95 96
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
97 98
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
99 100
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
1
τkaca = faktor transmisi cahaya dari kaca penutup lubang cahaya, besarnya
Kriteria Perancangan (3) tergantung pada jenis kaca yang nilainya dapat diperoleh dari katalog
yang dikeluarkan oleh produsen kaca tersebut
A = Luas seluruh permukaan dalam ruangan
Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami : R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan
W = luas lubang cahaya
1 L
L 1 D
fl = arctan − arctan ..........................................................(1) Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas dimulai
2π
D
1+ H
D
2
( ) 1+ H
2
D
( ) dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk
Keterangan : dinding dimana lubang cahaya terletak
L = lebar lubang cahaya efektif C = konstanta yang besarnya tergantung dari sudut penghalang
H = tinggi lubang cahaya efektif
Rw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dari
D = jarak titik ukur ke lubang cahaya
bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk dinding
frl = ( fl ) p xLrata − rata ..........................................................(2) dimana lubang cahaya terletak.
τ kaca
frd = x (CR fw + 5 Rcw )..........................................................(3)
A(1 − R )
Keterangan :
(fl)p = faktor langit jika tidak ada penghalang
Lrata-rata = perbandingan antara luminansi penghalang dengan luminansi rata-rata
langit
101 102
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
105 106
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
2
Kedalaman Ruangan
Kedalaman Ruangan
• Jarak antara lubang cahaya efektif dengan dinding • Ilustrasi TUU, TUS, dan kedalaman
seberangnya ruangan
• Jika kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar,
jarak d diambil di tengah antara kedua dinding tsb,
atau diambil rata-ratanya
• Untuk ruangan dengan d ≤ 6 m, ketentuan jarak
d/3 diganti dengan jarak minimum 2 m
107 108
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
109 110
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
111 112
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
3
Contoh Perhitungan Faktor Langit Contoh Perhitungan Faktor Langit
• Maka menurut tabel 4 SNI 03-2396-2001, faktor
• Misalkan diketahui posisi titik ukur langit di titik ukur U yang disebabkan lubang
dan lubang cahaya efektif sbb.: cahaya ABCD sebesar
• Lubang cahaya ABCD dianggap FL = FLEGCH – FLEFDH + FLEFAI – FLEGBI
terdiri dari lubang-lubang:
= 9,52% – 4,99% + 1,39% – 2,40%
EGCH dengan H/D = 1,5 dan L/D = 1,5
(–) EFDH dengan H/D = 1,5 dan L/D = 0,5 = 3,52%
(+) EFAI dengan H/D = 0,5 dan L/D = 0,5
(–) EGBI dengan H/D = 0,5 dan L/D = 1,5
113 114
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
115 116
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T
117
Fisika Bangunan – I Yeffry Handoko P. S.T, M.T