LANDASAN TEORI
1. Definisi zakat.
Zakat menurut bahasa artinya suci, tumbuh dengan subur, bersih dan berkah,
hal itu sesuai dengan manfaat zakat bagi muzakki (yang berzakat) maupun bagi
mustahiq penerima zakat. bagi Muzakki zakat berarti membersihkan hartanya dari
hak-hak Mustahiq (yang menerima zakat), khususnya para fakir miskin. Selain itu,
zakat juga membersihkan jiwa dari sifat tercela seperti kikir, tamak, serta
sombong sedangkan bagi Mustahiq, zakat membersihkan jiwa dari iri hati dan
dengki.22
oleh Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak menerima zakat
(mustahiq) yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Selain itu, bisa juga berarti
sejumlah harta dari harta tertentu yang diberikan kepada orang yang berhak
dari kekayaannya yang tidak melebihi satu Nisab, diberikn kepada Mustahik
24
dengan beberapa syarat yang telah ditentukan Didin Hafidhuddin
mendefinisikan zakat yaitu bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang
22
Syamsuar, Zakat Bagi Pengusaha: Solusi Pemberdayaan Ekonomi Umat, Disampaikan
pada Kegiatan Sosialisasi Zakat kepada Pengusaha Tahun 2013 di Kabupaten Aceh Barat
(Meulaboh: STAIN Teungku Dirundeng, 2013), h. 2.
23
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera Antar Nusa dan Mizan, 1996), h. 36.
24
Abd Al-Rahman Al-Jaziry, Al-Fiqh ‘Ala Al-Mazahibal-Arba’ah, Jilid 1, (Beirut: Dar
Al-Fikr, 1990), H. 590.
10
11
zakat merupakan bagian harta yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
orang-orang yang berhak, agar tercipta kesejahteraan ekonomi bagi umat Islam.
dalam surat Al-Baqarah ayat 43 dan surat At-Taubah ayat 103 menyebutkan:
Artinya: dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama
orang orang yang rukuk (Q.S. Al-Baqarah: 43).26
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
25
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: GemaInsani Press,
2002), h. 7.
26
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Mizan Media Utama,
2011), h. 8.
12
Disamping ayat al-quran ada juga hadist menjelaskan masalah kewajian zakat.
َﺷﮭَﺎ َد ِة أَنْ َﻻإِﻟَﮫَ إِ ﱠﻻ: ﺲ ِ ْ ﺻﻠﱠﻰ ﷲِ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﯾَﻘُﻮْ ُل ﺑُ ْﻨ َﻲ
ٍ اﻹ ْﺳ َﻼ ُم َﻋﻠَﻰ َﺧ ْﻤ َ ِﺻﻮْ ُل ﷲ
ُ َر
، َﻀﺎن
َ ﺻﻮْ مِ َر َﻣ ِ ﺼ َﻼ ِة َوإِ ْﯾﺘَﺎ ِءاﻟ ﱠﺰ َﻛﺎ ِة وَ َﺣ ﱢﺞ ا ْﻟﺒَ ْﯿ
َ ﺖ َو ﷲُ َوأَنﱠ ُﻣﺤَ ﱠﻤ ًﺪا َر ُﺳﻮْ ُل ﷲِ َوإِﻗَﺎمِ اﻟ ﱠ
Artinya: “Dari Abdul Rahman Abdullah bin Umar bin Khattabra, berkata
akumendengar Rasulullah Saw Bersabda; “Islam dibangun atas lima
perkara:bersaksi tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah
melainkan Allahdan Muhammad adalah utusan-Nya; menegakkan
shalat;menunaikanzakat;menunaikan haji; dan berpuasa di bulan
ramadhan.” (Hadis Riwayat Bukhori dan Muslim).”28
ﺗُﺆ َﺧ ُﺬ ﻣِﻦ أﻏﻨﯿﺎﺋِﮭﻢ ﻓﺘﺮ ﱡد ﻋﻠﻰ،أ ْﻋﻠِﻤْﮭﻢ أنﱠ ﷲَ اﻓﺘَ َﺮض ﻋﻠﯿﮭﻢ ﺻﺪﻗﺔً ﻓﻲ أﻣﻮاﻟِﮭﻢ
ﻓُﻘﺮاﺋِﮭﻢ
27
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya…h. 204.
28
Mustafa Dieb Al-Buqha dan Muhyiddin Mistu, Syarah Hadis Arba’in Imam An-
Nawawi, (Jakarta: Qisthi Pres, 2014), h. 19.
29
M. Nuruddin, Transformasi Hadis-Hadis Zakat Dalam Mewujudkan Ketangguhan
Ekonomi Pada Era Modern, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 1, No. 2, Desember 2014, diakses
melalui situs: https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/viewFile/1489/1367
13
Tujuan hukum Islam adalah kebahagian hidup manusia di dunia ini dan di
akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah
atau menolak yang mudarat, salah satunya dengan melaksanakan zakat. 30 Zakat
merupakan salah satu rukun Islam, dari rukun Islam yang lima. Di mana zakat
berada pada urutan yang ketiga setelah sholat. Bahkan karena keutamaannya
hampir semua perintah dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sholat selalu
Nabi Saw telah menegaskan di Madinah bahwa zakat itu wajib serta telah
satu rukun Islam yang utama, dipujinya orang-orang yang melaksanakan dan
diancamnya orang yang tidak melaksanakannya dengan berbagai upaya dan cara.
3. Macam-macam Zakat.
Zakat yang dikenal dalam Islam secara garis besar dikategorikan menjadi
a. Zakat Fitrah.
menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar zakat ini setara dengan
30
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 61.
31
Abdul al-Hamid, Mahmud al-Ba’Iy, Ekonomi Zakat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1991), h. 3.
14
1) Individu yang
2) Memeluk Islam sebelum mempunyai kelebihan makanan atau hartanya
dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya.
3) Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan Ramadhan dan
hidup selepas terbenam matahari.
4) terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan dan tetap dalam
Islamnya.
5) Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadhan.
Zakat mal adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka
emas dan perak, serta hasil kerja (profesi). 33 Mâl berasal dari bahasa
Arab yang secara harfiah berarti 'harta'. Harta yang akan dikeluarkan
1) Milik Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang
akan mengeluarkan zakat;
2) Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang
bila diusahakan;
3) Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah
tertentu sesuai dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak
wajib dizakatkan dan dianjurkan untuk berinfaq atau bersedekah;
4) Lebih dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan
minimal/ pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu;
5) Bebas dari hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan
ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nis}ab, dan
akan dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari
kewajiban zakat;
32
Syamsuar, Zakat Bagi Pengusaha: Solusi Pemberdayaan Ekonomi Umat, Disampaikan
pada Kegiatan Sosialisasi Zakat kepada Pengusaha Tahun 2013 di Kabupaten Aceh Bara, h. 4
33
Hikmat kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala
Bertambah Plus Cara & Mudah Menghitung Zakat, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h.141.
34
Syamsuar, Zakat Bagi Pengusaha: Solusi Pemberdayaan Ekonomi Umat,
Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Zakat kepada Pengusaha Tahun 2013 di Kabupaten Aceh
Bara, h. 5.
15
a. Niat, para fuqoha bersepakat bahwasannya niat adalah salah satu syarat
membayar zakat, demi membedakan dari kafarat dan sadaqah-sadaqah
yang lain.
b. Memberi kepemilikan. Disyariatkan pemberian hak kepemilikan demi
keabsahan pelaksanaan zakat. Yakni dengan memberikan zakat kepada
orang orang yang berhak.
ﻋ ﻠ َ ﯿ ْ ﮭ َﺎ َو ا ﻟ ْ ﻤُ َﺆ ﻟ ﱠ ﻔ َ ﺔِ ﻗ ُﻠ ُﻮ ﺑ ُﮭ ُ ْﻢ
َ َﺴ ﺎ ﻛ ِﯿ ِﻦ َو ا ﻟ ْ َﻌ ﺎ ِﻣ ﻠ ِﯿﻦ
َ ت ﻟ ِ ﻠ ْ ﻔ ُﻘ َ َﺮ ا ِء َو ا ﻟ ْ َﻤ
ُ ﺼ َﺪ ﻗ َﺎ
إ ِﻧ ﱠ َﻤ ﺎ اﻟ ﱠ
ۗ ِﷲ
ﻀ ﺔ ً ِﻣ َﻦ ﱠ
َ ﷲ ِ َو ا ﺑ ْ ِﻦ اﻟ ﺴﱠ ﺒ ِﯿ ِﻞ ۖ ﻓ َ ﺮ ِﯾ
ﺳ ﺒ ِﯿ ِﻞ ﱠ
َ َو ﻓ ِﻲ اﻟ ﱢﺮ ﻗ َﺎ ب ِ َو ا ﻟ ْ َﻐ ﺎ رِ ِﻣ ﯿ َﻦ َو ﻓ ِﻲ
ٌﻋ ﻠ ِﯿ ﻢٌ َﺣ ﻜ ِﯿ ﻢ
َ ُ َو ﷲﱠ
Artinya:
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya untuk memerdekan budak, orang-orang yang
berhutang untuk jalan Allah dan orangorang yang sedang dalam
melakukan perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".36
35
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Alih Bahasa Oleh Abdul Hayyie Al
Kattani, Cet. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 182.
36
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006),h.
37.
16
Ada perbedaan antara orang fakir dan orang miskin. Fuqara adalah
mereka yang mempunyai harta sedikit kurang dari satu nisab. Fakir
merupakan lawan kata dari orang kaya, yaitu sesuatu yang dibutuhkan
kepada hajat manusia atau tidak ada baginya sesuatu yang memadai.37 Fakir
adalah sebutan bagi orang yang tidak mempunyai harta dan usaha sehingga
Fiqh Hanafi, fakir adalah orang yang memiliki harta tetapi tidak sampai satu
nisab, atau ia memiliki harta satu nisab, tetapi tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. 38 Jadi yang tergolong kepada fakir yaitu orang yang tidak
perhatian khusus dalam Islam sebagai orang yang berhak menerima zakat.
37
Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lugahwa Al-Alam,(Beirut: Dar Al-Masyruq, 1982),
H.590.
38
Ibn Abidin, Radd Al-Mukhtar, Jilid 2, (Mesir: Mustafa Al-Babiy Al-Halaby, 1966),
H.339.
17
Dan, mereka diberi bagian dari zakat yang dapat menutupi kekurangan
Dalam hal orang fakir dan miskin sebagai penerima zakat, lebih tegas lagi
menghitung dan mencatat zakat yang diambil dari para Muzakki untuk
39
Shaleh Al- Fuzan, Fiqih Sehari-Hari, Alih Bahasa Oleh Abdul Hayyie Al
Khatanidkk,Cet. 1, (Depok: Gemma Insani Press, 2005), H. 280.
40
Umar Fannani, Problema kemiskinan Dan Apakonsep Islam, (Surabaya: Bina
Ilmu,1977), H.109.
18
macam yaitu:42
1) Muallaf ialah orang yang sudah masuk Islam tetapi niatnya atau imannya
masih lemah, maka diperkuat dengan memberikan zakat.
2) Orang yang telah masuk Islam dan niatnya cukup kuat, dengan harapan
kawan-kawan tertarik masuk Islam.
3) Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang kaum kafir
disampingnya Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang yang
membangkang membayar zakat.
menurut Sayyid Sabiq yaitu sekelompok orang yang dibujuk hatinya agar
bergabung kepada Islam atau tetap padanya, atau agar mereka menahan diri
41
Al-Qurtuby, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, Jilid 7-8, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-
‘Ilmiyah, 1993), h.112-113.
42 42
Al-Qurtuby, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qurar’an…, h.82-83.
43
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Dar Al-Fath, 2004), H. 96.
19
agar dapat menebus dirinya untuk merdeka. Dalam hal ini ada syarat,
bahwa yang menguasai atau memilikinya sebagai budak belian itu bukan si
muzakki sendiri, sebab jika demikan maka uang zakat itu akan kembali
kepadanya saja.
dari sistem perbudakan. 44 Dengan kata lain, dana zakat yang diberikan
44
Ibnu Yahya Muhammad Ibn Sumadih At- Tujiby, Mukhtasar Tafsir At-Thabari, (Mesir:
Al-Hai’ah Al-Muriyah Al-Ammah, 1970), H.113.
45
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Jilid 4,(Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf UII, 1992), H.168.
46
Ibnu Yahya Muhammad Ibn Sumadih At- Tujiby, Mukhtasar Tafsir At-Thabari…,
H.115.
20
Sabilillah adalah orang yang berjalan pada jalan Allah47. Pada zaman
ini bagian yang paling penting dari Sabilillah ialah guna membiayai pada
h. Ibnu Sabil.
Ibnu Sabil bisa jadi ia termasuk orang yang kaya maupun termasuk
Sabil yaitu orang yang sedang dalam perjalanan, bukan bepergian untuk
maksiat. Ia diberi zakat sekedar untuk sampai pada tujuan yang dimaksud,
47
Shaleh Al- Fuzan, Fiqih Sehari-Hari, Alih Bahasa Oleh Abdul Hayyie Al-Khatanidkk,
Cet. 1, (Depok: Gemma Insani Press, 2005), H. 281.
48
Muhammad Jamaluddin Al-Qasimy, Mahasin At-Ta’wil, Jilid 8, (Mesir: Isa Bab Al-
Halabi, 1598), H.85.
49
Ibnu Yahya Muhammad Ibn Sumadih At- Tujiby, Mukhtasar Tafsir At-Thabari…,
H.114.
50
Ibnu Yahya Muhammad Ibn Sumadih At- Tujiby, Mukhtasar Tafsir At-Thabari…, H.
251.
51
Ibnu Yahya Muhammad Ibn Sumadih At- Tujiby, Mukhtasar Tafsir At-Thabari…,
H.112.
21
1. Tujuan Zakat.
Tujuan yang ingin dicapai oleh Islam di balik kewajiban zakat, adalah
sebagai berikut:52
52
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), h.
13-14.
53
Soemitro Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,(Jakarta: Kencana, 2010), h.
410.
54
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h.
45.
22
2. Fungsi Zakat.
menjadi murah hati, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan mengikis
masyarakat. 55
c. Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika
sendiri tak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang
kaya) kepadanya.
55
Elsi Kartika Sari, PengantarHukum Zakat dan Wakaf…, h. 13.
56
Elsi Kartika Sari, PengantarHukum Zakat dan Wakaf…, h.14.
23
Baitul Mal berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu “Bata – Yabitu –
Baytan yang artinya rumah atau tempat tinggal, dan Mala – Yamulu –
suatu lembaga atau pihak (Al-Jihat) yang mempunyai tugas khusus menangani
Baitul Mal juga dapat diartikan secara fisik sebagai tempat untuk menyimpan
yang harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Al-Quran. Hal ini telah
dipraktikan oleh Rasulullah saw. Sebagai seorang kepala negara secara baik
dan benar. Ia tidak menganggap dirinya sebagai seorang raja atau pemerintah
dari suatu negara, tetapi sebagai orang yang diberikana manah untuk mengatur
urusan negara. Sejatinya Baitul Mal sudah berdiri sejak masa Rasulullah SAW,
namun belum terbentuk dalam suatu lembaga yang mempunyai tempat khusus
yang resmi.
57
Firdaus Al-Hisyam, Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab Indonesia Inggris, (Surabaya:
Gitamedia Press, 2006), h. 104.
58
Firdaus Al-Hisyam, Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab Indonesia Inggris..., h. 580.
59
Abdul Qadim Zallum, Al-Amwal Fi Daulatial-Khilafah, (Beirut: Dar Al-‘Ilmi Lial-
Malayin, 1983), H. 15.
24
yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat negara yang sekaligus berfungsi
Rasulullah. Lembaga ini pertama kali hanya berfungsi untuk menyimpan harta
kekayaan negara dari zakat, infak, sedekah, pajak dan harta rampasan perang.
hingga tidak tersisa sedikit pun. Pada perkembangan berikutnya, institusi ini
Negara menjadi dua bagian. Bagian pertama warga negara Muslim dan bagian
kedua W Warga Negara non muslim yang damai (zimmi). Bagi warga Negara
60
Adiwarman Azhar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Edisi 3, cet 4, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 51-53.
61
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,
2004), h. 60.
25
yang tertata baik dan rapih merupakan kontribusi terbesar yang diberikan oleh
khalifah Umar Ibn Khattab kepada dunia Islam dan kaum muslimin.
oleh kedatangan Abu Hurairah yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur
500.000 Dirham. Hal ini terjadi pada tahun 16 H. Oleh karena jumlah tersebut
sebagai cadangan, baik untuk keperluan darurat, pembayara ngaji para tentara
fiskal Negara Islam dan Khalifah merupakan pihak yang berkuasa penuh
menggunakan harta Baitu Mal untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini,
62
Hamdani Anwar, Masa Al-Khulafaar-Rasyidun, dalam M. Din Syamsudin, at. all, ed.,
Esiklopedi Tematis Dunia Islam, Vol II (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002). h. 39.
63
Amru Khalid, Jejak Para Khalifah, terjemahan Farur Mu’isjudulasli“Khulafaur Rasul”,
(Solo: Aqwam, 2007), h. 117-118.
26
tunjangan Umar sebagai Khalifah untuk setiap tahunnya adalah tetap yakni
sebesar 5000 Dirham, dua stel pakaian yang masing-masing untuk musimpanas
dan musim dingin serta seekor binatang tunggangan untuk menunaikan ibadah
haji. 64
Dalam hal penditribusian harta Baitul Mal, sekalipun berada dalam kendali
dan tanggung jawab, para pejabat Baitul Mal tidak mempunyai wewenang
dalam membuat suatu keputusan terhadap harta Baitul Mal yang berupa zakat.
Khalifah dan para Amil hanya berperan sebagai pemegang amanah. Dengan
dari harta Negara dan karenanya, keadilan menghendaki usaha seseorang serta
64
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2001), h. 186.
65
Adiwarman Azhar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam…, h.59.
27
Kondisi yang Sama juga berlaku pada masa Utsman bin Affan. Namun,
mendapatkan protes dari umat dalam pengelolaan Baitul Mal. Dalam hal ini,
lbnu Sa’ad menukilkan ucapan Ibnu Syihab Az Zuhri (51-123 H/670-742 M),
dan meminjamnya dari Baitul Mal sambal berkata, "Abu Bakar dan Umar tidak
Selama masa pemerintah Ali bin Abi Thalib, sistem administrasi Baitul Mal
baik ditingkat pusat maupun daerah telah berjalan dengan baik. Kerjasama
surplus. Dalam pendistribusian Baitul Mal Khalifah Ali bin Abi Thalib
66
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedia Hukum Islam…, h. 186.
28
Islam.67
Ketika berkobar peperangan antara Ali bin Abi Talib dan Mu’awiyah bin
sekitar Ali menyarankan Ali agar mengambil Dana dari Baitul Mal sebagai
mempertahankan diri Ali sendiri dan kaum muslimin. Ketika Dunia Islam
rakyat, maka pada masa pemerintahan Bani Umayyah Baitul Mal berada
67
Afzalurrahman, DokrinEkonomi Islam, terj. Soeroyono, (Yogyakarta: PT. Dhana
BaktiWakaf, 1995), h.39
68
Busthanul Arifin, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001), h. 187.
29
Islam sebagai agama yang memelihara hak-hak asasi manusia, salah satu
hak yang penting bagi setiap orang ialah bahwa orang yang tidak memiliki apa-
Dengan adanya peran Baitul Mal maka dapat Menjauhkan masyarakat dari
praktik ekonomi yang bersifat non Islam. Hal ini biasa dilakukan dengan
69
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watam Wil (BMT), (Yogyakarta: UII
Press, 2004), H. 131
70
Tuty Sariwulan, “Baitul Mal Wat Tanwil di Pandang dari Sudut Agama, Serta Sejarah
Berdirinya di Indonesia,”Econosains vohlume X, 1 (Maret, 2012),H. 62.
30
kecil.71
Penyaluran Zakat dapat dilakukan dalam dua pola, yaitu konsumtif dan
persentase adalah 60% untuk Zakat konsumtif dan 40% untuk Zakat
produktif.72
yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah Zakat dimana
harta atau dana Zakat yang diberikan kepada para Mustahik tidak dihabiskan
menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta Zakat yang telah
diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah Zakat dimana harta atau
dana Zakat yang diberikan kepada para Mustahik tidak dihabiskan akan tetapi
dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-
menerus.
71
Tuty Sariwulan, “Baitul Mal Wat Tanwil Dipandang Dari Sudut Agama, Serta Sejarah
Berdirinya di Indonesia…, h. 65.
72
Muhammad Hasan, Manajemen Zakat, (Yogyakarta: Iedea Press, 2011),h.429.
73
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2007), h. 29.
31
tinggal secara wajar. Kebutuhan pokok yang bersifat primer ini terutama
dirasakan oleh kelompok fakir, miskin, gharim, anak yatim piatu, orang jompo/
cacat fisik yang tidak bisa berbuat apapun untuk mencari nafkah demi
seperti: Zakat fitrah, bingkisan lebaran dan distribusi daging hewan qurban
khusus pada hari raya iduladha. Kebutuhan mereka memang nampak hanya
bisa diatasi dengan menggunakan harta Zakat secara konsumtif, umpama untuk
makan dan minum pada waktu jangka tertentu, pemenuhan pakaian, tempat
74
tinggal dan kebutuhan hidup lainnya yang bersifat mendesak. Zakat
1. Pengertian Duafa.
ketertindasan, dan penderitaan yang tiada putus. Hidup mereka yang seperti itu
bukan terjadi dengan sendirinya tanpa ada faktor yang menjadi penyebab.
74
Rafi’ dan Muinan. Potensi Zakat Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Citra Pustaka
2001), h. 30.
75
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diakses Pada Tanggal 09 Sebtermber 2020.
32
Adanya kaum duafa telah menjadi realitas dalam sejarah kemanusiaan. Sama
Dalam literature hukum, istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari talaah
kitab fiqih, Ali Yafi membuat rumusan definisi miskin ialah: “yang memiliki
harta benda atau mata pencarian atau kedua-duanya hanya menutupi Seper dua
atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan disebut dengan fakir adalalah
mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata
pencarian tetap, atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupikurang dari
2. Macam-macam Duafa.
Ada dua macam golongan Dhuafa (orang yang lemah ekonominya) :78
a. Orang fakir adalah orang yang sama sekali tidak memilii harta dan
perkerjaan, atau memiliki harta namun hanya ada Separuh kebutuhannya
dan keluarganya yang wajib dinafkahi. Seperti tempat tinggal, pakaian dan
mkanan.79
b. Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta dan perkerjaan, namun
tidak mencukupi kebutuhan primer (kebutuhan pokok) mereka.
kepada Kaum Dhuafa. Islam mengajukan untuk berbuat baik kepada orang-
orang miskin dan melarang keras untuk berbuat dzalim kepada mereka.80
76
Muhsin, Mendagulang Dhuafa, cet 1, (Jakarta: GemaInsani, 2004,), h. 1.
77
Ahmad Sanusi, Agama di Tenaga Kemiskinan, (Jakarta: Logo, 1999), h. 12-13.
78
Ansharu Aslim dan FikihSyafi’I, Puasadan Zakat, cet:1, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2004), h. 189.
80
Jalaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2001), h, 148.
33
seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Maun ayat 2-3 yang
berbunyi:81
Artinya: “(1) Itulah orang yang menghardik anak yatim, (2) dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin”
Penjelasan dari pada ayat tersebt dapat dipahami bahwa islam senang tiasa
sosial maupun ekonomi. Bahkan Rasuullah juga membangun sifat percaya diri
dan membantu kemandirian pada Dhuafa, agar ia bisa bergaul dengan bebagai
unsur masyarakat yang lebih luas dan selera dengan kepribadiannya. Dengan
demikian diharapkan Kaum Dhuafa dapat berkembang bangkit dan keluar dari
tertentu agar terjadi kepercayaan diri yang lebih baik bagi mereka yang Dhuafa
81
Q.S. Al-Maun: 2-3
82
Jamal Abdurrahman, Cara Nabi Menyiapkan Generasi, (Surabaya: CV Fitra Mandiri
Sejahtera, 2006), h. 212.