379 1133 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No.

2 Juli 2015

PENGARUH INTELEGENSI DAN MINAT SISWA


TERHADAP PUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN

Anna Rufaidah
Program Studi Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
anroef@gmail.com

Abstract: The purpose of this research is to know whether there are significant effects of
intelligence and student interests toward the decision of the selection programs . The research
was conducted at Class XI at High School around Depok City with total sample 60 students
that randomly taken. The method used in the research was a survey. Data of Intelligence
Data intelligence were acquired from document obtained through an IQ test, Students'
Interests, and the decision of the selection programs were acquired from the test. The data
was analysed using descriptive statistical method, multiple correlation coefficient, determination
coefficient, and multiple regression analysis. To test the statistics is used ttest and ftest . The
result of data analyzes shown there are significant effects of intelligence and Students' Interests
towards the decision of the selection programs

Keywords: Intelligence, Interest of Student,Decision of Selection Programs.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intelegensi dan minat
siswa terhadap putusan pemilihan jurusan. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh intelegensi
dan minat secara bersama - sama terhadap putusan pemilihan jurusan. Metode penelitian
yang digunakan adalah survei. Sampel berukuran 60 yang dipilih secara random dari SMA
kelas XI pada Kota Depok. Data intelegensi diperoleh melalui dokumen hasil tes IQ. Data
Minat Belajar Siswa dan Putusan Pemilihan Jurusan diambil melalui uji. Data dianalisis
menggunakan metode statistik deskriptif, koefisien korelasi ganda person, koefisien determinasi
dan analisis regresi. Uji statistik digunakan uji t dan f. Berdasarkan analisis data maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara intelegensi dan minat siswa
terhadap putusan pemilihan jurusan.

Kata Kunci: Intelegensi, Minat Siswa, dan Putusan Pemilihan Jurusan

PENDAHULUAN Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan


secara gamblang hanya dengan mencatat
Pendidikan adalah usaha sadar dan banyaknya jumlah siswa, personel yang
terencana untuk mewujudkan suasana belajar terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang
dan proses pembelajaran, agar peserta didik dimiliki, tapi lebih dari itu semua. Pendidikan
secara aktif mampu mengembangkan potensi merupakan proses yang esensial untuk
dirinya untuk memiliki kualitas spiritual mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu.
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, Secara filosofis dan historis, pendidikan
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan menggambarkan suatu proses yang melibatkan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa beberapa faktor dalam upaya mencapai
dan Negara. kehidupan yang bermakna, baik bagi individu
Pendidikan merupakan asset yang tak itu sendiri maupun masyarakat pada
ternilai bagi individu dan masyarakat. umumnya.

139
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

Pendidikan memiliki peran sentral dalam hanya dikenal di SMA dengan 3 macam
pengembangan sumber daya manusia, jurusan yaitu A (sains), B (bahasa/budaya)
demikian yang diamanatkan Undang-Undang dan C (sosial). Pengistilahan ini mengalami
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal perubahan dan spesifikasi pada masa-masa
1 ayat 1. Pengaruh pendidikan terhadap berikutnya seperti A1, A2, A3, dan A4. Dan
seseorang adalah pengaruh yang menuju akhirnya kembali seperti sekarang, penamaan
kedewasaan seorang anak, untuk menolong jurusan tidak lagi menggunakan lambang
anak yang kelak dapat dan sanggup memenuhi huruf atau angka, tetapi dengan kategori IPA,
tugas hidup dan tanggung jawabnya sendiri. IPS, dan Bahasa..
Mendidik adalah memimpin anak kearah Penjurusan diperkenalkan sebagai upaya
kedewasaan, sehingga yang dituju dengan untuk lebih mengarahkan siswa berdasarkan
pendidikan adalah kedewasaan. minat dan kemampuan akademiknya. Siswa
Agar proses pendewasaan mencapai yang mempunyai kemampuan sains dan ilmu
sasaran, maka pengembangan proses eksakta yang baik biasanya akan memilih
pembelajaran harus mengacu pada jurusan IPA, dan yang memiliki minat pada
pengembangan potensi-potensi yang terdapat social ekonomi akan memilih jurusan IPS,
pada anak didik. Karena berdasarkan potensi lalu yang gemar berbahasa akan memilih
tersebut akan lebih memudahkan pengajar jurusan Bahasa.
dalam memberi materi pengajaran, bimbingan Pemilihan jurusan saat dibangku Sekolah
dan pelatihan sesuai dengan kecerdasan, minat Menengah Atas, nampaknya merupakan hal
dan bakat peserta didik. yang cukup sulit dan membingungkan bagi
Setiap manusia dilahirkan unik dengan seorang pelajar yang duduk di kelas X, apakah
bakat dan kepribadian yang berbeda. Dalam ia akan memilih jurusan IPA atau IPS?
pendidikan di sekolah, perbedaan masing- Tentunya bukan pilihan yang mudah. Siswa
masing siswa harus diperhatikan karena dapat Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada
menentukan baik buruknya prestasi belajar jenjang yang strategis dan kritis bagi
siswa Sejalan dengan itu, Slamet Iman Santoso perkembangan dan masa depannya. Pada
(1979) mengemukakan, bahwa tujuan sekolah masa ini siswa berada di pintu gerbang untuk
yang mendasar adalah mengembangkan memasuki dunia perguruan tinggi yang
semua bakat dan kemampuan siswa, selama merupakan wahana untuk membentuk
proses pendidikan hingga mencapai tingkat integritas cita-cita yang diinginkan di masa
akhir mendatang. Siswa juga berada pada persiapan
Pada pembelajaran tingkat Sekolah untuk memasuki dunia kerja yang penuh
Menengah Atas kita mengenal adanya sistem tantangan dan kompetisi.
penjurusan, yang meliputi jurusan Ilmu Pengarahan sejak dini ini dimaksudkan
Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam untuk memudahkan siswa memilih bidang
dan Jurusan Bahasa. ilmu yang akan ditekuninya di Universitas
Penjurusan atau Course yang ditawarkan atau akademi yang tentunya akan mengarah
di level pendidikan menengah diterapkan di pula kepada karirnya kelak. Tetapi penjurusan
Indonesia sejak jaman Belanda. Sekolah HBS di tingkat SMA tidak selalu menjamin bahwa
yang merupakan Sekolah Menengah untuk seorang siswa akan memilih bidang studi
anak-anak Eropa, dan AMS yang merupakan yang sama di Universitas, karena pada
sekolah menengah atas untuk anak-anak kenyataannya banyak siswa program IPA
pribumi pertama kalinya dibagi atas 2 course yang memilih jurusan Ekonomi, Politik,
yaitu Budaya (Kelompok A) dan Sains Hubungan Internasional, atau siswa jurusan
(kelompok B). Pada masa-masa selanjutnya IPS yang memilih program Bahasa.
sistem penjurusan di Indonesia diterapkan IPA dan IPS sebenarnya tidak lebih dari
sejak SMP, yang kemudian dihapuskan pada sekedar upaya pengelompokan ilmu
tahun 1962. Sistem penjurusan kemudian pengetahuan. Tidak lebih dari itu. Bukan

140
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

anak tangga yang berbeda ketinggian. Seperti menjadi orang yang sukses. Asalkan kompeten
anggapan sebagian orang yang memandang di bidangnya. Oleh karenanya pemahaman
IPA lebih tinggi dan lebih mulia dari IPS. yang benar sejak dini, yakni sejak di bangku
Putusan para siswa dalam mengambil SMA harus diberikan kepada siswa. Agar bisa
jurusan, terkadang di pengaruhi oleh berbagai memilih jurusan dengan benar ketika
macam faktor seperti misalnya pendapat orang memasuki kelas XI. Tentu pilihan tersebut
tua, teman atau figure yang diidolakan. Jika harus disesuaikan dengan talenta yang
hanya mendasarkan pada factor-faktor tersebut dimiliki, yakni minat dan bakat siswa.
tanpa menelaah kemampuannya, seseorang
bisa mengambil putusan yang bertolak KAJIAN PUSTAKA
belakang dengan minat dan bakatnya. Hal Pengertian Intelegensi
demikian bisa menimbulkan permasalahan
dikemudian misalnya, muncul keengganan Sejak dilahirkan, manusia dilengkapi
untuk belajar sehingga menurunnya kualitas dengan otak dan beragam potensi yang dapat
dan prestasi akademik karena salah memilih dikembangkan. Melalui kecerdasan yang
jurusan. dimilikinya manusia mampu mengelola alam
Secara psikologis siswa berada pada masa dan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.
pematangan kedewasaan dan pematangan Inteligensi atau kemampuan menerima dan
diri. Salah satu aspek pematangan diri adalah memecahkan masalah adalah faktor yang
pekerjaan dan profesi. Mereka memulai menggerakkan siswa sehingga ia berhasil atau
mengidentifikasi jenis pekerjaan dan profesi gagal dalam menghadapi lingkungan
yang akan digeluti di masa mendatang yang belajarnya. Intelegensi sebagai sumber potensi
sesuai dengan bakat, minat dan kecerdasannya, belajar memiliki banyak definisi.
serta sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dalam Kamus Psikologi, kata intelegensi
Pengambilan putusan untuk memilih diartikan sebagai : (1). Kemampuan
jurusan dalam suatu bidang studi sebagaimana menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
dilakukan dalam bidang lainnya, merupakan situasi baru secara cepat dan efektif. (2).
suatu pilihan. Pemilihan jurusan merupakan Kemampuan .menggunakan konsep abstrak
hal yang kompleks dan mempengaruhi banyak secara efektif (J.P. Chaplin : 2009:253)
aspek kehidupan, karenanya harus dilakukan Garrt menyatakan bahwa "Intelligence,
dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian. includes at least the ablities demanded in the
Pemilihan jurusan menjadi bagian penting solution of problems which require the
dalam perkembangan karir pada usia remaja comprehension and use of symbols"
terus meningkat seiring dengan usia, dan (Soemanto, 2006:142). Dalam definisi Garrt
menjadi dinamika penting pada masa Sekolah ditekankan bahwa inteligensi setidak-tidaknya
Menengah Atas. Apabila pilihan telah mencakup kemampuan yang diperlukan untuk
dijatuhkan, maka berbagai konsekuensi telah pemecahan masalah-masalah yang
menanti. Ada yang gagal atau tidak sesuai memerlukan pengertian serta menggunakan
dengan yang diharapkan dan ada juga yang simbol-simbol. Masih dalam Soemanto (2006:
berhasil sesuai dengan harapan. Berhubungan 142), Bischop seorang psikolog Amerika
dengan bidang studi adalah menyangkut mengatakan : "Intelligence is the ability to
tentang masa depan peserta didik, maka slove problems of all kinds" yang berarti
apakah pilihannya akan mengantarkannya inteligensi adalah kemampuan untuk
pada kesejahteraan yang didasari oleh memecahkan berbagai jenis masalah.
kesesuaian antara kemampuan, bakat dan Definisi-definisi lain juga tak kalah
minat dengan pilihan tersebut. bervariasinya, seperti yang disampaikan oleh
Jurusan apapun yang dipilih seorang Alfred Binet, seorang psikologi Prancis, salah
alumni siswa SMA akan bisa menghantarkan satu penemu pertama alat ukur intelegensi

141
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

menggambarkan " Intelegensi sebagai sendiri" (Alfred Binet dalam Sarlito


penilaian atau disebut juga akal yang baik :2010;154).
(good sense), berfikir praktis (practical sense), Nana Syaodih (2007: 100-101)
inisiatif, kemampuan untuk menyesuaikan mengkategorikan intelegensi (kecerdasan
diri sendiri pada keadaan serta kritik pada diri intelektual) ke dalam beberapa tingkat
IQ Kategori Persentase
140 keatas Genius 0,25%
130-139 Sangat cerdas 0,75%
120-129 Cerdas 6%
110-119 Di atas normal 13%
90-109 Normal 60%
80-89 Di bawah normal 13%
70-79 Bodoh (dull) 6%
50-69 Debil (moron) 0,75%
25-49 Imbecile 0,20%
Di bawah 25 Idiot 0,05%

Nana Syaodih (2007:100-101) juga mengembangkan kemampuan intelektual


menjelaskan bahwa anak-anak yang IQ-nya siswa agar dapat berfungsi secara optimal.
di bawah 70 termasuk kelompok terbelakang. Sujanto mengidentifikasikan beberapa faktor
Umumnya mereka tidak bisa belajar pada yang mempengaruhi intelegensi yaitu :
sekolah biasa, mereka harus dididik secara 1. Pembawaan. Ialah segala kesanggupan kita
khusus di sekolah luar biasa. Anak-anak yang yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang
memiliki IQ 140 ke atas juga termasuk anak tidak sama pada tiap orang.
luar biasa tetapi luar biasa tinggi. Walaupun 2. Kemasakan. Ialah saat munculnya sesuatu
tidak bersekolah di sekolah khusus anak luar daya jiwa kita yang kemudian berkembang
dan mencapai saat puncaknya.
biasa tinggi, mereka pun membutuhkan
3. Pembentukan. Ialah faktor yang
perlakuan dan bimbingan khusus agar mempengaruhi intelegensi di masa
perkembangannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
kecerdasannya. 4. Minat. Inilah yang merupakan motor
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat penggerak dari intelegensi kita. (Sujanto,
disimpulkan bahwa inteligensi pada 2008:66)
hakikatnya adalah kemampuan umum yang Semua faktor diatas saling bersangkut paut
dimiliki seseorang untuk memperoleh berbagai satu sama lain. Untuk menetukan intelijen
macam komponen kecakapan. tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya
Masing-masing individu berbeda-beda segi berpedoman pada salah satu faktor saja.
intelegensinya karena individu satu dengan Pengertian Minat
yang lain tidak sama kemampuannya dalam Definisi Minat menurut Kamus Besar
memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapi. Bahasa Indonesia (2007:744) adalah
Masyarakat pada umumnya melihat kecerdasa "kecenderungan hati yang tinggi terhadap
atau intelegensi melalui hasil skor yang sesuatu, gairah, keiginan." Dalam Kamus
diperoleh pada tes psikologi yang dikenal Psikologi J.P. Chaplin menjelaskan bahwa
dengan tes IQ. interest (minat) adalah :
Faktor-faktor yang Mempengaruhi 1. Suatu sikap yang berlangsung terus-
Intelegensi menerus yang memolakan perhatian
Dalam lingkungan pendidikan, salah satu seseorang sehingga membuat dirinya jadi
tugas serta kewajiban pendidik adalah selektif terhadap objek minatnya.

142
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu melakukan pertimbangan dan pemikiran.


aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga Sesuai kurikulum yang berlaku di seluruh
atau berarti bagi individu. Indonesia, maka siswa kelas X SMA yang
3. Satu keadaan motivasi atau satu set naik ke kelas XI akan mengalami pemilihan
motivasi yang menuntun tingkah laku jurusan/penjurusan. Penjurusan yang
menuju arah (sasaran tertentu). ditawarkan pada tingkat Sekolah Menengah
(Chaplin,2009 : 186). Atas yang diterapkan di Indonesia, semenjak
Muhibbin Syah secara sederhana " minat jaman Belanda hingga kini selalu berubah-
berarti kecenderungan dan kegairahan yang ubah (Walgito : 2008 :191).
tinggi atau keinginan yang besar terhadap Penjurusan atau Course yang ditawarkan
sesuatu" (Syah, 2008:136). Slameto di level pendidikan menengah diterapkan di
(2003:180) menambahkan "minat terhadap Indonesia sejak jaman Belanda. Sekolah HBS
sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar yang merupakan Sekolah Menengah untuk
selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan anak-anak Eropa, dan AMS yang merupakan
minat-minat baru". Jadi minat terhadap sesuatu sekolah menengah atas untuk anak-anak
merupakan hasil belajar selanjutnya. Walaupun pribumi pertama kalinya dibagi atas 2 course
minat terhadap sesuatu merupakan hasil yaitu Budaya (Kelompok A) dan Sains
belajar dan menyokong kegiatan belajar (kelompok B). Pada masa-masa selanjutnya
selanjutnya. sistem penjurusan di Indonesia diterapkan
Minat juga merupakan suatu pemusatan sejak SMP, yang kemudian dihapuskan pada
perhatian yang tidak di sengaja yang terlahir tahun 1962. Sistem penjurusan kemudian
dengan penuh kemauannya dan yang hanya dikenal di SMA dengan 3 macam
tergantung dari bakat dan lingkungan. Minat jurusan yaitu A (sains), B (bahasa/budaya)
merupakan salah satu faktor penentu dalam dan C (sosial).
keberhasilan pendidikan. Di kurikulum 2004 dan 2006 KTSP
Minat sebenarnya bersifat subyektif karena penjurusan dilakukan setelah siswa atau
masing-masing orang dapat membeda- peserta didik naik ke kelas XI (sebutan untuk
bedakan minatnya. Minat erat sekali kelas 2 SMA) dilakukan pembagian jurusan
hubungannya dengan perasaan suka atau tidak sebagai berikut :
suka, tertarik atau tidak tertarik, senang atau a. Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (dengan
tidak senang. mata pelajaran utama : Matematika, Kimia,
Dari beberapa uraian para ahli mengenai Fisika dan Biologi).
definisi minat diatas, maka dapat disimpulkan b. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (dengan
bahwa minat pada hakikatnya adalah adanya mata pelajaran utama : Sosiologi, geografi,
rasa kecenderungan atau ketertarikan hati Sejarah dan Ekonomi).
terhadap sesuatu. Dengan adanya mnat dalam c. Jurusan Bahasa dan Budaya (dengan mata
diri seseorang dapat menjadi suatu dorongan pelajaran utama : Sastra Indonesia,
untuk melakukan sesuatu. Antropologi, seni budaya, sejarah dan
bahasa asing).
Putusan Pemilihan Jurusan di Sekolah Walaupun pada kenyataannya sekarang
Menengah Atas (SMA) ini, penjurusan di sekolah hanya terbagi
Mc. Grew dan Wilson dalam Salusu kedalam 2 jurusan yaitu jurusan Ilmu
melihat definisi keputusan yang dikaitkan Pengetahuan Sosial dan jurusan Ilmu
dengan proses: "keputusan adalah keadaan Pengetahuan Alam.
akhir dari suatu proses yang lebih dinamis" Penjurusan sebaiknya disesuaikan dengan
(Salusu, 2008:51). minat dan kemampuan siswa. Tujuannya agar
Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat kelak di kemudian hari, pelajaran yang akan
disimpulkan bahwa keputusan adalah sebuah diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah
kesimpulan akhir yang dtitetapkan setelah karena telah sesuai dengan minatnya. Sebelum

143
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

waktu penjurusan, guru BK/BP telah Sig untuk baris Intelegensi (Variabel X1).
melakukan psikotes sehingga potensi siswa Nilai thitung adalah bilangan yang tertera pada
secara psikologis lebih dapat lebih tergali dan kolom t untuk baris Intelegensi (Variabel X1).
penjurusan yang akan dilakukan tidak salah Sedangkan nilai t tabel adalah nilai tabel
arah. distribusi t untuk taraf nyata 5% dengan derajat
Keputusan pemilihan jurusan dapat kepercayaan (df = n - 2) = 58 dimana n adalah
diartikan sebagai kepastian (telah membuat banyaknya responden.
ketetapan) dalam memilih jurusan studi. Setiap Maka nilai Sig = 0,000 dan thitung = 2,982,
siswa kelas X yang akan naik ke kelas XI sedangkan ttabel = 2,002. Karena nilai Sig<
akan mengalami penjurusan studi. Siswa 0,05 dan thitung>ttabel maka H0 ditolak yang
dihadapkan pada pilihan-pilihan jurusan studi berarti terdapat pengaruh yang signifikan
yang ada di sekolah. variabel bebas X1 (Intelegensi) terhadap
variabel terikat Y (Putusan Pemilihan Jurusan).
METODOLOGI PENELITIAN
Dari hasil pengujian regresi tersebut maka
Metode yang digunakan dalam penelitian
bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
ini bersifat kuantitatif dan menggunakan
yang signifikan variabel bebas X1 (Intelegensi)
metode survei. Penelitian dilakukan pada 60
terhadap variabel terikat Y (Putusan Pemilihan
orang siswa kelas XI SMA Swasta di Wilayah
Jurusan ).
Kota Depok. Penelitian ini terdiri dari 3
variabel, yaitu variabel Putusan Pemilihan Pengaruh Minat Terhadap Putusan
Jurusan (Y) sebagai variabel terikat, variabel Pemilihan Jurusan
intelegensi (X1) dan minat siswa (X2) sebagai Untuk membuktikan hipotesis tersebut
variabel bebas. Teknik pengumpulan data adalah dengan memperhatikan nilai/bilangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang tertera pada kolom t atau kolom Sig
dengan : Teknik pengumpulan data variabel untuk baris minat (Variabel X2). Menurut
intelegensi dilakukan dengan cara melihat ketentuan yang ada, kriteria signifikansi regresi
dokumen hasil tes IQ yang telah dilaksanakan tersebut adalah "jika thitung>ttabel maka H0
sekolah. Teknik pengumpulan data variabel ditolak" atau "jika Sig< 0,05 maka H0 ditolak",
minat siswa dilakukan dengan instrumen non yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
tes berbentuk kuesioner. Teknik pengumpulan signifikan variabel bebas X2 terhadap variabel
data variabel putusan pemilihan jurusan terikat Y. Nilai Sig adalah bilangan yang tertera
dilakukan dengan instrumen non tes berbentuk pada kolom Sig untuk baris Minat siswa
kuesioner. Putusan pemilihan jurusan (Variabel X2). Nilai thitung adalah bilangan
dijadikan sebagai variabel terikat yang tertera pada kolom t untuk baris Minat
siswa (Variabel X2). Sedangkan nilai ttabel
HASIL PENELITIAN adalah nilai tabel distribusi t untuk taraf nyata
Pengaruh Intelegensi Terhadap Putusan 5% dengan derajat kepercayaan (df = n - 2)
Pemilihan Jurusan = 58 dimana n adalah banyaknya responden.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut Maka nilai Sig = 0,000 dan thitung = 3,711,
adalah dengan memperhatikan nilai/bilangan sedangkan ttabel = 2,002. Karena nilai Sig<
yang tertera pada kolom t atau kolom Sig 0,05 dan thitung>ttabel maka H0 diterima yang
untuk baris Perhatian Orang Tua (Variabel berarti terdapat pengaruh yang signifikan
X1). Menurut ketentuan yang ada, kriteria variabel bebas X2 (Minat Siswa) terhadap
signifikansi regresi tersebut adalah "jika variabel terikat Y (Putusan Pemilihan Jurusan).
thitung>ttabel maka H0 ditolak" atau "jika Sig< Dari hasil pengujian regresi tersebut maka
0,05 maka H0 ditolak", yang berarti bahwa bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
terdapat pengaruh yang signifikan variabel yang signifikan variabel bebas X2 (Minat
bebas X1 terhadap variabel terikat Y. Nilai Siswa) terhadap variabel terikat Y (Putusan
Sig adalah bilangan yang tertera pada kolom Pemilihan Jurusan).

144
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

Pengaruh Intelegensi dan Minat Terhadap Variabel terikat Keputusan Pemilihan Jurusan
Putusan Pemilihan Jurusan (Y).
Dari deskripsi data setelah dilakukan Dari hasil pengujian korelasi maupun
analisis korelasi terlihat bahwa koefisien regresi tersebut maka bisa disimpulkan bahwa
korelasi ganda pengaruh variabel bebas terdapat pengaruh yang signifikan variabel
Intelegensi (X1) dan minat siswa (X2) secara bebas Intelegensi (X1) dan minat siswa (X2)
bersama-sama terhadap keputusan pemilihan secara bersama-sama terhadap Keputusan
jurusan (Y) adalah sebesar 0,535. Pemilihan Jurusan (Y).
Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa
koefisien korelasi tersebut signifikan, dengan SIMPULAN
kata lain bahwa terdapat pengaruh yang Dari penelitian yang bertujuan untuk
signifikan variabel Intelegensi (X1) dan minat mengetahui pengaruh intelegensi dan minat
siswa (X2) secara bersama-sama terhadap siswa terhadap putusan pemilihan jurusan
keputusan pemilihan jurusan (Y). pada siswa kelas XI SMA Swasta di Kota
Sedangkan koefisien determinasinya Depok, diperoleh kesimpulan bahwa faktor
sebesar 28.7% menunjukkan bahwa besarnya intelegensi dan minat siswa memiliki pengaruh
kontribusi variabel bebas Intelegensi (X1) terhadap putusan pemilihan jurusan.
dan minat siswa (X2) secara bersama-sama Pengambilan putusan tentang pemilihan
mempengaruhi variabel keputusan pemilihan jurusan akan lebih baik jika
jurusan (Y) adalah sebesar 28.7%, sisanya mempertimbangkan kemampuan intelegensi
(71.3%) karena pengaruh faktor lain. agar ketika menjalani proses belajar, siswa
Sedangkan untuk pengujian hipotesis dapat melalui proses tersebut tanpa hambatan
melalui analisis regresi diperoleh hasil dan memperoleh prestasi yang memuaskan.
perhitungan diperoleh persamaan garis regresi Dengan adanya minat siswa terhadap jurusan
yang merepresentasikan pengaruh variabel yang diambil, proses belajar akan lebih
X1 dan X2 terhadap variabel Y, yaitu Y = bergairah dan prestasi yang diharapkan akan
28,730 + 0,286 X1 + 0,441 X2. tercapai.
Sedangkan pengujian signifikansi garis
regresi tersebut adalah dengan memperhatikan SARAN
hasil perhitungan yang ada. Menurut ketentuan Pertama; Pemilihan jurusan bagi siswa
yang ada, kriteria signifikansi regresi tersebut SMA merupakan hal yang sangat penting bagi
adalah "jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak" atau masa depan siswa tersebut. Untuk itu
"jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak", yang penelusuran minat dan bakat siswa harus
berarti bahwa koefisien regresi tersebut dilakukan secara seksama dan hati-hati,
signifikan, dengan kata lain terdapat pengaruh sehingga tidak sampai terjadi salah pilih
yang signifikan variabel bebas X1 dan X2 jurusan.
terhadap variabel terikat Y. Dari hasil Kedua; Kegiatan penelusuran minat dan
pengujian terlihat bahwa nilai Sig = 0,000 bakat atau inteligensi hendaknya dilakukan
dan Fhitung = 11,454, sedangkan Ftabel = 3,159. oleh ahli psikologi melalui serangkaian tes,
Karena nilai Sig < 0,05 dan Fhitung >Ftabel dan wawancara.
maka H0 ditolak yang berarti bahwa koefisien Ketiga; Perlu penelitian lebih lanjut yang
regresi tersebut signifikan. Dengan kata lain memasukkan variabel selain Intelegensi dan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan minat siswa sebagai prediktor yang lebih
variabel bebas Intelegensi (X1) dan Minat lengkap bagi Putusan Pemilihan Jurusan
siswa (X2) secara bersama-sama terhadap siswa. Intelegensi dan minat siswa

145
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. II No. 2 Juli 2015

menyumbang sebesar 28.7% terhadap variasi Syah, Muhibin. 2008. Psikologi Pendidikan
Putusan Pemilihan Jurusan. Jadi masih ada dengan Pendekatan Baru: Edisi Revisi.
71.3% lagi sumber variasi Putusan Pemilihan Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jurusan yang tidak bisa dijelaskan oleh
Intelegensi dan minat siswa. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Salusu, J. 2008. Pengambilan Keputusan
Chaplin, J.P., 2009. Kamus Lengkap Stratejik (Untuk Organisasi Publik da
Psikologi, edisi Indonesia oleh Kartini Organisasi Nonprofit). Jakarta: Grasindo
Kartono, Jakarta: Rajawali Pers.
Walgito, Bimo. 2008. Bimbingan dan
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Konseling (Studi dan Karir).
Jakarta: PT Rineka Cipta. Yogyakarta: Andi.

Sarwono, Sarlito W. 2010. Pengantar Syaodih Sukmadinata, Nana, 2007. Landasan


psikologi umum, Jakarta: Rajawali Pers. Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda karya.
Sujanto, Agus. 2008. Psikologi umum. Jakarta:
Bumi Aksara.

146

Anda mungkin juga menyukai