Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN

PENGORGANISASIAN
RS. KRISTEN LINDIMARA
TAHUN 2017

RSK LINDIMARA
JL. PROF. DR. W. Z YOHANES NO. 06
TELP. (0387) 61064, 61019: FAX.(0387) 61742
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
Jl.Prof DR. W. Z. Yohanis No. 6
Waingapu – 87113 – NTT
Telp : (0387) 61064, 61019 ; Fax : (0387) 61742

SURAT KEPUTUSAN
No. 504/ A.29/III/2016

TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

MENIMBANG a. Bahwa dalam rangka menjaga kelestarian


lingkungan hidup dan upaya meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit Kristen Lindimara, maka
diperlukan penyelenggaraan Pengorganisasian dan
Pelayanan Rumah Sakit Kristen Lindimara;
b. Bahwa agar Pelayanan Rumah Sakit Kristen
Lindimara dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Kristen
Lindimara sebagai landasan bagi penyelenggaraan
Pengorganisasian dan Pelayanan Rumah Sakit Kristen
Lindimara;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Kristen Lindimara.
MENGINGAT a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290 / Menkes / Per / III / 2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129 / Menkes / Sk / II / 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
e. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691 / Menkes / Per / VIII / 2001 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
f. Keputusan Badan Pengurus Yumerkris Nomor
05/P.YMKRS/2011 tentang Penunjukan Direktur Rumah
Sakit Kristen Lindimara.

MEMPERHATIKAN :
Perlunya usaha untuk meningkatkan kualitas
: Pengorganisasian Dan Pelayanan di Rumah Sakit Kristen
Lindimara.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN
LINDIMARA TENTANG PEDOMAN
PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN RUMAH
SAKIT KRISTEN LINDIMARA
KEDUA : Pedoman Pengorganisasian dan Pelayanan Rumah Sakit
Kristen Lindimara sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Pengorganisasian dan Pelayanan Rumah Sakit
Kristen Lindimara harus dibahas sekurang-kurangnya setiap
3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat
dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.

KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pengorganisasian


dan Pelayanan Rumah Sakit Kristen Lindimara dilaksanakan
oleh Wakil Direktur Rumah Sakit Kristen Lindimara.

KELIMA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila


di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Waingapu
Pada tanggal : 01 Maret 2016
Direktur RSK LINDIMARA

dr. Alhairani K. L. Manu Mesa


Nip. 197907092010012013
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut American Hospital Association (1974) Rumah Sakit adalah suatu


organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan, asuhan keperawatan
yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pada awal berdirinya, rumah sakit merupakan organisasi sosial dibawah
pemerintah yang berorientasi non profit. Untuk biaya operasional mereka
mendapatkan dana dari pemerintah. Dalam perkembangannya ternyata pemerintah
tidak dapat menampung masyarakat yang berobat sehingga masyarakat mencari
tempat lain yang dapat melayani mereka lebih baik. Hal ini menumbuhkan
industri jasa di bidang pelayanan kesehatan yang mulai berorientasi profit untuk
menutupi biaya operasional mereka meskipun tidak meninggalkan unsur sosial
sama sekali.
Tumbuhnya rumah sakit-rumah sakit swasta itu memunculkan persaingan
baru dalam industri jasa di bidang pelayanan kesehatan. Rumah Sakit- Rumah
Sakit Swasta berupaya memperlengkapi pelayanan mereka dengan peralatan
kesehatan yang mutakhir.
Melihat perkembangannya rumah sakit tidak dapat meninggalkan pelayanan
profesional untuk mendapatkan profit agar dapat memuaskan konsumen pengguna
jasanya (pasien). Dalam pelayanan profesional ini dapat disebut sebagai
perusahaan jasa yaitu perusahaan yang memproduksi jasa bagi para konsumen
yang sangat membutuhkan jasa dari perusahaan tersebut.
Berbeda dengan perusahan jasa lain jasa yang ditawarkan rumah sakit
berhubungan langsung dengan kesehatan yang menyangkut kehidupan pasien, jadi
nilai-nilai kemanusian harus dijunjung tinggi. Rumah sakit sebagai penyedia jasa
dibatasi oleh kode etik profesi bagi setiap profesi yang bekerja di rumah sakit.
Dengan adanya perbedaan ini maka rumah sakit lebih disebut institusi daripada
perusahaan karena adanya tanggung jawab moril daripada mencari keuntungan
semata.
Pengorganisasian Rumah Sakit meliputi seluruh kegiatan penentuan jumlah
dan jenis sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap
kegiatan. Jasa-jasa penunjang merupakan sarana pengorganisasian yang perlu
dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
Manajemen Rumah Sakit Kristen Lindimara mempunyai kegiatan sebagai
berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan
dicapai perusahaan dan mengatur strategi yang akan dilaksanakan agar
dapat tercapai. Perencanaan ini dapat disusun baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang, agar dapat dipakai sebagai dasar untuk
mengendalikan kegiatan perusahaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah membentuk kerangka dasar dalam menentukan
aktifitas dan tugas pokok dari suatu kelompok individu atau individu
dalam perusahaan, yang meliputi pemberian tugas tanggung jawab
tertentu, pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-
individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya, pertanggung jawaban atas
tugas yang diberikan.
3. Pengarahan (Leading/Actuating)
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan susunan personalianya,
langkah berikutnya pengarahan. Pengarahan merupakan proses yang harus
dilakukan oleh manajemen agar pelaksanaan dapat diarahkan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan, untuk tujuan tersebut
manajemen harus selalu mengadakan pendekatan dan perbaikan yang
diperlukan untuk menumbuhkan motivasi para karyawan agar dapat
bekerja dengan optimal sesuai dengan rencana. Manajemen harus
memberikan gambaran yang jelas apa yang akan dituju, memberikan
petunjuk yang memadahi, dan memiliki perasaan apakah pelaksanaan akan
memberikan sumbangan terhadap tujuan yang akan dicapai tersebut.
4. Pengawasan (Controling)
Pengawasan atau pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali,
menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak
menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan, hal ini penting untuk
menghemat pemborosan biaya yang dikeluarkan. Dalam mengadakan
pengendalian harus diadakan perbandingan antara hasil sesungguhnya
yang dicapai dengan proyeksi yang ditetapkan dalam perencanaan, untuk
menilai prestasi masa lalu dan meletakan tanggung jawab adanya
penyimpangan yang terjadi.
Untuk rencana kerja dalam satu tahun Rumah Sakit, Direktur, Wakil
Direktur, kepala bagian, kepala seksi, kepala sub. bagian dan pimpinan unit
membuat rencana kerja.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal, juga merupakan spesifikasi teknis tentang
tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum
kepada masyarakat. Indikator SPM adalah tolak ukur untuk prestasi kuantitatif
dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang
hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses,
hasil dan atau manfaat pelayanan. SPM dan indikator ini dimonitoring, dicatat
oleh unit-unit yang terkait dan dilaporkan secara berkala dalam Rapat Kerja
bulanan. Evaluasi dari laporan akan dilakukan implementasi guna perubahan
menuju arah yang lebih baik.
BAB II
GAMBARAN UMUM RSK LINDIMARA.

2.1. DESKRIPSI RSK LINDIMARA.


Rumah Sakit Kristen Lindimara merupakan Rumah Sakit swasta pertama di Pulau
Sumba dan merupakan Rumah Sakit tipe D. Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
kepada semua pasien menjadi prioritas utama dalam pelayanan Rumah Sakit Kristen
Lindimara sejak pertama kali didirikan pada tahun 1912. Penanganan kesehatan diberikan
secara holistik. Dimana setiap pasien yang berobat di RS Lindimara tidak hanya ditangani
masalah medis saja tetapi juga spiritualnya maupun lingkungan sosialnya melalui pelayanan
unit pengembangan kesehatan masyarakat (UPKM). Selalu berusaha mewujudkan pelayanan
yang terjangkau dengan tetap menjaga mutu. SDM yang terus menerus dikembangkan dan
diberdayakan dari sisi kompetensi, dan diimbangi fasilitas, sarana, dan prasarana, penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rumah Sakit Kristen Lindimara saat ini memiliki kapasitas tempat tidur (tt) sebanyak
125 tt yang terdiri dari :
1. Klas VIP : 10 tt
2. Klas VVIP : 5 tt
3. Klas I : 9 tt
4. Klas II : 12 tt
5. Klas III : 80 tt
6. ICU : 5 tt
7. NICU : 4 tt bayi
8. UGD : 2 tt (extra bed)
Pelayanan di kelas III merupakan pelayanan yang disediakan untuk pasien-pasien
dengan kemampuan ekonomi lemah baik yang ditanggung oleh BPJS maupun yang
ditanggung oleh pemerintah daerah.
RSK Lindimara memiliki 211 orang pegawai dengan rincian 91 orang tenaga tetap dan
115 orang tenaga kontrak dan 14 tenaga pemerintah yang ditempatkan di RSK Lindimara.
Adapun gambaran spesifikasi para tenaga tersebut berdasarkan profesi adalah sebagai
berikut:
 Medis : 16 Orang
 Para Medis : 128 Orang
 Umum : 67 Orang
2.2. SEJARAH INSTITUSI RSK LINDIMARA.

Yumerkris adalah singkatan dari Yayasan untuk menyelenggarakan rumah sakit – rumah
sakit Kristen di Sumba. Yang pada tanggal 10 April 1951 dengan Akta Notaris No 33,
Yumerkris mempreoleh Hak Badan Hukum di hadapan Notaris Mr. Karel Eduard Krijgsman
di Jakarta. Yang terbentuk pada bulan Desember 1949 atas dasar penyerahan kembali tugas
dan wewenang untuk menyelenggarakan kembali rumah sakit – rumah sakit Kristen di
Sumba oleh Pemerintah NIT yang di delegasikan kewenangannya kepada Kepala Daerah
Sumba dalam hal ini bapak Umbu Tipuk Marisi dan Panitra Daerah Controlir C. Ouwehand
kepada Zending yang di wakili oleh Ds. P. G. Van Berge dan Ds. P. J. Lambooy. Yang
bertempat di kantor Pemerintah daerah Sumba di Waingapu.
Dalam upaya melanjutkan pekabaran Injil dan pelayanan kesehatan di Sumba, yang telah di
rintis oleh Zending, yang di awali pada tahun 1904 oleh Ds. D. K. Wielenga yang
merupakan utusan Zending dalam hal oleh Gereja di Hoogeveen. Pada tanggal 29
Desember 1912 merintis balai pengobatan di Payeti sambil melakukan pekabaran Injil
dengan demikian maka terciptalah pusat usaha Zending di Sumba melalui kegiatan Ds. D.
K. Weilenga baik dalam bidang kesehatan, Penginjilan dan Pendidikan. Kemudian pada
tahun 1937 balai pengobatan payeti berubah menjadi sebuah Rumah sakit.
Selama masa Pemerintah Hindia Belanda sampai dengan masa kemerdekaan, perkembangan
Gereja di Sumba telah maju dengan pesat. Hal ini nampak bukan saja di bidang Gerejani
tetapi juga di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Dengan tealh berdirinya GKS maka baik dalam Sidang Sinode maupun dalam rapat antar
Deputat penghubung GKS dan Algemeene Missionarie Vergadering (AMV) der
Zendingsarbeiders dibahas – bahas cara – cara untuk mengambil alih pengelolaan Rumah
Sakit – Rumah Sakit dan Balai Pengobatan dari pihak Pemerintah. Yang sejak jaman
pendudukan Jepang pengelolaan Rumah Sakit – Rumah Sakit dan Balai Pengobatan di ambil
alih oleh Pemerintah sampai dengan saat pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT). Oleh
sebab itu maka dalam sidang Sinode Ke – IV tanggal 21 Juli 1949 telah di tetapkan adanya
badan penyelenggara sementara yang mengurus Rumah Sakit dan Balai Pengobatan di
Sumba. Tugas Badan Penyelenggara sementara antara lain mempersiapkan sebuah Yayasan
yang akan menyelenggarakan dan mengawasi Rumah Sakit – Rumah Sakit dan Balai
pengobatan, sekaligus dengan Anggaran Dasar Yayasan tersebut.
Pada bulan Oktober 1949 tiba di Waingapu 2 orang utusan Kementrian Kesehatan NIT dari
makasar yaitu Mr. Niettel dan D. Tahitu. Kedua utusan ditugaskan untuk melaksanakan
penyerahan penyelenggaraaan rumah sakit dan balai pengobatan dari pemerintah NIT
kepada Zending dengan syarat bahwa Zending akan segera membentuk suatu badan yang
akan mengelola rumah sakit dan balai pengobatan tersebut. Setelah kedua utusan tersebut
kembali ke Makasar dan melaporkan hasil perundingannya di Sumba kepada Pemerintah
NIT, maka Pemerintah NIT menyetujui penyerahan tugas pengelolaan tersebut. Untuk itu
pemerintah Daerah Sumba di berikan wewenang melaksanakan penyerahan tersebut sebagai
wakil Pemerintah NIT.
Atas dasar pendelegasian wewenang tersebut maka pada bulan desember 1949 Kepala
Daerah Sumba Umbu Tipuk Marisi dan Panitra Daerah Controlir C. Ouwehand atas nama
Pemerintah NIT secara resmi menyerahkan kembali tugas dan wewenang penyelenggaraan
rumah sakit – rumah sakit di Sumba kepada Zending yang di wakili oleh Ds. P. G. Van
Berge dan Ds. P. J. Lambooy, bertempat di kantor Pemerintah daerah Sumba di
Waingapu.berdasarkan penyerahan tersebut maka atas persetujuan antara Deputat
penghubung GKS dengan AMV dibentuklah suatu yayasan yang diberi nama : “ Yayasan
untuk menyelenggarakan rumha sakit – rumah sakit Kristen Di Sumba” yang disingkat
dengan Yumerkris.
Pada tanggal 1 Januari 1950 di resmikan pembukaan Dinas Kesehatan daerah Sumba
sekaligus di laksanakan serah terima Tugas dan wewenang penyelenggaraan rumah sakit –
rumah sakit Kristen di Sumba kepada Yumerkris oleh GKS yang di wakili oleh Ds. S. H. P.
Dara dan Ds. Mb. Ratoebandjoe.
Sejak memperoleh Hak Badan Hukum, Yumerkris dalam menggumuli permasalahan
pelayanan kesehatan di Sumba akibat situasi Perang Dunia ke II, yang mana bangunan
rumah sakit payeti rusak parah.
Pada tahun 1950 terjadi pemotongan uang oleh Pemerintah sebesar 50% sehingga
pemasukan keuangan rumah sakit juga semakin kecil. Hal ini di tambah lagi bahwa bantuan
Zending akan direalisir untuk beberapa tahun pertama sesudah penyerahan. Sedangkan
bantuan Pemerintah diberikan berdasarkan Rancangan Anggaran Pemerintah yang pada
kenyataannya tidaklah mencukupi.
Pada tahun 1953 oleh kementerian Sosial Republik Indonesia di berikan bantuan untuk
merehabilitir gedung – gedung Rumah Sakit Payeti yang rusak akibat Perang. Dengan
bantuan K. W. Palekahelu dan J. A Supusepa di usahakan pengumpulan dana dari para
dermawan di kota Waingapu dan sekitarnya, usaha ini berhasil denganbaik dan akhirnya
dapat dibangun sebuah gedung permanen untuk memelihara anak yatim piatu.
Selain usaha – usaha tersebut juga diperoleh bantuan dari organisasi di Belanda yaitu UNAC
berupa 12 buah tempat tidur, bahan pakaian, susu dan lain – lain.
Akibat keadaan keuangan yang tidak mengembirakan maka Pemerintah Daerah Sumba
membantu pula sesuai dengan kemampuan yang ada atas kebijaksanaan A. Lewerissa.
Kepala Bagian Keuangan pada Kantor Gubernur Propinsi Sunda Kecil di Singaraja dan L.
M. Louk Kepala bagian Keuangan pada Kantor Kepala Daerah Sumba di adakan kalkulasi
harga obat – obatan sebagai hutang Rumah Sakit – Rumah Sakit pada Pemerintah Daerah.
Dengan berbagai bantuan itu maka Rumah Sakit di bawah asuhan Yumerkris dapat berjalan
dan berusaha mengembangkan diri.
Dalam bidang pendidikan, mulailah dipikirkan untuk mendidik putra Sumba dalam bidang
kedokteran. Hal ini berdasarkan pengalaman bahwa Rumah Sakit – Rumah Sakit yang ada
sering mengalami pergantian tenaga dokter, oleh sebab itu diadakan perundingan dengan
Gereja partner untuk ikut membantu mengatasi masalah ini. Akhirnya atas persetujuan
Gereja partner di kirim 4 orang untuk mengikuti studi lanjutan di fakultas kedokteran yaitu :
Dirk Palekahelu, Lapoe Mokoe, Umbu Haramburu Kapita dan Yohanes Weru.
Pada akhirnya Dirk Palekahelu dan Lapoe Mokoe yang berhasil menyelesaikan studi
sedangkan Umbu Haramburu Kapita dan Yohanes Weru tidak lagi melanjutkan studinya
pada fakultas kedokteran.
Pada tahun 1953 juga diputuskan oleh Pengurus Yumerkris untuk memberi nama pada
kedua Rumah Sakit Yaitu :
1. Rumah Sakit Kristen Lendemoripa untuk nama Rumah Sakit Waikabubak
2. Rumah sakit Kristen Lindimara untuk nama Rumah Sakit Payeti.

Kedua istilah masing – masing Lendemoripa (bahasaWaijewa), Lindimara(bahasa kambera)


yang berarti “Jembatan Kehidupan”.
Pada tahun 1954 dikirim beberapa orang utuk mengikuti pendidikan Sekolah keperawatan di
Jawa antara lain : F. C. Supusepa, Jacoba Pandahuki, D. R. Daimbani, R. A. Pandanga, A.
Parinussa, M. O. Giri, A. Christian, dan Juliana Wungo. Dan setelah menyelesaikan
pendidikan sebagian dari mereka di temapatkan di Rumah Sakit Kristen Lendemoripa dan
sebagian di tempatkan di Rumah Sakit Kristen Lindimara.
Sebagai lanjutan usaha pembangunan pada tahun 1956 dibangun sebuah bangunan
permanen sebagai kamar bersalin, selain itu juga dilakukan rehabilitasi pada bangunan –
bangunan yang lain yang sudah ada.
Pada tahun 1957 dilaksanakan pembangunan asrama bagi para juru rawat wanita, dan mulai
tahun 1958 dibuka sekolah juru kesehatan di payeti yang menerima siswa – siswi untuk di
didik dalam bidang keperawatan. Juga dibangun sebuah gedung asrama bagi juru rawat pria.
Tahun 1959 dibangun pula sebuah bangunan tambahan disamping kamar operasi yang
digunakan sebagai kamar Rontgen. Juga dibangun untuk kamar mayat.
Tahun 1960 ditambah lagi sebuah bangunan untuk mesin listrik bagi penerangan kompleks
Rumah Sakit. Pembangunan pada akhirnya dihentikan untuk sementara waktu akibat
kekurangan dana. Untuk itu kegiatan rutin berjalan sebagaimana mestinya dengan
memperhatikan pula perkembangan pelayanan pada Balai Pengobatan yang sudah ada.
Masalah yang timbul pada saat itu adalah tidak adanya Rumah dokter.
Dalam Hut ke 50 RS Kristen Lindimara tahun 1962 diadakanlah usaha untuk
mengumpulkan dana bagi pembangunan sebuah rumah dokter oleh Komisi penyokong
Yumerkris. Dalam kesempatan kunjungan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Nusa Tenggara
Timur Bapak W. J. lalamentik ke Waingapu, Pengurus Yumerkris berkesempatan untuk
bertatap muka dengan beliau di kediaman Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumba Timur.
Dengan berkat Tuhan bahwa hasrat Yumerkris untuk minta sumbangan tersebut di tanggapi
sangat posetif oleh beliau.
Seluruh kegiatan untuk meminta sumbangan diperintahkan agar dikentikan. Selanjutnya
beliau mengambil keputusan untuk memberikan Subsidi gaji pegawai kepada Yumerkris cq.
Rumah Sakit – Rumah sakit, sama seperti yapmas berdasarkan PP No 33 athun 1958. hal ini
menunjukkan betapa perhatian Pemerintah terhadap usaha pelayanan kesehatan swasta
sebagai partner kerja Pemerintah melayani masyarakat.
Pada tanggal 1 Juli 1967 dibuka Sekolah Penjenjang Kesehatan /C tingkat atas di Payeti
berdasarkan SKP pengawas Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur No.
10/Pend/SKP/C/68. untuk Rumah Sakit Kristen Lendemoripa telah pula dibuka SPK/C
tingkat atas sejak tanggal 1 Maret 1965. selain menerima siwa bagi kebutuhan intern, juga
menerima siswa utusan Yayasan Kesehatan lain di Sumba antara lain Yakgress. Sekolah ini
menjadi sangat penting bukan saja bagi kebutuhan Yumerkris tetapi juga bagi kepentingan
Dinas Kesehatan karena tenaga – tenaga lulusan sekolah tersebut telah menyebar pada
berbagai unit pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta.
Namun bagi rumah sakit kemelut yang dialami adalah masalah organisasi / administrasi dan
keuangan yang belum berjalan dengan baik oleh sebab itu pada saat kunjungan Ketua
Zendingacentrum di Baarn yaitu Ds. A. Pos pada tahun 1968 pengurus mengajukan
permintaan bantuan kepada Gereja – Gereja Gereformeerd di Negeri Belanda agar
membantu dengan mengirim seorang tenaga ahli adminstrasi keuangan. Selanjutnya gagasan
ini disampaikan pula dalam forum Synode GKS Ke XXII tahun 1968 di Mamboro. Gagasan
ini ternyata mendapat tanggapan yang posetif. Selain Synode menyetujui dan mendukung
juga mengharapkan agar tenaga ahli ini tidak hanya difungsikan bagi kepentingan
Yumerkris dalam hal ini Rumah Sakit tetapi juga dimanfaatkan oleh GKS dan Yapmas.
Dengan demikian maka gagasan ini dialihkan menjadi tanggung jawab Synode untuk
mengusahakan realisasinya.
Walaupun pada saat itu di hadapi permasalahan organisasi/ administrasi dan keuangan tetapi
oleh Yumerkris pikirkan pula agar setiap Rumah Sakit dapat dilayani oleh minimal 2 orang
tenaga dokter. Ide ini dikaitkan dengan pelayanan terhadap masyarakat melalui Balai
Pengobatan. Dengan demikian ada seorang dokter yang dapat bertugas menangani urusan –
urusan di dalam Rumah Sakit dan ada seorang lagi bertugas untuk melayani balai
pengobatan – balai pengobatan.
Sementara itu pada tanggal 5 April 1968 diadakan kerja sama antara Pengurus Yumerkris
dengan Pengurus RSP Katoraka dan BP Maumaru berupa penyerahan kedua unit tersebut
dalam pengawasan medis Yumerkris cq. Rumah Sakit Kristen Lindimara. Pengawasan ini
memperberat tugas dan tanggung jawab rumah sakit untuk menjangkau unit – unit
pelayanan yang berada di pedalaman. Namun hal ini tetap dilaksanakan dengan baik sampai
Pengurus tersebut memperoleh Hak Badan Hukum sebagai Yayasan dengan nama Yayasan
Kesehatan Gereja Bebas Sumba Timur/Sabu atau di singkat YAKGRESS, hubungan kerja
sama ini diakhiri tahun 1972.
Sejak tahun 1970 dapatlah dikatakan bahwa rumah sakit – rumah sakit di bawah Yumerkris
mulai merasakan perlunya usaha – usaha untuk membenahi diri secara lebih baik dalam hal
penataan kembali sitem administrasi dan keuangan serta usaha – usaha pengembangan
pelayanan kesehatan. Usaha ini walaupun banyak mendapatkan tantangan – tantangan
namun dengan tekat yang membaja baik oleh para pelaksana di rumah sakit mapun oleh
pengurus Yumerkris, tantangan dan hambatan yang muncul dianggap sebagai batu ujian
sampai sejauh mana usaha pelayanan melalui rumah sakit dapat di lihat sebagai usaha untuk
mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah di dunia, menyatakan cinta kasih kepada sesama..
Pergantian Kepala Rumah Sakit yang sering sekali terjadi untuk kurun waktu yang tidak
terlalu lama juga merupakan suatu masalah tersendiri. Upaya Pengurus Yumerkris untuk
mendapatkan seorang dokter sangatlah susah, oleh sebab itu Pengurus Yumerkris berusaha
untuk mendapatkan tenaga dokter melalui suatu kerjasama dengan Pengurus Yakum suatu
Yayasan Kesehatan dari Gereja Kristen di Jawa dan Geraja Kristen Indonesia Jawa tengah.
Upaya kerja sama dengan Yakum baik dalam menghadirkan tenaga dokter yang mau
melayani di Rumah Sakit Kristen Lindimara dan Rumah Sakit Kristen Lendemoripa juga di
usahakan tenaga medis yang rela bekerja di Sumba.
Untuk menata kembali dan membenahi sitem administrasi khususnya admintrasi keuangan
maka tenaga ahli dari Belanda yaitu Drs. W. Van Tellingen mulai mempelajari beberapa
maslah yang menyebabkan terjadinya ketidak beresan dalam hal pengawasan keuangan.
Oleh GKN ia tugaskan untuk mencari suatu bentuk system administrasi yang memenuhi
persyaratan ilmiah namun cukup sederhana untuk diterapkan di kedua rumah sakit. Untuk
menunjang penertiban serta pembenahan tersebut, maka dikirim seorang tenaga untuk
mempelajari sistem keuangan di Surabaya selama 1 tahun. Tenaga tersebut yaitu Benyamin
Moekoe, BA sekembalinya dari Surabaya di tempatkan di Rumah Sakit Kristen Lindimara
dan diangkat menjadi Administratur.
Dalam upaya menampakkan diri sebagai Rumah Sakit Kristen serta untuk menjalankan
missionnya untuk menyembuhkan orang secara utuh, maka unsure tenaga Pekabaran Injil
di Rumah Sakit menjadi hal yang cukup penting dan merupakan alat Bantu yang vital. Oleh
sebab itu diambil kesepakatan bersama GKS untuk menempatkan seorang tenaga Pekabaran
Injil non Pendeta yang akan bekerja secara penuh waktu. Tugas tenaga Pekabaran Injil di
Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan kepada orang sakit dengan mengadakan perkunjungan, doa dan nasehat di
Bangsal, melayani bacaan, renungan dan lain – lain.
2. Pelayanan kepada karyawan melalui kebaktian, bimbingan, pemahaman Alkitab dan lain
– lain.
Tenaga Pekabaran Injil yang di perbantukan oleh GKS melalui Majelis Jemaat setempat
kepada Yumerkris cq. Rumah Sakit – Rumah Sakit yang dalam pelaksanaan tugasnya di
awasi oleh Kepala Rumah Sakit sedangkan pengawasan ajaran dilakukan oleh majelis
jemaat setempat.
Pada bulan Desember 1974 oleh GKN di Belanda menyampaikan kepada Yumerkris melalui
Delegasi Drs. W. Van Tellingen dan Drs. Langbroek, agar Yumerkris memikirkan suatu
rencana “ Self Supporting” sebagai suatu langkah awal menuju kemandirian Yumerkris.
Melalui pergumulan yang cukup berat maka Pengurus Yumerkris menetapkan untuk
memulai langkah – langkah kearah Kemandirian tersebut dengan menyusun suatu Rencana
Lima Tahun yang lebih mantap.
Upaya untuk memperoleh peningkatan mutu pelayanan juga nasib para karyawan
mendapatkan perhatian, dipikirkan pula untuk mengusahakan dana Pensiun bagi karyawan
swasta. Dana Pensiun ini dapat merupakan dana pensiun bagi GKS dan Yumerkris secara
bersama – sama. Upaya ini di jadikan bahan pergumulan dalam memperjuangkan hakekat
keberadaan sebagai rumah sakit swasta, disatu pihak harus menapilkan fungsinya sebagai
rumah sakit Kristen yang melani berdasarkan Kasih Kristus tetapi pada pihak lain harus
mampu untuk mandiri dalam menjamin kehidupan para karyawan dan kelangsungan
eksistensinya.
Pada saat itu kebijakan Pemerintah untuk membangun sebuah Puskesmas pada setiap
wilayah Kecamatan untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin masyarakat serta dapat
melayani sampai kewilayah terpencil telah membawa pemikiran baru bagi pihak Yumerkris
tentang kehadiran Balai Pengobatannya. Disatu pihak pelayanan kepada masyarakat
pedesaan lewat Puskesmas membutuhkan tarif yang dapat di jangkau sedangkan dipihak lain
untuk melaksanakan kegiatan secara mandiri membutuhkan sejumlah dana yang cukup
besar. Oleh sebab itu Balai Pengobatan yang ada di serahkan pengelolaannya kepada
Pemerintah termasuk sarana yang sudah dibangun oleh Yumerkris.
Dengan demikian maka pengurus yumerkris hanya akan mengelola 2 (dua) Rumah Sakit
yaitu Rumah Sakit Kristen Lindimara dan Rumah Sakit Kristen Lendemoripa.
Sebagai realisasi dari kesepakatan semula untuk memulai rencana menyangkut Self
Supporting, maka sejak tahun 1978 di mulailah pelaksanaannya. Diharapkan pada tahun
1983 seluruh rencana telah selesai tahapannya dan dengan demikian maka hubungan
langsung dalam masalah keuangan rutin akan dapat ditangani sendiri oleh Yumerkris.
Dalam hal ini setiap tahun GKN akan memberikan bantuan sebagai modal untuk
dikembangkan dan akan berjalan selama 5 (lima) tahun. Sesudah itu maka seluruh biaya
rutin ditanggung sendiri oleh Yumerkris kecuali untuk biaya insidentil misalnya
pembangunan gedung, pembelian alat – alat dan sebagainya.
Dalam rangka pembangunan Rumah Sakit Pemerintah di setiap kabupaten, maka pada awal
bulan September 1979, Kepala Bidang Perencanaan Kanwil Departemen Kesehatan
Propinsi Nusa Tenggara Timur mengadakan pertemuan dengan Pengurus Yumerkris untuk
membahas tentang kehadiran Rumah Sakit Kristen Lindimara dikaitkan dengan rencana
pembangunan Rumah Sakit umum tersebut.
Melalui pergumulandalam pertemuan tanggal 12 September 1979 diajukan pemilihan
alternatif : Pertama : Apakah Rumah Sakit dibawah asuhan Yumerkris ditingkatkan
menjadi Rumah Sakit type C. Kedua : Rumah Sakit Umum berjalan bersama dengan Rumah
Sakit Lindimara
Rapat pengurus Yumerkris tanggal 27 September 1979 mengambil kesepakatan untuk
mengembangkan Rumah Sakit menjadi Rumah Sakit type C. Dengan kesepakan ini ditus
wakil dari pengurus Yumerkris menghadap Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam pertemuan tanggal 1 Oktobber 1979 tersebut belum
dapat diambil kesimpulan sehingga dilanjutkan dalam pertemuan dengan Gubernur KDH
TK I Nusa tenggara Timur. Akhirnya pertemuan inipun tidak memperoleh suatu kesimpulan
dan diharapkan agar dapat disampaikan keputusan Yumerkris dalam waktu singkat.
Melalui pergumulan yang panjang oleh rapat Pengurus Yumerkris diambil kesimpulan untuk
tetap mempertahankan eksistensi Rumah sakit Kristen Lindimara dengan berbagai
pertimbangan antara lain :
- Kehadiran Rumah Sakit Kristen Lindimara sejak tahun 1912 adalah milik yang paling
berharga dengan seberkas sejarah pelayanan di Sumba Khususnya Sumba Timur
- Bahwa Rumah Sakit ini adalah alat untuk menyatakan Kasih Kristus kepada sesama.
- Dengan kehadiran Rumah Sakit ini maka Yumerkris khususnya dan Gereja Kristen
Sumba pada umumnya menunjang program Pemerintah dalam pembangunan di bidang
kesehatan sesuai dengan Garis Besar Kebijakan Pemerintah dalam Sitem Kesehatan
Nasional.
Dalam rangka kehadiran Gubernur KDH TK I untuk menghadiri Pembukaan Sidang Synode
GKS Ke XXX di Waihibur – Anakalang telah mengadakan tatap muka dengan Pengurus
Yumerkris di Waingapu. Melalui pertemuan tersebut telah dicapai kesepakatan bersama
bahwa Rumah Sakit asuhan Yumerkris adalah sebagai partner kerja Pemerintah dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga dalam Sidang Synode tersebut
di ambil kesepakatan :
- Mendukung sepenuhnya keputusan Pengurus Yumerkris.
- Menugaskan kepada Pengurus Yumerkris untuk memelihara dan meningkatkan
hubungan kerja sama dengan Pemerintah dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan di
bidang kesehatan.
- Meningkatkan kualitas pelayanan di dalam kedua Rumah Sakit asuhan Yumerkris.

Sebagai realisasi rencana Pemerintah untuk membangun Rumah Sakit Umum maka dicapai
kesepakatan anatara pihak Kanwil Departemen Kesehatan Prospinsi Nusa Tenggara Timur
dengan Pengurus Yumerkris tentang bentuk kerja sama baik menyangkut pelayanan,
ketenagaan dan pendidikan paramedis.
Sehubungan dengan rencana Self supporting menuju kemandirian Rumah sakit di bawah
asuhan Yumerkris maka Pengurus Yumerkris melalui delegasi yang terdiri dari : dr. Umbu
Mr. Marisi, L. A. Mouwlaka dan Umbu K. Walangara telah meminta kepada Pengurus Dana
Pensiun Yakkum di Yogyakarta agar Yumerkris dapat ditertima sebagai anggota Yayasan
Dana Pensiun Yakkum. Rintisan ini merupakan suatu langkah konkrit dari upaya Pengurus
Yumerkris untuk tetap menjamin masa depan para karyawan dalam lingkungan Rumah
Sakit Yumerkris. Dalam pertemuan ini secara prinsip pihak Pengurus YDP Yakkum dapa
menerima Yumerkris sebagai anggota.
Sebagai tindak lanjut dari usaha untuk menjamin masa depan karyawan maka sejak tanggal
1 Maret 1983 Yumerkris cq. Rumah Sakit di bawah asuhannya di terima sebagai anggota
Yayasan Dana Pensiun Yakkum di yogyakarta. Hal ini merupakan suatu titik cerah bagi
kelangsungan keberadaan Rumah Sakit di bawah asuhan Yumerkris khususnya bagi
pegawai swasta.
Sebagai Rumah Sakit Kristen selama itu Rumah Sakit Lindimara telah terdaftar sebagai
anggota Sekretariat bersama Rumah Sakit Kristen di Indonesia dan mengikuti kegiatan
pertemuan yang diadakan oleh Organisasi tersebut. Pada bulan September 1983 di rubah
menjadi PELKESI (Persatuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan Di Indonesia). Dalam
tahun 1984 di adakan konperensi Studi dan Rapat Kerja Nasional Pelkesi di Yogyakarta.
Sebagi utusan Yumerkris, maka dr. Umbu Mr. Marisi dalam kesempatan tersebut juga telah
mencoba untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak antara lain dengan UPKM / CD
RS Bethesda Yogjakarta. dalam upaya untuk meningkatkan ketrampilan para karyawan
maka dengan kerja sama yang diadakan melalui PELKESI dikirim tenaga – tenaga
paramedis yang mendapatkan kesempatan meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan.
Untuk itu paramedis mengikuti “Inservice Training” di RS Bethesda dan mengikuti Aplikasi
perawat pada SPK Bethesda.

Dalam menjawab pergumulan pelayanan kesehatan masyarakat di Sumba terutama bagi


mereka yang miskin dan jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan. Pada saat Musyawarah
Nasional Pelkesi di Jogyakarta tahun 1983, salah satu agenda dalam pertemuan tersebut
adalah pembahasan tentang kerja sama RSK Lindimara dengan UPKM / CD. Bethesda
Jogyakarta guna merintis terbentuknya UPKM RSK Lindimara. Kemudian pada tanggal 1
Juli 1984, dibentuk Unit Pengembangan Kesehatan Masyarakat (UPKM) yang di koordinir
oleh dr. M. J. Luinstra sehingga Rumah Sakit Kristen Lindimara dapat berfungsi sebagai
HOSPITAL WITH OUT WALL, yang dapat bekerja baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit, sehingga tujuan pelayanan kesehatan yang holistic dapat tercapai. Pada tahun 1985 di
utus bapak Hendrik L. Ninggeding untuk mengikuti Training di UPKM/CD RS Bethesda
Jogyakarata dan sekembalinya memulai kegiatan di Desa Lambanapu dengan proyek
pengobatan TBC, Pemberian makanan tambahan bagi penderita TBC serta bantuan
penguatan ekonomi keluarga bagi penderita TBC berupa ternak kambing sebagai pilot
project dari Pelkesi.

Dalam upaya peningkatan pelayanan UPKM RSK Lindimara, maka pada tahun 1998, oleh
dr. Lapoe Moekoe sebagai Direktur RSK Lindimara sekaligus sebagai ketua Yumerkris
berupaya membangun strategi baru bersama UPKM/ CD Bethesda Jogyakarta dengan
harapan agar UPKM/ CD. Bethesda dapat mendampingi UPKM RSK Lindimara dalam
proses kemandirian maupun dalam pelayanan kepada masyarakat.

Pada tahun 1998, di utus 2 (dua) orang Staf UPKM RSK Lindimara atas nama Bapak
Alexander Sain dan Ibu R. Logi untuk mengikuti Training Pendampingan Pelayanan Rumah
Sakit Tanpa Dinding, selama 1 (satu) bulan di UPKM/CD. RS. Bethesda, dan setelah
kembali di rintis kegiatan ke wilayah GKS yakni : Klasis Waingapu ( Jemaat GKS Payeti,
GKS Waingapu, GKS Uma Mapu, GKS Lambanapu, GKS Kambaniru, GKS Mauliru, dan
GKS Kawangu ). Dengan kegiatan awal yaitu membuka pelayanan Pos Obat Jemaat di
wilayah pelayanan gereja yang jauh dari pelayanan kesehatan, sebagai langka awal atau
pintu masuk bagi program kegiatan pelayanan kesehatan selanjutnya.

Dengan keterbatasan dana dan tenaga, hingga saat ini UPKM RSK Lindimara tetap
melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui pelayanan kader – kader
kesehatan yang telah dilatih untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit – penyakit
sederhana yang di temukan di wilayah, mengawasi penderita TBC, Filaria yang sedang
dalam pengobatan, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan harapan agar
masyarakat dapat memahami dan menemukan persoalan kesehatannya sendiri.
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RSK LINDIMARA

3.1. VISI.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki visi :
“Menjadi Rumah Sakit yang melayani dengan kasih dan mengutamakan mutu bagi
keselamatan pasien”

3.2. MISI.
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada setiap orang berlandaskan
Kasih Kristus tanpa membeda-bedakan status sosial, agama, ras, suku dan
golongan
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan
mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3. Mengembangkan dan meningkatkan mutu SDM secara utuh yang berintegritas,
profesional dan inovatif
4. Mengembangkan dan meningkatkan mutu peralatan, sarana dan prasarana
5. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas administrasi dan manajemen.
6. Menyelenggarakan Rumah Sakit yang aman dan ramah lingkungan

3.3.FALSAFAH.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki falsafah :
 Setiap manusia sejak saat pembuahan sampai kematian, mempunyai citra dan
martabat yang mulia sebagai ciptaan Allah;
 Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan wajib ikut serta
dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya;
 Dengan dasar dan semangat cinta kasih, pelayanan kesehatan rumah sakit terpanggil
untuk berperan serta dalam upaya memberdayakan sesama melalui pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
dan pemulihan kesehatan serta pendidikan bidang kesehatan yang menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan;

3.4.NILAI – NILAI.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki nilai-nilai :
Lindi : Jembatan
Mara : Keselamatan
Berangkat dari nilai – nilai dasar yang diterapkan dalam managemen Rumah Sakit
Kristen Lindimara yaitu :
a. Kebersamaan
Bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik daripada bekerja sendiri-sendiri
b. Empathy
Memahami dan ikut merasakan masalah yang dihadapi orang lain/dan atau pasien.
c. Respect
Saling menghormati serta menghargai terhadap sesama

3.5.TUJUAN.
 Melindungi dan mensejahterakan Sumber Daya Manusia
 Mampu melayani semua pasien termasuk yang masyarakat kekurangan
 Selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang unggul, berkualitas, dan
paripurna dalam pelayanan kesehatan
 Berjejaring dengan mitra pelayanan kesehatan pada level lokal, regional, nasional dan
internasional yang sejalan dengan visi dan misi RS Kristen Lindimara
3.6.MOTTO.
Rumah Sakit Kristen Lindimara memiliki Motto : “Melayani dengan Kasih ”
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

4.1 BAGAN ORGANISASI.

(Terlampir)

4.2 KETERANGAN/PENGERTIAN
a) Unit Struktural
I. Direktur
Adalah kepala atau pejabat tertinggi di RS Kristen Lindimara
II. Wakil Direktur

Adalah pejabat yang membantu Direktur dalam mengkoordinasi penggunaan


sumber daya Rumah Sakit untuk mencapai mutu pelayanan dan hasil yang maksimal
bagi pasien, memimpin Tim Manajemen secara efektif, memberi petunjuk dan
memimpin pengembangan dan revisi rencana strategis untuk disajikan kepada dan
disetujui oleh yayasan, menyiapkan rencana-rencana tahunan Rumah Sakit,
memonitor serta mengevaluasi pelaksanaan rencana-rencana tahunan, menciptakan
dan mempertahankan komunikasi dan mekanisme pelaporan yang efektif kepada
Direktur.
III. Kepala Bagian
Adalah koordinator khusus pecahan bagian dari sebuah instansi (Rumah Sakit) yang
memiliki tugas dan fungsi masing masing-masing dalam bagian tertentu yaitu :
1. Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi
2. Kepala Bagian Medis
3. Kepala Bagian Keperawatan
4. Kepala Bagian UPKM
IV. Kepala Sub Bagian
Adalah koordinator dari sub bagian yang merupakan pecahan dari bagian dari sebuah
instansi (Rumah Sakit) yaitu :
1. Kepala Sub Bagian Umum
2. Kepala Sub Bagian Keuangan
3. Kepala Sub Bagian Kepegaawaian
V. Unit Kerja

Adalah suatu wadah struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dan
memiliki fungsi tertentu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rumah
sakit baik berfungsi pelayanan maupun pendukung operasional rumah sakit.
Unit Kerja di RSK Lindimara dibedakan menjadi 2 yaitu divisi bisnis yang
diberi istilah Instalasi dan divisi pendukung yang diberi istilah Bagian.
Istalasi dan bagian yang disebutkan itu berada dibawah tanggungjawab Kepala
bagian medik. Unit Kerja dapat bertanggungjawab atas satu atau lebih Sub
Unit Kerja. Berikut adalah daftar Unit Kerja /bagian/istalasi:
- Rawat Jalan (poliklinik).
- Unit Rawat Inap Ibu & Anak.
- Unit Rawat Inap Kelas 1, VIP, VVIP
- Unit Rawat Inap ICU.
- Unit Rawat Inap Kelas 2 dan 3.
- Unit Gawat Darurat dan Kamar Operasi.
- Instalasi Farmasi.
- Unit Laboratorium.
- Unit Radiologi.
- Bagian Umum
- Bagian Rekam Medik.
- Bagian Kepegawaian.
- Bagian Pendidikan dan pelatihan.
- Bagian Layanan BPJS & Asuransi.
- Bagian Keuangan.
b) Unit Non Struktural
i. Komite Adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. Komite yang
ada di RSK Lindimara adalah sebagai berikut :
1. Komite Medik
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
3. Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
4. Komite Keperawatan
5. Komite kesehatan dan keselamatan kerja
6. Satuan Pengawas Internal
7. Kerohanian
8. Panitia Farmasi
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

Struktur Unit Kerja ada pada lampiran.


BAB VI
URAIAN TUGAS & WEWENANG

Uraian Tugas dan Wewenang ada pada lampiran.


BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

YUMERKRIS

DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR

BAGIAN

KOMITE / KSM /
SUB BAGIAN INSTALASI PANITIA

7.1. Koordinasi Antara Direktur Dengan Wakil Direktur.


- Dalam menjalankan tugas-tugas Direktur, maka:
a. Direktur dapat bertindak atas nama Rumah Sakit.
b. Wakil Direktur berhak dan berwenang bertindak atas nama
Direktur, untuk masing-masing bidang yang menjadi tugas dan
wewenangnya.
- Apabila Direktur berhalangan tetap menjalankan pekerjaannya atau
apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum memangku
jabatan, maka kekosongan jabatan tersebut dipangku oleh salah seorang
yang ditunjuk sementara oleh Pengurus Yumerkris.
- Apabila Direktur dan semua Wakil Direktur berhalangan tetap melakukan
pekerjaannya atau jabatan Direktur terluang seluruhnya dan belum
diangkat, maka sementara pengelolaan Rumah Sakit dijalankan oleh
Pengurus YUMERKRIS.
- Dalam keadaan Direktur berhalangan sementara dalam menjalankan tugas
dan kewenangan sebagaimana dimaksud, Direktur dapat
mendelegasikannya kepada Wakil Direktur.
7.2. Koordinasi Antara Direktur Dengan Pengurus YUMERKRIS.
- Pengelolaan Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur.
- Direktur bertanggung jawab kepada Pengurus YUMERKRIS.
- Pengurus YUMERKRIS melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan
Rumah Sakit, dengan menetapkan kebijakan pelaksanaan, baik di bidang pelayanan medis,
pendidikan dan latihan serta penelitian dan pengembangan kesehatan untuk tercapainya
visi, misi, falsafah dan tujuan Rumah Sakit.

7.3. Koordinasi Antara Direktur Dengan Komite Medik.


- Komite Medis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit
Kristen Lindimara.
- Pelaksanaan tugas-tugas Komite Medis dilaporkan secara tertulis kepada Direktur dalam
bentuk rekomendasi.
- Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana adalah berdasarkan penugasan dari
Direktur.

7.4. Koordinasi Antara Direktur Dengan Staf Medis.


- Direktur berhak mengangkat dan memberhentikan Anggota Kelompok Staf Medis (KSM)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang– undangan dan peraturan kebijakan yang
berlaku serta Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) Rumah Sakit Kristen
Lindimara.
- Sebagai pengelola, Direktur mempunyai tugas dan wewenang untuk menetapkan
strategi organisasi dan tata kerja lengkap dengan rincian tugasnya, menetapkan hal-hal
yang berkaitan dengan hak dan kewajiban Staf Medis sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Kewajiban Staf Medis untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban dilaksanakan sesuai
standar yang berlaku, maka Ketua Kelompok Staf Medis bertanggung jawab kepada
Direktur melalui Kabag Medis.
- Pertanggungjawaban dapat bersifat pertanggungjawaban proporsional administratif
manajerial dan pertanggungjawaban secara professional
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
RINGKASAN POLA KETENAGAAN

UNIT KERJA PROFESI KUALIFIKASI JUMLAH YANG PENGUSULAN KETERANGAN


ADA KETENAGAAN
IRJ Perawat DIII 2
SPK 1
Perawat Gigi DIII 1 -
IRNA Ibu dan Bidan DIII 4 2
Anak D1 3
D4 1
Admin SMA 1 -
CS SMP 2 -
IRNA Kelas III, Perawat DIII 10 4
Kelas II Wanita, SPK/c 4
dan anak
Admin SMK 1 -
CS SMA 1 -
SMP 1
SD 2
IRNA Kelas III Perawat DIII 6 5
Pria
SPK 5
Admin SMP 1 -
CS SMP 2 -
IRNA Kelas 1, Perawat S1 1 -
VIP, VVIP
DIII 13 3
SPK/c 3
Pembantu SMP 1 -
Perawat
CS SMA 1 -
SMP 2
IGD Perawat SI 1 -
DIII 9 2
SPKC 2
CS SMA 1 -
SMP 1
SD 1
ICU Perawat SI Ners 1 -
DIII 7 1
SPK 1
Admin SMA 1 -
CS SMP 1 -
NICU Perawat DIII 10 -
Admin SMA 1 -
CS SMA 1 -
KIA Bidan DIII 1 -
INSTALASI Apoteker S1 2 1
FARMASI
AA DIII farm 3 4
DIII Kep 3 -
SPKC 1 -
Admin S1 1 -
LABORATORIUM Analis S1 1
DIII 3 2
Perawat DIII 2 -
SPK 2 -
Radiologi Radiografer DIII 2 2
SPK 1 -
Bagian Gizi Ahli Gizi DIII 1 1
Tata Boga SMK 1
Bagian Medik Dokter Spesialis 8 4
Dokter Umum 9 2
Dokter Gigi 1
Pendaftaran SI 1
DIII RM 1 1
SPK 1
SMA 2 -
SMP 1
UPKM TB Dots SMA 1
SPK 1
SMP 1
Bagian Keuangan S1 1 3
Manajemen SMK 3
SMP 2
Administrasi Dokter 1
S2 1
S1 4
SMA 1
D1 1
Bagian Umum Teknik DIII Teknik 1 1
Terapi DIII Fisioterapi 1 1
SMA 5
SMP 5
BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

Pengertian Orientasi adalah usaha membantu calon karyawan yang


dinyatakan lolos seleksi agar mengenali secara baik dan mampu beradaptasi
dengan suatu situasi atau dengan lingkungan / iklim bisnis suatu organisasi /
perusahaan.

Program orientasi karyawan baru diberikan melalui pembekalan secara


umum oleh rumah sakit, dan pembekalan khusus di unit kerja masing-masing sesuai
dengan profesinya selama 1 minggu. Program orientasi dilakukan selama jam kerja
serta Kepala unit kerja membuat laporan evaluasi orientasi karyawan baru. Karyawan
dokter dokter tidak mendapatkan orientasi di unit kerja, melainkan program orientasi
pembekalan umum sebagai karyawan baru.

Program orientasi yang berupa pembekalan umum rumah sakit dikoordinir oleh
Bagian Manajemen dan kepegawaian, sedangkan orientasi di unit kerja dikoordinir
oleh Kepala Unit Kerja masing-masing. Pembekalan umum orientasi pegawai baru
meliputi :

1) Visi, Misi, Nilai RSK Lindimara


2) Struktur Organisasi
3) Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
4) Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5) Etika dalam bekerja.
6) Denah rumah sakit, termasuk sarana dan prasarana didalamnya
7) Pelayanan Prima.
8) Basic Life Support.
9) Penanggulangan Kebakaran dan penggunaan Alat Pemadam Kebakaran
(APAR).
10) Kompetensi Spiritual.
Sedangkan pembekalan khusus meliputi :
1) Letak ruangan dibangsal / ruangan dimana ditempatkan
2) Jenis alat yang ada diruangan dengan fungsinya masing-masing
3) Prosedur Kerja di ruangan tersebut
4) Teman kerja yang ada diruangan tersebut
Adapun peraturan selama program orientasi sebagai berikut :

a. Pegawai menandatangani pernyataan bersedia mengikuti semua tahapan selama


masa orientasi.
b. Program orientasi dilakukan selama 2 minggu.
c. Selama program orientasi minimal 3hari dan maksimal 14 hari tetap
diperhitungkan sebagai gaji.
d. Selama program orientasi pegawai belum mendapatkan tunjangan kesehatan.
Pengelompokan terhadap pembekalan umum yaitu sebagai berikut :
a. Bagian Manajeman (KTU)
- Struktur Organisasi
- Visi, Misi, Nilai RSK Lindimara
- Denah Rumah Sakit termasuk sarana dan prasarana didalamnya
- Penanggulangan Kebakaran dan penggunaan Alat Pemadam Kebakaran
(APAR)
b. Bagian Kerohanian
- Etika dalam bekerja
- Pelayanan Prima
- Kompetensi Spiritual
c. Bagian Keperawatan
- Basic Life Support
- Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit
d. Bagian PPI
- Program Pencegahan dan pengendalian Infeksi

HARI MATERI METODE PENANGGUNG


JAWAB
I (Hari I) Orientasi hari pertama : Penjelasan Kepala Bagian
1) Penjelasan status singkat Kepegawaian
kepegawaian.
2) Penjelasan Program
orientasi yang akan diterima
pegawai, peraturan dan tata
tertib masa orientasi :
pegawai menandatangani
pernyataan orientasi
pegawai baru.
3) Kepada pegawai dikenalkan Hospital
seluruh unit kerja di RSK Tour
Lindimara, diajak
berkeliling (Hospital Tour)
4) Orientasi ke unit kerja Serah Terima
dimana pegawai akan ke Unit
ditempatkan diserahkan Terkait
sesuai program orientasi
II Orientasi hari II s.d. XIV - Direktur
Hari ke-2 meliputi : - Wakil
s.d. 14 1) Orientasi di unit kerja Direktur
dimana pegawai - Kepala Tata
ditempatkan. Usaha
Pegawai diberikan berbagai - Kepala Sub
materi orientasi dengan bagian
penjadwalan khusus Kepegawaian
meliputi : - Kepala Unit
a. Visi, Misi, Nilai, Struktur Kerja
Organisasi. - Bagian
b. Etika Bekerja Kerohanian
c. Patient Savety
d. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
e. Kesejahteraan
Spiritual
j. Jenis pelayanan Rumah
Sakit
Tahap III Kepala Unit kerja membuat Evaluasi dan
(Evaluasi) laporan terkait hasil orientasi Pelaporan
pegawai.
Hasil evaluasi harus
memberikan rekomendasi
apakah pegawai dapat
bekerja atau tidak, atau
perpanjangan masa orientasi.
BAB XI
PELAPORAN

11.1. PELAPORAN INTERNAL.


Laporan Insidentil, terdiri dari :
Permintaan Laporan dari Direktur RS.
Permintaan Laporan dari Wakil Direktur RS.
Permintaan Laporan dari Unit Terkait.

Laporan mingguan dari Kepala Unit terdiri dari :


1. Laporan dari Bagian Rekam Medis, meliputi :
- Laporan kegiatan Unit Gawat Darurat.
- Laporan pelayanan tiap poli.
- Laporan kegiatan unit Rawat Inap.
- Laporan kegiatan unit Kamar Operasi.
2. Laporan dari Unit Radiologi.
3. Laporan dari Unit Laboratorium.
4. Laporan dari bagian Gizi.

Laporan Bulanan Internal Terdiri Dari :


1. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Poliklinik.
2. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Unit Gawat Darurat.
3. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Unit Rawat Inap.
4. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Instalasi Laboratorium
5. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Unit Radiologi.
6. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Kamar
Operasi.
7. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator bagian Gizi.
8. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Bagian Rekam Medis.
9. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Bagian Umum.
10. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Bagian Keuangan.
11. Laporan Pelayanan, SPM, target dan indikator Bagian SIM-RS.
12. Laporan Bulanan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
13. Laporan Bulanan Komite Keperawatan.
14. Laporan Bulanan Komite Pastoral.
15. Laporan Bulanan Komite Keselamatan Pasien.
16. Laporan Bulanan Komite Medik.
Laporan Tahunan Terdiri Dari :
1. Laporan Pelayanan Medis dari Bagian Rekam Medis.
2. Laporan Keuangan dari Bagian Keuangan.
3. Laporan Ketenagaan dari Bagian Kepegawaian.
4. Laporan Kegiatan dari Bagian Umum.

11.2. PELAPORAN EKSTERNAL.


Laporan Insidentil :
1. Laporan Surveilans Terpadu ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba
Timur.
2. Laporan Demam Berdarah Dengue ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumba Timur.
3. Laporan Wabah ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
4. Laporan pelayanan medik dan keuangan ke Yayasan untuk
menyelenggarakan Rumah Sakit – R u m a h S a k i t
K r i s t e n D i S u m b a (YUMERKRIS).

Laporan Bulanan Eksternal Terdiri Dari :


1. Laporan Surveilans Terpadu Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
2. Laporan Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba
Timur.
3. Laporan Malaria ke Perdhaki
4. Laporan Wabah ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
5. Laporan Jamkesda, ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur.
6. Laporan Klaim ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Laporan Tahunan Eksternal Terdiri Dari :


1. Laporan Pelayanan Medis d a n K e u a n g a n RSK Lindimara ke
Yumerkris

Anda mungkin juga menyukai