Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PENGEMBANGAN DIRI

WORKSHOP PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MAN 2 YOGYAKARTA T.A. 2019

DISUSUN OLEH:
Umi Solikatun, S. Pd
NIP. 19791031 200501 2 002

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 YOGYAKARTA


Jl. KHA. Dahlan No. 130 Yogyakarta
Tahun 2019
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL
LEMBAR IDENTITAS…………………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...,……….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………... 2
BAB II DESKRIPSI KEGIATAN…………………………………………………………………. 3
C. Waktu Pelaksanaan dan Penyelenggara Kegiatan………………………….. 3
D. Uraian Materi …………………………………………………………………………… 3
E. Tindak Lanjut Pengembangan Diri................................…………………………. 9
F. Dampak Pengembangan Diri………………………………………………………… 9
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………. 10
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………….. 10
B. Saran……………..…………………………………………………………………………….. 10

LAMPIRAN-LAMPIRAN
 Rekapitulasi Kegiatan Pengembangan Diri
 Foto Copy Sertifikat
 Foto Copy Surat Penugasan Kepala Sekolah/Madrasah
IDENTITAS GURU

1. Nama Sekolah : MAN 2 Yogyakarta


2. Nama Guru : Umi Solikatun, S.Pd
3. NIP : 19791031 200501 2 002

4 Jabatan/Golongan : Pembina/ IV a
Guru
5. Alamat Sekolah :
Jalan : Jl. KHA Dahlan No. 130 Ngampilan
Kabupaten : Yogyakarta
Provinsi : DI. Yogyakarta
Telpon/Fax : 0274 513347
6. Mengajar Mata : Bimbingan dan Konseling
Pelajaran
7. SK Pengangkatan
a.    Sebagai CPNS :

Pejabat yang : Kepala Kanwil Depag DI Yogyakarta


mengangkat
Nomor SK : KW.12.1/2/PB.I/1118/2005
Tanggal SK : 25 Mei 2005
b. Pangkat Terakhir :
Pejabat yang : Kepala Bagian Mutasi a.n. Menteri Agama
mengangkat
Nomor SK : B.II/3/030190
Tanggal SK : 28 September 2018
8 Alamat Rumah :
Jalan : Senggotan RT 10 Tirtonirmolo
Kabupaten : Bantul
Provinsi : DI.Yogyakarta
Telpon/Fax : 081802625821
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pengembangan Diri melalui Workshop Pendidik dan Tenaga


Kependidikan MAN 2 Yogyakarta T. A. 2019 dari:

Nama Guru      : Umi Solikatun, S. Pd


NIP : 19791031 200501 2 002
NUPTK : 8363757659300043
Pangkat/Golongan : Pembina/IV a
Unit Kerja : MAN 2 Yogyakarta

Disahkan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 26 November 2019

Kepala Madrasah: Koordinator PKB,                          

Drs. H. Mardi Santosa Evi Effrisanti, S.TP


NIP.1964111019960403 1004 NIP. 19740920 19903 2001
KATA PENGANTAR

              Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena kami telah
melaksanakan tugas pengembangan diri sekaligus menyusun laporannya.
Kami menyadari adanya keterbatasan sehingga belum sepenuhnya dapat
meningkatkan kemandirian peserta didik yang menjadi tanggung jawab
pengasuhan. Namun didorong oleh niat, komitmen serta kesungguhan untuk
menyegarkan wawasan dan semangat peserta didik kami senantiasa
berupaya mengembangkan diri sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dose yaitu bahwa guru wajib
meningkatkan kualifikasi akademiknya dan kompetensinya secara terus
menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
Sejalan dengan hal tersebut menurut Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 tahun 2009,
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dimana jabatan
fungsional guru saat ini menjadi jabatan ahli. Pengembangan karier guru
untuk naik setingkat lebih tinggi di unsur utama disyaratkan yang
merupakan kewajiban harus melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang berupa kegiatan pengembangan diri,
publikasi ilmiah dan karya inovatif. Untuk memenuhi kewajiban tersebut
kami telah melakukan dan mengikuti berbagai kegiatan untuk memenuhi
persyaratan dan kewajiban dalam penilaian kinerja guru agar kami dapat
memperoleh nilai kinerja dan angka kredit.
Demikian laporan kegiatan pengembangan diri yang dapat kami
lakukan sebagai upaya peningkatan kompetensi dan keprofesionalan kami,
semoga bermanfaat bagi kami, peserta didik dan lembaga tempat kami
mengabdi.
Yogyakarta, 26 November 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru sebagai tenaga pendidik profesional adalah guru yang tidak
merasa puas dengan keterampilan yang dimiliki. Tugas seorang guru
profesional tidak hanya dituntut memiliki kinerja yang baik dalam
melakukan tugas mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik saja
melainkan juga harus mampu melakukan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
Berbagai kegiatan bisa dilakukan oleh guru untuk dapat
meningkatkan profesinalisme. Menurut Permeneg PAN dan RB No. 16
Tahun 2009, seorang guru dapat melakukan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan melalui tiga komponen yaitu: 1) Melaksanakan
pengembangan diri; 2) Melakukan publikasi Ilmiah; dan Menemukan dan
menciptakan karya-karya inovatif.
Kegiatan pengembangan diri bisa dilakukan dengan dua kegiatan
yaitu diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru. Kegiatan kolektif guru
adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru yang bertujuan untuk
meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Macam kegiatan
tersebut dapat berupa: 1) Mengikuti lokakarya atau kegiatan kelompok/
musyawarah kerja guru atau inhouse training untuk penyusunan
perangkat kurikulum dan/atau kegiatan pembelajaran termasuk
pembelajaran berbasis TIK, penilaian, pengembangan media
pembelajaran, dan/atau kegiatan lainnya untuk kegiatan pengembangan
keprofesian guru; 2) Mengikuti, baik sebagai pembahas maupun sebagai
peserta, pada seminar, koloqium, diskusi panel, atau bentuk pertemuan
ilmiah lainnya; 3) Mengikuti kegiatan kolektif lain yang sesuai dengan
tugas dan kewajiban guru terkait dengan pengembangan keprofesiannya.
Pada kesempatan pengembangan diri melalui kegiatan kolektif “
Workshop Pendidik dan Tenaga Kependidikan MAN 2 Yogyakarta T A.
2019”
ini guru mendapat surat Tugas kepala Madrasah Nomor:
453.1/Ma.12.02/PP.00.6/10/2019
B. Tujuan
Adapun Tujuan diselenggarakannya Workshop ini adalah
1. Memotivasi guru untuk meningkatkan semangat kerja di lingkungan
kementerian agama khususnya di MAN 2 Yogyakarta
2. Mendorong guru untuk dapat melakuan inovasi pembelajaran
3. Mendorong guru dapat menyusun instrumen penilaian HOTS
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan


Hari/Tanggal : Jumat- Senin, 22 – 25 November 2019
Pukul : 07.00 – selesai
Tempat : MAN 2 Yogyakarta
Penyelenggara : MAN 2 Yogyakarta

B. Tujuan Pengembangan Diri


Adapun tujuan kegiatan ini adalah :
1. Memotivasi guru untuk meningkatkan semangat kerja di lingkungan
kementerian agama khususnya di MAN 2 Yogyakarta
2. Mendorong guru untuk dapat melakuan inovasi pembelajaran
3. Mendorong guru dapat menyusun instrumen penilaian HOTS

C. Uraian Materi
Jumat, 22 November 2019
1. Pelayanan Prima Berbasisa 5 Budaya Kerja Kementerian Agama
Kementrian Agama yang menjadi salah satu lembaga pemerintah
juga memiliki nilai budaya kerja, nilai-nilai inilah yang nantinya
mampu meningkatkan kinerja para pegawainya, demi tercapainya
layanan publik yang prima.
2. Pembelajaran HOTS dengan Model Project Based Learning
Penerapan model pembelajaran yang tepat di kelas dapat
meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik salah satunya
yaitu High Order Thingking Skill (HOTS). HOTS adalah proses
berpikir yang tidak hanya menghafal, tetapi juga melibatkan
pemahaman mendalam dan proses berpikir analisis kritis .
HOTS pada dasarnya merupakan tingkatan hasil belajar
kognitif tertinggi yaitu ranah menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Siswa yang memiliki HOTS dapat membuatnya mampu
untuk menafsirkan, menganalisis atau memanipulasi informasi yang
diperolehnya. HOTS dapat dilihat dari prestasi hasil belajar yang
diraih oleh peserta didik.
Meningkatkan HOTS peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu menggunakan model problem based ,model Project
Based. Media pembelajaran PhET, dan alat peraga dalam
pembelajaran.
Penggunaan Project Based Learning (PjBL) merupakan salah
satu cara efektif untuk melatih keterampilan HOTS peserta didik.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu pembelajaran
aktif yang melibatkan peserta didik secara mandiri untuk
meningkatkan daya pikir peserta didik menuju metakognitif seperti
berpikir kritis terhadap proyek yang akan dikerjakan melalui
permasalahan yang ditemukan oleh peserta didik.

Sabtu, 23 November 2019


1. Aplikasi Neuro Psikologi dalam Belajar Mengajar
Proses pembelajaran yang memaksimalkan fungsi otak berarti
tidak hanya memberdayakansatu belahannya saja tetapi
mengupayakan pernaksimalan fungsi keduanya secara seimbang.
Sehingga menghasilkan siswa yang tidak hanya mampu berfikir secara
berurutan dan tersruktur tetapi juga mampu berfikir divergen, global
dan kreatif.
Salah satu upaya untuk memaksimalkan fungsi otak dalam
proses pembelajaran adalah dengan merancang metode belajar yang
memadukan ruang-ruang kelas dan alam bebas serta penggunaan
musik ketika proses belajar dan mengajar berlangsung. Pada dasarnya
belajar adalah pembentukan hubungan-hubungan baru antara
neuron-neuron, terjadi kompleksitas peningkatan cabang-cabang
dendrit dalam otak. Oleh sebab itu bealajar dalam teori neurosciense
sangat dipengaruhi kesiapan dalam belajar dan lingkungan belajar itu
sendiri.
Belajar dilakukan dengan mempersiapkan otak dalam kondisi
siap untuk belajar dengan memperhatikan pola-pola gelombang otak
yang berkaitan erat dengan kondisi kesiapan gelombang otak. Pola-
pola gelombang otak ini memberikan informasi kapan seseorang siap
untuk belajar. Adapun pala-pola gelombang otak tersebut:
1. Delta 0-4Hz Tidur nyenyak/tak ada kesadaran luar
2. Theta 4-8Hz Setengah tertidur/tidur-tiduran
3. Alpha 8-12Hz Sadar/santai/tenang
4. Beta 12-16Hz Pembangkitan kesadaran normal
5. High Beta 16-30Hz Fokus yang intens diarahkan dari luar
6. K Compleks 30-35Hz Pengalaman “Ah-ha”
7. Super Beta 35-150Hz kondisi ekstrim, tak sadarkan diri atau
diluar kesadaran tubuh.
Berdasarkan pola gelombang otak di atas, maka untuk dapat
menciptakan proses belajar yang efektif, peserta didik harus
dipersiapkan dalam posisi alpha. Kemudian proses pembelajaran itu
sendiri harus mampu mengantar peserta didik minimal sampai pada
posisi beta. Untuk mencapai hal tersebut pembentukkan kesikapan
belajar dari peserta didik.
Kesiapan dalam belajar ini tergantung dari bagaimana
seseorang dapat memusatkan perhatian pada proses belajar itu
sendiri. Intinya dalam proses pembelajaran perhatian peserta didik
terpusat pada pesan yang disampaikan, maka akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik. Semakin baik perhatian peserta belajar, maka
semakin baik pula hasil belajar yang dicapai. Begitu pula sebaliknya,
jika siswa kurang perhatian, maka hasil belajar siswa akan menurun.
Namun perhatian peserta didik dalam belajar sangatlah terbatas,
perhatian tidak bertahan pada waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan strategi khusus agar perhatian peserta
didik dalam belajar dapat bertahan dalam waktu lama. Asri
Budiningsih (2003: 123) mengemukakan beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengarahkan perhatian peserta didik, yaitu:
1. Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman atau
kehidupan siswa.
2. Menggunakan alat-alat pemusat perhatian seperti peta konsep,
gambar, bagan, dan media-media pembelajaran visual lainnya.
3. Penyajian pesan pembelajaran dengan urutan dari umum ke
khusus.
4. Menghubungkan pesan pembelajaran yang seadng dipelajari
dengan topik-topik yang sudah dipelajari.
5. Menggunakan musik penyeling, atau musik latar belakang
(dalam hal pembelajaran melalui media audio).
6. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan tingkat kemampuan dan karakteristik peserta belajar.
7. Menciptakan suasana riang dengan melakukan akting yang
dramatis, mengejutkan, mendebarkan, dan sebagainya.
8. Perubahan suara, irama, intonasi (misalnya dalam
mengembangkan media pembelajaran, suara pelaku putra
bergantian dengan suara pelaku putri.
9. Penggunaan suara latar belakang (yang relevan dan benarbenar
diperlukan).
10. Teknik penyajian bervariasi (naratif diselingi dialog, diskusi,
debat, dramatisasi, kunjungan ke lapangan dan sebagainya).
11. Jika dalam program pembelajaran mencakup beberapa tujuan
atau materi bahasan, perlu jelas tujuan dan materinya.
12. Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
Untuk dapat memaksimalkan fungsi otak dalam proses
pembelajaran, seseorang tidak harus menjadi ahli otak untuk dapat
mengolah otaknya menjadi maksimal. Metode yang paling
sederhana menurutt Taufik Pasiak adalah metode yang mencoba
membawa penelitian di laboratorium yang telah dikembangkan
para pakar ke lingkungan luar di mana saja, kapan saja dan oleh
siapa saja. Penelitian yang telah dilakukan bertahun-tahun,
terutama di bidang neurosains dan endokrinologi mengemukakan
bahwa proses pembelajaran yang mengembangkan rasio, rasa dan
spiritual atau yang lebih populer dengan istilah Kecerdasan rasio
(lQ), Kecerdasan Emosi (EQ) dan Kecerdasan spiritual (SQ).
Salah satu sasaran dari lingkungan pembelajaran yang
berbasis kemampuan otak adalah untuk mengenali fakta ini dan
memperhitungkannya. Kita dapat melakukan ini dengan cara:
a. Menghormati dan mendukung perbedaan yang ada diantara
para pembelajar.
b. Memperhatikan karakteristik gaya pembelajaran
Otak kita tidak dapat dipaksa untuk melakukan focus dalam
waktu yang lama. Untuk mudahnya kita dapat menggunakan patokan
usia. Usia ini kita anggap menit dengan maksiml 30 menit. Idealnya
waktu 30 menit ini dibagi menjadi 3 bagian. Gunakan waktu 5 menit
untuk melakukan relaksasi dan menetapkan apa tujuan Anda belajar,
serta hasil apa yang ingin dicapai. Setelah itu gunakan 20 menit
untuk belajar. Sedangkan 5 menit yang tersisa untuk melakukan
refleksi atas apa yang baru saja anda pelajari. Lantas bagaimana
aplikasi dalam proses pembelajaran? Gunakan waktu 30 menit ini
untuk menjelaskan dasar teori suatu materi pelajaran. Setelah 30
menit, gunakan waktu yang tersisa untuk melakukan diskusi atau
mengerjakan soal latihan. Jadi, sisa waktu ini untuk menerapkan apa
yang dipelajari ke dalam bentuk aplikasi nyata. Bila kita terpaksa
harus belajar dalam waktu yang cukup lama, maka kita harus
beristirahat selama 5 menit untuk setiap 30 menit belajar. Saat anda
istirahat, anda harus benar-benar istirahat. Keluarlah dari ruang
belajar, dengarkan music atau sekadar berjalan-jalan. Anda harus
benar-benar melepaskan diri dari kegiatan belajar agar bisa
mendapatkan penyegaran secara maksimal.

2. Penilaian Berbasis HOTS


Hasil pembelajaran HOTS akan diukur melalui penilaian HOTS
pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuannya untuk
mengetahui ketercapaian Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dari
sebuah Kompetensi Dasar (KD) yang diwakili oleh sebuah Kata Kerja
Operasional (KKO).
Penilaian Aspek Pengetahuan diukur melalui tes, baik test lisan
atau test tulisan. Test lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah
disiapkan oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa. Test tertulis
terdiri dari dari dua model yaitu objektif dan non objektif. Model soal
objektif seperti Pilihan Ganda (PG), menjodohkan, Benar-Salah (BS),
dan isian singkat. Sedangkan non objektif yaitu soal uraian. Dalam
kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan adalah PG dan
uraian.
Soal- soal HOTS mengukur kemampuan:
a. Transfer satu konsep ke konsep
b. Memproses dan menerapkan iformasi
c. Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda
d. Menggunkan informasi untuk menyelesaikan masalah
e. Menelaah ide dan informasi secara kritis.

Senin, 25 November 2019


1. Penyusunan RPP dengan Model Project Based Learning
Praktek Penyusunan RPP dengan Model Proyek Based Learning
2. Penyusunan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS
Prakte Penyusunan soal HOTS
3. Moderasi Agama
Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama
secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama
dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Moderasi beragama adalah sebuah jalan tengah dalam keberagaman
agama di Indonesia. Ia adalah warisan budaya Nusantara yang
berjalan seiring, dan tidak saling menegasikan antara agama dan
kearifan lokal (local wisdom).
Indonesia selalu selamat dari ancaman perpecahan karena bisa
ditekan dan dihindari sehingga tidak sampai berujung pada pertikaian
fisik dan menjalar ke tingkat yang lebih luas. Terkait hal ini selain
karena hadirnya negara, ancaman perpecahan dapat dihindari karena
peran sejumlah kelompok civil society seperti ormas Islam NU dan
Muhammadiyah sebagai ormas terbesar yang sedari awal berdiri
sudah berwatak moderat.
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam
beragama. Menjadi moderat bukan berarti cenderung terbuka dan
mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada anggapan bahwa
seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak
memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh, dalam
mengamalkan ajaran agamanya.
Kesalahpahaman terkait makna moderat dalam beragama ini
berimplikasi pada munculnya sikap antipati masyarakat yang
cenderung enggan disebut sebagai seorang moderat, atau lebih jauh
malah menyalahkan sikap moderat. Maka sebagai pendidik dan
memegang amanat kependidikan harus dapat menimplementasikan
nilai moderasi agama secara proporsional dan tetap menjaga akidah
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Tindak Lanjut Pengembangan Diri


Adapun tindak lanjut dari kegiatan ini adalah:
1. Meningkatkan semangat guru menjalankan aktivitas berkerja di
lingkungan kementerian agaman DI Yogyakarta.
2. Menyusun program Pembelajaran HOTS dengan Model Proyek Based
Learning
3. Menyusun Soal HOTS
4. Menjalankan prinsip moderasi agama

E. Dampak Pengembangan Diri


Dampak yang dapat dirasakan setelah mengikuti Workshop ini
adalah:
1. Meningkatnya semangat guru menjalankan aktivitas berkerja di
lingkungan kementerian agaman DI Yogyakarta.
2. Dapat menyusun program Pembelajaran HOTS dengan Model
Proyek Based Learning
3. Dapat Menyusun Soal HOTS
4. Memahami dan berupaya menjalankan prinsip moderasi agama
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan pengembangan diri bisa dilakukan melalui dua kegiatan
yaitu diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru. Seminar merupakan
salah satu kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi
dan/atau keprofesian guru termasuk “
Seorang guru yang melaksanakan pengembangan diri atau
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan lainya, disamping
akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai
seorang guru juga mendapat penghargaan angka kredit yang dapat
diperhitungkan untuk perkembangan kariernya. Sehingga dengan
adanya pengembangan diri ini mempermudah guru untuk meningkatkan
kompetensi guru dan memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya penulisan laporan pengembangan diri
ini, pendidik tidak hanya mendapatkan ilmu atau menambah wawasan
tetapi juga diharapkan dapat menerapkan ilmu tersebut baik kepada
peserta didik maupun teman sejawat.
Nama Kegiatan Materi PD/ Waktu/
MATRIK REKAPITULASI Jam
KEGIATAN Nama
PENGEMBANGAN DIRI Kegiatan Institusi
No Tempat
Kompetensi Peran Guru PD Fasilitator Penyelenggara
1 Workshop Aktif mengikuti Jumat, 22 1. Kabag TU MAN 2 Yogyakarta MAN 2 Yogyakarta
1. Pelayanan Prima
Pendidik dan kegiatan November KAnwil
Berbasisa 5
Tenaga 2019 Kemenag DIY
Budaya Kerja
Kependidikan Pukul: 07.00 - 2. Sri
Kementerian
MAN 2 15.30 WIB MUrtiningsih,
Agama
Yogyakarta T A. M. Pd
2. Pembelajaran
2019 (PEngeawas
HOTS dengan
Baldikmen)
Model Project
Based Learning

1. Aplikasi Neuro Sabtu, 23 1. Sylvi


Psikologi dalam November Dewayani, S.
Belajar Mengajar 2019 Pukul: Psi., M. Pd
2. Penilaian 07.00 -15.00 (DOsen Fak.
Berbasis HOTS WIB Psikologi
UGM. Pendiri
Konsultasi
Spring Up)
2. Rubiyatno, M
Pd
4. Penyusunan RPP Senin, 25 1. Panitia
dengan Model November 2. Panitia
Project Based 2019 Pukul: 3. Dr
Learning 07.00 -15.00 Subiyantoro,
5. Penyusunan WIB M. Pd (Dosen
Instrumen UIN Sunan
Penilaian Kalijaga)
Berbasis HOTS
6. Moderasi Agama

Anda mungkin juga menyukai