Anda di halaman 1dari 2

Nama : RISKI GUSRI UTAMI

Instansi : Prodi Tata Boga, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan, Universitas Negeri Padang

Angkatan : XV

Kelompok : II

Tugas : LEASSON LEARN AGENDA III

Agenda tiga (3) ini mengajak kami untuk memahami tentang konsep Manajemen ASN dan
SMART ASN. Pada materi manajemen ASN kami diharapkan mampu untuk memahami kedudukan,
peran, hak dan kewajiban, kode etik ASN, dan konsep system merit dalam pengelolaan ASN.

Manajemen ASN dapat diartikan sebagai pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intevensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pada pertemuan pertama di agenda tiga, kami sempat diajak
berefleksi terhadap contoh-contoh tindakan yang mungkin bisa terindikasi gratifikasi, sebagai salah
satu bentuk dari tindak pindana korupsi. Sebagai ASN kami harus meningkatkan pemahaman kami
tentang gratifikasi itu sendiri, agar kami dapat memilah mana yang memang gratifikasi dan harus
segera dilaporkan dan mana yang bukan gratifikasi. Menurut saya pribadi, pemberian hadiah akan
terindikasi gratifikasi apabila dalam pemberian tersebut terdapat “pesan” yang dapat mempengaruhi
keputusan yang akan kita keluarkan terkait dengan jabatan kita, sehingga mungkin dapat melanggar
hak orang lain dan menguntungkan si pemberi tersebut. Berdasarkan tugas tentang manajemen ASN
di Instansi yang diberikan kepada kami, akhirnya kami menemukan bagaimana caranya agar kita bisa
melindungi diri dari tidak gratifikasi atau jenis korupsi lainnya. Maka dari itu sebagai ASN yang perlu
diketahui agar dapat terhindar dari ancaman hukum akibat dari gratifikasi adalah; Melaporkan setiap
pemberian yang diterima kepada KPK atau kepada pimpinan, tidak menerima semua pemberian yang
dilakukan oleh orang yang patut diduga akan mendapat keuntungan, dan tidak menerima semua
pemberian yang berkaitan dengan jabatan yang sedang diemban.

Manajemen ASN ini diarahkan untuk mengatur profesi pegawai suatu instansi agar dapat
tersedianya sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul dan selaras dengan perkembangan zaman.
Seorang ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya, dan terus mengutamakan pelayanan publik. Sebagai seorang dosen, saya
menyadari mahasiswa adalah masyarakat yang harus saya layani, oleh karena itu saya akan berusaha
semaksimal mungkin melayani mereka dengan sepenuh hati. Pada pertemuan pertama, kami di
contohkan sebuah kasus dimana mahasiswa mengirim skripsi disaat weekend, dan menginginkan
seorang dosen untuk segera memeriksa pada hari tersebut. Sebagai seoarang dosen pelayanan ini
wajib dilaksanakan walaupun itu disaat weekend, namun mungkin kita juga harus membantu mendidik
mereka dalam kasus ini, agar bisa menghargai orang lain disaat memang hari istirahatnya. Ada dua hal
yang dapat dilakukan, pertama kita bisa mencegahnya, dengan cara menginformasikan bahwa segala
tugas harus dikirim di hari kerja, agar mereka terbiasa disiplin. Disiplin waktu tidak hanya mereka
butuhkan disaat masih menjadi mahasiswa, tetapi juga untuk menghadapi dunia kerja nanti. Bukankah
di perusahaan tidak semua atasan mau meluangkan waktu libur nya untuk melayani staff? Kedua jika
memang situasi nya mendesak, kita juga harus mengajarkan mereka bagai mana bertanggung jawab.
Contoh, jika mereka mengirim di hari sabtu, setelah kita periksa, kita bisa lansung mengirim feedback
dan mengharapkan mereka menanggapi feedback tersebut paling lambat pada hari senin, jadi mereka
tidak hanya melempar tanggung jawab tetapi belajar bertanggung jawab.
Konsep sistem merit diperlukan dalam pengelolaan ASN sebuah instansi. Sistem merit ini
merupakan kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan. Sistem merit harus ditetapkan
pada proses rekruitmen pengangkatan, penempatan, dan promosi, yang harus dilakukan secara
terbuka dan kompetitif. Namun, pada kenyataannya masih banyak kita lihat instansi-instansi yang
belum menerapkan sistem merit ini secara maksimal. Ini dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi
kami sebagai ASN muda di Indonesia. Disaat kami nanti menjadi seorang pemimpin, atau dari hari
pertama kami menjadi ASN kami harus selalu mengutamakan kejujuran dan keadilan dalam setiap
keputusan, kebijakan, dan tindakan yang akan kami ambil. Jujur dan adil mulai dari hal-hal kecil,
berusaha menjadi pribadi yang ideal dan taat pada hukum, berintegritas dan professional dalam
bekerja, karna kita hidup didunia ini hanya sebentar, dan menjadi ASN juga tidak menjadikan kita kaya
secara materi, lalu apa lagi yang bisa cari selain berkah, ridho, dan pahala dari Allah SWT?

Materi kedua pada Agenda III ini adalah mengenai SMART ASN. Materi ini mengharapkan kita
sebagai ASN dapat mengimbangi perubahan yang begitu cepat, terutama dalam bidang teknologi,
informasi, dan komunikasi. Kita diharapkan memahami konsep efisiensi, inovasi, efektifitas dan mutu
sebuah komunikasi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan program pemerintah khususnya yang
berkaitan dengan literasi digital dan implementasi literasi digital tersebut dalam kehidupan sosial dan
dunia kerja Sebagai ASN kita harus mengetahui kompetensi dari literasi digital yang terdiri atas digital
skills atau kecakapan menggunakan media digital, digital ethic atau etika menggunakan media digital,
digital culture yaitu budaya menggunakan media digital, dan digital safety atau keamanan
menggunakan media digital. Pelajaran yang dapat saya ambil dalam memahami digital skill adalah
bahwa sebagai ASN saya harus terus belajar dan meningkatkan kompetensi diri terhadap perangkat-
perangkat atau teknologi yang terus berkembang. Hal ini akan sangat dibutuhkan baik bagi saya
sendiri dalam meningkatkan kualitas belajar dan mengajar, dan untuk organisasi saya dimana mereka
dapat mengandalkan saya sebagai SDM nya dalam menggunakan teknologi digital. Sedangkan,
pelajaran yang saya ambil mengenai digital ethics adalah saya harus lebih meningkatkan kesadaran
saya dan mempertimbangkan segala apapun yang akan saya lakukan dalam mendalami dunia digital,
seperti misalnya menyebarkan informasi yang bersumber dari sumber yang valid atau lebih berfikir
sebelum menyebarkan hal-hal yang belu tentu kebenarannya melalui platform media sosial saya. Saya
sebagai seorang dosen di sebuah instansi menyadari pentingnya literasi digital, terutama untuk
memaksimalkan pelayanan bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, sebagai dosen dan ASN saya akan
terus memegang nilai-nilai SMART ASN yang diantaranya adalah integritas, nasionalisme,
profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, berjiwa hospitality, berjiwa
entrepreneurship, dan memaksimalkan jaringan untuk memaksimal fungsi dan tugas saya sebagai
SMART ASN.

Demikianlah beberapa pelajaran yang dapat saya ambil selama mempelajari modul Agenda III
ini, semoga saya dan teman-teman ASN selalu berusaha meningkatkan kapasitas kami sebagai sumber
daya manusia terbaik yang dimiliki oleh negara Indonesia dan instansi kami.

Anda mungkin juga menyukai