Anda di halaman 1dari 4

“JANGAN LUPA ERSYUKUR, DESA HINAS KIRI MEMBERI ARTI”

Sumber: Dokumen Pribadi, 2022. (Mawaddah Medika Ananda)

Pengabdian masyarakat, meupakan hal yang tak asing lagi bagi saya. Biasanya
pengabdian masyarakat diadakan oleh organisasi-organisasi yang ada dikampus dengan rentang
waktu 5-10 hari. Pengabdian masyarakat ini dilakukan di akhir kepengurusan, yang juga
pengabdian masyarakat ini merupakan miniatur kecil KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang mana
KKN ini pasti diadakan di UIN Antasari Banjarmasin. Selama berkuliah di UIN Antasari
Banjarmasin setiap tahun aku pasti mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini khususnya di
organisasi tingkat fakultas yang bernama DEMA FTK (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), 3
tahun berturut aku mengikuti pengabdian masyarakat yang diadakan DEMA FTK, sampai pada
tahun ke-4 aku ingin mencoba untuk mengikuti kegiatan pengabdian mayarakat tingkat
Universitas yang di adakan oleh DEMA UIN Antasari yang mana menurutki cakupannya lebih
luas. Menurutku pengabdian merupakan sebuah pengalaman hidup yang mana pengalaman
tersebut belum tentu kudapatkan di dunia kampus atau dunia kerja. Beberapa pengabdian
masyarakat yang telah kuikuti banyak memberikan wawasan, pengalaman hidup, dan
pembelajaran bagi diriku sendiri, serta lebih banyak menyadarkan diriku tentang makna dari
“Bersyukur”.
Desa hinas kiri merupakan desa yang mengajarkanku makna “bersyukur”. Desa hinas kiri
adalah salah satu desa tempat pengabdian masyarakat yang diadakan oleh DEMA UIN Antasari
Banjarmasin. Desa hinas kiri merupakan desa yang terletak di kecamatan Batang Alai Timur,
kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Desa ini merupakan desa kerukunan umat
beragama, karena katanya disana terdapat 6 agama yaitu islam, Kristen, hindhu, budha,
konghucu, dan kaharingan. Walaupun terdapat beragam agama mereka tetap toleransi dan saling
menghargai satu sama lain. Sedikit bercerita saat mengabdi di desa Hinas Kiri dari tanggal 20-30
Januari 2022, banyak suka duka yang aku dapatkan selama mengabdi disana. Salah satunya yaitu
arti dari sekolah, yang mana salah satu faktornya yaitu ke ekonomi keluarga.
Sebagian anak-anak dipedalaman desa sana ketika mau sekolah harus menempuh
perjalanan berkilo-kilo, itu tidak dengan kendaraan namun harus dengan jalan kaki. Bahkan
perjalanannya menuju sekolah berjam yaitu kurang lebih 6 jam itu saya mendengar dari salah
satu guru SD yang mengajar disana. Mereka kadang ketika haus, mereka mengambil air yang ada
sungai karena perjalanan mereka menuju sekolah juga melewati sungai. Rute perjalanan mereka
cukup sulit dan melelahkan karena harus turun naik gunung. Bahkan mereka mandi pun sungai,
dan ketika ketika berangkat dari rumah mereka tidak langsung memakai baju sekolah namun
mereka memakai pakaian lain terlebih dahulu, supaya baju sekolah itu tidak terkena keringat
ataupun kotor kata guru di SD desa Hinas kiri. Disitulah aku tertampar dengan diriku sendiri dan
merasa diri ini kurang memaknai arti syukur, dikarenakan aku berkuliah, kemudian ada alat
transportasi berupa kendaraan saja diri masih mengeluh dengan segala persoalan kuliah.
Sebagian anak-anak disana harus menikah ataupun bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Padahal usia mereka masih muda dan seharusnya menempuh pendidikan, namun
mereka dipaksa oleh keadaan. Guru-guru pengajar di SD hinas kiri sebagian mereka berasal dari
perkotaan,jadi untuk menuju kesekolah juga lumayan perjalanannya, bisa sampai 1-2 jam.
Tenaga pendidik yang berasal asli dari desa Hinas Kiri juga kurang.
Terlintas dalam pikiranku, dan juga sekaligus menampar keinginan diriku sendiri bahwa
sebagain anak-anak kampung ketika berkuliah atau sekolah dikota mereka kebanyakan ingin
bekerja diluar kota/daerah, supaya tidak kembali ke kampung dikarenakan takut dikatain orang
kampung dengan kata seperti ini “kok sekolah dikota tapi akhirnya kekampung juga, percuma
kuliah di kota”. Mereka enggan kembali ke kampung dikarenakan perkataan seperti itu, namun
ketika aku berada di Desa Hinas Kiri pikiranku berubah, bahwa sebaik-baik rumah adalah
kampung halaman sendiri dan orang tua. Tanpa kita sadari kampung sendiri atau tempat asal lah
yang perlu kita benahi, dan perlu kita bawa perubahan. Perubahan yang kita bawa tersebut bisa
berasal dari suatu kota yang pernah kita diami ataupun jelajahi. Daerah tempat asal kita
memerlukan sekali orang-orang yang merantau ke luar kota untuk membawa perubahan terhadap
kampung, mereka akan bangga karna kita orang asli kampung membawa perubahan yang bagus
untuk kampungnya terlebih kedua orang yang selalu mendoakan terbaik untuk anaknya. Semoga
anak-anak desa Hinas Kiri yang melanjutkan pendidikan dan sudah menjadi sukses dapat
mengabdi dan kembali ke desanya untuk membawa perubahan yang lebih bagus terkhusus untuk
pendidikan yang ada di desa Hinas Kiri tersebut.
Pesan yang dapat kuambil dari pengabdian di Desa Hinas Kiri: Sebaik-baik tempat
merantau, kampung halaman adalah tempat kembali. Pandanglah ke atas untuk membawa
perubahan, dan pandanglah ke bawah untuk terciptanya rasa syukur. Ketika kita bersyukur maka
kita akan bahagia.

PROFIL SINGKAT PENULIS

Nama Lengkap : Mawaddah Medika Ananda


Nama Panggilan : Medika atau Adah
Nama Ayah : Arbain Aserani
Nama Ibu : Adha Fitriani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 2000
Golongan Darah :O
NIM : 180101110235
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Tadris Biologi
Agama : Islam
No. Hp/ WA : 081291348502
Email : mawaddahmedikaananda@gmal.com
Blog/ Website :-
Anak-ke : Satu (1)
Asal Daerah : Amuntai
Alamat Domisili : Klinik Griya Sehat Ar-Razzaq Jalan A. Yani km 14.100 Kec.
Gambut, Kab. Banjar. (Samping Masjid Mujahidin - Pasar
Kindai Limpuar Gambut).
Motto Hidup : Keajaiban memang ada, maka dari itu jadilah manusia yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain

Anda mungkin juga menyukai