CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di : Waingapu
Pada Tanggal : 16 November 2017
Direktur RSK Lindimara
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat maka sistem
nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut
pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan tadi maka fungsi
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus
ditingkatkan agar lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga
maupun masyarakat. Di satu sisi Mutu dan Keselamatan Pasien di rumah sakit adalah ibarat dua
sisi mata uang yang tak terpisahkan. Apabila kita berbicara tentang mutu rumah sakit, maka
otomatis mencakup keselamatan pasien didalamnya, demikian juga sebaliknya. Namun dalam
pelaksanaannya bukanlah hal yang mudah. Untuk itu rumah sakit perlu membuat sistem
manajemen mutu yang terorganisir dan didukung oleh seluruh civitas hospitalia. Untuk itu di
Rumah Sakit Kristen Lindimara perlu dibentuk suatu komite yang memfasilitasi sistem
manajemen mutu sehingga berjalan dengan baik, dalam hal ini dibentuklah Komite Peningkatan
Mutu Dan Keselamatan Pasien (Komite PMKP). Kendala yang dirasakan saat ini adalah masih
belum adanya kesamaan pengertian dasar tentang mutu, konsep dan prinsip demikian pula cara –
cara penerapannya.
Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, Komite PMKP juga perlu diorganisir dengan
baik sesuai fungsi dan perannya sehingga dapat mendukung berlangsungnya sistem manajemen
mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Kristen Lindimara. Untuk kepentingan itulah
Pedoman Pengorganisasian PMKP ini disusun.
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini di susun sebagai acuan bagi Komite PMKP dalam fungsinya membantu
Direktur Rumah Sakit Kristen Lindimara mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dengan tujuan :
1. Tercapainya satu pengertian yang sama dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
2. Sebagai panduan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya.
3. Menciptakan tata hubungan antara Komite PMKP dengan Direktur dan semua pihak /
bagian / instalasi terkait.
4. Mengatur koordinasi antara Komite PMKP dengan Direktur dan bagian / instalasi serta antar
anggota Komite PMKP.
5. Melaksanaan pencatatan dan pelaporan yang baik guna mendukung upaya peningkatan mutu
yang berkesinambungan.
6. Adanya dukungan dari pimpinan dan seluruh civitas hospitalia
C. RUANG LINGKUP
Pedoman Organisasi ini berisi tentang pengaturan Komite PMKP dalam menggunakan
sumber daya yang ada sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Pedoman
ini berisi tentang:
1. Struktur Organisasi, Uraian Tugas Komite PMKP.
2. Tata Hubungan Kerja Komite PMKP dengan Direktur dan semua pihak / bagian / instalasi
di Rumah Sakit Kristen Lindimara
3. Kualifikasi Anggota Komite PMKP
4. Orientasi di Komite PMKP
5. Ketentuan Rapat dan Koordinasi Komite PMKP
6. Pencatatan dan Pelaporan hasil kerja Komite PMK
D. BATASAN OPERASIONAL
a. Komite PMKP adalah sebuah tim yang dibentuk oleh Direktur yang bertugas
memfasilitasi pengelolaan sistem manajemen mutu dan keselamatan pasien di Rumah
Sakit Kristen Lindimara.
b. Anggota Komite PMKP terdiri atas beberapa macam profesi dari beberapa bagian /
instalasi yang mewakili semua proses pelayanan yang ada di Rumah Sakit Kristen
Lindimara.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
E. LANDASAN HUKUM
1. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit, Depkes, 1994
2. Sistem Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien – PERSI
3. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), DepKes,2008
4. PMK 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien RS
5. PMK 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
6. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
7. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
9. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
11. Kepmenkes Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
1. Klas VIP : 5 tt
2. Klas VVIP : 10 tt
3. Klas I : 9 tt
4. Klas II : 10 tt
5. Klas III : 54 tt
6. ICU : 5 tt
7. NICU : 6 tt bayi
Pelayanan di kelas III merupakan pelayanan yang disediakan untuk pasien-pasien dengan
kemampuan ekonomi lemah baik yang ditanggung oleh BPJS maupun yang ditanggung oleh
pemerintah daerah.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki 198 orang pegawai dengan rincian 84 orang tenaga tetap
dan 84 orang tenaga kontrak dan 18 orang tenaga paruh waktu dan 12 tenaga pemerintah yang
ditempatkan di Rumah Sakit Kristen Lindimara.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Adapun gambaran spesifikasi para tenaga tersebut berdasarkan profesi adalah sebagai berikut:
Medis : 24 Orang
Para Medis : 111 Orang
Umum : 63 Orang
telah di tetapkan adanya badan penyelenggara sementara yang mengurus Rumah Sakit dan Balai
Pengobatan di Sumba. Tugas Badan Penyelenggara sementara antara lain mempersiapkan sebuah
Yayasan yang akan menyelenggarakan dan mengawasi Rumah Sakit – Rumah Sakit dan Balai
pengobatan, sekaligus dengan Anggaran Dasar Yayasan tersebut.
Pada bulan Oktober 1949 tiba di Waingapu 2 orang utusan Kementrian Kesehatan NIT dari
makasar yaitu Mr. Niettel dan D. Tahitu. Kedua utusan ditugaskan untuk melaksanakan
penyerahan penyelenggaraaan rumah sakit dan balai pengobatan dari pemerintah NIT kepada
Zending dengan syarat bahwa Zending akan segera membentuk suatu badan yang akan mengelola
rumah sakit dan balai pengobatan tersebut. Setelah kedua utusan tersebut kembali ke Makasar dan
melaporkan hasil perundingannya di Sumba kepada Pemerintah NIT, maka Pemerintah NIT
menyetujui penyerahan tugas pengelolaan tersebut. Untuk itu pemerintah Daerah Sumba diberikan
wewenang melaksanakan penyerahan tersebut sebagai wakil Pemerintah NIT.
Atas dasar pendelegasian wewenang tersebut maka pada bulan desember 1949 Kepala Daerah
Sumba Umbu Tipuk Marisi dan Panitra Daerah Controlir C. Ouwehand atas nama Pemerintah
NIT secara resmi menyerahkan kembali tugas dan wewenang penyelenggaraan rumah sakit –
rumah sakit di Sumba kepada Zending yang diwakili oleh Ds. P. G. Van Berge dan Ds. P. J.
Lambooy, bertempat di kantor Pemerintah daerah Sumba di Waingapu. Berdasarkan penyerahan
tersebut maka atas persetujuan antara Deputat penghubung GKS dengan AMV dibentuklah suatu
yayasan yang diberi nama : “ Yayasan untuk menyelenggarakan rumah sakit – rumah sakit Kristen
Di Sumba” yang disingkat dengan Yumerkris.
Pada tanggal 1 Januari 1950 diresmikan pembukaan Dinas Kesehatan daerah Sumba sekaligus
dilaksanakan serah terima Tugas dan wewenang penyelenggaraan rumah sakit – rumah sakit
Kristen di Sumba kepada Yumerkris oleh GKS yang di wakili oleh Ds. S. H. P. Dara dan Ds. Mb.
Ratoebandjoe.
Sejak memperoleh Hak Badan Hukum, Yumerkris dalam menggumuli permasalahan pelayanan
kesehatan di Sumba akibat situasi Perang Dunia ke II, yang mana bangunan rumah sakit payeti
rusak parah.
Pada tahun 1950 terjadi pemotongan uang oleh Pemerintah sebesar 50% sehingga pemasukan
keuangan rumah sakit juga semakin kecil. Hal ini ditambah lagi bahwa bantuan Zending akan
direalisir untuk beberapa tahun pertama sesudah penyerahan. Sedangkan bantuan Pemerintah
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Kedua istilah masing – masing Lendemoripa (bahasaWaijewa), Lindimara (bahasa kambera) yang
berarti “Jembatan Kehidupan”.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Pada tahun 1954 dikirim beberapa orang utuk mengikuti pendidikan Sekolah keperawatan di
Jawa antara lain : F. C. Supusepa, Jacoba Pandahuki, D. R. Daimbani, R. A. Pandanga, A.
Parinussa, M. O. Giri, A. Christian, dan Juliana Wungo. Dan setelah menyelesaikan pendidikan
sebagian dari mereka di temapatkan di Rumah Sakit Kristen Lendemoripa dan sebagian di
tempatkan di Rumah Sakit Kristen Lindimara.
Sebagai lanjutan usaha pembangunan pada tahun 1956 dibangun sebuah bangunan permanen
sebagai kamar bersalin, selain itu juga dilakukan rehabilitasi pada bangunan – bangunan yang lain
yang sudah ada.
Pada tahun 1957 dilaksanakan pembangunan asrama bagi para juru rawat wanita, dan mulai
tahun 1958 dibuka sekolah juru kesehatan di payeti yang menerima siswa – siswi untuk dididik
dalam bidang keperawatan. Juga dibangun sebuah gedung asrama bagi juru rawat pria.
Tahun 1959 dibangun pula sebuah bangunan tambahan disamping kamar operasi yang
digunakan sebagai kamar Rontgen. Juga dibangun untuk kamar mayat.
Tahun 1960 ditambah lagi sebuah bangunan untuk mesin listrik bagi penerangan kompleks Rumah
Sakit. Pembangunan pada akhirnya dihentikan untuk sementara waktu akibat kekurangan dana.
Untuk itu kegiatan rutin berjalan sebagaimana mestinya dengan memperhatikan pula
perkembangan pelayanan pada Balai Pengobatan yang sudah ada.Masalah yang timbul pada saat
itu adalah tidak adanya rumah dokter.
Dalam HUT ke 50 Rumah SakitKristen Lindimara tahun 1962 diadakanlah usaha untuk
mengumpulkan dana bagi pembangunan sebuah rumah dokter oleh Komisi penyokong Yumerkris.
Dalam kesempatan kunjungan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur Bapak W.
J. lalamentik ke Waingapu, Pengurus Yumerkris berkesempatan untuk bertatap muka dengan
beliau di kediaman Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumba Timur. Dengan berkat Tuhan bahwa
hasrat Yumerkris untuk minta sumbangan tersebut di tanggapi sangat positif oleh beliau.
Seluruh kegiatan untuk meminta sumbangan diperintahkan agar dihentikan. Selanjutnya beliau
mengambil keputusan untuk memberikan Subsidi gaji pegawai kepada Yumerkris cq. Rumah Sakit
– Rumah sakit, sama seperti Yapmas berdasarkan PP No 33 tahun 1958. hal ini menunjukkan
betapa perhatian Pemerintah terhadap usaha pelayanan kesehatan swasta sebagai partner kerja
Pemerintah melayani masyarakat.
Pada tanggal 1 Juli 1967 dibuka Sekolah Penjenjang Kesehatan /C tingkat atas di Payeti
berdasarkan SKP pengawas Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur No.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
10/Pend/SKP/C/68. untuk Rumah Sakit Kristen Lendemoripa telah pula dibuka SPK/C tingkat atas
sejak tanggal 1 Maret 1965. selain menerima siswa bagi kebutuhan intern, juga menerima siswa
utusan Yayasan Kesehatan lain di Sumba antara lain Yakgress. Sekolah ini menjadi sangat penting
bukan saja bagi kebutuhan Yumerkris tetapi juga bagi kepentingan Dinas Kesehatan karena tenaga
– tenaga lulusan sekolah tersebut telah menyebar pada berbagai unit pelayanan kesehatan baik
milik pemerintah maupun swasta.
Namun bagi rumah sakit kemelut yang dialami adalah masalah organisasi / administrasi dan
keuangan yang belum berjalan dengan baik oleh sebab itu pada saat kunjungan Ketua
Zendingacentrum di Baarn yaitu Ds. A. Pos pada tahun 1968 pengurus mengajukan permintaan
bantuan kepada Gereja – Gereja Gereformeerd di Negeri Belanda agar membantu dengan
mengirim seorang tenaga ahli adminstrasi keuangan. Selanjutnya gagasan ini disampaikan pula
dalam forum Synode GKS Ke XXII tahun 1968 di Mamboro. Gagasan ini ternyata mendapat
tanggapan yang positif. Selain Synode menyetujui dan mendukung juga mengharapkan agar tenaga
ahli ini tidak hanya difungsikan bagi kepentingan Yumerkris dalam hal ini Rumah Sakit tetapi
juga dimanfaatkan oleh GKS dan Yapmas. Dengan demikian maka gagasan ini dialihkan menjadi
tanggung jawab Synode untuk mengusahakan realisasinya.
Walaupun pada saat itu dihadapi permasalahan organisasi/ administrasi dan keuangan tetapi
oleh Yumerkris pikirkan pula agar setiap Rumah Sakit dapat dilayani oleh minimal 2 orang tenaga
dokter. Ide ini dikaitkan dengan pelayanan terhadap masyarakat melalui Balai Pengobatan. Dengan
demikian ada seorang dokter yang dapat bertugas menangani urusan – urusan di dalam Rumah
Sakit dan ada seorang lagi bertugas untuk melayani balai pengobatan – balai pengobatan.
Sementara itu pada tanggal 5 April 1968 diadakan kerja sama antara Pengurus Yumerkris
dengan Pengurus RSP Katoraka dan BP Maumaru berupa penyerahan kedua unit tersebut dalam
pengawasan medis Yumerkris cq. Rumah Sakit Kristen Lindimara. Pengawasan ini memperberat
tugas dan tanggung jawab rumah sakit untuk menjangkau unit – unit pelayanan yang berada di
pedalaman. Namun hal ini tetap dilaksanakan dengan baik sampai Pengurus tersebut memperoleh
Hak Badan Hukum sebagai Yayasan dengan nama Yayasan Kesehatan Gereja Bebas Sumba
Timur/Sabu atau di singkat YAKGRESS, hubungan kerja sama ini diakhiri tahun 1972.
Sejak tahun 1970 dapatlah dikatakan bahwa rumah sakit – rumah sakit di bawah Yumerkris
mulai merasakan perlunya usaha – usaha untuk membenahi diri secara lebih baik dalam hal
penataan kembali sitem administrasi dan keuangan serta usaha – usaha pengembangan pelayanan
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
kesehatan. Usaha ini walaupun banyak mendapatkan tantangan – tantangan namun dengan tekat
yang membaja baik oleh para pelaksana di rumah sakit mapun oleh pengurus Yumerkris, tantangan
dan hambatan yang muncul dianggap sebagai batu ujian sampai sejauh mana usaha pelayanan
melalui rumah sakit dapat dilihat sebagai usaha untuk mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah di
dunia, menyatakan cinta kasih kepada sesama.
Pergantian Kepala Rumah Sakit yang sering sekali terjadi untuk kurun waktu yang tidak terlalu
lama juga merupakan suatu masalah tersendiri. Upaya Pengurus Yumerkris untuk mendapatkan
seorang dokter sangatlah susah, oleh sebab itu Pengurus Yumerkris berusaha untuk mendapatkan
tenaga dokter melalui suatu kerjasama dengan Pengurus Yakum suatu Yayasan Kesehatan dari
Gereja Kristen di Jawa dan Geraja Kristen Indonesia Jawa tengah. Upaya kerja sama dengan
Yakum baik dalam menghadirkan tenaga dokter yang mau melayani di Rumah Sakit Kristen
Lindimara dan Rumah Sakit Kristen Lendemoripa juga diusahakan tenaga medis yang rela bekerja
di Sumba.
Untuk menata kembali dan membenahi sistem administrasi khususnya admintrasi keuangan
maka tenaga ahli dari Belanda yaitu Drs. W. Van Tellingen mulai mempelajari beberapa masalah
yang menyebabkan terjadinya ketidakberesan dalam hal pengawasan keuangan. Oleh GKN ia
tugaskan untuk mencari suatu bentuk sistem administrasi yang memenuhi persyaratan ilmiah
namun cukup sederhana untuk diterapkan di kedua rumah sakit. Untuk menunjang penertiban serta
pembenahan tersebut, maka dikirim seorang tenaga untuk mempelajari sistem keuangan di
Surabaya selama 1 tahun. Tenaga tersebut yaitu Benyamin Moekoe, BA sekembalinya dari
Surabaya ditempatkan di Rumah Sakit Kristen Lindimara dan diangkat menjadi Administratur.
Dalam upaya menampakkan diri sebagai Rumah Sakit Kristen serta untuk menjalankan
missionnya untuk menyembuhkan orang secara utuh, maka unsur tenaga Pekabaran Injil di
Rumah Sakit menjadi hal yang cukup penting dan merupakan alat Bantu yang vital. Oleh sebab itu
diambil kesepakatan bersama GKS untuk menempatkan seorang tenaga Pekabaran Injil non
Pendeta yang akan bekerja secara penuh waktu. Tugas tenaga Pekabaran Injil di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan kepada orang sakit dengan mengadakan perkunjungan, doa dan nasehat di Bangsal,
melayani bacaan, renungan dan lain – lain.
2. Pelayanan kepada karyawan melalui kebaktian, bimbingan, pemahaman Alkitab dan lain – lain.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Tenaga Pekabaran Injil yang di perbantukan oleh GKS melalui Majelis Jemaat setempat kepada
Yumerkris cq. Rumah Sakit – Rumah Sakit yang dalam pelaksanaan tugasnya di awasi oleh Kepala
Rumah Sakit sedangkan pengawasan ajaran dilakukan oleh majelis jemaat setempat.
Pada bulan Desember 1974 oleh GKN di Belanda menyampaikan kepada Yumerkris melalui
Delegasi Drs. W. Van Tellingen dan Drs. Langbroek, agar Yumerkris memikirkan suatu rencana “
Self Supporting” sebagai suatu langkah awal menuju kemandirian Yumerkris. Melalui pergumulan
yang cukup berat maka Pengurus Yumerkris menetapkan untuk memulai langkah – langkah kearah
Kemandirian tersebut dengan menyusun suatu Rencana Lima Tahun yang lebih mantap.
Upaya untuk memperoleh peningkatan mutu pelayanan juga nasib para karyawan mendapatkan
perhatian, dipikirkan pula untuk mengusahakan dana pensiun bagi karyawan swasta. Dana Pensiun
ini dapat merupakan dana pensiun bagi GKS dan Yumerkris secara bersama – sama. Upaya ini
dijadikan bahan pergumulan dalam memperjuangkan hakekat keberadaan sebagai rumah sakit
swasta, disatu pihak harus menapilkan fungsinya sebagai rumah sakit Kristen yang melayani
berdasarkan Kasih Kristus tetapi pada pihak lain harus mampu untuk mandiri dalam menjamin
kehidupan para karyawan dan kelangsungan eksistensinya.
Pada saat itu kebijakan Pemerintah untuk membangun sebuah Puskesmas pada setiap wilayah
Kecamatan untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin masyarakat serta dapat melayani sampai
kewilayah terpencil telah membawa pemikiran baru bagi pihak Yumerkris tentang kehadiran Balai
Pengobatannya. Disatu pihak pelayanan kepada masyarakat pedesaan lewat Puskesmas
membutuhkan tarif yang dapat dijangkau sedangkan dipihak lain untuk melaksanakan kegiatan
secara mandiri membutuhkan sejumlah dana yang cukup besar. Oleh sebab itu Balai Pengobatan
yang ada di serahkan pengelolaannya kepada Pemerintah termasuk sarana yang sudah dibangun
oleh Yumerkris.
Dengan demikian maka pengurus yumerkris hanya akan mengelola 2 (dua) Rumah Sakit yaitu
Rumah Sakit Kristen Lindimara dan Rumah Sakit Kristen Lendemoripa.
Sebagai realisasi dari kesepakatan semula untuk memulai rencana menyangkut Self Supporting,
maka sejak tahun 1978 di mulailah pelaksanaannya. Diharapkan pada tahun 1983 seluruh rencana
telah selesai tahapannya dan dengan demikian maka hubungan langsung dalam masalah keuangan
rutin akan dapat ditangani sendiri oleh Yumerkris. Dalam hal ini setiap tahun GKN akan
memberikan bantuan sebagai modal untuk dikembangkan dan akan berjalan selama 5 (lima) tahun.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Sesudah itu maka seluruh biaya rutin ditanggung sendiri oleh Yumerkris kecuali untuk biaya
insidentil misalnya pembangunan gedung, pembelian alat – alat dan sebagainya.
Dalam rangka pembangunan Rumah Sakit Pemerintah di setiap kabupaten, maka pada awal
bulan September 1979, Kepala Bidang Perencanaan Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Nusa
Tenggara Timur mengadakan pertemuan dengan Pengurus Yumerkris untuk membahas tentang
kehadiran Rumah Sakit Kristen Lindimara dikaitkan dengan rencana pembangunan Rumah Sakit
umum tersebut.
Melalui pergumulandalam pertemuan tanggal 12 September 1979 diajukan pemilihan alternatif :
Pertama : Apakah Rumah Sakit dibawah asuhan Yumerkris ditingkatkan menjadi Rumah Sakit
type C. Kedua : Rumah Sakit Umum berjalan bersama dengan Rumah Sakit Lindimara.
Rapat pengurus Yumerkris tanggal 27 September 1979 mengambil kesepakatan untuk
mengembangkan Rumah Sakit menjadi Rumah Sakit type C. Dengan kesepakan ini diutus wakil
dari pengurus Yumerkris menghadap Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Dalam pertemuan tanggal 1 Oktobber 1979 tersebut belum dapat diambil
kesimpulan sehingga dilanjutkan dalam pertemuan dengan Gubernur KDH TK I Nusa tenggara
Timur. Akhirnya pertemuan inipun tidak memperoleh suatu kesimpulan dan diharapkan agar dapat
disampaikan keputusan Yumerkris dalam waktu singkat.
Melalui pergumulan yang panjang oleh rapat Pengurus Yumerkris diambil kesimpulan untuk tetap
mempertahankan eksistensi Rumah sakit Kristen Lindimara dengan berbagai pertimbangan antara
lain :
- Kehadiran Rumah Sakit Kristen Lindimara sejak tahun 1912 adalah milik yang paling
berharga dengan seberkas sejarah pelayanan di Sumba Khususnya Sumba Timur
- Bahwa Rumah Sakit ini adalah alat untuk menyatakan Kasih Kristus kepada sesama.
- Dengan kehadiran Rumah Sakit ini maka Yumerkris khususnya dan Gereja Kristen Sumba
pada umumnya menunjang program Pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan
sesuai dengan Garis Besar Kebijakan Pemerintah dalam Sitem Kesehatan Nasional.
Dalam rangka kehadiran Gubernur KDH TK I untuk menghadiri Pembukaan Sidang Synode GKS
Ke XXX di Waihibur – Anakalang telah mengadakan tatap muka dengan Pengurus Yumerkris di
Waingapu. Melalui pertemuan tersebut telah dicapai kesepakatan bersama bahwa Rumah Sakit
asuhan Yumerkris adalah sebagai partner kerja Pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sehingga dalam Sidang Synode tersebut di ambil kesepakatan :
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Untuk itu paramedis mengikuti “Inservice Training”
di RS Bethesda dan mengikuti Aplikasi perawat pada SPK Bethesda.
Dalam menjawab pergumulan pelayanan kesehatan masyarakat di Sumba terutama bagi mereka
yang miskin dan jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan. Pada saat Musyawarah Nasional
Pelkesi di Jogyakarta tahun 1983, salah satu agenda dalam pertemuan tersebut adalah pembahasan
tentang kerja sama RSK Lindimara dengan UPKM / CD. Bethesda Jogyakarta guna merintis
terbentuknya UPKM RSK Lindimara. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1984, dibentuk Unit
Pengembangan Kesehatan Masyarakat (UPKM) yang dikoordinir oleh dr. M. J. Luinstra sehingga
Rumah Sakit Kristen Lindimara dapat berfungsi sebagai HOSPITAL WITH OUT WALL, yang
dapat bekerja baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit, sehingga tujuan pelayanan kesehatan
yang holistic dapat tercapai. Pada tahun 1985 diutus bapak Hendrik L. Ninggeding untuk
mengikuti Training di UPKM/CD RS Bethesda Jogyakarata dan sekembalinya memulai kegiatan
di Desa Lambanapu dengan proyek pengobatan TBC, Pemberian makanan tambahan bagi
penderita TBC serta bantuan penguatan ekonomi keluarga bagi penderita TBC berupa ternak
kambing sebagai pilot project dari Pelkesi.
Dalam upaya peningkatan pelayanan UPKM RSK Lindimara, maka pada tahun 1998, oleh dr.
Lapoe Moekoe sebagai Direktur RSK Lindimara sekaligus sebagai ketua Yumerkris berupaya
membangun strategi baru bersama UPKM/ CD Bethesda Jogyakarta dengan harapan agar UPKM/
CD. Bethesda dapat mendampingi UPKM RSK Lindimara dalam proses kemandirian maupun
dalam pelayanan kepada masyarakat.
Pada tahun 1998, di utus 2 (dua) orang Staf UPKM RSK Lindimara atas nama Bapak
Alexander Sain dan Ibu R. Logi untuk mengikuti Training Pendampingan Pelayanan Rumah Sakit
Tanpa Dinding, selama 1 (satu) bulan di UPKM/CD. RS. Bethesda, dan setelah kembali dirintis
kegiatan ke wilayah GKS yakni : Klasis Waingapu ( Jemaat GKS Payeti, GKS Waingapu, GKS
Uma Mapu, GKS Lambanapu, GKS Kambaniru, GKS Mauliru, dan GKS Kawangu ). Dengan
kegiatan awal yaitu membuka pelayanan Pos Obat Jemaat di wilayah pelayanan gereja yang jauh
dari pelayanan kesehatan, sebagai langkah awal atau pintu masuk bagi program kegiatan pelayanan
kesehatan selanjutnya.
Dengan keterbatasan dana dan tenaga, hingga saat ini UPKM RSK Lindimara tetap melakukan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui pelayanan kader – kader kesehatan yang telah
dilatih untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit – penyakit sederhana yang di temukan di
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
wilayah, mengawasi penderita TBC, Filaria yang sedang dalam pengobatan, serta melakukan
penyuluhan kepada masyarakat dengan harapan agar masyarakat dapat memahami dan
menemukan persoalan kesehatannya sendiri.
C. LETAK GEOGRAFIS RS
Letak Rumah Sakit : Jl. Prof. Dr. W.Z. Yohanes No.6 Payeti
Tipe RS :D
Luas Tanah : 22170 m2
Luas bangunan : 5402 m2
Jumlah Tempat tidur : 99
Pemilik / pengelola : YUMERKRIS
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB III
FALSAFAH VISI MISI TUJUAN NILAI DAN MOTO RUMAH SAKIT
A. VISI
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki visi : “Menjadi Rumah Sakit yang melayani dengan kasih
dan mengutamakan mutu bagi keselamatan pasien”
B. MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada setiap orang berlandaskan Kasih
Kristus tanpa membeda-bedakan status sosial, agama, ras, suku dan golongan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3. Mengembangkan dan meningkatkan mutu SDM secara utuh yang berintegritas, profesional
dan inovatif
4. Mengembangkan dan meningkatkan mutu peralatan, sarana dan prasarana
5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas administrasi dan manajemen.
6. Menyelenggarakan Rumah Sakit yang aman dan ramah lingkungan
C. MOTO
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki Motto :“Melayani dengan Kasih ”
D. FALSAFAH
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki falsafah :
1. Setiap manusia sejak saat pembuahan sampai kematian, mempunyai citra dan martabat yang
mulia sebagai ciptaan Allah;
2. Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan wajib ikut serta dalam
usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya;
3. Dengan dasar dan semangat cinta kasih, pelayanan kesehatan rumah sakit terpanggil untuk
berperan serta dalam upaya memberdayakan sesama melalui pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan serta pendidikan bidang kesehatan yang menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan;
E. TUJUAN
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
A. BAGAN ORGANISASI
B. KETERANGAN/PENGERTIAN
a) Unit Struktural
I. Direktur
Adalah kepala atau pejabat tertinggi di RS Kristen Lindimara
II. Wakil Direktur
Adalah pejabat yang membantu Direktur dalam mengkoordinasi penggunaan sumber
daya Rumah Sakit untuk mencapai mutu pelayanan dan hasil yang maksimal bagi
pasien, memimpin Tim Manajemen secara efektif, memberi petunjuk dan memimpin
pengembangan dan revisi rencana strategis untuk disajikan kepada dan disetujui oleh
yayasan, menyiapkan rencana-rencana tahunan Rumah Sakit, memonitor serta
mengevaluasi pelaksanaan rencana-rencana tahunan, menciptakan dan
mempertahankan komunikasi dan mekanisme pelaporan yang efektif kepada Direktur.
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB V
GAMBARAN UMUM KOMITE PMKP
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) merupakan salah satu dari
Komite yang ada di Rumah Sakit Kristen Lindimara. Komite PMKP dibentuk oleh Direktur dan
bertanggung jawab terhadap Direktur RS Kristen Lindimara.
Dalam menjalankan tugasnya Komite PMKP berpedoman pada Kebijakan Mutu dan
Keselamatan Pasien, Pedoman Organisasi dan Pedoman pelayanan Komite PMKP serta Rencana Kerja
dan Program peningkatan mutu & keselamatan pasien RS Kristen Lindimara yang disusun setiap
tahun.
A. TUGAS POKOK KOMITE PMKP
C. LINGKUP LAYANAN
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PMKP
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB VII
URAIAN JABATAN
A. KETUA
B. SEKRETARIS
Kegiatan PMKP
2. Mengkoordinasi 1. Membuat undangan rapat Komite PMKP
kegiatan rapat mutu 2. Menyiapkan tempat dan sarana rapat Komite PMKP
3. Menyimpan Notula hasil rapat Komite PMKP
4. Mengingatkan tindak lanjut rapat Komite PMKP
Pendidikan Minimal S1
Pengalaman
Punya pengalaman dalam kepanitiaan mutu dan
kepanitiaan lainnya di Rumah Sakit Kristen
Lindimara.
Pelatihan Standar Akreditasi/ JCI, analisa data dan pelatihan
lain yang terkait.
Keterampila Mengelola bagian / Pokja, Mengolah dan analisis
n data
Tanggung Jawab 1. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan PPI di
Rumah Sakit Kristen Lindimara.
2. Bertanggung jawab terhadap Laporan hasil monitoring dan
validasi semua sasaran mutu yang menyangkut PPI di Rumah
Sakit Kristen Lindimara.
3. Bertanggung jawab terhadap kesiapan informasi pencapaian
sasaran mutu bagian PPI di rumah sakit
Wewenang 1. Megingatkan pelaksanan PPI di setiap bagian /tugas
2. Mengingatkan pelaksaan surveillance di bagian perawatan
3. Menentukan jadwal petugas dan pelaksanaan monitoring dan
validasi dalam PPI
Tugas Pokok Uraian Tugas
1. Mengkoordinasi 1. Membuat surat tugas PPI
pelaksanaan PPI 2. Membuat dan malaporkan hasil pencapaian sasaran mutu bagian
PPI
2. Melaporkan hasil 1. Mengumpulkan kertas Kerja validasi bagian PPI
validasi 2. Membuat Laporan Hasil Validasi
3. Melaporkan Hasil Validasi kepada Ketua Komite PMKP
4. Memberikan hasil validasi kepada bagian / instalasi sebagai
feedback
Pendidikan Minimal S1
Pengalaman Punya pengalaman dalam kepanitiaan mutu dan
kepanitiaan lainnya di Rumah Sakit Kristen
Lindimara
Pelatihan Standar Akreditasi/ JCI, analisa data dan pelatihan
lain yang terkait.
Keterampilan Mengelola bagian / Pokja, Mengolah dan analisis data
Tanggung Jawab 1. Bertanggung jawab terhadap ketepatan waktu pengumpulan
sasaran mutu.
2. Bertanggung jawab terhadap proses komunikasi internal dan
eksternal Komite PMKP.
3. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan Monitoring
dan Validasi di Rumah Sakit Kristen Lindimara
4. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan program
Komite PMKP
Wewenang 1. Meminta dan mendapatkan sasaran mutu dan catatan mutu dari
semua bagian di Rumah Sakit Kristen Lindimara.
2. Meminta hasil sasaran mutu secara berkala (Bulanan, 3 bulanan, 6
bulanan dan tahunan).
Tugas Pokok Uraian Tugas
1. Melaksanakan 1. Membantu terlaksananya seluruh kegiatan program PMKP
seluruh kegiatan 2. Melaksanakan kegiatan monitoring dan validasi di Rumah Sakit
program Komite Kristen Lindimara
PMKP
Pendidikan Minimal S1
Pengalaman Punya pengalaman dalam kepanitiaan mutu dan
kepanitiaan lainnya di Rumah Sakit Kristen
Lindimara
Pelatihan Standar Akreditasi/ JCI, analisa data dan pelatihan
lain yang terkait.
Keterampilan Mengelola bagian / Pokja, Mengolah dan analisis
data
Tanggung Jawab 1. Bertanggung jawab terhadap ketepatan waktu pengumpulan
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
sasaran mutu.
2. Bertanggung jawab terhadap proses komunikasi internal dan
eksternal Komite PMKP.
3. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan Monitoring
dan Validasi di Rumah Sakit Kristen Lindimara
4. Bertanggung jawab terhadap pemantauan Program Indikator
Mutu dan pelaksanaan clinical pathway
5. Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan pemantauan
indikator mutu dan pelaksanaan clinical pathway di Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan inovasi mutu dan pelaksanaan clinical
pathway dan Manajemen resiko di rumah sakit
7. Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaan
pemantauan indikator mutu dan pelaksanaan clinical pathway
serta kegiatan-kegiatan mutu lainnya kepada Ketua Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
8. Bertanggung jawab terhadap pengolahan data dan informasi
yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan clinical
pathway rumah sakit
Wewenang 1. Meminta hasil sasaran mutu dan catatan mutu secara berkala
dari semua bagian di RS Kristen Lindimara (Bulanan, 3
bulanan, 6 bulanan dan tahunan).
2. Meminta laporan pelaksanaan pemantauan program indikator
mutu, penjaminan mutu dan pelaksanaan clinical pathways dari
unit kerja terkait
3. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS
Kristen Lindimara terkait pelaksanaan pemantauan indikator
mutu serta pelaksanaan clinical pathway dan hal-hal lainnya
yang berhubungan dengan mutu rumah sakit
4. Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu
dan pelaksanaan clinical pathway rumah sakit dari unit-unit
kerja di lingkungan RS Kristen Lindimara
Pendidikan Minimal S1
Pengalaman Punya pengalaman dalam kepanitiaan mutu dan
kepanitiaan lainnya di Rumah Sakit Kristen
Lindimara
Pelatihan Standar Akreditasi/ JCI, analisa data dan pelatihan
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB VIII
TATA HUBUNGAN KERJA
Direktur / Direksi
Non Medik :
Penunjang Medik (Farmasi, Keuangan, Sarana
Laboratorium, Radiologi, RS, dll
Gizi, Sanitasii)
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
Keterangan :
1. Pelayanan medis :
a. Pembahasan Insiden Keselamatan Pasien yang berhubungan dengan insiden kasus
medis .
b. Pembahasan hasil audit medis untuk dianalisa dan tindak lanjut temuan .
c. Penyediaan Pedoman klinis , Clinical Pathways dan / atau protokol klinis .
d. Penetapan sasaran mutu serta indikator mutu
e. Identifikasi risiko
2. Pelayanan Keperawatan :
a. Pembahasan Insiden Keselamatan Pasien yang berhubungan dengan insiden kasus
medis/keperawatan .
b. Pembahasan hasil audit klinis untuk dianalisa dan tindak lanjut temuan .
c. Pelaksanaan Pedoman klinis, Clinical Pathways dan / atau protokol klinis .
d. Penetapan sasaran mutu serta indikator mutu
e. Identifikasi risiko
4. Rekam medik
a. Penyediaan Rekam Medik pasien untuk audit klinis
b. Pelaksanaan program PMKP
c. Pelaporan insiden Keselamatan Pasien dan tindak lanjutnya
d. Penetapan sasaran mutu dan indikator mutu
e. Identifikasi risiko
6. PDE
a. Penyediaan data yang dibutuhkan
b. Penyusunan laporan – laporan .
c. Penetapan sasaran mutu dan indikator mutu
d. Identifikasi risiko
7. SDM
a. Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan – pelatihan.
b. Pengajuan kebutuhan SDM
c. Pengumpulan data Indikator Manajemen
d. Penetapan sasaran mutu dan indikator mutu
e. Identifikasi risiko
e. Identifikasi risiko
BAB IX
POLA DAN KUALIFIKASI KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Karena pelayanan Komite PMKP terkait dengan semua bagian / instalasi yang ada di Rumah
Sakit Kristen Lindimara, maka anggota Komite PMKP harus merepresentasikan semua profesi
yang ada di Rumah Sakit Kristen Lindimara yaitu:
a. Tenaga Medis (Dokter)
b. Tenaga Keperawatan (Perawat, Bidan)
c. Tenaga Penunjang (Apoteker, Analis, Radiografer, Ahli Gizi, RM, Fisioterapi)
d. Tenaga Non Medis (Umum)
2. Jam kerja Komite PMKP adalah sesuai jam dinas di Rumah Sakit Kristen Lindimara yaitu jam
07.00 sampai dengan jam 14.00.
3. Karena hanya dilaksanakan dalam 1 shift jaga, maka tidak ada pengaturan jaga.
4. Pembagian tugas dibagi menjadi 3 yaitu
a. Tugas Manajerial (Sistem Manajemen Mutu)
b. Tugas Administrasi (Pendokumentasian dan Pengendalian Dokumen)
c. Tugas pelayanan (Audit, Verifikasi, Validasi, Analisis, )
C. POLA KETENAGAAN
Setelah dilakukan penghitungan berdasarkan ratio berdasar jumlah SDM, maka diperlukan SDM di
Komite PMKP sebanyak dibawah ini.
BAB X
PENILAIAN KINERJA SDM
Oleh karena SDM Komite Peningkatan Mutu dan keselamatan Pasien (Komite PMKP) bukan
merupakan pejabat struktural, maka penilaian kinerja tidak dilakukan .
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB XI
KEGIATAN ORIENTASI
A. PENGERTIAN
Orientasi adalah masa yang harus dijalani oleh seorang anggota Komite PMKP baru agar siap
dan mampu melaksanakan tugas di Komite PMKP sesuai dengan uraian tugasnya.
B. TUJUAN ORIENTASI
1. Mempersiapkan anggota Komite PMKP baru untuk mengenal struktur organisasi Komite
PMKP dan bagian yang terkait dengan pelayanan Komite PMKP.
2. Mempersiapkan anggota Komite PMKP baru untuk memahami dan mengetahui apa tugas
pokoknya, cara melaksanakan tugas, menggunakan fasilitas kerja, kepada siapa bertanggung
jawab dan laporan yang harus dikerjakan.
3. Anggota Komite PMKP baru mengetahui hak dan kewajiban serta tata tertib termasuk larangan
yang harus dipatuhi selama menjadi anggota Komite PMKP.
C. JENIS ORIENTASI
Untuk Komite PMKP hanya ada 1 macam orientasi saja.
2. Validasi
a. Memahami SPO validasi Ketua/
b. Mengikuti pelatihan Statistik Sekretaris/
Koordinator
Komite PMKP
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB XI
PERTEMUAN / RAPAT
a. Rapat rutin Komite PMKP adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite PMKP secara
berkala sesuai kebutuhan, minimal adalah 1 bulan sekali.
b. Waktu : 1 bulan sekali atau sesuai kebutuhan.
c. Tempat : Ruang Rapat
d. Pemimpin : Ketua Komite
e. Peserta : Semua Anggota Komite PMKP
f. Materi :
Menindak lanjuti program Komite PMKP menjadi POA bulanan
Merencanakan pelaksanaan kegiatan rutin (Monitoring) dan tidak rutin
Evaluasi hasil pelaksanaan tugas, identifikasi masalah dan upaya perbaikan.
Tindak lanjut temuan mutu masing – masing penanggung jawab dan
koordinator bagian.
Menyusun Laporan hasil pelaksanaan tugas (Monitoring, Validasi, Audit
dan TPP).
Pematangan Pedoman, Panduan dan SPO yang belum baku.
g. Dokumen : Notulan, Dokumen yang dimatangkan dan Daftar Hadir
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
a. Rapat Evaluasi Komite PMKP adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite PMKP
bersama bagian / instalasi untuk mengevaluasi hasil pencapaian program mutu dan
sasaran mutu minimal 3 bulan sekali. Rapat ini bisa bersamaan dengan Rapat Staf Pleno.
b. Waktu : 3 bulan sekali
c. Tempat : Ruang Rapat
d. Pemimpin : Ketua PMKP
e. Peserta : Semua Anggota Komite PMKP dan Semua bagian / instalasi
f. Materi :
Penyampaian Laporan pencapaian Sasaran mutu Semua bagian / instalasi.
Analisis temuan dan usulan solusi penyelesaian.
Kesimpulan dan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk perbaikan.
g. Dokumen : Undangan, notula, hasil evaluasi sasaran mutu dan daftar hadir
3. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
Pengertian:
a. Rapat Tinjauan Manajemen adalah rapat yang diselenggarakan oleh Direktur bersama
seluruh Staf untuk mengevaluasi berjalannya sistem manajemen mutu di Rumah
SakitKristen Lindimara yang minimal diadakan 3 bulan sekali.
b. Komite PMKP memfasilitasi kegiatan RTM dengan menyediakan semua data dan
informasi yang diperlukan antara lain: Hasil sasaran mutu 3 bulan terakhir, Laporan
pelaksanaan TPP (RCA atau FMEA) dan hasil Validasi dari beberapa sasaran mutu bila hal
tersebut dilakukan dalam 3 bulan terakhir.
c. Susunan acara RTM adalah:
i. Pembukaan
ii. Penyampaian hasil capaian oleh Ketua Komite PMKP
iii. Tinjauan Manajemen oleh Direktur
iv. Identifikasi Masalah, solusi dan rencana perbaikan
v. Kesimpulan dan penutup
d. Waktu : 3 bulan sekali
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
BAB XII
PELAPORAN
A. PENCATATAN
1. Pencatatan dilakukan setiap ada hasil yang harus didokumentasi sebagai bukti.
2. Pencatatan dilakukan oleh Sekretaris 1 oleh Koordinator / penanggungjawab bagian
3. Pencatatan yang harus dilakukan adalah
a. Hasil capaian sasaran mutu dari tiap bagian / sasaran mutu setiap bulan.
b. Hasil RCA, FMEA, Validasi, Audit, Bechmark
c. Laporan Insiden yang terjadi di Rumah SakitKristen Lindimara
d. Notula Rapat
B. PELAPORAN
No Laporan Waktu Dilaporkan ke
1. Laporan Monitoring indikator mutu 3 bulan Direktur
2. Laporan Monitoring Sasaran Mutu 3 bulan Direktur
3. Laporan pelaksanaan RTM 3 bulan Direktur dan
semua bagian
4. Laporan Pelaksanaan Validasi, RCA, 3 bulan Direktur
FMEA, Benchmarking
5. Laporan Evaluasi program Komite 1 tahun Direktur
PMKP
6. Laporan Evaluasi program 1 tahun Direktur
Peningkatan mutu
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”
Nomor : 170/RSPWDC/SK.010/III/2014
Ta 6 Maret 2014
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Komite Peningkatan Mutu deselamatan Pasien RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”