Anda di halaman 1dari 5

ETIKA DAN KODE ETIK

Untuk menghindari kekeliruan perlu diuraikan batasan kode etik agar lebihj mudah
dipahami maksudnya. Etika berasal dari bahasa Yunani dari kata “Ethos” yang berarti
kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku manusia. Dari bahasa Inggris “Ethis” yang mempunyai
pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang
tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Kode etik
adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi didalam melaksanakan tugas
profesinya dan didalam hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu perlu dibahas tentang etika
dan kode etik.

A. Pengertian Etika
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakekatnya berkaitan dengan
falsafah dan moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk dimasyarakat dalam
kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma / nilai. Dikatakan
“Kurun waktu tertentu” karena etik dan moral akan berubah dengan lewatnya waktu.
Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat. Maka didalam literature, dinamakan juga
“Filsafat Moral” yaitu suatu system prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk
sikap tindakan manusia. Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan
serta mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau
buruk. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari
tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia.
Sedangkan moral adalah mengenai apa yang dinilai “seharusnya” oleh masyarakat.
Etik dalam tulisan ini diartikan sebagai moral yang ditujukan kepada profesi. Oleh karena
itu etik profesi sebaiknya juga berbentuk normative.
Etika yang lebih khusus dikonkritkan seperti didalam etik kedokteran, etik rumah
sakit, etik keperawatan, etik kebidanan, dll ynag hanya berlaku bagi anggota profesi itu
sendiri. Semua etik ini merupakan etik terapan yang bersifat praktis sehingga dapat dipakai
sebagai pedoman dalam bersikap / bertindak.
Secara umum etik dapat dibedakan atas kelompok, yaitu :
a. Yang berkaitan dengan sopan santun didalam pergaulan, baik didalam tata tertib
masyarakat maupun tata didalam organisasi profesi.
b. Yang berkaitan dengan sikap tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
yang biasa disebut kode etik profesi.

Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan, karena tanpa etik dan tanpa
diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh sesama
yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan sebagai akibat timbulnya nafsu
keserakahan manusia. Kalau tidak ada etik yang mengekang maka pihak yang satu bisa
tidak segan-segan untuk melawannya dengan segala cara. Segala cara akan ditempuh untuk
menjatuhkan dan mengalahkan lawannya sekedar dapat tercapai tujuan.

B. Kode Etik
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian
dokter, perawat, bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi
mempunyai kode etik.
1. Pengertian Kode Etik
Kode etik profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidup dimasyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya,
melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari
didalam masyarakat.
2. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Secara umum tujuan
menciptakan kode etik adalah :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah “image” dari pihak luar atau masyarakat,
mencegah orang luar memandang rendah atau “remeh” suatu profesi. Oleh karena
itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau
kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi didunia luar.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan disini adalah kesejahteraan materiil dan spritual atau
mental. Dalam hal kesejahteraan materiil anggota profesi,kode etik umumnya
menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang
merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang
ditujukan kepada pembatasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur pada
anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga
para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan
yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar para profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi profesi. Dari uraian diatas, jelas bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menunjang tinggi martabat profesi. Menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota, dan
meningkatkan mutu profesi serta meningkatkan mutu organisasi.
3. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi IBI untuk para anggotanya.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam Kongres IBI.
Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menegakkan disiplin dikalangan profesi, jika semua orang yang menjalankan profesi
yang sama tergabung dalam suatu organisasi profesi. Apabila setiap orang yang
menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau
ikatan profesi maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran
terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
4. Perbedaan etika dan etiket
K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat)
macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu :
1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.
Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya
dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma
dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa
izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan
mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan
apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di
sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil
meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket.
Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak
melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan
mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang
dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa
waktu makan.Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh”
merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada
etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai “manusia
berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan
OLEH :
PUTI HAJAR
RINATI IDA ROTUA S
RIRIN INDRIANI
RITA DOVERIYANTI
RIZA LESTARI

PEMBIMBING :
Hj.PS KURNIAWATI, M.Kes

DEPARTEMEN KESEHATAN PROPINSI BENGKULU


POLTEKKES BENGKULU
DIV BIDAN PENDIDIK 2009

Anda mungkin juga menyukai