Disusun oleh :
Erik Sulidra, Azwar, Simon Petrus dan Tri Wahyu Susanto
-2019-
2
Laporan Survei Yayasan Palung
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
METODOLOGI ........................................................................................................................................... 6
DISKUSI ................................................................................................................................................... 28
1. Orangutan....................................................................................................................................... 28
2. Satwa liar lainnya (Mamalia dan Burung) ....................................................................................... 29
3. Flora ................................................................................................................................................ 31
KESIMPULAN........................................................................................................................................... 33
REKOMENDASI........................................................................................................................................ 34
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................ 42
1
Laporan Survei Yayasan Palung
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Tipe ekosistem dan jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan pada kawasan konsesi PT. HKI... 14
Tabel 3. NKT 1.2. Perlindungan status tumbuhan setiap individu yang masuk dalam kategori Critically
Endangered (CR) atau Kritis yang teridentifikasi berada di dalam konsesi PT. HKI. ................................ 15
Tabel 4. NKT 1.3. Perlindungan status tumbuhan setiap individu yang masuk dalam kategori
Endangered (EN) dan Vulnereble (VU) yang teridentifikasi berada di dalam konsesi PT. HKI. ............... 18
Tabel 5. Temuan jenis Ara (Ficus spp) dan buah yang ada di semua jalur transek. ................................ 19
Tabel 8. Jenis burung yang dijumpai di transek Blok Kendawangan beserta status perlindungannya. .. 24
Tabel 9. Jenis burung yang dijumpai di transek blok Air Hitam beserta status perlindungannya. .......... 25
Tabel 10. Matriks satwa dilindungi yang terindikasi di Blok Kendawangan dan Air Hitam. .................... 30
Tabel 13. Rekomendasi jenis tumbuhan untuk pengayaan vegetasi di rencana koridor. ....................... 38
2
Laporan Survei Yayasan Palung
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Sarang kelas III (a,b danc), sarang kelas IV (d) di Blok Air Hitam .......................................... 12
Gambar 4. Sebaran sarang Orangutan di Blok Air Hitam (1 – 11 hasil survei 2017; 12 - 15 hasil survei
2019) ...................................................................................................................................................... 13
Gambar 9. Pohon Ara (Ficus spp) kelas I (kiri) dan kelas II (kanan) ........................................................ 20
Gambar 10. Persentase pakan Orangutan dari semua jenis di Blok Air Hitam dan Blok Kendawangan.
................................................................................................................................................................ 32
Gambar 11. Persentase pakan Orangutan dari semua jenis di Blok Air Hitam. ..................................... 33
Gambar 12. Persentase pakan Orangutan dari semua jenis yang terdapat di Blok Kendawangan. ....... 33
Gambar 13. Peta KBKT-KPNKT sebagai koridor habitat satwa liar dilindungi dan usulan penambahan
(kotak biru) di Blok Air Hitam.................................................................................................................. 35
Gambar 14. Rencana penyambungan ‘jari-jari’ hutan sebagai koridor khusus. ..................................... 37
Gambar 15. Peta KBKT-KPNKT sebagai koridor habitat satwa liar dilindungi di Blok Kendawangan...... 40
3
Laporan Survei Yayasan Palung
PENDAHULUAN
Orangutan adalah jenis kera besar dari kelompok primata yang dahulunya tersebar luas di Asia
Selatan–Tenggara, namun dalam perkembangannya saat ini hanya ditemukan di dua pulau yaitu
Borneo dan Sumatera (Groves 2001). Persebaran populasi Orangutan terdapat pada dua provinsi di
Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara), semua provinsi di Kalimantan dan beberapa populasi terdapat di
bagian Sabah dan Serawak, Malaysia (Yeager 1999; Meijaard dkk. 2001; Utami-Atmoko dkk. 2017).
Populasi Orangutan liar mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Faktor yang
menyebabkan penurunan tersebut antara lain karena kehilangan dan kerusakan habitat, yang sangat
memengaruhi kehidupan dan kemampuan bereproduksi Orangutan (Meijaard dkk. 2001). Perburuan
dan perdagangan juga merupakan faktor penyebab turunnya populasi Orangutan (Indrawan dkk. 2007;
Meijaard dkk. 2011). Ke-tiga jenis Orangutan berstatus sangat terancam (Critically Endangered
berdasarkan daftar merah (Red List) yang dikeluarkan IUCN pada tahun 2016/2017.
Tahun 2019 diperkirakan ada sekitar 13.700 Orangutan Sumatera (Pongo abelii), sekitar 760
Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dan sekitar 45.500 Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
(Utami-Atmoko et.al., 2019). Menurut Wich et.al. (2012), 29% Orangutan Kalimantan terdapat di area
konsesi HPH. Populasi Orangutan Kalimantan diduga sudah berkurang sebesar 50% dalam 60 tahun
terakhir (WWF, 2009). Disamping itu, dalam 20 tahun terakhir habitat Orangutan Kalimantan sudah
berkurang sedikitnya 55%, akibat perubahan hutan alam untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, HTI,
HPH serta kebakaran hutan dan lahan.
PT. Hutan Ketapang Industri (HKI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor
kehutanan untuk tanaman industri jenis karet. Legalitas Perusahaan ini ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 59/Menhut-II/2007 tanggal 22 Februari 2007, dan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 663/Menhut-II/2011 tanggal 24 Nopember 2011. Luas konsesi
yang dimiliki HKI adalah sebesar ± 97.891,38 Ha, terletak di Blok Air Hitam dan Blok Kendawangan,
Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
PT. HKI sedang berproses mendapatkan sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council) sertifikasi
sukarela pengelolaan hutan lestari tingkat global pada akhir tahun 2018, serta mengikuti FSC Policy for
Association dan IFC (International Finance Corporation) Performance Standards on Environmental &
Social Sustainability.
Perusahaan berusaha untuk mematuhi dan melaksanakan praktek terbaik tentang tanggung
jawab terhadap pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management). PT. HKI berusaha
mematuhi rekomendasi-rekomendasi yang menjamin keberlanjutan dari semua sumber daya dan
4
Laporan Survei Yayasan Palung
TUJUAN SURVEI
5
Laporan Survei Yayasan Palung
METODOLOGI
b. Sampling transek
Lokasi survei dibagi menjadi 2 wilayah yaitu Blok Air Hitam dan Blok Kendawangan
Gambar 1.
Gambar 1. Peta
Peta Sebaran
Sebaran Transek
Transek Blok
Blok Air
Air Hitam
Hitam
6
Laporan Survei Yayasan Palung
Gambar
Gambar 2.
2. Peta
Peta Sebaran
Sebaran Transek
Transek Blok
Blok Kendawangan
Kendawangan
7
Laporan Survei Yayasan Palung
sarang, (3) dbh pohon sarang, (4) titik geografi sarang, (5) posisi sarang di pohon, (6) tutupan kanopi di
atas sarang, dan (7) jenis pohon sarang dalam bahasa lokal/latin.
Analisis yang digunakan untuk memperkirakan kepadatan sarang menurut van Schaik et al,
1995 adalah:
d = N / (L x w x 2)
dimana :
d = kepadatan sarang (/km2)
N = jumlah sarang yang teramati sepanjang jalur transek
L = panjang transek (km)
W = estimasi lebar efektif pengamatan (km)
2. Vegetasi
Pengamatan vegetasi dilakukan pada jalur transek yang telah dibuat dengan cara membuat
plot berukuran 20 x 20 meter. Jarak antara plot adalah 100 meter. Pengumpulan data yang diambil
dalam pengamatan ini adalah jenis pohon yang mempunyai ukuran diameter di atas 10 cm.
Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menghitung Indek Nilai Penting
(INP). Menganalisa indeks nilai penting digunakan untuk menentukan dominasi suatu jenis terhadap
jenis lainnya dalam suatu tegakan. Rumus INP = Kerapatan Relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR) +
Dominasi Relatif (DR). Untuk menentukan Indeks Nilai Penting dalam suatu vegetasi dapat digunakan
rumus sebagai berikut : INP = KR + FR + DR (Soerianegara dan Indrawan, 1978).
8
Laporan Survei Yayasan Palung
Kerapatan Jenis
∑ individu
Kerapatan (K) =
Luas Petak Contoh
Frekuensi
∑ Sub Petak Ditemukan Suatu Jenis
Frekuensi (F) =
∑ Seluruh Sub Petak Contoh
Dominasi
Luas Bidang Dasar Suatu Jenis
Dominansi (D) =
Luas Petak Contoh
9
Laporan Survei Yayasan Palung
Hasil dari pencatatan selama pengamatan kemudian dibuat deskripsi ekosistem dari lokasi
pengamatan serta daftar jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan. Daftar jenis tumbuhan disajikan sesuai
standar tata nama tumbuhan yang diterima serta dengan menggunakan taksonomi terbaru. Setiap
jenis yang ditemukan diperiksa status konservasinya berdasarkan kategori dari IUCN Redlist, CITES
Appendix, Permen. RI No. P.106/MENLHK/SEKJEN/KUM. 1/12/2018 dan status sebarannya (endemik).
Data lain yang dikumpulkan dalam survei ini adalah mengukur parameter ekologi kualitas
habitat Orangutan berdasarkan: (1). Keberadaan rambung pencekik raksasa yang menyediakan pakan
alternatif dan arena sosial yang penting bagi Orangutan terutama di saat musim kurang buah (van
Schaik etal 1995; Utami etal 1997; Wich etal 2006). (2). Proporsi tumbuhan berbuah yang dimakan
Orangutan sepanjang jalur transek (disebut juga dengan metode “Fruit trail” (van Schaik etal 1995; Buij
etal 2002).
10
Laporan Survei Yayasan Palung
11
Laporan Survei Yayasan Palung
(a) (b)
(d)
(c) (d)
Gambar 3. Sarang kelas III (a,b danc), sarang kelas IV (d) di Blok Air Hitam
Hasil analisis perhitungan sarang dengan menggunakan rumus line transect diperoleh hasil
kepadatan rata-rata 7,8125 sarang/km2 (acuan nilai p=0,89; r=1,17; t = 365, hutan rawa gambut;
Husson etal 2009). Hasil tersebut diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut:
Jumlah sarang, N = 3
Rerata PPD = 5,33 ---- Lebar jalur W = 2 x PPD = 10,66 meter
Panjang jalur (L)= 1.800 meter
Kepadatan sarang, d = N /(2.W.L)
= 3 /(2 x 10,66 x 1.800)
= 3 /0,384
= 7,8125 sarang/km2
Selanjutnya, hasil perhitungan kepadatan populasi diperoleh rata-rata 0,02 individu/km2. Hasil
dari perhitungan sebagai berikut:
12
Laporan Survei Yayasan Palung
Bila di-ektrapolasi dengan luasan hutan yang masih tersisa di lokasi tersebut (luasan hutan di
Blok Air Hitam 20.000 ha), maka perkiraan jumlah total Orangutan di Blok Air Hitam yang masih ada di
kawasan tersebut berkisar antara 4 – 5 individu. 20.000 ha = 200 km², bila rata-rata kepadatan adalah
0,02 individu/km², untuk 1 individu memerlukan sekitar 50 km² (1 individu dibagi 0,02 individu /km²),
sehingga untuk lahan seluas 200 km² akan mampu menampung sekitar 4 individu (200 km² dibagi 50
km²).
Walaupun begitu, perkiraan populasi di atas bukan merupakan jumlah yang baku di kawasan
survei Blok Air Hitam, karena temuan sarang sebagai indikasi keberadaan Orangutan selama survei
sangat minim. Untuk mendapatkan hasil keberadaan distribusi Orangutan yang lebih akurat di lokasi
ini, maka perlu adanya kegiatan monitoring lebih lanjut dalam areal HCV.
Bila dilihat dari sebaran sarang Orangutan yang dijumpai, kemungkinan Orangutan yang ada di
lokasi pengamatan berasal dari hutan Cagar Alam (CA) Muara Kendawangan di bagian barat blok hutan
HKI 12 dan kawasan Hutan Lindung Sungai Jelai yang berbatasan dengan blok hutan HKI 5 di bagian
Timur (Gambar 3). Pola sebaran sarang Orangutan ini hampir sama lokasinya dengan hasil survei yang
telah dilaksanakan pada tahun 2017. Hanya saja hasil temuan sarang pada waktu itu lebih banyak (9
sarang) dibandingkan dengan hasil survei pada saat ini.
13
Laporan Survei Yayasan Palung
Tabel 2. Tipe ekosistem dan jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan pada kawasan konsesi PT. HKI.
14
Laporan Survei Yayasan Palung
Tabel 3. NKT 1.2. Perlindungan status tumbuhan setiap individu yang masuk dalam kategori Critically
Endangered (CR) atau Kritis yang teridentifikasi berada di dalam konsesi PT. HKI.
Status
No. Family Spesies Nama Lokal HKI
IUCN
Shorea balangeran
1 Dipterocarpaceae Balangiran CR HKI. 04,05
(Korth.) Burck
Shorea pallidifolia P.S. HKI.
2 Dipterocarpaceae Meranti CR
Ashton 12,05,10
Shorea platycarpa
3 Dipterocarpaceae Meranti Paya CR HKI. 12,05
F.Heim
Shorea revoluta P.S.
4 Dipterocarpaceae Meranti CR HKI. 09
Ashton
- Pohon Belangiran (Shorea balangeran) semenjak tahun 1998 dimasukkan dalam daftar merah IUCN
dengan status hampir punah atau kritis di alam (Critically endangered/CR). Walaupun demikian jenis
pohon ini ditemukan tumbuh melimpah, Masyarakat setempat masih memanfaatkan pohon ini untuk
dijadikan bahan utama bangunan dengan menebang pohon berdiameter lebih dari 30 cm atau kurang
dari ukuran tersebut jika kualitas kayunya cukup baik.
Pohon berukuran besar tinggi mencapai 40 meter, diameter mencapai 80 cm dan tidak
berbanir. Batang sering mengeluarkan damar, kulit batang merekah tidak beraturan dan sedikit
mengelupas, kulit batang berwarna coklat tua sampai coklat keputihan, kulit bagian dalam berwarna
kekuningan, beraroma resin. Stipula meruncing. Daun tunggal berseling, tebal, bagian bawah
permukaan daun berwarna putih kekuningan, pada saat anakan memiliki kelihatan seperti terdapat
domatia di tepian antara pertemuan tulang daun primer dan sekunder. Bentuk daun canceolate
kadang elliptic, ukuran daun 7-12 cm pangkal daun tumpul, ujung daun meruncing dan tepian daunnya
rata. Pertulangan primer cekung pada permukaan atas, pertulangan sekunder terdapat berjumlah 10-
12 pasang dan tulang tersier bentuk tangga (scalatiform) rapat dan tidak terlalu terlihat jelas.
Pembungaan pada ketiak-ketiak daun, bercabang-cabang dengan banyak bunga, warna kekuningan
dengan ukuran 10 mm. Buah sangat kecil berukuran 1-1,5 cm, memiliki 5 sayap berwarna merah, 3
petak lebih panjang 10-12 cm dan 2 sepal lebih pendek 4-6 cm.
15
Laporan Survei Yayasan Palung
- Meranti (Shorea pallidifolia) merupakan jenis pohon endemik Kalimantan yang banyak ditemukan di
sisa-sisa blok kawasan hutan daerah Kendawangan terutama di sekitar jenis pohon ini masih menjadi
target utama para penebang liar karena memiliki kualitas kayu yang sangat baik untuk keperluan
pertukangan.
Pohon berukuran besar tinggi mencapai 40 meter, diameter mencapai 85 cm dan tidak
berbanir. Batang sering mengeluarkan damar, kulit batang merekah tidak beraturan dan sedikit
mengelupas, kulit batang berwarna coklat tua sampai coklat keputihan, kulit bagian dalam berwarna
kekuningan, beraroma resin. Stipula melengkung agak membulat. Daun tunggal berseling, tebal, bagian
bawah permukaan daun berwarna hijau muda, pada saat anakan memiliki kelihatan seperti terdapat
domatia di tepian antara pertemuan tulang daun primer dan sekunder. Bentuk daun canceolate
kadang elliptic, ukuran daun 7-15 cm pangkal daun tumpul, ujung daun meruncing dan tepian daunnya
rata. Pertulangan primer cekung pada permukaan atas, pertulangan sekunder terdapat berjumlah 12-
16 pasang dan tulang tersier bentuk tangga (scalatiform) rapat dan terlihat jelas.
16
Laporan Survei Yayasan Palung
- Meranti paya (Shorea platycarpa) secara ekologi lebih spesifik hanya dapat dijumpai pada habitat
Rawa gambut. Terdaftar di dalam IUCN Red List sebagai jenis yang populasinya kritis di alam karena
disebabkan oleh pemanenan yang tidak terkendali dan degradasi ekosistem rawa gambut yang
menjadi habitat alaminya terus berkurang dengan cepat akibat dari kebakaran dan alih fungsi hutan.
Pohon berukuran besar tinggi mencapai 40 meter, diameter mencapai 80 cm dan tidak
berbanir. Batang sering mengeluarkan damar, kulit batang merekah tidak beraturan dan sedikit
mengelupas, kulit batang berwarna coklat tua sampai coklat keputihan, kulit bagian dalam berwarna
kekuningan, beraroma resin. Stipula berbulu dan agak membulat. Daun tunggal berseling, tebal, bagian
bawah permukaan daun berwarna hijau muda. Bentuk daun canceolate kadang elliptic, ukuran daun 8-
14 cm pangkal daun tumpul, ujung daun meruncing dan tepian daunnya rata. Pertulangan primer
cekung pada permukaan atas, pertulangan sekunder terdapat berjumlah 12-14 pasang dan tulang
tersier bentuk tangga (scalatiform) rapat dan terlihat jelas.
- Meranti (Shorea revoluta) jenis tumbuhan yang masuk daftar merah IUCN dengan status hampir
punah atau kritis di alam (Critically endangered/CR). Tumbuhan ini tergolong sulit ditemukan.
Pohon yang berukuran besar memiliki tinggi mencapai 50 m, diameter 90 cm dan
berbanir pendek. Batang coklat sampai coklat tua, kulit batang retak-retak, tidak mengelupas,
kulit bagian dalam berwarna kuning keputihan, beraroma resin, pohon tersebut juga
mengeluarkan damar berwarna bening keputihan. Daun tunggal berseling, daunnya tebal,
berbulu, permukaan bawah daun berwarna kuning keemasan pada daun muda dan tidak
kasar. Bentuk daun elliptic sampai lanceolate berukuran 15 x 5 cm. Pangkal daun tumpul
sampai membulat, ujungnya meruncing, tepian daunnya rata dengan sedikit melengkung ke
17
Laporan Survei Yayasan Palung
bagian bawah permukaan daun. Tangkai daun panjang, kasar dan membengkak. Pertulangan
daun tersier rapat (scalariform).
Tabel 4. NKT 1.3. Perlindungan status tumbuhan setiap individu yang masuk dalam kategori
Endangered (EN) dan Vulnereble (VU) yang teridentifikasi berada di dalam konsesi PT. HKI.
18
Laporan Survei Yayasan Palung
Keberadaan Orangutan liar di alam tidak terlepas dari buah yang menjadi makanan utamanya,
salah satunya buah Ara (Ficus spp) yang merupakan salah satu pakan favorit dan juga sebagai area
sosial untuk Orangutan Sumatera (Sugardjito dkk, 1987; Utami dkk, 1997). Selama melakukan
pengamatan sarang Orangutan di jalur transek, juga dilakukan inventarisasi keberadaan pohon Ara dan
kelimpahan buah yang jatuh di sepanjang jalur transek.
Tabel 5. Temuan jenis Ara (Ficus spp) dan buah yang ada di semua jalur transek.
19
Laporan Survei Yayasan Palung
Gambar 9. Pohon Ara (Ficus spp) kelas I (kiri) dan kelas II (kanan)
Dari tabel 5 terlihat bahwa jenis pohon Ara (Ficus spp) yang dijumpai di semua jalur transek
jumlahnya sangat minim (kelas I = 22 pohon ; kelas II = 0 pohon). Kondisi ini berbanding terbalik
dengan kondisi hutan di Sumatera dimana adanya pohon Ara sangat berpengaruh terhadap
keberadaan Orangutan.
Sementara pada pengamatan tumbuhan berbuah di jalur transek tercatat, tumbuhan dengan
buah bertekstur lunak (berdaging) lebih sering dijumpai dibanding dengan buah bertekstur keras (tabel
5). Pengamatan tumbuhan berbuah di jalur transek secara tidak langsung dapat dijadikan tolok ukur
untuk mengetahui keberadaan satwa frugivora (pemakan buah) dan pola musim berbuah di lokasi
tersebut.
4.1. Mamalia
Ada sekitar 13 jenis mamalia (termasuk Orangutan) dari 13 jalur transek yang diamati (Blok Air
Hitam dan Blok Kendawangan) yang dijumpai selama pengamatan, baik secara langsung maupun
indikasi keberadaannya melalui jejak, sarang, cakaran, kotoran maupun suara.
Satwa yang masuk dalam golongan mamalia merupakan jenis yang mempunyai peranan yang
sangat besar dalam ekosistem, salah satunya adalah sebagai satwa penyebar biji tumbuhan yang
berperan dalam regenerasi hutan. Sebagian besar jenis dari satwa ini juga merupakan satwa langka
yang dilindungi oleh undang-undang baik oleh Pemerintah Indonesia maupun Internasional.
20
Laporan Survei Yayasan Palung
Daftar jenis satwa mamalia yang dijumpai di lokasi selama survei beserta status perlindungannya
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Keterangan :
Status Konservasi d = Dilindungi berdasarkan PP 106 Tahun 2018;
IUCN: CR=Critical Endangered (Kritis); Endangered (genting); VU = Vulnerable (rentan); LC =Least Concern (Risiko
rendah);
CITES: Appendix I: Jenis yg tidak dapat diperdagangkan secara internasional, Appendix II: Jenis yang dapat
diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan kuota tertentu yang didasarkan atas data yg akurat
mengenai populasi dan kecenderungannya di alam
Selain Orangutan yang statusnya saat ini sangat terancam punah/kritis (Critically Endangered),
jenis mamalia lain dari golongan primata yang dilindungi dan masuk dalam kategori terancam punah
21
Laporan Survei Yayasan Palung
(Endangered) adalah Kelempiau. Jenis ini juga masuk daftar CITES Appendix I yang tidak dapat diperjual
belikan dengan alasan apapun.
Kelempiau sangat dikenali dengan suaranya yang khas setiap pagi. Jenis primata yang
aktivitasnya lebih banyak menggunakan tangannya ini menjadi salah satu indikator keberadaan hutan
hujan tropis di Indonesia.
Di lokasi survei, Kelempiau dijumpai di transek 1, 5 dan 11. Sementara di luar transek
keberadaannya dijumpai di beberapa tempat yang berbukit, seperti hutan pada areal bukit Kantor
Besar dan hutan yang terdapat di belakang kantor estate HKI 5.
Jenis mamalia lain yang masuk kategori rentan dari kepunahan (Vulnerable) adalah Beruang
Madu (Helarctos malayanus) dan Rusa Timor (Rusa timorensis). Beruang Madu teridentifikasi
keberadaannya dari bekas cakarannya di batang pohon pada jalur transek 1, 5 dan 11. Sementara rusa
dapat diidentifikasi dari bekas jejak kakinya yang ada di lantai hutan. Hampir semua lokasi transek
dijumpai bekas jejak rusa, artinya jenis satwa ini masih eksis di kawasan hutan HKI. Namun demikian
ancaman perburuannya juga sangat tinggi. Rusa diburu oleh masyarakat karena kebutuhan akan
protein dari dagingnya. Namun perburuan semakin marak karena ada beberapa lokasi yang menjadi
tempat penampungannya.
4.2. Burung
i.Keanekaragaman Jenis.
Pengumpulan data keberadaan jenis-jenis burung baik secara langsung maupun tidak langsung
telah mencatat sebanyak 100 jenis burung di dalam maupun di luar transek. Semua jenis yang tercatat
dalam kawasan survei tersebut tergabung dalam 38 keluarga dengan jumlah jenis terbanyak berasal
dari keluarga Timaliidae 8 jenis, selanjutnya Nectarinidae, Picidae dan Pycnonotidae masing-masing 7
jenis. Jumlah tersebut belum mewakili kekayaan jenis burung di lokasi survei, pengamatan yang lebih
lama dan ruang lingkup yang lebih luas akan memberi kemungkinan untuk mendapat daftar jenis yang
lebih banyak lagi.
Jumlah
No Famili Inggris
Spesies
1 Accipitridae Hawks, Eagles, Kites, Vultures 5
2 Alcedinidae Kingfishers 5
22
Laporan Survei Yayasan Palung
3 Anhingidae Darters 1
4 Apodidae Swifts 1
5 Ardeidae Heron 2
6 Artamidae Swallow 1
7 Bucerotidae Hornbills 1
8 Campephagidae Cuckoo-shrikes, Minivet 4
9 Capitonidae Barbets 2
10 Caprimulgidae Nightjar 1
11 Chloropseidae Ioras, Leafbirds 3
12 Ciconidae Stork 1
13 Columbidae Pigeons, Doves 4
14 Corvidae Jays, Magpies, Crows 1
15 Cuculidae Cuckoos 6
16 Dicaeidae Flowerpeckers 1
17 Dicruridae Drongos 3
18 Falconidae Falconet 1
19 Hirundinidae Swallows 1
20 Laniidae Shrikes 1
21 Meropidae Bee-eaters 1
22 Motacillidae Wagtails, Pipits 1
23 Muscicapidae Old World Flycatchers 4
24 Nectariniidae Sunbirds, Spiderhunters 7
25 Oriolidae Oriole 1
26 Phasianidae Pheasant 1
27 Picidae Woodpeckers 7
28 Ploceidae Sparows, Weavers, Munias 3
29 Psittacidae Parrots 2
30 Pycnonotidae Bulbuls 7
31 Pytriaseidae Bristlehead 1
32 Rallidae Crake, Waterhen 2
33 Strigiformes Owls 1
34 Sturnidae Starling 2
35 Syllviidae Old World Wabblers 3
36 Timaliidae Babblers 8
37 Trogonidae Trogons 2
38 Turdidae Thrushes 2
23
Laporan Survei Yayasan Palung
Tabel 8. Jenis burung yang dijumpai di transek Blok Kendawangan beserta status
perlindungannya.
Status Konservasi
No Indonesia Ilmiah Inggris Endemik
IUCN CITES UU/P
Scarlet-rumped
1 Luntur Putri Harpactes duvaucelii NT V
Trogon
2 Kipasan Belang Rhipidura javanica Pied Fantail LC V
Burungmadu
3 Aethopyga siparaja Crimson Sunbird LC V
Sepah-raja
Red-crowned
4 Takur Tutut Megalaima refflesii NT V
Barbet
Empuloh Paruh-
5 Setornis criniger Hook-billed Bulbul VU V
kait
Blue-crowned
6 Serindit Melayu Loriculus galgulus LC V
Hanging Parrot
7 Sepah Tulin Pericrocotus igneus Fiery Minivet NT
Common Hill
8 Tiong Emas Gracula religiosa LC II V
Myna
Crested Hawk-
9 Elang Brontok Spizaetus cirrhatus LC V
Eagle
Buff-necked
10 Caladi Badok Meiglyptes tukki NT
woodpecker
Phaenicophaeus Black-bellied
11 Kadalan Beruang NT
diardii Malkoha
12 Luntur Diard Harpactes diardii Diard's Trogon NT V
24
Laporan Survei Yayasan Palung
Tabel 9. Jenis burung yang dijumpai di transek blok Air Hitam beserta status perlindungannya.
Status Konservasi
No Indonesia Ilmiah Inggris Endemik
IUCN CITES UU/P
1 Kipasan Belang Rhipidura javanica Pied Fantail LC V
Pelanduk Dada- Trichastoma White-cested
2 NT
putih rostratum Babbler
Pelanduk Ekor- Malacocincla Short-tailed
3 NT
pendek malaccense Babbler
4 Elang Bondol Haliastur indus Brahminy Kite LC V
5 Puyuh Sengayan Rollulus rouloul Crested Partridge NT
Blue-crowned
6 Serindit Melayu Loriculus galgulus LC V
Hanging Parrot
Phaenicophaeus Chestnut-bellied
7 Kadalan Saweh NT
sumatranus Malkoha
Harpactes Scarlet-rumped
8 Luntur Putri NT V
duvaucelii Trogon
Red-crowned
9 Takur Tutut Megalaima refflesii NT V
Barbet
10 Sepah Tulin Pericrocotus igneus Fiery Minivet NT
11 Cipoh Jantung Aegithina viridisima Green Iora NT
Chloropsis Lesser Green
12 Cicadaun Kecil NT V
cyanopogon Leafbird
Empuloh Paruh- Hook-billed
13 Setornis criniger VU V
kait Bulbul
Tiongbatu Pityriasis Bornean
14 NT
Kalimantan gymnocephala Bristlehead
Malacopteron Rufous-crowned
15 Asi Besar NT
magnum Babbler
Common Hill
16 Tiong Emas Gracula religiosa LC II V
Myna
Burungmadu
17 Aethopyga siparaja Crimson Sunbird LC V
Sepah-raja
25
Laporan Survei Yayasan Palung
Status endemisitas yang dimaksud, mengacu pada konsep endemisitas menurut Birdlife
International (Stattersfield dkk. 1998). Burung sebaran terbatas adalah burung yang dikategorikan
burung darat dengan luas daerah jelajah kurang dari 50.000 km² sepanjang sejarahnya pencatatan
distribusinya (sejak tahun 1800) (Stattersfield dkk. 1998). Dalam mengacu endemisitas juga sebaran
burung tersebut harus spesifik lokasi, misalnya Ciconia stormi meskipun termasuk pada kategori
spesies terancam karena populasinya sangat kecil dan sebarannya terbatas di wilayah-wilayah tertentu
di Indonesia, tetapi spesies ini dalam sejarahnya juga tersebar di wilayah Asia Tenggara (Semenanjung
Malaya dan Sabah), sehingga spesies ini tidak digolongkan dalam spesies endemik untuk Indonesia.
26
Laporan Survei Yayasan Palung
Pelatuk (Picidae)
Pelatuk membentuk kelompok spesialis pelubang kayu yang beradaptasi memungkinkannya
untuk membuat lubang sarang dan berkembang biak dalam pohon, memanjat batang pohon secara
vertikal, dan mempertahankan posisi yang sesuai untuk mencari makan dan membuat lubang.
Pelatuk memiliki fungsi ekologi yang bernilai tinggi bagi konservasi kelompok vertebrata dan
invertebrata tropis karena kelompok ini melubangi rongga pohon yang dibutuhkan oleh banyak spesies
lain, kelelawar, burung hantu yang bersarang dalam rongga, spesies lalat tertentu, ular, kadal, dan
tupai pohon.
Dari 7 jenis pelatuk yang ditemukan di lokasi Tukik tikus (Sasia abnormis), Pelatuk merah (Picus
miniaceus) dan Pelatuk ayam (Dryocopos javensis) paling sering terlihat (3 kali di berbagai transek)
sedangkan jenis lain hanya sesekali terlihat.
Luntur (Trogonidae)
Burung Luntur adalah pemakan serangga di hutan tropis dan subtropis yang mencari makan
dengan cara menyapu permukaan substrat dan dengan menyerang secara tiba-tiba. Lambert dan
Collar (2002) menyimpulkan bahwa populasi Luntur harus dipantau dengan lebih hati-hati, karena
bukti yang ada mengungkapkan bahwa mereka lebih rentan terhadap perubahan yang terjadi di hutan-
hutan wilayah Sunda land, dibandingkan dengan taksa yang lain.
Jenis burung Luntur yang cukup sering dijumpai di lokasi survei adalah Luntur Putri (Harpactes
duvaucelii). Suara yang khas, dan warna yang mencolok (merah) menjadi penanda burung ini. Burung
Luntur dapat menjadi salah satu indikator bahwa hutan yang ada pada lokasi transek masih bagus,
karena spesies ini termasuk dalam spesies yang sensitif terhadap perubahan hutan.
Raptor (Accipitridae)
Sebanyak 5 spesies raptor telah diidentifikasi selama survei, hal ini menunjukan bahwa daerah
ini memiliki jenis dan kepadatan raptor tinggi. Elang tikus (Elanus caeruleus) dan Elang Brontok
(Spizaetus cirhatus) terlihat cukup umum, sebagai predator mungkin menunjukkan bahwa kawasan ini
kaya dengan reptil dan vertebrata kecil lainnya.
27
Laporan Survei Yayasan Palung
Cucak-cucakan (Pycnonotidae)
Cucak-cucakan/kutilang merupakan suku besar dari spesies yang mempunyai preferensi
habitat yang beragam. Perbedaan besar badan tidak begitu terlihat, namun spesies dibedakan oleh
tipe habitat, ketinggian, dan kemungkinan perbedaan makanan serta perilaku pencarian makanan.
Pada umumnya setelah kegiatan penebangan hutan, pemakan serangga yang hidup di interior
hutan bisa digantikan oleh spesies sikatan atau masuknya spesies cucak-cucakan (Pycnonotidae) yang
memiliki karakteristik habitat pinggiran hutan, spesies pemakan buah tersebut umumnya berasosiasi
dengan spesies tumbuhan perintis yang cepat tumbuh, tetapi juga mengkonsumsi serangga.
Tercatat 7 jenis dari kelompok ini ditemukan di lokasi, 2 jenis di antaranya terlihat sangat
dominan dijumpai hampir di semua lokasi transek, yaitu Merbah Corok-corok (Pycnonotus simplex) dan
Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) .
DISKUSI
1. Orangutan
Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) merupakan salah satu dari 3 sub-jenis
Orangutan yang sebarannya cukup luas di pulau Kalimantan, meliputi sebagian daerah Kalimantan
Barat hingga Kalimantan Selatan. Kecamatan Kendawangan adalah salah satu daerah sebaran
Orangutan di Kabupaten Ketapang. Dalam buku Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan
Indonesia, 2019 – 2029 dilaporkan bahwa, populasi orangutan di Blok Kendawangan – Jelai
diperkirakan masih ada sekitar 50 individu yang menempati habitat seluas 293,49 km2. Jumlah populasi
yang tergolong rendah dengan sisa habitat yang semakin menyempit diproyeksikan keberlanjutan
hidup Orangutan akan sulit bertahan dalam waktu yang lama.
Fragmentasi habitat dari hutan alam menjadi kawasan budidaya dan penggunaan lain menjadi
alasan utama dalam penurunan populasi dan sebaran Orangutan di Kendawangan. Ekosistem hutan
yang dahulu masih terhubung satu dengan lainnya kini terputus menjadi beberapa bagian, bahkan PT.
28
Laporan Survei Yayasan Palung
HKI yang memiliki luasan konsesi kurang lebih 97.891,38 ha pun bukan merupakan kawasan yang utuh
tetapi terbagi dua bagian dengan jarak yang jauh dan terputus secara ekosistem. Blok Kendawangan
dan blok Air Hitam adalah contoh bahwa sebelumnya merupakan ekosistem hutan yang utuh yang
pernah menjadi habitat Orangutan. Berdasarkan analisa vegetasi dari temuan pakan yang ada di semua
plot di jalur transek kedua blok, jumlah pakan orangutan lebih dari 60% dibandingkan dengan jenis
lainnya, artinya memang kawasan hutan kendawangan yang memiliki berbagai tipe hutan mulai dari
riparian, lahan basah, gambut, dataran rendah bahkan sampai kerangas merupakan habitat Orangutan.
Fakta di lapangan keberadaan Orangutan dijumpai hanya indikasi berupa sarang Orangutan di
Blok Air Hitam dengan temuan jumlah sarang yang sedikit (3 sarang dari 5 sampling transek yang
dibuat, ditambah 1 sarang berada di luar transek). Selain itu juga sarang yang dijumpai sudah berumur
lama dan diperkirakan sudah lebih dari 1 bulan (kelas 3 dan kelas 4). Dalam kurun waktu 2 tahun sejak
survei di tahun 2017 oleh Hatfield, sebaran sarang Orangutan tidak berbeda jauh lokasinya dengan
hasil survei ini, hanya saja jumlahnya waktu itu lebih banyak (9 sarang).
Oleh karenanya untuk mempertahankan keberadaan Orangutan yang ada di blok Air Hitam,
maka daerah atau lokasi yang menjadi tempat sebarannya harus tetap dipertahankan (tidak dibuka
untuk kepentingan lain) dan diusahakan tetap menjadi hutan yang menyambung (koridor) dengan
kawasan Cagar Alam Muara Kendawangan dan Hutan Lindung Jelai.
29
Laporan Survei Yayasan Palung
untuk diperdagangkan. Bahkan saat ini banyak kolektor satwa liar di dalam konsesi yang dilakukan
secara illegal. Kondisi ini yang mempercepat laju penurunan satwa liar yang ada di hutan alam. Di
samping juga adanya fragmentasi habitat yang diakibatkan oleh konversi hutan dan kebakaran.
Hasil pengamatan selama survei di semua lokasi dapat disimpulkan bahwa jenis satwa liar yang
memiliki nilai ekonomis akan menjadi sasaran utama dalam perburuan. Untuk mamalia, jenis Rusa
(Rusa timorensis) sering diburu untuk kebutuhan akan dagingnya. Sementara jenis Landak (Hystrix
brachyura) menjadi sasaran untuk dikonsumsi dagingnya dan diambil bagian tubuhnya (bulu). Indikasi
ini diketahui dengan banyaknya jerat yang dipasang di dalam hutan.
Sementara jenis burung yang memiliki peranan yang sangat besar di alam seperti halnya
Rangkong sudah dipastikan hampir semuanya tidak lagi dijumpai di kawasan HKI, hanya satu jenis yang
dijumpai yaitu Kengkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris). Jenis lainnya yang merupakan
burung berkicau seperti Murai Batu/Kucica Hutan, Kacer, Tiong, Kerak Kerbau, Kucica-daun sudah
menjadi burung peliharaan di masyarakat maupun di beberapa tempat di dalam konsesi PT. HKI.
Tabel 10. Matriks satwa dilindungi yang terindikasi di Blok Kendawangan dan Air Hitam.
30
Laporan Survei Yayasan Palung
Ictinaetus malayensis LC V
Haliastur indus LC V
Elanus caeruleus LC V
Spizaetus cirrhatus LC V
Pernis ptilorhynchus LC V
Rhipidura javanica LC V
Ancaman
Internal Eksternal
Pembukaan lahan tanam yang melanggar
Penebangan liar hutan dalam HCV, perburuan illegal
batas lokasi HCV
Desain blok yang menyebabkan fragmentasi
hutan sehingga konektivitas antar hutan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)
kurang
Belum diterbitkannya SOP penanganan satwa Pengetahuan masyarakat sekitar tentang satwa
dan SOP perlindungan satwa dilindungi dan konservasi habitatnya masih rendah
3. Flora
Hasil analisis plot vegetasi keseluruhan (15 plot di blok Air Hitam dan 65 plot di blok
Kendawangan dengan luasan 1,6 ha masing masing) dijumpai 285 jenis pohon dengan 180 jenis (63 %)
di antaranya adalah jenis pohon pakan Orangutan. Pada blok Air Hitam dijumpai 112 jenis pohon, 61
jenis (54%) di antaranya merupakan pohon pakan Orangutan, sementara pada blok Kendawangan
dijumpai 241 jenis pohon dengan 158 jenis (66%) merupakan pohon pakan Orangutan. Ancaman-
31
Laporan Survei Yayasan Palung
ancaman terhadap habitat tumbuhan pada areal ini adalah penebangan liar serta kebakaran hutan dan
lahan. Selain itu ancaman tersebut juga sangat berpengaruh terhadap jalur lintas satwa, kehidupan
satwa di dalamnya dan lebih jauh lagi akan berpengaruh kepada kehidupan manusia.
Hasil analisa indeks keanekaragaman jenis menunjukkan bahwa habitat yang ada di area blok
Air Hitam (rawa gambut) dan blok Kendawangan (lowland, lahan basah dan rawa gambut) rata-rata
memiliki keanekaragaman sedang, yang ditunjukkan oleh nilai 1 < H < 3.
Dari empat tipe habitat yang ada di kedua blok tersebut, keanekaragaman jenis pohon relatif
sama. Tidak ada nilai yang memiliki perbedaan mencolok pada tiap habitatnya. Salah satu pengaruh
dikarenakan hutan pada Blok Air Hitam dan Kendawangan merupakan hutan sekunder, di mana tidak
adanya dominansi jenis tertentu yang ada di sana. Pengaruh lainnya yaitu jumlah sampling yang
dilakukan. Semakin banyak lokasi sampling, maka akan semakin tinggi pula peluang nilai
keanekaragaman jenis pada kawasan tersebut.
Gambar 10. Persentase pakan Orangutan dari semua jenis di Blok Air Hitam dan Blok
Kendawangan.
32
Laporan Survei Yayasan Palung
Gambar 11. Persentase pakan Orangutan dari semua jenis di Blok Air Hitam.
Gambar 12. Persentase pakan Orangutan dari semua jenis yang terdapat di Blok
Kendawangan.
KESIMPULAN
1. Indikasi keberadaan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) dijumpai pada kawasan
hutan konsesi HTI PT. HKI blok Air Hitam (Estate HKI 5 dan HKI 12)
33
Laporan Survei Yayasan Palung
2. Diperkirakan masih ada sekitar 4 - 5 individu Orangutan yang masih eksis di lokasi yang
kemungkinan besar merupakan Orangutan yang keluar masuk dari Kawasan Cagar Alam Muara
Kendawangan dan Hutan Lindung.
3. Di dalam kawasan ini juga masih dijumpai keanekaragaman satwa yang cukup tinggi, di
antaranya 13 jenis mamalia dan 100 jenis burung, dengan frekuensi relatif tertinggi (100%) ada
pada 5 spesies yaitu Merbah Cerukcuk, Merbah Corok-corok, Tepus Merbah-Sampah,
Pijantung Kecil dan Kipasan Belang.
4. Hasil inventarisasi jenis satwa mamalia pada tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan
hasil HCV Assessment pada tahun 2017. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya
perbedaan metode dan waktu pelaksanaan survei lapangan . Sementara untuk jenis avifauna,
variasi pada jenis burung yang ditemukan mengalami penambahan jenis.
5. Tingginya keanekaragaman jenis tumbuhan yang dilindungi dan endemik menunjukkan hutan
di kawasan ini memiliki nilai konservasi tinggi.
6. Ditemukannya indikasi keberadaan Orangutan dan jenis burung yang secara global terancam
punah dan dilindungi menunjukkan bahwa kawasan ini sangat penting dari sudut konservasi.
Untuk itu usaha-usaha konservasi dirasakan sangat penting, di samping untuk menjaga
kelangsungan hidup berbagai flora dan fauna, kawasan ini juga sebagai daerah tangkapan dan
pengendalian air.
7. Penyadaran dan edukasi terhadap masyarakat dan manajemen serta staff PT. HKI sekitar
hutan, tentang pentingnya menjaga jenis-jenis satwa yang dilindungi, terutama jenis mamalia
dan burung yang penting secara ekologi dan terancam punah.
8. Monitoring terhadap kerusakan habitat akibat penebangan liar, kebakaran hutan dan lahan
juga tak kalah penting, serta monitoring terhadap perburuan liar di kawasan HCV sebagai
tindakan mengamankan habitat dan individu satwa dilindungi.
REKOMENDASI
Hasil pemetaan KBKT (Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi) dan KPNKT (Kawasan Pengelolaan
Nilai Konservasi Tinggi) di tahun 2017 sudah banyak membantu dalam perencanaan pengelolaan
terkait pelestarian keanekaragaman hayati di PT.HKI (Gambar 5 dan 6). Hasil survei 2019 memperkuat
untuk pelaksanaan pengelolaannya ke depan.
34
Laporan Survei Yayasan Palung
Gambar 13. Peta KBKT-KPNKT sebagai koridor habitat satwa liar dilindungi dan usulan
penambahan (kotak biru) di Blok Air Hitam.
35
Laporan Survei Yayasan Palung
Pada area konsesi PT. HKI di blok Air Hitam ini, pembuatan jalur koridor satwa dilakukan untuk
dapat menggabungkan 2 hutan yang terfragmentasi di lokasi sebelah barat dan timur. Lokasi koridor
yang direkomendasikan hanya digunakan untuk perlintasan satwa dan migrasi berpindah bagi satwa-
satwa liar yang berada pada 2 hutan yang terfragmentasi tersebut. Luas area yang diusulkan yaitu
sebanyak 450 ha (kotak biru pada gambar 5). Luas tersebut sudah mencakup dalam menyambungkan 5
“jari-jari” hutan untuk dijadikan sebagai perlintasan satwa.
Lebih terperinci lagi pada gambar 15, terlihat batasan lahan yang dapat dijadikan sebagai
penyambung “jari-jari’ hutan yang terpisah. Terdapat 4 batasan lokasi koridor khusus tersebut (luas
50,65 ha), dengan masing-masing luas yaitu:
a) koridor 1 seluas ± 12,72 ha,
b) koridor 2 seluas ± 7,84 ha ,
c) koridor 3 seluas ± 9,12 ha dan
d) koridor 4 seluas ± 20,97 ha .
Akan tetapi, berdasarkan informasi dari peta tutupan lahan PT. HKI, dari 450 ha wilayah koridor
yang direncanakan, terdapat 250 ha yang masuk dalam areal rencana produksi dengan tutupan lahan
terbuka. Dengan demikian hanya terdapat 200 ha saja yang memungkinkan untuk dijadikan koridor
satwa liar, termasuk di dalamnya koridor khusus penghubung jari-jari hutan seluas 50,65 ha. Area
tersebut terdapat hutan sekunder dan memiliki tutupan lahan rawa basah.
36
Laporan Survei Yayasan Palung
Pada koridor 4 memiliki luasan yang paling tinggi dikarenakan untuk menyambung 3 jari-jari
hutan. Jenis koridor yang dibangun adalah merupakan gabungan koridor alami dan koridor buatan.
Koridor alami dapat dilakukan dengan melakukan penanaman pohon sebagai pengayaan kawasan
sehingga diharapkan dapat menutup fragmentasi-fragmentasi hutan yang ada. Untuk pengayaan
vegetasi pada kawasan tersebut dapat ditanam pohon-pohon makanan orangutan, seperti pada tabel
13. Selain itu koridor buatan dapat dilakukan dengan membuat jembatan perlintasan dengan
menggunakan seling baja, yang dipasang di beberapa titik, khususnya di jalan besar yang membelah
hutan yang ada. Di sejumlah titik-titik pada tepian di sepanjang jalan besar tersebut, perlu dipasang
papan-papan informasi dan peringatan akan adanya satwa liar yang kemungkinan akan melintasi jalan
tersebut. Namun demikian, pembuatan koridor tersebut memerlukan kajian lebih lanjut untuk dapat
mengaplikasikannya.
37
Laporan Survei Yayasan Palung
Tabel 13. Rekomendasi jenis tumbuhan untuk pengayaan vegetasi di rencana koridor.
Pakan
No Family Spesies
Orangutan
1 Anacardiaceae Mangifera parvifolia Boerl. & Koord. Pakan
2 Annonaceae Xylopia malayana Hook.f. & Thomson Pakan
3 Annonaceae Polyalthia glauca (Hassk.) F. Muell. Pakan
4 Annonaceae Polyalthia sp Pakan
5 Apocynaceae Alstonia angustiloba Miq. Pakan
6 Burseraceae Santiria griffithii Engl Pakan
7 Burseraceae Dacryodes rugosa (Bl.) H.J. Lam Pakan
8 Burseraceae Dacryodes incurvata (Engl.) H.J. Lam Pakan
9 Burseraceae Cannarium pilosum A.W.Benn. Pakan
10 Burseraceae Canarium latistipulatum Ridl. Pakan
11 Burseraceae Dacryodes rostrata (Bl.) H.J. Lam Pakan
12 Calophyllaceae Kayea grandis King Pakan
13 Calophyllaceae Calophyllum ferrugineum Ridl. Pakan
14 Calophyllaceae Calophyllum lanigerum Miq. Pakan
15 Cannabaceae Gironniera nervosa Planch. Pakan
16 Clusiaceae Garcinia vidua Ridl Pakan
17 Dilleniaceae Dillenia excelsa (Jack) Gilg in Engl. Pakan
18 Dilleniaceae Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli Pakan
19 Ebenaceae Diospyros confertiflora (Heirm) Bakh. Pakan
20 Ebenaceae Diospyros siamang Bakh. Pakan
21 Ebenaceae Diospyros maingayi (Hiern.) Bakh. Pakan
22 Elaeocarpaceae Elaeocarpus mastersii King Pakan
23 Elaeocarpaceae Elaeocarpus beccarii DC Pakan
24 Euphorbiaceae Blumeodendron tokbrai (Bl.) Kurz Pakan
Blumeodendron kurzii (Hook.f) J.J.Sm ex Koor &
25 Euphorbiaceae Pakan
Valeton
26 Fabaceae Sindora beccariana Baker ex de Wit Pakan
27 Fabaceae Dialium kunstleri Prain. Pakan
28 Fabaceae Archidendron borneense (Benth.) Nielsen Pakan
29 Fagaceae Lithocarpus conocarpus (Oudem.) Rehd. Pakan
30 Fagaceae Lithocarpus leptogyne (Korth.) Pakan
31 Malvaceae Sterculia gilva Miq. Pakan
38
Laporan Survei Yayasan Palung
Jenis pakan Orangutan pada tabel di atas, adalah jenis yang ditemui pada blok Air Hitam saat
melakukan survei.
39
Laporan Survei Yayasan Palung
2. Blok Kendawangan
Berdasarkan hasil survei satwa liar yang ada di Blok Kendawangan (8 jalur transek dengan
panjang total 6.500 m) di tiga tipe habitat (lahan basah, rawa gambut dan dataran rendah), diperoleh
hasil yang kurang maksimal dibanding survei yang sama di PT. HKI pada tahun 2017, maka penentuan
lokasi untuk koridor satwa yang dibuat tahun 2017 masih relevan untuk diteruskan, yaitu hutan
Dipterocarpa Campuran di Bukit Kedio, hutan Dipterocarpa Campuran di Bukit Asam, Hutan Kerangas
di HKI Estate 4, Hutan Riparian Sungai Kendawangan di sekitar Desa Pangkalan Batu, Hutan Adat
Pangkalan Batu dan Hutan Dipterocarpa di Bukit Birai (Raharyono, 2017).
Gambar 15. Peta KBKT-KPNKT sebagai koridor habitat satwa liar dilindungi di Blok Kendawangan.
Merujuk pada hasil temuan jenis satwa liar dalam 2 tahun terakhir tindak pengelolaan yang
penting untuk dilakukan adalah program penyadaran konservasi tentang satwa liar bagi masyarakat
maupun managemen internal. Fakta di lapangan adalah hilangnya beberapa jenis satwa dari taksa
40
Laporan Survei Yayasan Palung
mamalia dan burung di alam adalah karena maraknya perburuan dan penangkapan satwa untuk dijual
dan dijadikan hewan peliharaan.
Menanggapi kemungkinan ancaman internal dan eksternal terhadap habitat dan individu
satwa liar yang mungkin terjadi, PT. HKI diharapkan segera membuat dan menerapkan Best/ Better
Management Practices (BMP), salah satunya dengan :
(1) Menerbitkan SOP terkait penanganan satwa dan SOP perlindungan satwa di dalam konsesi,
termasuk sistem tanggap darurat terhadap bahaya api yang menyebabkan kebakaran hutan dan
lahan.
(2) Pelatihan monitoring dan patroli (untuk perlindungan kawasan dan keanekaragaman hayati yang
dilindungi), sekaligus aksi monitoring berkala pada kawasan sehingga kawasan tersebut dapat
dievaluasi.
(3) Pemetaan stakeholders di sekitar konsesi PT. HKI dalam rangka pendekatan lansekap,
(4) Memberikan sosialisasi dan pemahaman tentang konservasi (termasuk mitigasi konflik satwa liar)
kepada karyawan PT. HKI, khususnya karyawan yang bekerja di lapangan dan juga kepada
masyarakat sekitar, dan atau memberikan solusi praktis sumber ekonomi alternatif (memberikan
dampingan) kepada masyarakat sekitar (dalam rangka mengurangi perburuan illegal, penebangan
illegal). Sosialisai dan edukasi ke masyarakat dapat berbentuk papan informasi (sign board) dan
poster-poster yang dipasang pada lokasi-lokasi strategis di ruang publik.
(5) Bersama stakeholders lain (Pemda, BKSDA, KPH, Perusahaan lain, LSM dan masyarakat sekitar)
PT.HKI dapat bekerjasama dalam pelestarian Orangutan dan habitatnya, dalam membuat dan
melaksanakan rencana pengelolaan konservasi Orangutan, terutama di lansekap Kendawangan-Air
Hitam. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya untuk mengelola lingkungan dan
keanekaragaman hayati serta mampu mengikuti kebijakan Pemerintah Indonesia yang termuat
dalam Strategi Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2019-2029 (KepMenLHK No.
SK.308/MENLHK/KSDAE/KSA.2/4/2019).
41
Laporan Survei Yayasan Palung
TINJAUAN PUSTAKA
Buij, R., Wich, S.A., Lubis, A.H., and Sterck, E.H.M. 2002. Seasonal movements in the Sumatran
orangutan (Pongo pygmaeus abelii) and consequences for conservation. Biol. Cons. 107: 83-
7.
Indrawan, M., Richard, B.P dan Jatna, S. 2007. Biologi Konservasi: -Edisi Revisi- Jakarta, Yayasan Obor
Indonesia.
IUCN Red List of Threatened Animals Database Search Results. http:/www.wcmc.org.uk/cgi-
bin/arl_output.
Ditjen KSDAE. 2019. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia. KLHK dan Forina.
Groves, C. P. 2001. Primate taxonomy. Smithsonian Institution Press. Washington, DC.
Husson, S. J., Wich, S. A., Marshall, A. J., Dennis, R.D., Ancrenaz, M. et al. 2009. Orang-utan distribution,
density, abundance and impacts of disturbance. In Orangutans: Geographic Variation in
Behavioral Ecology and Conservation, eds. S. A. Wich, S. S. Utami Atmoko, T. Mitra Setia and
C. P. van Schaik. Oxford, UK: Oxford University Press, pp. 77-96.
Meijaard, E., H.D. Rijksen & S.N. Kartikasari. 2001. Di Ambang Kepunahan: Kondisi orangutan liar di
awal abad ke-21. The Gibbon Foundation. Jakarta. xxxi + 393 hlm.
Meijaard E., Buchori D., Hadiprakarsa Y., Ancrenaz. M., et al., 2011. Quantifying Killing of Orangutans
and Human-Orangutan Con ict in Kalimantan, Indonesia. PLoS ONE, 6 (11).
Raharyono, D. 2017. Laporan Survei Mamalia di Area Konsesi PT. HKI, Kendawangan, Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat.
Sugardjito, J., te Boekhorst, I.J.A., and van Hooff, J.A.R.A.M. 1987. Ecological constraints on the
grouping of wild orangutans (Pongo pygmaeus) in the Gunung Leuser National park, Sumatra,
Indonesia. Intl. J. of Primatol. 8: 17-41.
Utami, S.S., Wich, S.A., Sterck, E.H.M., and van Hooff, J.A.R.A.M. 1997. Food competition between wild
orangutans in large fig tress. Int. J. of Primatol. 18: 909-27.
Utami-Atmoko SS, Traylor-Hozler K, Rifqi MA, Siregar P, Achmad B, Priadjati A, Husson S, Wich SA,
Hadisiswoyo P, Saputra F (eds). 2019. The Orangutan Population and Habitat Viability
Assessment 2017. Bogor (ID): The Directorate General of Natural Resources and Ecosystem
Conservation, Ministry of Environment and Forestry of Indonesia.
42
Laporan Survei Yayasan Palung
van Schaik, C.P., Azwar, Priatna, D. 1995. Population estimates and habitat preferences of orangutans
based on line transects of nests (eds. R.D. Nadler, B.M.F. Galdikas, L.K. Sheeran, N. Rosen). In:
The Neglected Ape. Plenum Press, New York, pp. 129-147.
Wich, S.A., Utami Atmoko, S.S., Mitra Setia, T., Djojosudharmo, S., and Geurts, M.L. 2006. Dietary and
energetic responses of Pongo abelii to fruit availability fluctuations. Int. J. of Primatol. 27:
1535-50.
Wich, S.A., Gaveau, D., Abram, N., Ancrenaz, M., Baccini, A., et al. 2012. Understanding the Impacts of
Land-Use Policies on a reatened Species: Is ere a Future for the Bornean Orangutan? PLoS
ONE 7(11).
Van Steenis C.G.G.J. 1947. Flora. Surjowinoto M. Penerjemah; Surjowinoto M. editor ; Jakarta: PT
Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Flora
Alikodra, H. 1990. Erosi Keanekaragaman Jenis. Rineka Cipta. Jakarta
Longman, K.A., Jenik, J. 1987. Tropical Forest and its Environment. London : Longman Group Limitid-
pp.31-83.
Sutarno, H., Soedarsono, R. 1997. Latihan Mengenal Pohon Hutan (Kunci Identifikasi dan Fakta jenis).
Bogor : Yayasan Prosea.hlm 9.
MacKinnon, K. Hatta, G. Halim, H. Mangalik, A. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta: Prenhallindo
Buku identifikasi atau referensi : Pengenalan jenis tumbuhan di hutan rawa Gambut (Istomo, 2002)
Malesian Seed Plants – Tree Families (Van Balgooy, 1998), Tree Flora of Sabah and Sarawak Volume 1
(Soepadmo, 1995)
Tree Flora of Sabah and Sarawak Volume 2 (Soepadmo, 1996), Tree Flora of Sabah and Sarawak
Volume 3 (Soepadmo, 2000)
Tree Flora of Sabah and Sarawak Volume 4 (Soepadmo, 2002), Tree Flora of Sabah and Sarawak
Volume 7 (Soepadmo, 2011).
M.Muhlis Saputra. 2017. Preferensi Pakan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Stasium Penelitian
Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat
Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri, D., Rosenbaum, B., Iskandar, D., Setyawati, T., Lammertink, M.,
Rachmatika, I., Wong, A., Soehartono, T., Stanley, S., Gunawan, T. dan O’Brien, T. 2006.Hutan
Pasca Pemanenan: Melindungi Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan =
Life After Logging: Reconciling Wildlife Conservation and Production Forestry in Indonesian
Borneo. CIFOR. Bogor, Indonesia.
43
Laporan Survei Yayasan Palung
MacKinnon J, Phillips K and B. Van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI/BirdLife Indonesia.
Muchtar Muhamad, Kemp Neville, Hasudungan Ferry, Novarino Wilson, Irham Mohammad,
Sukmantoro Wishnu.2007. Daftar Burung Indonesia No.2. IdOU dan lain-lain.
Howes, J., bakewell, D. Dan Yus Rusila Noor. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands
International-Indonesia Programme. Bogor.
https://www.xeno-canto.org : Sharing bird sounds from around the word
44
Laporan Survei Yayasan Palung
Lampiran :
45
Laporan Survei Yayasan Palung
46
Laporan Survei Yayasan Palung
47
Laporan Survei Yayasan Palung
48
Laporan Survei Yayasan Palung
49
Laporan Survei Yayasan Palung
Suka Jaya Makmur (Alas Kusuma Group), Ketapang, West Kalimantan for WWF-
Indonesia (forest certification).
October 2018 : Biodiversity survey (BMP) at PT. Anugerah Kebun Mandiri (NAS Group),
Talisayan, Berau, East Kalimantan for BOSF
Aug-Sept 2018 : Biodiversity survey at Bukit Baka Bukit Raya NP and PT. Kayu Waja, Central
Kalimantan for BOSF
Jul 2017 : Monitoring and Biodiversity survey at Kehje Sewen forest, East Kalimantan for PT.
RHOI (IUPHHK-RE).
Feb 2017 : Biodiversity survey at PT Essam Timber, Long Sule, North Kalimantan for WWF-
Indonsia
Feb 2016 : Orangutan distribution, population and habitat assessment at Haurgading Sungai
Utara and Tabalong, South Kalimantan for FORINA.
Nov 2015 : Orangutan population and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at PT.
Amprah Mitra Jaya, Lamandau, Central Kalimantan for KPHP Lamandau & YAYORIN
(BetterManagement Practices).
Jul-Aug 2015 : Orangutan population and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at CBI
Group, Lamandau & Kotawaringin Barat, Central Kalimantan for BOSF (Better
Management Practices).
June 2015 : Suitability survey for potential orangutan release area at Sg Mentibat-Sg Pari, DAS
Mendalam II, Kapuas Hulu, West Kalimantan for FORINA-TFCA Kalimantan.
Mar-Apr 2015 : Biodiversity survey at Labian-Leboyan II, Kapuas Hulu, West Kalimantan for
FORINA-TFCA Kalimantan.
Jan 2015 : Orangutan population and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at PT.
DSN, Wahau, Kutai Timur, East Kalimantan for BOSF (Better Management Practices).
Dec 2014-Jan 2015 : Field advisor for orangutan release preparation at Kehje Sewen forest,
East Kalimantan for PT. RHOI (IUPHHK-RE).
Dec 2014 : Biodiversity survey at Labian-Leboyan I, Kapuas Hulu, West Kalimantan for FORINA-
TFCA Kalimantan.
Oct 2014 : Suitability survey for potential orangutan release area at Sg Seluwa-Sg Mekurei, DAS
Mendalam I, Kapuas Hulu, West Kalimantan for FORINA-TFCA Kalimantan.
June 2014 : Orangutan population and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at PT.
Trisetia Intiga, Lamandau, Kotawaringin Barat, Central Kalimantan for BOSF (Better
50
Laporan Survei Yayasan Palung
Management Practices).
May 2014 : Orangutan population and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at
conservation area PT. Korintiga Hutani, Lamandau, Kotawaringin Barat, Central
Kalimantan for BOSF (Better Management Practices).
Dec 2013 : Orangutan population and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at PT.
Nabatindo Karya Utama, Kotawaringin Timur, Central Kalimantan for BOSF (Better
Management Practices).
Dec 2013 : Coordinator expedition orangutan release area in the southern Kehje Sewen forest
for PT. RHOI (IUPHHK-RE).
Dec 2013 : Field advisor for orangutan release preparation at Kehje Sewen forest, East
Kalimantan for PT. RHOI (IUPHHK-RE).
July 2013 : Preliminary orangutan survey and trainer on orangutan population and monitoring
assessment at PT. Belayan River Timber, Tabang, Kutai Kertanegara, East Kalimantan
for BOSF (Better Management Practices).
June 2013 : Orangutan distribution preliminary survey at conservation area of PT. Korintiga
Hutani (HTI) & PT. Trisetia Intiga (HPH), Lamandau, Kotawaringin Barat, Central
Kalimantan for BOSF (Better Management Practices).
May 2013 : Coordinator Orangutan distribution and population survey III at Labian-Leboyan
water catchment (corridor Danau Sentarum NP and Betung Kerihun NP), Kuala Kapuas,
West Kalimantan for WWF Indonesia
April 2013 : Orangutan distribution and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at oil
palm company PT. Gunta Samba Jaya, Kutai Timur-Berau, East Kalimantan for BOSF
(Better Management Practices).
March 2013 : Orangutan distribution and habitat assessment at oil palm company PT. Yudha
Wahana Abadi, Berau, East Kalimantan for BOSF (Better Management Practices).
Dec 2012 : Orangutan distribution and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at HPH
PT. Sari Bumi Kusuma (Nanga Nuak), Katingan, West Kalimantan for WWF-Indonesia
(forest certification).
Dec 2012 : Trainer on orangutan population and monitoring assessment for BKSDA West
Kalimantan, Pontianak.
July 2012 : Orangutan distribution and habitat assessment (incl. mammals & birds list) at HPH
PT. Ratah Timber, Kutai Barat, East Kalimantan for WWF-Indonesia (forest
51
Laporan Survei Yayasan Palung
certification).
April-May 2012 : Field advisor for orangutan release at Kehje Sewen forest, East Kalimantan for
PT. RHOI (IUPHHK-RE).
March 2012 : Pre-survey orangutan release area at ex-PT. Bina Daya Tetra and Bukit Raya
Protected Area, Lamandau, Central Kalimantan.
Dec 2011 : Orangutan mitigation conflict (incl. mammals & birds list) at PT. Pilar Wanapersada
(oil palm plantation), Lamandau, Central Kalimantan for BOSF.
Sept-Oct 2011 : Orangutan distribution and population monitoring at DAS Embaloh, Betung
Kerihun National Park, West Kalimantan for WWF-Indonesia and Betung Kerihun
National Park.
June-July 2011 : Biodiversity survey (carrying capacity) at Hulu Kelinjau (IUPHHK-RE PT. RHOI),
Kutai Timur, East Kalimantan for PT. RHOI (release area for orangutan).
Feb-March 2011 : Coordinator Biodiversity survey at Pasilan Tabah PF, Mentarang Hulu-
Mentarang Hilir, Malinau, East Kalimantan for Aspinall Foundation.
Oct-Nov 2010 : Orangutan distribution and habitat assessment (incl. mammals, herpetofauna
& birds list) at PT. Wanasokan Hasilindo (AlasKusuma Group), Ketapang, West
Kalimantan for WWF-Indonesia (forest certification).
August 2010 : Orangutan population and habitat assessment (carrying capacity) at Lamandau
Wildlife Reserve and surrounding, Kota Waringin Barat-Sukamara, Central Kalimantan
for OF-UK and BKSDA.
July 2010 : Orangutan distribution and habitat assessment (incl. mammals, herpetofauna &
birds list) at PT. Toba Pulp Lestari conservation forest and immediate landscape
surrounding (Ex-PT. Gruti), Dairi-Pakpak Bharat-Samosir-Humbang Hasundutan, North
Sumatra. OCSP-USAID and PT. TPL.
June-July 2010 : Orangutan distribution and habitat assessment at North Block of PT. Suka Jaya
Makmur (Alas Kusuma Group), Ketapang, West Kalimantan for WWF-Indonesia (forest
certification).
Apr-May 2010 : Coordinator Biodiversity survey (carrying capacity) at Telen-Soh (Ex-PT.
Narkata Rimba), Kutai Timur, East Kalimantan for IUPHHK-RE PT. RHOI (release area for
orangutan).
Jan-Feb 2010 : Orangutan distribution and habitat assessment at South Block of PT. Suka Jaya
Makmur (Alas Kusuma Group), Ketapang, West Kalimantan for WWF-Indonesia (forest
52
Laporan Survei Yayasan Palung
certification).
October 2009 : Orangutan and habitat assessment at PT. Binasawit Abadi Pratama (Smart-Sinar
Mas Group), Seruyan, Central Kalimantan for BOSF.
June-July 2009 : Coordinator Orangutan distribution and population survey inside and
surrounding Danau Sentarum National Park, Kuala Kapuas, West Kalimantan for WWF
Indonesia
March 2009 : Coordinator Orangutan distribution and population survey at Labian-Leboyan
water catchment (corridor Danau Sentarum NP and Betung Kerihun NP), Kuala Kapuas,
West Kalimantan for WWF Indonesia
Jan-Feb 2009 : Coordinator Orangutan distribution and population density survey at Dairi-
Pakpak Bharat (Batu Ardan PF and Siranggas NR) North Sumatra for Orangutan
Conservation Services Program-USAID.
Mar-Jun 2008 : Coordinator finding orangutan release sites in East and Central Kalimantan for
Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
Prasetyo, E, Azwar, Ambriansyah dan Meididit, A. 2014. Survei populasi dan kelayakan
habitatOrangutan di PT. Trisetia Intiga, Lamandau, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
53
Laporan Survei Yayasan Palung
Prasetyo, E, Azwar, Ambriansyah dan Meididit, A. 2014. Survei populasi dan kelayakan
habitatOrangutan di area konservasi PT. Korintiga Hutani, Lamandau, Kotawaringin Barat,
KalimantanTengah. Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Azwar dan Ambriansyah. 2013. Survei populasi dan kelayakan habitat Orangutan di PT.
Nabatindo Karya Utama, Kasongan, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Azwar dan Meididit A. 2013. Ekspedisi lokasi pelepasliaran orangutan di selatan kawasan hutan
Kehje Sewen, Muara Wahau, Kalimantan Timur. IUPHHK-RE PT. RHOI.
Prasetyo E dan Azwar. 2013. Preliminary Survei dan Pelatihan Singkat Pengenalan Orangutan
diPT. Belayan River Timber, Tabang, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Prasetyo E dan Azwar. 2013. Preliminary Survei kelayakan habitat Orangutan di PT.
KorintigaHutani dan PT. Trisetia Intiga, Lamandau, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
YayasanPenyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Azwar, Hafiz R dan Sari DP. 2013. Survei Populasi Orangutan di koridor TN Betung Kerihun-TN
Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Yayasan WWF Indonesia.
Azwar. 2013. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) di
Kebun Sawit PT. Gunta Samba Jaya, Kabupaten Berau-Kutai Timur, Kalimantan Timur. Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Azwar. 2013. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) di
Kebun Sawit PT. Yudha Wahana Abadi, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Azwar, Ambriansyah, Saleh C, Rifqi MA, Wahyudi D dan Mukhlis. 2013. Survei Populasi dan
Distribusi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Area Konsesi HPH PT. SBK
Nanga Nuak, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Azwar, Ambriansyah, dan Kurniawan Y. 2012. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan
Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) di Area Konsesi HPH PT. Ratah Timber, Kabupaten Kutai
Barat, Kalimantan Timur.
Azwar dan Tang E. 2011. Survei populasi dan Kelayakan Habitat Orangutan (Pongo pygmaeus
wurmbii) di PT. Pilar Wanapersada, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah.
Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOSF).
Gondanisam, Azwar dan Ambriansyah. 2011. Survei Keanekaragaman Hayati di Sungai Kelinjau
(Areal PT. RHOI), Kecamatan Busang, Kutai Timur, Kalimantan Timur. PT. Restorasi Habitat
Orangutan Indonesia.
54
Laporan Survei Yayasan Palung
Azwar, Gondanisam, Ambriansyah, Antonius, Lesmana. N., Suroto, B., Muklis dan Regang,
A.2010. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) di
Area Konsesi HPH PT. Wanasokan Hasilindo, Kabupaten Ketapang dan Melawi, Kalimantan
Barat. Yayasan WWF Indonesia.
Azwar, Gondanisam dan Ambriansyah. 2010. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan (Pongo
pygmaeus wurmbii) di Suaka Margasatwa Lamandau dan Sekitarnya, Kotawaringin Barat-
Sukamara, Kalimantan Tengah. OF-UK dan BKSDA Kalimantan Tengah.
OCSP-USAID in collaboration with TPL. 2010. Report on Orangutan survey in the Toba Pulp
Lestari Plantation & immediate landscape surroundings (ex-PT. Gruti), Dairi-Pakpak Bharat-
Samosir-Humbang Hasundutan, North Sumatra.
Azwar, Ambriansyah, Saleh, C., Yahya, A., Sarjito, J., Ziasmono, H., Antonius, Firdaus,
M.,Effensius, A., dan Eka. 2010. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan Kalimantan (Pongo
pygmaeus wurmbii) di Area Konsesi (Blok Utara) HPH PT. Suka Jaya Makmur, Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat. Yayasan WWF Indonesia.
Utami-Atmoko, S.S., Azwar, Gondanisam, Ambriansyah, Setiawan, A., Ardi, R., and Prasetyo, E.
2010. Final report biodiversity survey in Telen-Soh (RHOI 2), Kutai Timur, East Kalimantan,
Indonesia. PT. Restorasi Habitat Orangutan Indonesia.
Azwar, Ambriansyah, Saleh, C., Yahya, A., Sarjito, J., Ziasmono, H., Tanjung, K., Antonius,
Kurniawan, A., dan Octavius. 2010. Survei Populasi dan Distribusi Orangutan Kalimantan
(Pongo pygmaeus wurmbii) di Area Konsesi (Blok Selatan) HPH PT. Suka Jaya Makmur,
Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Yayasan WWF Indonesia.
Yuwono, E.H., Azwar, Ambriansyah, Sirajudin dan Yupanda. 2009. Survei populasi dan kekayaan
habitat orangutan serta social ekonomi masyarakat di daerah PT. Binasawit Abadi Pratama-
Smart, Kabupaten Seruyan, Propinsi Kalimantan Tengah. Yayasan Penyelamatan Orangutan
Borneo (BOSF).
Azwar, Ambriansyah, Tjiu, A., Yahya, A., dan Saleh, C. 2009. Survei Populasi, Distribusi dan
Habitat Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Taman Nasional Danau Sentarum
danSekitarnya, Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat. Yayasan WWF Indonesia.
Azwar, Ambriansyah, Tjiu, A., Yahya, A., dan Saleh, C. 2009. Populasi dan Distribusi Orangutan
(Pongo pygmaeus pygmaeus) di DAS Labian-Leboyan, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten
Kuala Kapuas, Kalimantan Barat. Yayasan WWF Indonesia.
Utami Atmoko, S.S., Azwar, Gondanisam, Meididit, A., Nuzuar, Sulistyo, N., dan Thoha, A.S.
2009. Survei sebaran orangutan (Pongo abelii) di Blok HL Batu Ardan dan SM Siranggas+,
Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat, Sumatera Utara. OCSP-USAID, Jakarta.
55
Laporan Survei Yayasan Palung
56
Laporan Survei Yayasan Palung
FIELDWORK EXPERIENCE
57