bahasa Yunani yang secara etimologi berasal dari kata phainomenon yang memiliki arti “yang
tampak”, serta lógos yang berarti “ilmu” (Adian, 2016: h 5). Fenomenologi berarti uraian tentang
phenomenon atau sesuatu yang sedang menampilkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala
subjek dengan objek, dan subjek bertindak sebagai instrumen untuk mengungkap makna di balik
suatu realitas menurut pengakuan, pendapat, perasaan dan kemauan dari objeknya.)
Dhonny (dalam Hajaroh, 2013: h 450) menyebutkan bahwa fenomenologi adalah ilmu
mengenai esensi ideal atas obyek-obyek sebagai korelasi dengan kesadaran. Fenomenologi
merupakan sebuah studi filsafat mengenai struktur pengalaman dan kesadaran. Fenomenologi
juga dapat digunakan sebagai sarana pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman
manusia. Pencetus prinsip penelitian ini ialah Edmund Husserl (1859-1938) yang
mengembangkan ide mengenai dunia kehidupan. Studi fenomenologi dapat digambarkan sebagai
penerapan metode kualitatif untuk mengeksplorasi dan menemukan makna umum dari suatu
Edmund husserl (dalam Endraswara, 2021: h 43) menyatakan bahwa obyek ilmu tidak
terbatas pada sesuatu yang empirik, namun juga mencakup fenomena yang tidak lain terdiri atas
persepsi, pemikiran, kemauan, serta keyakinan subjek yang menuntut pendekatan holistik,
menundukkan objek penelitian dalam suatu konstruksi ganda, melihat objek dalam suatu konteks
natural, serta bukan parsial. Maka dari itu fenomenologi lebih menggunakan tata pikir logik
dibanding linier kausal. Penelitian fenomenologi bertujuan untuk membangun ilmu ideografik
budaya itu sendiri. Prinsip penelitian ini lebih menekankan pada rasionalitas serta realitas budaya
yang sudah ada karena realitas dipandang lebih penting dibandingkan dengan teori.
1) Kenyataan ada dalam diri manusia baik sebagai individu maupun kelompok selalu bersifat
majemuk atau ganda yang tersusun secara kompleks, dengan begitu hanya dapat diteliti
2) Hubungan antara peneliti dengan subjek inkuiri saling memengaruhi, keduanya sulit untuk
dipisahkan
4) Sulit membedakan sebab dan akibat karena situasi yang berlangsung secara simultan
fenomenologi adalah bahwa pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari
gejala realitas itu sendiri. Dalam perkembangannya, fenomenologi terbagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya:
3) Fenomenologi transendental
4) Fenomenologi eksistensial
Fenomenologi eksistensial menentukan pengertiannya melalui gejala budaya yang
semata-mata tergantung pada individu. Refleksi individual menjadi acuan bagi individu itu
menafsirkan pengalamannya sendiri melalui interaksi. Peneliti juga diharapkan cukup bijaksana
dalam prosesnya dengan cara memberi penekanan pada subjek penelitian untuk memaknai tindak
terstruktur. Menurut Phillipson, fenomena tersebut berkaitan dengan suatu persepsi yaitu