Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CESARIA

DI RUANG KHODTIJAH
RS PKU AISIYAH BOYOLALI

DISUSUN OLEH :

1. Nugrahini Normalitasari (2019010037)


2. Rina Putri Lioni (2019010040)
3. Rossi Sukma Anjani (2019010043)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI D3 KEPERAWATAN
INSTITUSI TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
SECTIO CESAREA

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI / PENGERTIAN
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Kusuma, 2015).
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur kehamilan
> 28 minggu (Manuaba, 2012).
Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi (membuat
sayatan) didepan uterus. Sectio cesarea merupakan merupakan metode yang paling
umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi besar,
dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat (Hartono,
2014).

B. ETIOLOGI
Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi Sectio Caesarea ada dua yaitu sebagai
berikut :
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tuadisertai kelainan
letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsijanin / panggul), ada sejarah
kehamilan dan persalinan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
placenta previa terutama padaprimigravida, solutsio placenta tingkat I tingkat I
- II, komplikasi kehamilanyaitu preeklampsi-eklampsia, atas permitaan,
kehamilan yangdisertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan(kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forseps ekstraksi.
Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontra indikasi dari Sectio Caesarea
sebagai berikut:
1. Indikasi ibu
a. Panggul sempit absolut
b. Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnyastimulasi.
c. Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi.
d. Stenosis serviks atau vagina
e. Placenta previa
f. Disproporsi sefalopelvik.
g. Ruptur uteri membakat

2. Indikasi janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Prolapsus placenta
d. Perkembangan bayi yang terhambat
e. Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklampsia.

3. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari Sectio Cesarea adalah :
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea

C. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri di sekitar luka operasi
4. Adanya luka bekas operasi
5. Peristaltik usus menurun
D. PATHOFISIOLOGI

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan


bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya  plasenta previa  plasenta previa
sentralis sentralis dan lateralis, dan lateralis, panggul sempit, panggul sempit, disproporsi
cephalo disproporsi cephalo  pelvic,  pelvic, rupture rupture uteri mengancam,
mengancam, partus lama, partus tidak maju, preeklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
klien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan klien tidak
mampu melakukan aktivitas  perawatan  perawatan diri klien secara mandiri mandiri
sehingga sehingga timbul masalah masalah defisit defisit  perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada klien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi  pada dinding dinding abdomen
abdomen sehingga sehingga menyebabkan menyebabkan terputusnya terputusnya
inkontinuitas inkontinuitas  jaringan, pembuluh darah,  jaringan, pembuluh darah, dan
saraf dan saraf - saraf - saraf di sekitar di sekitar daerah insisi. daerah insisi. Hal ini Hal
ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup
dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi.
E. PATTHWAY
SECTIO CAESAREA

POST OPERASI SECTIO CAESAREA

Adanya proses pembedahan Luka post operasi Laktasi


SC

Terputusnya Kontinuitas Progesterone dan


Jaringan Robekan Laterasi esterogen
jalan lahir jalan lahir
Nyeri Prolaktin

Terputusnya Jaringan
kontunitas jaringan terbuka Pertumbuhan
Hambatan Defisit kelenjar susu
mobilitas Perawatan berkurang
fisik Proteksi terbuka
Diri Merangsang area
motorik dan sensorik
Isapan
Post de Entre kuman bayi
(pintu masuk virus dan
Nyeri akut bakteri pathogen )
Oksitoksin

Invansi bakteri
Ejeksi
ASI
Resiko infeksi
Tidak
efektif

Asi tidak keluar

Infeksi lataksi

Kurang pengetahuan perawatan payudara

Ketidakefektifan pemberian ASI


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit

G. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
a. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
b. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi.  
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar.
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan  belajar
duduk  belajar duduk selama sehari, selama sehari, belajar berjalan, belajar
berjalan, dan kemu dan kemudian berjalan erjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke5 pasca operasi.
c. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan  berdarah
harus dibuka dan digan  berdarah harus dibuka dan diganti.
d. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi, dan pernafasan.

2. Medis
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetes dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergant an tergantung
kebutuhan. Bila ung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak  pada
penderita, penderita, menghalangi menghalangi involusi involusi uterus dan
menyebabkan menyebabkan  perdarahan.  perdarahan. Kateter Kateter biasanya
biasanya terpasang terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
c. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik : Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.  
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan.
3. Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam.
4. Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.
5. Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

H. KOMPLIKASI

1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifasatau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasiterjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau adafaktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnyasetelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalamhal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikutterbuka atau karena atonia uteri.

II. PROSES KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian fokus
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaanumum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kienmultipara
d. Data riwayat penyakit
1. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan ataupenyakit
penyakit yang dirasakan dirasakan saat ini dan keluhan keluhan yang
dirasakan dirasakansetelah klien operasi.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakitsekarang,
maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakityang sama (plasenta
previa).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klienada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasentaprevia).
4. Pola-pola fungsi kesehatan.
e. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dancara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjagakebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatandirinya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui.
3. Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasan as
seperti biasanya,terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepatlelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karenamengalami kelemahan dan nyeri.
4. Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering /
susahkencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema,yang menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasikarena penderita takut untuk melakukan BAB.
5. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karenaadanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluargadan
orang lain.
7. Pola penanggulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka jahitan dan
bat luka jahitan dannyeri perut akibat involusi uteri (pengecilan uteri
oleh kontraksi uteri),pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan urangnya pengetahuanmerawat bayinya.
9. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebihmenjelang persalinan menjelang persalinan dampak psikologis
dampak psikologis klien terjadi klien terjadi perubahan perubahankonsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri.
10. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
ataufungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinandan nifas.
11. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, usi
rambut, warnarambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang
terdapat adanyacloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dankadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
prosespersalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya,adakah cairan yang keluar dari telinga.
4. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadangditemukan pernapasan cuping hidung.
5. Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis.
6. Dada dan payudara
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada
bisingusus atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara,
adanyahiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.
7. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasanyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8. Genetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapatpengeluaran pengeluaran mekomium mekomium yaitu feses
yang dibentuk dibentuk anak dalamkandungan menandakan adanya
kelainan letak anak.
9. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur,adanya hemoroid.
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan
karenamembesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
11. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadicepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx
1. Tujuan : setelah 1. Jelaskan kepada 1. Untuk memberikan
dilakukan tindakan pasien tentang pengetahuan kepada
keperawatan selama penyebab nyeri pasien penyebab nyeri
3x24 jam diharapkan 2. Anjurkan pasien 2. Posisi yang nyaman
nyeri berkurang atau untuk mengatur mempengaruhi
hilang . Dengan Kriteria posisi senyaman keadaan klien dalam
hasil : mungkin tehnik management
1. Pasien mampu 3. Ajarkan tekhnik nyeri
menjelaskan relaksasi dan 3. Untuk mengurangi
kembali tentang ditraksi ketegangan pasien
penyebab nyeri
2. Pasien mau 4. Kaji karakteristik 4. Untuk mengetahui
mengatur posisi nyeri dari skala karakteristik dan skala
dan melaporkan nyeri nyeri yang dirasakan
nyeri berkurang 5. Observasi tanda- pasien
3. Pasien mampu tanda vital 5. Untuk mengetahui
mendemonstrasik 6. Kolaborasi keadaan pasien lebih
an kembali pemberian lanjut
tekhnik distraksi analgetic 6. Untuk mengurangi
dan relaksasi nyeri
4. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
menejemen nyeri
5. Adanya
penurunan skala
nyeri
6. Tidak ada
perilaku ekspresif
7. Tidak
menyeringai
8. Pasien tampak
rileks
9. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal :
TD : 120/80 mmHg
N : 80-100x/menit
S : 36,50C
RR 16-24x/menit
2. Tujuan : setelah 1. Jelaskan tentang 1. Untuk menambah
dilakukan tindakan latihan ROM pengetahuan pasien
keperawatan selama 2. Anjurkan pasien 2. untuk mengetahui
3x24 jam diharapkan unruk melakukan kemampuan pasien
klien mampu beraktivitas latihan ROM 3. Untuk mempermudah
kembali dengan kriteria 3. Ajarkan kepada dalam melakukan
hasil : pasien tentang gerakan secara
1. Pasien mampu penggunaan alat bertahap
menjelaskan bantu jalan 4. Untuk memantau
kembali tentang 4. Kaji kemampuan kemampuan pasien
latihan ROM pasien dalam dalam mika-miki dan
2. Pasien mau mobilisasi dapat membantu
memperagakan 5. Observasi tanda- kebutuhan ADL pasien
penggunaan alat tanda vital 5. Untuk memantau
bantu untuk perkembangan pasien
mobilisasi
3. Melakukan
pergerakan dan
perpindahan
4. Klien mampu
membolak
balikan posisi
5. Tidak ada tremor
6. Pergerakan sendi
tidak terbatas
7. Tanda-tanda vital
dalam batas
normal :
TD : 120/80
mmHg
N : 80x/ menit
S : 36,50C
RR :
16-20x/menit
3. Tujuan : setelah 1. Jelaskan kepada 1. Untuk mengetahui
dilakukan tindakan pasien tentang kemampuan pasien
keperawatan selama 3 x perawatan diri yang dalam perawatan diri
24 jam diharapkan klien mandiri 2. Untuk melatih
dapat memenuhi 2. Anjurkan pasien untuk kemampuan pasien
kebutuhan dalam aktivitas rutin sehari- 3. Untuk membantu
personal hygiene kembali hari sesuai pasien dalam menjaga
dengan kriteria hasil : kemampuan kebersihan diri
1. Pasien mampu 3. Ajarkan pasien untuk 4. Untuk memotivasi
menjelaskan mempertahankan pasien dalam
tentang perawatan kebersihan dan melakukan perawatan
diri yang mandiri penampilan yang rapi diri
2. Pasien mampu secara mandiri dengan
untuk melakukan atau tanpa alat bantu
kebutuhan ADLS 4. Dorong untuk
sesuai melakukan secara
kemampuannya mandiri, tapi beri
3. pasien mampu bantuan ketika pasien
untuk tidak mampu
mempertahankan melakukannnya
kebersihan dan
penampilan yang
rapi secara
mandiri dengan
atau tanpa alat
bantu
4. Pasien mampu
membasuh tubuh
5. Paien mampu
mengakses kamar
mandi

Anda mungkin juga menyukai