Anda di halaman 1dari 6

Tugas

Disusun oleh :

Salsabila Chustiarani
XII-MIPA 5 / 29

SMA NEGERI 1 KREMBUNG


TAHUN PELAJARAN 2021-2022
Mempercayai qada’ dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib
diyakini oleh umat Islam. Iman kepada qada’ dan qadar artinya meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-
Nya.
menurut bahasa berarti “menentukan atau memustuskan”, sedangkan
menurut istilah yaitu segala ketentuan Allah Swt. sejak zaman azali (zaman
dahulu sebelum diciptakan alam semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk-Nya.
menurut bahasa berarti “memberi kabar, aturan, atau ketentuan”,
sedangkan menurut istilah yaitu perwujudan dari qada’ atau ketetapan Allah Swt.
dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.
Dari pengertian tersebut, maka qadar merupakan takdir yang masih dapat
diubah oleh manusia dengan cara berikhtiar dengan sungguh-sungguh, berdoa,
dan bertawakal. Sedangkan, qada’ merupakan sebuah ketetapan dari Allah Swt.
yang tidak dapat diubah oleh manusia.
Hubungan antara qada’ dan qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan, Karena qada’ diibaratkan “rencana”, sedangkan qadar
sebagai “perwujudan atau kenyataan” yang terjadi. Qada’ adalah ketetapan yang
masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka
kejadian nyata itu bernama qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud adalah qada dan
qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir
muallaq.
1. Takdir Mubram
Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat diubah
atau tidak dapat diubah oleh siapa pun.
Contoh takdir mubram yaitu kematian, jodoh, jenis kelamin, bencana alam
dan hari kiamat.
2. Takdir Muallaq
Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah melalui usaha
manusia. Setiap hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk
berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Firman Allah swt.
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS
At Ra'd: 11).
Contoh takdir muallaq yaitu kepandaian seseorang, kesehatan seseorang,
kesuksesan seseorang, dan sebagainya.
Allah Sesuai Prasangka Hamba-Nya
Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah, dalam kondisi apapun.
Aku tahu pasti hasilnya, karena terlalu sering aku mengalami banyak hal yang
semua berpangkal pada satu, khusnudzon sama Allah. Dulu, aku memutuskan
kuliah karena aku yakin ayah dan kakakku mau membiayaiku, dan tidak akan
membuatku telantar. Tapi keyakinan itu sirna, setelah Ayah dipanggil olehNya,
dan penghasilan kakakku (satu-satunya orang yang berpenghasilan tetap di
keluargaku) hanya cukup untuknya hidup. Bayangkan, gaji kakakku yang hanya
500 ribu sebulan, mana cukup untuk kehidupanku dan biaya kuliahku, untuk
dirinya sendiripun aku rasa kurang dari cukup (dalam kacamata manusia),
sedangkan biaya satu semesterku minimal untuk SPP 700 ribu.
Namun, beruntunglah diriku saat itu. Saat dimana pemahamanku tentang
konsep iman, konsep rejeki dan konsep qada qadar sudah mengakar kuat.
Alhamdulillah, keyakinan pada pertolongan Allah lah yang membuatku selalu
merasa bisa dan mampu bertahan, apapun yang nanti aku alami. Tentu dengan
berusaha menunjukkan padaNya, bahwa aku layak mendapatkan pertolonganNya
(Muhammad : 7). Hanya karena kemudahanNya lah, aku mendapatkan lima
beasiswa dalam kurun selama 5 tahun kuliah. Jumlah terbanyak yang pernah
diraih oleh mahasiswa dimana tempatku belajar serta tawaran mengajar privat
disana-sini, tanpa perlu bersusah payah mengajukan lamaran ke sebuah lembaga
bimbingan belajar.
Karena kemudahanNya lah, aku mampu mengasah keterampilan
menjahitku, secara otodidak, dari hanya memasarkan produk kain flannel secara
kecil-kecilan, hingga diberi kemudahan rejeki untuk membeli mesin jahit dan
mesin obras, lalu menjalankan usaha jahitku saat itu. Akupun mampu memenuhi
kebutuhanku sendiri, sejak sebelum lulus. Aku selalu ingat cerita yang selalu
kuberikan pada para siswa SMP binaanku, cicak yang merayap pun selalu bisa
mendapatkan nyamuk yang terbang, itulah kemurahan Allah. Maka jangan
pernah berputus asa dari rahmatNya. Dulu, sering aku tak memegang uang
sepeserpun di tangan, sedangkan mau pinjam lagi ke kawan satu kostan terbersit
rasa malu, karena hutang yang kemarin pun belum mampu kulunasi. Tapi aku
selalu yakin, Allah tak akan pernah menelantarkan hambaNya, selama kita yakin
akan pertolonganNya. Dan sering, disaat rasa laparku tak mampu tertahan lagi,
ada yang tiba-tiba membayar daganganku, sekalipun mungkin hanya 5 ribu saja,
Alhamdulillah, setidaknya aku bisa makan malam nanti dan esok pagi.
Atau ketika aku tak punya cukup ongkos untuk sekedar mudik ke kampung
halaman, Subhanallah, dosenku yang baik saat itu, menawarkan pinjaman kepada
mahasiswanya, dan kau tahu, aku mengembalikan uang pinjaman itu pada lebaran
tahun berikutnya. Atau ketika aku butuh dana untuk penelitian saat itu, iseng
kugesekkan KTM ku, berharap masih ada sisa beasiswa yang terkirim. Padahal
aku tahu, beasiswa itu sudah habis masa berlakunya, karena 2 bulan sebelumnya
aku selalu mendapati KTM ku kosong. Tapi memang kebiasaanku saat itu, setiap
mengantar teman ke ATM, aku sering iseng menggesekkan KTM ku, dan
Subahanallah, lagi, aku tak menyangka beasiswa itu akhirnya terkirim lagi,
sebagai perpanjangan tahun berikutnya. Kejadian-kejadian kecil itu, selalu
membuatku tak bisa untuk bersu'udzon kepadaNya. Aku hanya mampu
menangis, karena Allah begitu menyayangiku, sekalipun diri ini berlumpur dosa
dan maksiat. Astaghfirullah... Dan cerita tak berhenti sampai disini. Aku ingat
saat penelitian, aku sengaja mengambil proyek dosen dengan topik dan masa
penelitian yang mudah dan singkat, disamping mencari yang ada penyandang
dananya, salah satunya untuk mempercepat proses kelulusanku, yang kutarget tak
lebih dari 4 tahun.
Di tengah jalan, ternyata tak semudah yang kubayangkan. Dari kesalahan
penyiapan bahan, tempat penelitian yang harus mengantri dan bahan-bahan
penelitian yang harus kutanggung dulu, karena dana yang belum cair. Tapi
Alhamdulillah, aku tak harus mengulang sekalipun ada kesalahan penyiapan
bahan, lalu tempat yang mengantri membuatku mengenal penelitian di topik yang
sama yang akhirnya memudahkan saat proses penulisan, dan kemunduran
pencairan dana akhirnya ditanggung oleh kawan yang satu penelitian denganku,
walaupun kelulusanku akhirnya mundur sekitar enam bulan dari target awal.
Subhanallah, betapa indah rencanaMu ya Allah, yang tak akan mungkin mampu
kuurai, bagaimana ini semua bisa terjadi? Apakah masih ada cerita lain? Ya,
masih ada dan mungkin belum akan selesai hingga aku menghadapNya. Aku
ingat, salah satu impianku adalah mengajar di salah satu SDIT favoritku di kota
tempatku kuliah.
Dan kau tau, tahun kelulusanku adalah tahun dimana SDIT tersebut
membutuhkan banyak guru, karena perluasan kelas dan beberapa guru yang
memutuskan keluar. Yah, aku diterima, sesuatu yang dulu kupikir sangat sulit,
melihat banyak kakak tingkatku yang gagal (bahkan aku merasa kualitas mereka
lebih baik dariku) ketika mendaftar dulu. Subhanallah, Kau meluluskanku di
tahun yang tepat ya Allah. Lagi? Tentu saja. Di tengah perjalanan, ketika usia
mengajarku baru menginjak dua bulan, kakak memintaku pulang, karena Mamak
tercintaku membutuhkan kehadiranku. Walaupun aku harus meninggalkan semua
mimpiku disini, lagi-lagi aku yakin, mungkin Allah punya rencana lain dengan
semua ini. Dan ternyata iya, disinilah aku akhirnya membangun mimpi
selanjutnya. Sungguh tak disangka, saat kepulanganku adalah saat dimana sebuah
balai penelitian tanaman perkebunan, membutuhkan seorang peneliti. Apakah
sebuah kebetulan? Bukan, karena inilah skenario Allah yang Maha Indah. Mereka
membutuhkan peneliti bukan pada saat harus membuka lowongan.
Balai itu membutuhkan peneliti, karena salah satu peneliti yang baru
direkrutnya memutuskan keluar, dan dia berada pada bidang yang kutekuni saat
kuliah, Pemuliaan Tanaman. Kau tahu kan, jika dia tak keluar, maka lowongan
itu tak mungkin ada, dan jika bukan bidangku, maka akupun tak akan mungkin
diterima, karena syarat seorang peneliti adalah sesuai dengan bidang
kepakarannya. Entah mengapa aku yakin sekali, inilah jalanku, sekalipun saat itu
aku harus melewati banyak kandidat yang lain dan hanya satu orang yang
direkrut. Dan Alhamdulillah, Subhanallah, lagi dan lagi, rasa syukur tak hentinya
kupanjatkan pada Dzat Yang Maha Pengasih. Menjadi peneliti, membuatku
meraih mimpi-mimpiku. Mimpi memiliki publikasi skala nasional bahkan
internasional, mimpi menjelajah Nusantara bahkan luar Negara, mimpi memiliki
jaringan hingga ke pelosok negeri, dan tentu saja, selalu berada dekat dengan
Mamak tercintaku.
Subhanallah, maka alasan apa yang membuat kami harus
bersu'udzon kepadaMu? Lagi, di tahun pertama aku bekerja, kakak
ketigaku terlilit hutang sebagai akibat kebangkrutan usahanya, bahkan hingga
puluhan juta. Hingga gaji tahun pertamaku harus tersisih untuk turut melunasi
hutang-hutangnya. Tapi Alhamdulillah, Allah memberiku cahayaNya hingga bisa
melihat segala permasalahan dengan jernih, dan mengambil hikmah tentunya.
Rumah peninggalan ayah di kota tempatnya bekerja, akhirnya kami jual. Berkat
penjualan rumah itu, kami akhirnya mampu memperbaiki rumah yang ditinggali
Mamak yang kondisinya sudah hampir ambruk, disamping untuk melunasi
hutang-hutangnya. Ya, aku yakin Allah membuka kami jalan untuk menjual
rumah itu, karena Maha Tahu apa yang paling tepat diberikanNya untuk kami.
Dan tentu saja, tentang jodoh. Aku sudah tak menghitung lagi, berapa
proses kulewati dan selalu berakhir dengan kegagalan. Tapi aku selalu yakin,
kelak, Allah akan memilihkan seseorang untukku di saat yang tepat. Aku ingat
perkataan guru mengajiku saat itu... "Jodoh itu dari Allah, maka mintalah sama
Allah, dan upayakan diri kita layak mendapatkan jodoh dariNya", Yah, aku
akhirnya sadar, jangan pernah menyalahkan orang yang meninggalkan kita,
jangan pernah menyalahkan mereka yang tak ikhlas menerima kita, terlebih
jangan pernah menyalahkan takdir. Tapi teruslah ukur diri kita, sudahkah kita
layak mendapatkan jodoh terbaik dariNya? siapkah kita saat Allah menjodohkan
kita dengan manusia pilihanNya? maka fokuslah pada apa yang bisa kita
upayakan, jangan fokus kepada hal-hal yang diluar kemampuan kita, karena
menentukan siapa dan kapan jodoh kita, adalah HAK Allah semata. Dan tahukah
kau, dulu aku pernah berharap mendapatkan seseorang yang mau menemaniku di
kota kelahiranku, dan memiliki kemampuan berwiraswasta yang mumpuni, selain
sholeh dan giat berdakwah tentunya.
Dan Subhanallah, ternyata sosok seperti itu akhirnya dihadirkanNya di
hadapanku. Dan dia, ya Allah, laki-laki itu begitu ikhlas menerimaku... sesuatu
yang aku yakin, Jika Kau sudah memudahkannya, maka tak ada satupun yang
bisa menyulitkannya. Dan nanti ya Allah, jika aku kehilangan apapun yang aku
sukai, apapun yang aku sayangi, dan apapun milikMu yang Kau titipkan padaku,
aku yakin Kau telah menyiapkan ganti yang lebih baik, dan rencanaMu ya Allah,
adalah rencana yang terindah, skenario mengagumkan yang hanya akan terlihat
indah, pada mereka yang berkhusnudzon pada setiap ketetapanMu... "Duhai
Tuhanku, karuniakan padaku ilham agar aku selalu mensyukuri .... nikmat-Mu
yang Kau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku, ... dan agar aku
selalu beramal shaleh yang Kau ridhai. Dengan rahmat-Mu ... masuk ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh." (An-Naml/27:19).

Anda mungkin juga menyukai