Anda di halaman 1dari 2

LAMBAT BUKAN BERARTI TERLAMBAT

Oleh Nida Afitri

Seringnya kita melihat “Bunga tumbuh dalam satu tanaman tidaklah semua bermekaran
secara bersamaan”, begitupun manusia. Manusia lahir dalam tanah dan waktu yang sama pun
mempunyai waktu yang berbeda untuk mencapai waktu suksesnya. Adakalanya, seseorang
menemui ajalnya dimasa muda, ada yang mendapatkan kesuksesan dimasa muda, ada juga yang
diberi tulang yang kuat untuk terus bertahan ditengah keterpurukan ekonomi keluarga. Nyatanya
manusia hanyalah bisa berencana tetapi Tuhan lah yang memiliki ketetapan Nya. Tetapi sampai
kapan manusia terus berencana tanpa adanya perubahan ? Sampai kapan manusia hanya pasrah
dan bergelut dalam lamunan akan nasibnya ?, karena pada dasarnya Allah tidak akan merubah
nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang menrubahnya.
Begitupun dengan kehidupan yang dialami saya. Masih teringat betul, suara sorak
bergemuruh disetiap penjuru sudut sekolahan ketika pengumuman kelulusan. Saat itu, saya
sudah membayangkan akan kemana langkah selanjutnya yang akan saya ambil. Namun Allah
punya kehendak lain. Rencana pertama untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan
harus tertunda karena saya gagal seleksi SNMPTN dan SMBTN saat itu. Tetapi hal itu tidak
mengubah semangat saya untuk tetap terus berusaha melanjutkan impian saya untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang perkuliahan. Saat itu juga saya memutuskan untuk mengambil kursus
Bahasa Inggris selama 6 bulan di daerah Pare, Kediri. Pikir ku, semua akan berjalan sesuai
rencana, namun lagi lagi Allah memiliki kehendak lain. Pada bulan kelima, saya mendapat kabar
bahwa Ayah jatuh sakit. Sedih, gelisah dan perasaan kacau bersatu menjadi satu didalam otak
saya. Begitu banyak yang saya pikirkan, harus bagaimana dan kemana lagi langkah saya harus
melangkah ?. tanpa berpikir panjang saya memutuskan untuk bekerja untuk membantu
perekonomian keluarga ditengah-tengah teman sebaya saya mengenyam pendidikan perkuliahan.
Saya mencoba melamar pekerjaan kesana kemari, namun tidak membuahkan hasil. Saat itu saya
memustukan untuk memulai pekerjaan pertama saya sebagai penjaga stand jajanan dipinggir
jalan milik kaka saya. Setelah 2 bulan, saya mendapatkan panggilan pekerjaan dari perusahaan
yang saya lamar dan saya dinyatakan lolos. Saya kira rasa sedih yang selama ini dipendam akan
hilang dengan berjalannya waktu, tetapi banyak hal yang membuat rasa sedih saya semakin
menjadi-jadi. Ditempat kerja yang seharusnya membuat kta senang karena mendapatkan uang,
tenyata banyak tangisan yang dipendam. Terlalu banyak sakit batin yang dialami, mulai dari
deskriminasi sosial, bullying dan lain-lain. Tetapi, Ayah dan Ibu menguatkan saya. Selama 4
tahun saya mencoba bertahan, ternyata Allah mempunyai kehendak lain. Ayah yang selama ini
membuat saya semangat, yang selalu menjadi support system terbaik saya harus dipanggil
kembali kepada sang Penciptanya. Ibu pun berkata jangan menjadi lemah atas segala cobaan
yang diberi oleh sang Pencipta. Raut wajah ibu menguatkan saya kembali, saya mencoba
mengembalikkan semangat saya yang hilang. Saya pikir, kehidupan ini akan berhenti berjalan
sepeninggalan ayah, nyatanya kehidupan ini akan terus berputar tanpa peduli atas rasa sakit yang
kita alami. Saya mencoba lagi bekerja setahun untuk mengumpulkan modal untuk biaya
mengenyam pendidikan kuliah. Ibu memberi semangat pada ku untuk melanjutkan impian saya
yang telah tertunda bertahun-tahun, yaitu menuntut ilmu lebih tinggi.
Akhirnya saya merubah persepektif saya tentang kehidupan. Sebelumnya saya berpikir
harus memulai segalanya dengan waktu yang selalu sama dengan orang lain, namun pada
akhirnya, saya belajar dari kalimat “Bunga tumbuh dalam satu tanaman tidaklah semua
bermekaran secara bersamaan”. Saya pun sadar, saya diberi tulang yang kuat oleh Tuhan agar
saya bisa lebih dulu mencoba membahagiakan ayah sebelum beliau pergi daripada saya harus
mengejar impian saya terlebih dahulu. Saat ini, akhirnya saya bisa memulai mengejar impian
saya untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi yaitu kuliah diwaktu yang sudah terbilang tidak
muda lagi. Dimana saya juga harus berlomba dengan umur ibu saya, dimana rasa takut tidak
diterima dalam pertemanan yang terpaut jauh dengan teman sekelas. Benar “Lambat bukan
berarti terlambat”. Memulai hal baik yang berdasarkan atas tujuan mulia itu tidak bisa diukur
dengan lambat atau tidaknya waktu kita untuk memulai, tetapi bagaimana kita bisa tetap
konsisten atas apa tujuan hidup yang ingin kita capai.

BIODATA PENULIS
NIDA AFITRI, Lahir di Bebes, Jawa Tengsh. Saat ini menjadi mahasiswa program studi
Keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jika ingin menghubunginya bisa
melalui email afitrinida01@gmail.com, IG @afitrinidaa.

Anda mungkin juga menyukai