Anda di halaman 1dari 2

Notulensi

Agenda : Pertemuan Penyelesaian Masalah Klaim RSIA Permata Bunda


Hari/tanggal : Senin/ 11 April 2022
Tempat : Ruang Pertemuan BPJS Kesehatan

Hasil Diskusi :

Perlu adanya peningkatan koordinasi dan konfirmasi oleh Verifikator Internal RS dengan
Verifikator BPJS Kesehatan dalam mengatasi permasalahan klaim, agar periode pending klaim
tidak bertambah.

A. Bagian Obgyn
Rawat Jalan :
1. Indikasi USG untuk kasus abortus di rawat jalan sudah sesuai medis dan klaim dapat
dibayarkan.
2. USG pada kunjungan rawat jalan pasien abortus pasca rawat inap sudah sesuai
indikasi untuk melihat kondisi rahim (idealnya follow up 7-10 hari pasca tindakan
curetage atau medikamentosa) sehingga klaim dapat dibayarkan.
3. USG pada rawat jalan 1 kali pasca rawat inap sudah sesuai indikasi dan ketentuan
administrasi klaim JKN (pasien berhak melakukan kontrol 1 x pasca rawat
inap/tindakan), USG merupakan modalitas untuk pemantauan terapi dan kontrol pada
pasien seperti pada kasus : hipertensi, HEG, pasca rawat kontraksi premature,
placenta previa, IUGR, posisi janin, rencana persalinan pada TM 3 dan penyulit pada
kehamilan lainnya. Klaim dapat dibayarkan.
4. Surat kontrol harus dilengkapi dengan terapi yang telah diberikan, alasan kontrol
ulang dan rencana tindakan/terapi saat kunjungan berikutnya.
5. Surat kontrol ulang dapat diberikan jarak 2 bulan selama surat rujukan awal (FKTP)
masih berlaku. Pasien dapat melakukan pelayanan sebelum tanggal kontrol bila kasus
emergensi ke IGD.
6. Bila kondisi tertentu membuat pasien kunjungan pada tanggal sebelum ditentukan
namun bukan kasus emergensi maka tanggal rencana kunjungan dapat di ubah pada
sistem Vclaim.
7. Untuk berkas pengajuan : surat kontrol yang sudah ada sebelumnya dapat digunakan
dengan mengganti tanggal dan menambahkan alasan kunjungan pasien di majukan.
8. Sesuai PMK no 26 tahun 2021 : klaim rawat jalan terakhir saat mendapatkan surat
perintah rawat inap (bukan di hari yang sama) dapat ditagihkan terpisah, BUKAN
READMISI.

Rawat Inap :
1. Pasien dengan anemia dilakukan transfusi darah dengan mempertimbangkan kadar
Hb pasien (sebelum dan sesudah tindakan), banyaknya perdarahan selama tindakan,
perdarahan pasca tindakan dan kondisi klinis pasien. Namun untuk terlaksananya
transfusi darah penting adanya Informed Consent (persetujuan) pasien. Jika pasien
menolak setelah diberikan informasi dan edukasi oleh dokter maka tidak dapat
dilakukan karena itu merupakan hak pasien yang dilindungi oleh Undang-undang
dan RS. Kondisi yang berbeda-beda antara pasien anemia dapat di pengaruhi oleh
banyak faktor bukan hanya kadar Hb, sehingga klaim sudah dapat dibayarkan.
2. Kasus self referral oleh beberapa dokter adalah murni karena alasan medis, sebagai
tindak lanjut RSIA akan sampaikan ke DPJP bersangkutan.
3. Untuk memudahkan proses verifikasi, RSIA harus melengkapi resume medis dengan
riwayat penyakit, anamnesa, pemeriksaan fisik, perkembangan selama perawatan dan
kondisi pulang serta obat-obatan. Jika pasien menolak suatu tindakan yang
dianjurkan dokter juga perlu ditulis di resume.

B. Bagian Anak
Rawat inap :
1. Tidak terdapat NIV pada ruang perinatologi RSIA, sehingga pasien yang butuh terapi
ini akan dirujuk.
2. Ventilator ICU di RSIA dapat mengakomodir kebutuhan neonatal namun saat ini
terkendala kemampuan SDM dan tempat tidur yang tersedia hanya 1 untuk dewasa.
Sehingga pada kondisi emergensi dan menunggu rujukan (jawaban SISRUTE) dapat
digunakan sementara untuk anak/neonatus.
3. Bayi baru lahir dengan risiko infeksi sesuai kriteria dalam PPK (faktor ibu, leukosit
anak ≥25.000, asimtomatis) dikategorikan bayi sakit. Untuk mendukung pemberian
ASI eksklusif maka RSIA melakukan rawat gabung agar bonding juga terjadi antara
ibu-anak. Kasus bayi Risiko Infeksi yang rawat gabung masih DISPUTE walau
kadar leukosit ≥25.000 menunggu konfirmasi TKMKB wilayah.
4. Jika bayi ada klinis sakit bisa diklaimkan terpisah walaupun di rawat gabung dengan
ibu. Alasan rawat gabung (room in) mendukung ASI Eksklusif dan meningkatkan
bonding Ibu-bayi.

Anda mungkin juga menyukai