Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

TEKTONIKA

PENENTUAN KEAKTIFAN TEKTONIK BERDASARKAN ASPEK


GEOMORFOLOGI, DAERAH KINTOM, KECAMATAN KINTOM,
KABUPATEN BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

UJIAN TENGAH SEMESTER

OLEH :

JULIO MAUKAR
F12120082

PALU
2022
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


(Huggett, 2011) menjelaskan proses tektonik yang terjadi dipermukaan
bumi merupakan hal menarik dan penting untuk dipelajari untuk mengetahui
kondisi gologi suatu daerah. Studi yang berkaitan dengan proses-proses
geomorfik dan tektonik yang memiliki pengaruh antara satu dan lainya pada
suatu lokasi disebut geomorfologi tektonik / morfotektonik (Huggett, 2011).
Hubungan geomorfologi dengan proses tektonik yang terjadi di suatu daerah
juga dikaji didalam studi morfotektonik, untuk melakukan analisis mengenai
hubungan geomorfologi dengan proses tektonik yang terjadi di suatu daerah
banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya dengan melakukan analisis
morfometri dari daerah yang diamati, analisis yang dilakukan dapat berupa
analisis studio terhadap aspek-aspek morfometri yang memiliki kaitan terhadap
proses tektonik yang terjadi, hasil dari analisis ini nantinya dapat memberi
gambaran aktivitas tektonik yang terjadi di suatu daerah.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dibuatnya tugas ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat memahami cara penentuan indikasi keaktifan
tektonik suatu wilayah berdasarkan aspek Geomorfologi.
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

Adapun tujuan dibuatnya tugas ini yaitu :


1. Untuk memahami dan dapat melakukan analisis keaktifan tektonik suatu
wilayah berdasarkan aspek Geomorfologi, dengan cara interpretasi dan
melakukan perhitungan aspek Morfotektonik pada peta RBI suatu
wilayah.
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Sinusitas Muka Gunung (smf)


Bentukan lurus atau sedikit melengkung dari sesar atau lipatan dapat
menunjukkan tingkat dari pengaruh erosi terhadap perubahan suatu struktur.
Menurut Bull (2007) nilai Sinusitas muka gunung atau Smf merupakan
perbandingan panjang lekukan muka gunung pada bagian bagian bawah dan
jarak lurus muka gunung,yang secara matematis dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:

Keterangan:
Smf = sinusitis muka gunung
Lmf = Panjang lekukan muka gunung pada bagian bagian bawah
Ls = Jarak lurus muka gunung

Bull (2007), membagi klasifikasi aktivitas tektonik pada suatu daerah


berdasarkan nilai Smf, yaitu nilai Smf 1,0 hingga 1,5 menunjukkan aktivitas
tektonik aktif nilai Smf 1,5 hingga 3 menunjukkan aktivitas tektonik rendah
nilai Smf 3 hingga lebih dari 10 menunjukkan aktivitas tektonik yang tidak
aktif.
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama : Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

2.2 Rasio Perbandingan Lebar Dasar Lembah Dengan Tinggi Lembah (Vf)
Penghitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya uplift
yang terjadi dapat menggunakan rasio antara lebar dasar lembah dengan tinggi
lembah yang lebih dikenal dengan Vf ratio Bull (2007). Menurut Keller dan
Pinter (1996), nilai Vf yang tinggi pada suatu daerah menunjukan rendahnya
kecepatan pengangkatan, sehingga sungai akan tererosi lebih cepat pada dasar
lembah menghasilkan bentuk lembah yang melebar. Sedangkan nilai Vf yang
rendah akan merefleksikan lembah degan bentukan yang dalam dan dasar
lembah dengan bentukan yang sempit. Nilai Vf secara matematis dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:

Keterangan:
Vf = Rasio lebar dan tinggi lembahan
Vfw = Lebar dasar lembah
Eld = Elevasi bagian kiri lembah
Erd = Elevasi bagian kanan lembah
Esc = Elevasi dasar lembah
Menurut Keller & Pinter (1996, dalam Tawil et al., 2019) nilai Vf dapat
diklasifikasikan kedalam Nilai Vf yang berkisar 0,05 – 0,5 merupakan kelas
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama : Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

tektonik yang berasosiasi dengan aktivitas tektonik tinggi nilai Vf berkisar


berkisar antara 0,5 - 1 merupakan kelas tektonik yang berasosiasi dengan
aktivitas tektonik menengah, nilai Vf yang lebih besar dari 1 merupakan kelas
tektonik yang berasosiasi dengan aktivitas tektonik rendah.

2.3 Kerapatan Aliran (Dd)


Horton (1945, dalam Moglen et al., 1998) mengajukan konsep kerapatan
pengaliran “yang mengindikasikan pemotongan daerah aliran sungai menjadi
cabang-cabang lereng bukit oleh aliran sungainya, jarak antara sungai pada
suatu daerah aliran sungai atau suatu sub daerah aliran sungai ditunjukkan dari
nilai kerapatan pengaliran (Dd) nya, sehingga kerapatan pengaliran dapat
dirumuskan sebagai perbandingan antara jumlah panjang segmen sungai
dengan luas daerah aliran sungai atau sub daerah aliran sungai tersebut.
banyaknya anak sungai di dalam suatu daerah aliran sungai juga ditunjukan
oleh kerapatan pengaliran, nilai kerapatan pengaliran secara matematis dapat
diperoleh melalui rumusan hitungan yang dibuat oleh Horton (1945, dalam
Moglen et al., 1998),” yakni :
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

Keterangan :
Dd = Indeks kerapatan sungai
L = Jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas Das
Menurut Soewarno (1991, dalam Yudhicara et al., 2017), klasifikasi kerapatan
pengaliran dibagi menjadi 4, yaitu Dd<0,25 (Rendah) nilai ini menunjukkan
aliran sungai yang melewati batuan dengan resistensi keras, sehingga sedimen
yang terangkut lebih kecil, Dd 0,25-10 (Sedang) nilai ini menunjukkan aliran
sungai yang melewati batuan dengan resistensi lumayan keras sehingga
sedimen yang terangkut sedikit namun akan lebih besar dibandingkan dengan
kerapatan rendah, Dd 10-25 (Tinggi) nilai ini menunjukkan aliran sungai yang
melewati batuan dengan resistensi lunak, sehingga sedimen yang terangkut
lebih besar, Dd>25 (Sangat Tinggi) nilai ini menunjukkan aliran sungai yang
melewati batuan yang kedap air, dimana air hujan yang menjadi aliran
permukaan akan lebih besar.

2.4 Rasio Percabangan Sungai (Rb)


Schumn(1956,dalam Lalduhawma et al., 2018) menyatakan bahwa “rasio
percabangan sungai adalah perbandingan antara jumlah panjang segmen
sungai dari suatu orde sungai dibandingkan dengan jumlah dari segmen sungai
pada orde berikutnya”. Berdasarkan metode Strahler (1964, dalam Sukiyah,
2017) aliran sungai yang tidak mempunyai cabang (paling hulu).
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama : Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

disebut dengan orde 1, kemudian pertemuan antara dua orde 1 disebut dengan
orde 2, dan pertemuan antara dua orde 2 disebut orde 3, seterusnya sampai
pada sungai utama (hilir) yang ditandai dengan nomor orde yang paling besar.
Rasio percabangan su ngai secara matematis dapat dihitung dengan persamaan
:

Keterangan :
Rb = Rasio percabangan Sungai
Nu = Jumlah aliran sungai orde ke-u
Nu+1 = Jumlah aliran sungai orde keu+1

Bila Rb <3 atau Rb>5 maka daerah aliran sungai tersebut telah mengalami
deformasi (Strahler, 1952, dalam Supriyadi et al., 2018).
2.5 Morfotektonik
Morfotektonik mempelajari tentang segala hal menyangkut hubungan
antara struktur geologi dengan bentuk lahan atau lebih spesifik lagi hubungan
antara struktur neotektonik dan bentuk lahan (Stewart dan Hancock, 1994).
Morfotektonik akan dipengaruhi oleh kondisi morfologi dan proses tektonik
yang terjadi pada masa lalu, karena morfologi memiliki dimensi ruang dan
tektonik mempunyai dimensi waktu. Bentuk lahan tektonik akan
mengekspresikan bentukan topografi yang dapat dijadikan indikator telah
terjadinya pergerakan tektonik atau tektonik aktif.
Menurut Keller dan Pinter (1996), morfometri didefinisikan sebagai
pengukuran kuantitatif bentuk bentang alam. Secara ringkas suatu bentang alam
dapat diidentifikasi melalui karakteristik ukuran, dan lereng. Pengukuran
kuantitatif mengikuti kaidah geomorfologi sebagai obyek perbandingan bentuk
lahan dan perhitungan parameter secara langsung indikasi geomorfik yang
sangat berguna untuk identifikasi karakteristik suatu wilayah dan tingkatan
aktivitas tektonik. Beberapa indikasi geomorfik telah dikembangkan sebagai alat
kajian dasar penting untuk mengidentifikasi deformasi tektonik yang baru pada
suatu daerah. Indikasi geomorfik merupakan bagian yang sangat penting pada
studi tektonik karena dapat digunakan untuk mengevaluasi secara cepat pada
suatu daerah yang luas dan data yang diperlukan mudah diperoleh dari peta
topografi maupun foto udara. Salah satu indikasi geomorfik penting yang
digunakan untuk studi tektonik aktif (Keller dan Pinter, 1996) adalah, penentuan
kurva hipsometrik Daerah Aliran Sungai (DAS).
• Kurva Hipsometrik
Kurva hipsometrik merupakan kurva yang menggambarkan distribusi elevasi
melintang suatu daerah dari sebuah drainage basin atau sub drainage basin
(daerah aliran sungai/DAS) pada suatu daerah. Kurva ini dibuat dengan
pengeplotan perbandingan ketinggian dan luas DAS atau subDAS suatu daerah
dari peta topografi. Adapun metoda pembuatan kurva hipsometrik dengan
mencari perbandingan antara beda tinggi untuk sumbu y dan perbandingan luas
drainage basin untuk sumbu x. Dari hasil kurva hipsometrik dapat
diinterpretasikan bentuk lahan berdasarkan polanya. Masing-masing pola kurva
hipsometrik dapat mencerminkan bentuk lahan stadium muda, menengah dan
tua. Bentuk lahan stadium muda mencerminkan pengangkatan tektonik berupa
torehan dalam dan bentuk relief kasar. Sedangkan bentuk lahan pada stadium
menengah mencerminkan keseimbangan proses geomorfik antara pengangkatan
dan erosi. Bentuk lahan stadium tua mencerminkan topografi relief halus dan
proses erosi sangat dominan dibandingkan tektonik.

Gambar 1. Kurva hipsometrik yang mencerminkan topografi, (a) stadium tua,


(b) stadium menengah/remaja dan (c) stadium muda untuk analisis
tektonik aktif (Strahler, 1952 opcit Keller dan Pinter, 1996).

2.6 Struktur Geologi


Struktur geologi adalah hasil deformasi pada kerak yang terbentuk
dalam waktu yang berkisar antara ratusan hingga jutaan tahun yang lalu.
Struktur geologi terbagi menjadi dua jenis, yaitu struktur primer dan struktur
sekunder. Geologi pulau sulawesi dapat dibagi dua bagian : barat dan timur,
yang keduanya mempunyai ciri geologi berbeda. bagian barat sulawesi, mulai
lengan selatan, bagian tengah, sampai ;engan utara, dicirikan oleh batuan
gunung api. sementara itu, bagian timurnya, mulai lengan timur sampai lengan
tenggara, merupakan tempat bercampurnya batuan yang dipercaya berasal dari
australia bagian utara dan batuan asal samudera. struktur geologi regional
didominasi oleh sesar geser sinitral.

Formasi kintom ini termasuk dalam kelompok Molasa Sulawesi. Formasi


ini terdiri dari napal pasiran dan batupasir. Pada napal terkandung fosil
foraminifora bentos yang mengindikasikan bahwa formasi ini berumur
Miosen akhir-Pliosen. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut
dangkal.sebaran formasi ini memanjang pada arah timurlaut-baratdaya mulai
dari hulu S.Nambo sampaike daerah Longgolian melalui S. Kintom.Tebalnya
diperkirakan mencapai 1000 m.
Pada dasarnya daerah kintom,kecamatan kintom,terdapat sesar balantak
dan sesar batui bahwa zona subduksi purba Banggai-Sula terletak dibawah
lengan timur Pulau Sulawesi, serta sistem dari subduksi purba tersebut telah
selesai dari sekitar miopliosen dan jika dilihat dari umurnya, maka sesar batui
dan Sesar Balantak merupakan sesar tersier. Meskipun begitu, kedua sesar
tersebut memang masih mempunyai potensi terhadap aktivitas kegempaan.
Besarnya magnitudo gempa tidak akan sebesar sesar Palu-Koro.
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO Nim :
FAKULTAS TEKNIK
F 121 20 082
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

BAB III
HASIL

3.1 Hasil Perhitungan Sinusitas Muka Gunung (smf)

Keterangan:
Smf = sinusitis muka gunung
Lmf = Panjang lekukan muka gunung pada bagian bagian bawah
Ls = Jarak lurus muka gunung
Maka :
Lmf = 909,57 m
Ls = 585,67 m
909,57
Smf = 585,67 = 1,5

Berdasarkan perhitungan Smf, menunjukan indikasi aktivitas tektonik yang


rendah (1,5 – 3, Tergolong kedalam tektonik rendah).
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

3.2 Hasil Perhitungan Rasio Perbandingan Lebar Dasar Lembah Dengan


Tinggi Lembah (Vf)

Keterangan:
Vf = Rasio lebar dan tinggi lembahan
Vfw = Lebar dasar lembah
Eld = Elevasi bagian kiri lembah
Erd = Elevasi bagian kanan lembah
Esc = Elevasi dasar lembah
Maka :
Vfw = 130 m
Eld = 352 m
Esc = 202 m
Erd = 469 m
Vf= 2 (20) / (400-170) + (398-170)
= 40 / (230 + 228)
Gambar 1.1 Profil Lembah
= 40 / 458
= 0,087
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama : Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

Berdasarkan hasil perhitungan Vf, menunjukkan indikasi aktivitas tektonik


kelas menengah (0,5 – 1 merupakan kelas tektonik menengah).
3.3 Hasil Perhitungan Kerapatan Aliran (Dd)
Keterangan :
Dd = Indeks kerapatan sungai
L = Jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas Das
Nilai Ln
(Km) Lo (Km) Lo/Ln (Km)
572 535 0,94
572 535 0,94
515 535 1,04
515 535 1,04
464 535 1,15
433 535 1,24
108 535 4,95
128 535 4,18
148 535 3,6
169 535 3,17
193 535 2,77
212 535 2,52
223 535 2,40
HASIL 29,94552765

Tabel 1.1 Tabel Nilai Total Panjang DAS


KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama : Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

Nilai An
(Km2) Ao (Km2) Ao/An (Km2)
268.041.319 6405785693 23,90
197.752.134 6405785693 32,39
1.002.929.932 6405785693 6,39
1.700.079.237 6405785693 3,77
645.520.204 6405785693 9,92
257.789.991 6405785693 24,85
329.975.765 6405785693 19,41
204.321.899 6405785693 31,35
410.057.899 6405785693 15,62
474.119.391 6405785693 13,51
428.565.901 6405785693 14,95
238.302.933 6405785693 26,88
310.813.503 6405785693 20,61
HASIL 243,55

Tabel 1.2 Tabel Nilai Total Luas DAS

Maka :
L = 29,9 Km
A = 243,5 Km2
29,9
Dd = 243,5 = 0,12

Berdasarkan hasil perhitungan nilai Dd, menunjukkan indikasi aktivitas


tektonik yang remdah
6
Chart Title
5

0
0 2 4 6 8 10 12 14

Gambar 1.2 Kurva Hipsometrik


KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

3.4 Hasil Perhitungan Rasio Percabangan Sungai (Rb)

Keterangan :
Rb = Rasio percabangan Sungai
Nu = Jumlah aliran sungai orde ke-u
Nu+1 = Jumlah aliran sungai orde keu+1
Maka :
Nu = 5
5
Rb = 5+1 = 0,8

Berdasarkan hasil perhitungan Rb, menunjukkan indikasi aktivitas tektonik yang


rendah (Rb < 3 atau Rb > 5, menunjukkan sungai yang telah mengalami
deformasi).
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio
KEBUDAYAAN Maukar
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
Nim :
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
F 121 20 082
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tentunya di dalam analisis indeks aktivitas tektonik merupakan indeks yang
digunakan untuk mengevaluasi bentang alam dalam hal potensi aktivitas tektonik (El
hamdouni et al, 2008). Pada tugas kali ini, indeks morfotektonik yang digunakan ada
delapan (8), yaitu sinusitas muka gunung (Smf), Rasio lebar lembah dengan tinggi
lembah (Vf), Rasio bifurkasi (Br), Kepadatan drainase (Dd) dan Kurva Hipsometrik
(Hp). Kemudian, mengacu pada El Hamdouni dkk (2008), akumulasi dari masing-
masing indeks tersebut akan dibagi menjadi empat (4) kelas berdasarkan keaktifan
tektonik. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
No. Kelas Indikasi
1. Kelas 1 Tektonik sangat tinggi ( 1 ≤ IATR < 1,5 )
2. Kelas 2 Tektonik tinggi ( 2 ≤ IATR < 2 )
3. Kelas 3 Tektonik menengah ( 2 ≤ IATR < 2,5)
4. Kelas 4 Tektonik rendah ( 2,5 ≤ IATR )

Tabel 1.3 Tabel Pembagian Kelas, Indikasi


Aktivitas Tektonik Relatif
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN Nama :Julio Maukar
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TADULAKO Nim :
FAKULTAS TEKNIK
F 121 20 082
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
Ujian Tengah Semester “Tektonik”

Hasil Rumus Prosedur


No. Parameter Indikasi Keterangan
Perhitungan Perhitungan Perhitungan
Berasosiasi
dengan
entang alam
kipas
alluvial,
cekungan
Tektonik
pengaliran
Sinusitas Rendah
melebar,
Muka (1,5 – 3
1. 1,5 kemiringan
Gunung Indikasi
lereng
(Smf) tektonik
curam,
Rendah)
dasar
lembah
lebih besar
daripada
dataran
banjirnya.

Tektonik
Menengah
Rasio Tingkat
(0,5 – 1
2. Lembah 0,087 uplift
Indikasi
(Vf) sedang
tektonik
menengah)
Alur sunai
melewati
batuan
dengan
resisitensi
Tektonik
yang sedikit
sedang
lunak,
Kerapatan (0,12 – 1
3. 0,12 sehingga
Aliran (Dd) Indikasi
angkutan
tektonik
sedimen
sedang)
yang
terangkut
aliran akan
sedikit lebih
besar.

Tektonik
Rendah
Rasio
(Rb < 3
4. Percabangan 0,8 -
Indikasi
Sungai (Rb)
tektonik
rendah)

Anda mungkin juga menyukai