PENGORGANISASIAN
RS. KRISTEN LINDIMARA
TAHUN 2017
RSK LINDIMARA
JL. PROF. DR. W. Z YOHANES NO. 06
TELP. (0387) 61064, 61019: FAX.(0387) 61742
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
Jl.Prof DR. W. Z. Yohanis No. 6
Waingapu – 87113 – NTT
Telp : (0387) 61064, 61019 ; Fax : (0387) 61742
SURAT KEPUTUSAN
No. 504/ A.29/III/2016
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
MEMPERHATIKAN :
Perlunya usaha untuk meningkatkan kualitas
: Pengorganisasian Dan Pelayanan di Rumah Sakit Kristen
Lindimara.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN
LINDIMARA TENTANG PEDOMAN
PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN RUMAH
SAKIT KRISTEN LINDIMARA
KEDUA : Pedoman Pengorganisasian dan Pelayanan Rumah Sakit
Kristen Lindimara sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Pengorganisasian dan Pelayanan Rumah Sakit
Kristen Lindimara harus dibahas sekurang-kurangnya setiap
3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat
dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.
Ditetapkan di : Waingapu
Pada tanggal : 01 Maret 2016
Direktur RSK LINDIMARA
Yumerkris adalah singkatan dari Yayasan untuk menyelenggarakan rumah sakit – rumah
sakit Kristen di Sumba. Yang pada tanggal 10 April 1951 dengan Akta Notaris No 33,
Yumerkris mempreoleh Hak Badan Hukum di hadapan Notaris Mr. Karel Eduard Krijgsman
di Jakarta. Yang terbentuk pada bulan Desember 1949 atas dasar penyerahan kembali tugas
dan wewenang untuk menyelenggarakan kembali rumah sakit – rumah sakit Kristen di
Sumba oleh Pemerintah NIT yang di delegasikan kewenangannya kepada Kepala Daerah
Sumba dalam hal ini bapak Umbu Tipuk Marisi dan Panitra Daerah Controlir C. Ouwehand
kepada Zending yang di wakili oleh Ds. P. G. Van Berge dan Ds. P. J. Lambooy. Yang
bertempat di kantor Pemerintah daerah Sumba di Waingapu.
Dalam upaya melanjutkan pekabaran Injil dan pelayanan kesehatan di Sumba, yang telah di
rintis oleh Zending, yang di awali pada tahun 1904 oleh Ds. D. K. Wielenga yang
merupakan utusan Zending dalam hal oleh Gereja di Hoogeveen. Pada tanggal 29
Desember 1912 merintis balai pengobatan di Payeti sambil melakukan pekabaran Injil
dengan demikian maka terciptalah pusat usaha Zending di Sumba melalui kegiatan Ds. D.
K. Weilenga baik dalam bidang kesehatan, Penginjilan dan Pendidikan. Kemudian pada
tahun 1937 balai pengobatan payeti berubah menjadi sebuah Rumah sakit.
Selama masa Pemerintah Hindia Belanda sampai dengan masa kemerdekaan, perkembangan
Gereja di Sumba telah maju dengan pesat. Hal ini nampak bukan saja di bidang Gerejani
tetapi juga di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Dengan tealh berdirinya GKS maka baik dalam Sidang Sinode maupun dalam rapat antar
Deputat penghubung GKS dan Algemeene Missionarie Vergadering (AMV) der
Zendingsarbeiders dibahas – bahas cara – cara untuk mengambil alih pengelolaan Rumah
Sakit – Rumah Sakit dan Balai Pengobatan dari pihak Pemerintah. Yang sejak jaman
pendudukan Jepang pengelolaan Rumah Sakit – Rumah Sakit dan Balai Pengobatan di ambil
alih oleh Pemerintah sampai dengan saat pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT). Oleh
sebab itu maka dalam sidang Sinode Ke – IV tanggal 21 Juli 1949 telah di tetapkan adanya
badan penyelenggara sementara yang mengurus Rumah Sakit dan Balai Pengobatan di
Sumba. Tugas Badan Penyelenggara sementara antara lain mempersiapkan sebuah Yayasan
yang akan menyelenggarakan dan mengawasi Rumah Sakit – Rumah Sakit dan Balai
pengobatan, sekaligus dengan Anggaran Dasar Yayasan tersebut.
Pada bulan Oktober 1949 tiba di Waingapu 2 orang utusan Kementrian Kesehatan NIT dari
makasar yaitu Mr. Niettel dan D. Tahitu. Kedua utusan ditugaskan untuk melaksanakan
penyerahan penyelenggaraaan rumah sakit dan balai pengobatan dari pemerintah NIT
kepada Zending dengan syarat bahwa Zending akan segera membentuk suatu badan yang
akan mengelola rumah sakit dan balai pengobatan tersebut. Setelah kedua utusan tersebut
kembali ke Makasar dan melaporkan hasil perundingannya di Sumba kepada Pemerintah
NIT, maka Pemerintah NIT menyetujui penyerahan tugas pengelolaan tersebut. Untuk itu
pemerintah Daerah Sumba di berikan wewenang melaksanakan penyerahan tersebut sebagai
wakil Pemerintah NIT.
Atas dasar pendelegasian wewenang tersebut maka pada bulan desember 1949 Kepala
Daerah Sumba Umbu Tipuk Marisi dan Panitra Daerah Controlir C. Ouwehand atas nama
Pemerintah NIT secara resmi menyerahkan kembali tugas dan wewenang penyelenggaraan
rumah sakit – rumah sakit di Sumba kepada Zending yang di wakili oleh Ds. P. G. Van
Berge dan Ds. P. J. Lambooy, bertempat di kantor Pemerintah daerah Sumba di
Waingapu.berdasarkan penyerahan tersebut maka atas persetujuan antara Deputat
penghubung GKS dengan AMV dibentuklah suatu yayasan yang diberi nama : “ Yayasan
untuk menyelenggarakan rumha sakit – rumah sakit Kristen Di Sumba” yang disingkat
dengan Yumerkris.
Pada tanggal 1 Januari 1950 di resmikan pembukaan Dinas Kesehatan daerah Sumba
sekaligus di laksanakan serah terima Tugas dan wewenang penyelenggaraan rumah sakit –
rumah sakit Kristen di Sumba kepada Yumerkris oleh GKS yang di wakili oleh Ds. S. H. P.
Dara dan Ds. Mb. Ratoebandjoe.
Sejak memperoleh Hak Badan Hukum, Yumerkris dalam menggumuli permasalahan
pelayanan kesehatan di Sumba akibat situasi Perang Dunia ke II, yang mana bangunan
rumah sakit payeti rusak parah.
Pada tahun 1950 terjadi pemotongan uang oleh Pemerintah sebesar 50% sehingga
pemasukan keuangan rumah sakit juga semakin kecil. Hal ini di tambah lagi bahwa bantuan
Zending akan direalisir untuk beberapa tahun pertama sesudah penyerahan. Sedangkan
bantuan Pemerintah diberikan berdasarkan Rancangan Anggaran Pemerintah yang pada
kenyataannya tidaklah mencukupi.
Pada tahun 1953 oleh kementerian Sosial Republik Indonesia di berikan bantuan untuk
merehabilitir gedung – gedung Rumah Sakit Payeti yang rusak akibat Perang. Dengan
bantuan K. W. Palekahelu dan J. A Supusepa di usahakan pengumpulan dana dari para
dermawan di kota Waingapu dan sekitarnya, usaha ini berhasil denganbaik dan akhirnya
dapat dibangun sebuah gedung permanen untuk memelihara anak yatim piatu.
Selain usaha – usaha tersebut juga diperoleh bantuan dari organisasi di Belanda yaitu UNAC
berupa 12 buah tempat tidur, bahan pakaian, susu dan lain – lain.
Akibat keadaan keuangan yang tidak mengembirakan maka Pemerintah Daerah Sumba
membantu pula sesuai dengan kemampuan yang ada atas kebijaksanaan A. Lewerissa.
Kepala Bagian Keuangan pada Kantor Gubernur Propinsi Sunda Kecil di Singaraja dan L.
M. Louk Kepala bagian Keuangan pada Kantor Kepala Daerah Sumba di adakan kalkulasi
harga obat – obatan sebagai hutang Rumah Sakit – Rumah Sakit pada Pemerintah Daerah.
Dengan berbagai bantuan itu maka Rumah Sakit di bawah asuhan Yumerkris dapat berjalan
dan berusaha mengembangkan diri.
Dalam bidang pendidikan, mulailah dipikirkan untuk mendidik putra Sumba dalam bidang
kedokteran. Hal ini berdasarkan pengalaman bahwa Rumah Sakit – Rumah Sakit yang ada
sering mengalami pergantian tenaga dokter, oleh sebab itu diadakan perundingan dengan
Gereja partner untuk ikut membantu mengatasi masalah ini. Akhirnya atas persetujuan
Gereja partner di kirim 4 orang untuk mengikuti studi lanjutan di fakultas kedokteran yaitu :
Dirk Palekahelu, Lapoe Mokoe, Umbu Haramburu Kapita dan Yohanes Weru.
Pada akhirnya Dirk Palekahelu dan Lapoe Mokoe yang berhasil menyelesaikan studi
sedangkan Umbu Haramburu Kapita dan Yohanes Weru tidak lagi melanjutkan studinya
pada fakultas kedokteran.
Pada tahun 1953 juga diputuskan oleh Pengurus Yumerkris untuk memberi nama pada
kedua Rumah Sakit Yaitu :
1. Rumah Sakit Kristen Lendemoripa untuk nama Rumah Sakit Waikabubak
2. Rumah sakit Kristen Lindimara untuk nama Rumah Sakit Payeti.
Sebagai realisasi rencana Pemerintah untuk membangun Rumah Sakit Umum maka dicapai
kesepakatan anatara pihak Kanwil Departemen Kesehatan Prospinsi Nusa Tenggara Timur
dengan Pengurus Yumerkris tentang bentuk kerja sama baik menyangkut pelayanan,
ketenagaan dan pendidikan paramedis.
Sehubungan dengan rencana Self supporting menuju kemandirian Rumah sakit di bawah
asuhan Yumerkris maka Pengurus Yumerkris melalui delegasi yang terdiri dari : dr. Umbu
Mr. Marisi, L. A. Mouwlaka dan Umbu K. Walangara telah meminta kepada Pengurus Dana
Pensiun Yakkum di Yogyakarta agar Yumerkris dapat ditertima sebagai anggota Yayasan
Dana Pensiun Yakkum. Rintisan ini merupakan suatu langkah konkrit dari upaya Pengurus
Yumerkris untuk tetap menjamin masa depan para karyawan dalam lingkungan Rumah
Sakit Yumerkris. Dalam pertemuan ini secara prinsip pihak Pengurus YDP Yakkum dapa
menerima Yumerkris sebagai anggota.
Sebagai tindak lanjut dari usaha untuk menjamin masa depan karyawan maka sejak tanggal
1 Maret 1983 Yumerkris cq. Rumah Sakit di bawah asuhannya di terima sebagai anggota
Yayasan Dana Pensiun Yakkum di yogyakarta. Hal ini merupakan suatu titik cerah bagi
kelangsungan keberadaan Rumah Sakit di bawah asuhan Yumerkris khususnya bagi
pegawai swasta.
Sebagai Rumah Sakit Kristen selama itu Rumah Sakit Lindimara telah terdaftar sebagai
anggota Sekretariat bersama Rumah Sakit Kristen di Indonesia dan mengikuti kegiatan
pertemuan yang diadakan oleh Organisasi tersebut. Pada bulan September 1983 di rubah
menjadi PELKESI (Persatuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan Di Indonesia). Dalam
tahun 1984 di adakan konperensi Studi dan Rapat Kerja Nasional Pelkesi di Yogyakarta.
Sebagi utusan Yumerkris, maka dr. Umbu Mr. Marisi dalam kesempatan tersebut juga telah
mencoba untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak antara lain dengan UPKM / CD
RS Bethesda Yogjakarta. dalam upaya untuk meningkatkan ketrampilan para karyawan
maka dengan kerja sama yang diadakan melalui PELKESI dikirim tenaga – tenaga
paramedis yang mendapatkan kesempatan meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan.
Untuk itu paramedis mengikuti “Inservice Training” di RS Bethesda dan mengikuti Aplikasi
perawat pada SPK Bethesda.
Dalam upaya peningkatan pelayanan UPKM RSK Lindimara, maka pada tahun 1998, oleh
dr. Lapoe Moekoe sebagai Direktur RSK Lindimara sekaligus sebagai ketua Yumerkris
berupaya membangun strategi baru bersama UPKM/ CD Bethesda Jogyakarta dengan
harapan agar UPKM/ CD. Bethesda dapat mendampingi UPKM RSK Lindimara dalam
proses kemandirian maupun dalam pelayanan kepada masyarakat.
Pada tahun 1998, di utus 2 (dua) orang Staf UPKM RSK Lindimara atas nama Bapak
Alexander Sain dan Ibu R. Logi untuk mengikuti Training Pendampingan Pelayanan Rumah
Sakit Tanpa Dinding, selama 1 (satu) bulan di UPKM/CD. RS. Bethesda, dan setelah
kembali di rintis kegiatan ke wilayah GKS yakni : Klasis Waingapu ( Jemaat GKS Payeti,
GKS Waingapu, GKS Uma Mapu, GKS Lambanapu, GKS Kambaniru, GKS Mauliru, dan
GKS Kawangu ). Dengan kegiatan awal yaitu membuka pelayanan Pos Obat Jemaat di
wilayah pelayanan gereja yang jauh dari pelayanan kesehatan, sebagai langka awal atau
pintu masuk bagi program kegiatan pelayanan kesehatan selanjutnya.
Dengan keterbatasan dana dan tenaga, hingga saat ini UPKM RSK Lindimara tetap
melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui pelayanan kader – kader
kesehatan yang telah dilatih untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit – penyakit
sederhana yang di temukan di wilayah, mengawasi penderita TBC, Filaria yang sedang
dalam pengobatan, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan harapan agar
masyarakat dapat memahami dan menemukan persoalan kesehatannya sendiri.
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RSK LINDIMARA
3.1. VISI.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki visi :
“Menjadi Rumah Sakit yang melayani dengan kasih dan mengutamakan mutu bagi
keselamatan pasien”
3.2. MISI.
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada setiap orang berlandaskan
Kasih Kristus tanpa membeda-bedakan status sosial, agama, ras, suku dan
golongan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan
mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3. Mengembangkan dan meningkatkan mutu SDM secara utuh yang berintegritas,
profesional dan inovatif
4. Mengembangkan dan meningkatkan mutu peralatan, sarana dan prasarana
5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas administrasi dan manajemen.
6. Menyelenggarakan Rumah Sakit yang aman dan ramah lingkungan
3.3.FALSAFAH.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki falsafah :
Setiap manusia sejak saat pembuahan sampai kematian, mempunyai citra dan
martabat yang mulia sebagai ciptaan Allah;
Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan wajib ikut serta
dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya;
Dengan dasar dan semangat cinta kasih, pelayanan kesehatan rumah sakit terpanggil
untuk berperan serta dalam upaya memberdayakan sesama melalui pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
dan pemulihan kesehatan serta pendidikan bidang kesehatan yang menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan;
3.4.NILAI – NILAI.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki nilai-nilai :
Lindi : Jembatan
Mara : Keselamatan
Berangkat dari nilai – nilai dasar yang diterapkan dalam managemen Rumah Sakit
Kristen Lindimara yaitu :
a. Kebersamaan
Bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik daripada bekerja sendiri-sendiri
b. Empathy
Memahami dan ikut merasakan masalah yang dihadapi orang lain/dan atau pasien.
c. Respect
Saling menghormati serta menghargai terhadap sesama
3.5.TUJUAN.
Melindungi dan mensejahterakan Sumber Daya Manusia
Mampu melayani semua pasien termasuk yang masyarakat kekurangan
Selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang unggul, berkualitas, dan
paripurna dalam pelayanan kesehatan
Berjejaring dengan mitra pelayanan kesehatan pada level lokal, regional, nasional dan
internasional yang sejalan dengan visi dan misi RS Kristen Lindimara
3.6.MOTTO.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki Motto : “Melayani dengan Kasih ”
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
(Terlampir)
4.2 KETERANGAN/PENGERTIAN
a) Unit Struktural
I. Direktur
Adalah kepala atau pejabat tertinggi di RS Kristen Lindimara
II. Wakil Direktur
Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dan
memiliki fungsi tertentu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah
sakit baik berfungsi pelayanan maupun pendukung operasional rumah sakit.
Unit Kerja di RSK Lindimara dibedakan menjadi 2 yaitu divisi bisnis yang
diberi istilah Instalasi dan divisi pendukung yang diberi istilah Bagian.
Istalasi dan bagian yang disebutkan itu berada dibawah tanggungjawab Kepala
bagian medik. Unit Kerja dapat bertanggungjawab atas satu atau lebih Sub
Unit Kerja. Berikut adalah daftar Unit Kerja /bagian/istalasi:
- Rawat Jalan (poliklinik).
- Unit Rawat Inap Ibu & Anak.
- Unit Rawat Inap Kelas 1, VIP, VVIP
- Unit Rawat Inap ICU.
- Unit Rawat Inap Kelas 2 dan 3.
- Unit Gawat Darurat dan Kamar Operasi.
- Instalasi Farmasi.
- Unit Laboratorium.
- Unit Radiologi.
- Bagian Umum
- Bagian Rekam Medik.
- Bagian Kepegawaian.
- Bagian Pendidikan dan pelatihan.
- Bagian Layanan BPJS & Asuransi.
- Bagian Keuangan.
b) Unit Non Struktural
i. Komite Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. Komite yang
ada di RSK Lindimara adalah sebagai berikut :
1. Komite Medik
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
3. Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
4. Komite Keperawatan
5. Komite kesehatan dan keselamatan kerja
6. Satuan Pengawas Internal
7. Kerohanian
8. Panitia Farmasi
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
YUMERKRIS
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
BAGIAN
KOMITE / KSM /
SUB BAGIAN INSTALASI PANITIA
KEGIATAN ORIENTASI
Program orientasi yang berupa pembekalan umum rumah sakit dikoordinir oleh
Bagian Manajemen dan kepegawaian, sedangkan orientasi di unit kerja dikoordinir
oleh Kepala Unit Kerja masing-masing. Pembekalan umum orientasi pegawai baru
meliputi :