholders ( siswa, masyarakat, pengguna lulusan ) dan kebutuhan untuk
studi lanjut.
3. Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan iptek dan zaman.
4. Pandangan pandangan pakar dengan berbagai latar belakangnya.
5. Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos belajar
sepanjang hayat, m social, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.
Kelima ide tersebut kemudian diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam
program atau kurikulum sebagai dokumen yang antara lain berisi : informasi dan jenis
dokumen yang akan dihasilkan, bentuk format silabus, dan komponen komponen kurikulum
yang harus dikembangkan. Apa yang tertuang dalam dokumen tersebut kemudian
dikembangkan dan disosialisasikan dalam proses pelaksanaannya, yang dapat berupa
pengembangan kurikulum dalam bentuk satuan acua pembelajaran ( SAP ). Proses
pembelajaran di kelas atau diluar kelas, serta evaluasi pembelajaran sehingga diketahui
tingkat efesiensi dan efektifitasnya. Dari evaluasi ini akan diperoleh umpan balik ( feed back
) untuk digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya. Dengan demikian, proses
pengembangan kurikulum menurut adanya evaluasi secara berkelanjutan mulai dari
perencanaan, implementasu hingga evaluasinyan itu sendiri.
Karena itu, pengembangan kurikulum PAI perlu dilakukan secara terusmenerus guna
merespon dan mengantisipasi perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa harus menunggu
pergantian menteri pendidikan nasional atau menteri agama. Apalagi masyarakat ini sudah
memasuki era globalisasi baik di bidang ipteks maupun social politik, budaya dan etika. Hal
ini akan berimplikasi pada banyaknya masalah pendidikan yang harus segera diatasi, tanpa
harus menunggu keputusan dari atas.
I. Desain Kurikulum PAI
Pada dasarnya desain kurikulum secara teori dapat dikatakan sama antara kurikulum
pendidikan Islam dengan kurikulum secara Umum. Kemudian yang membedakan hanyalah
pada tujuan yang hendak dicapai masing-masing lembaga.

16
Dalam kurikulum nasional (PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan), semua program belajar sudah baku dan siap untuk digunakan oleh pendidik atau
guru. Kurikulum yang demikian sering bersifat resmi dan dikenal dengan nama ideal
curriculum, yakni kurikulum yang masih berbentuk cita-cita.
Kurikulum yang masih berbentuk cita-cita tersebut masih perlu dikembangkan menjadi
kurikulum yang berbentuk pelaksanaan, atau sering dikenal dengan actual curriculum, yakni
kurikulum yang dilaksanakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyusunatau mendesain kurikulum (dalam rangka mengembangkan kurikulum)
sangatlah tergantung pada asas organisatoris, yakni bentuk penyajian atau
pengimplementasian bahan pelajaran (organisasi kurikulum). Oleh karena itu, desain
pengembangan kurikulum dalam pendidikan Islam diarahkan bagaimana kurikulum
dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum perspektif Islam.
Seperti pernyataan Muhaimin yang dikutip oleh Mujamil, bahwa kurikulum madrasah
perlu dikembangkan secara terpadu dengan menjadikan ajaran dan nilai-nilai agama sebagai
petunjuk dan sumber konsultasi bagi pengembangan berbagai mata pelajaran umum, yang
operasionalnya dapat dikembangkan dengan cara mengimplisitkan ajaran dan nilai-nilai
Islam ke dalam bidang studi IPA, IPS dan sebagainya, sehingga kesan dikotomis tidak terjadi.
Kemudian model pembelajaran bisa dilaksanakan melalui team teaching, yakni guru bidang
studi IPS, IPA dan lainnya bekerja sama dengan guru PAI dalam menyusun desain
pembelajaran secara konkrit dan detail, untuk diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran.20
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, dikenal beberapa desain
kurikulum, yaitu:21
1. Subject Centered Design
2. Learner Centered Design
3. Problem Centered Design

20
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 157-158.
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum- Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda,
2007)

17
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan yang telah di kemukakan dalam makalah ini, maka penulis
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perubahan kurikulum baik sebagian maupun keseluruhan selalu dibutuhkan karena
perubahan itu memang menjadi bagian dari dinamika pendidikan. Disadari atau tidak,
bahwa pendidikan itu tidak lain adalah politik karena ditetapkan melalui kehidupan
tatanan berbangsa dan bernegara, melalui ketetapan majelis. Perubahan kurikulum
dibagi atas : perbahan sebahagian dan perubahan menyeluruh. Faktor- faktor yang
menyebabkan kurikulum berubah : 1. Politik dan kebijaksanaan, 2. Tuntutan
Masyarakat, 3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan Biologi, 4. Ideologis dan cita-
cita masyarakat, 5. Historis dan Sosiologis, 6. Psikologis.
2. Penyebab kurikulum di ubah karena kurikulum itu selalu dinamis. Kurikulum juga
diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Kurikulum dapat pula
mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga
timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau experience curriculum,
programmed instruction, pengajaran modul, dan sebagainya.Perubahan dalam
masyarakat, eksplosi ilmu pengetahuan dan lain-lain mengharuskan adanya
perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang
berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh
setiap kurikulum, betapapun relevannya pada suatu saat.
3. kurikulum pendidikan Islam selalu akan berubah sesuai perkembangan zaman.
Sebaliknya, kurikulum tak perlu diubah ketika zaman tak menunjukkan perubahan.
Selanjutnya, dalam perubahan kurikulum juga didapat sejumlah manfaat. Di
antaranya adalah penataan perbukuan, penataan pelatihan, penyiapan, dan pengadaan
guru, serta untuk memperkuat budaya sekolah.
4. Kurikulum PAI mencakup usaha untuk mewujudkan keharmonisan, keserasian,
kesesuaian, dan keseimbangan antara: hubungan manusia dan sang pencipta (Allah
SWT), hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan makhluk lain
dan lingkungan alam, hubungan manusia dengan dirinya sendiri (berakhlak dengan
diri sendiri). Keempat hubungan ini, tercakup dalam kurikulum PAI.

18
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum- Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosda, 2007)
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008)
Oemar hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010)
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.
Muhammad Zaini. Pengembangan Kurikulum. (Yogyakarta : TERAS, 2009)
Hamdan, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum
PAI), (Banjarmasin, 2009)
Undangundang RI tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
Oemar Hamalak, Managemen Pengembangan Kurikulu : Bandung, Rosdakarya : 2006.
Muhain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, (Bandung : PT. Trigenda Karya, 1993)
Contoh, tasrif, teladan, pedoman; dipakai untuk menunjukan gugusan sistem pemikiran;
bentuk kasus dan pola pemecahannya. Pius A Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah
Populer, (Surabaya : PT. Arkola, 1994)
Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara
Nasution. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Indriana, Perubahan kurikulum Pendidikan di Indonesia, http://zulfaidah-


indriana.blogspot.com/2013/02/perubahan-kurikulum-pendidikan-di.html, diakses pada
tanggal 9 Mei 2015

19

Anda mungkin juga menyukai