Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL

MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTOFOLIO


Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sugeng Wahyudi, M.M

Oleh :
1. Tri Yuli Tiastuti Susanti 12010121420136
2. Puji Astuti 12010121420147

Kelas : MM Angkatan 60 BC-1 KU

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
JUDUL : Analysis on Factors Affecting IPO Underpricing and their Effects on
Earnings Persistence

Definisi operasional:
a. Underwriter adalah skala kualitas penjamin emisi dalam menawarkan saham emiten.
Reputasi underwriter diukur berdasarkan peringkat underwriter. Itu menggunakan
variabel dummy, 1 untuk penjamin emisi terkemuka atau Sepuluh Besar, dan 0
sebaliknya. Sepuluh Besar adalah peringkat 10 besar yang ditentukan berdasarkan nilai
transaksi tahunan Underwriter.
b. Auditor’s reputation adalah auditor bertanggungjawab untuk tetap menjaga kepercayaan
publik dan menjaga nama baik auditor sendiri serta KAP tempat auditor tersebut bekerja
dengan mengeluarkan opini yang sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Reputasi auditor dapat dilihat apakah perusahaan menggunakan jasa Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The big 8 atau menggunakan KAP yang tidak
berafiliasi dengan The big 8. Variabel Reputasi auditor diukur dengan variabel dummy
dengan skala nominal, di mana KAP yang berafiliasi dengan The big 8 kategorinya
dummy 1, dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP The big 8 kategorinya dummy 0.
Dengan asumsi bahwa KAP yang bereputasi baik atau berafiliasi dengan The big 8 akan
menyelesaikan audit lebih cepat dibanding yang tidak.
c. Size Pada model pertama, ukuran perusahaan diperoleh dengan mencatat total aset
perusahaan. Sedangkan pada model kedua, ukuran perusahaan (serta variabel
underpricing dan PER) akan menggunakan perlakuan untuk mengurangi terjadinya multi
collinearity dengan memusatkan data. Nilai size merupakan selisih dari data awal dan
data rata-rata.
d. Age adalah lamanya perusahaan tersebut berdiri berdasarkan tahun.
e. ROE (Return on Equity) yaitu persentase laba bersih per unit rupiah total ekuitas sebagai
rasio yang paling umum digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas karena
mengukur tingkat keuntungan dengan modal sendiri.
f. Price-to-Earnings Ratio digunakan untuk mengukur pertumbuhan. PER dihitung dengan
membandingkan harga IPO dan pendapatan perusahaan selama IPO.
g. Operating income digunakan untuk menghitung persistensi laba operasi pada tahun
setelah IPO terjadi dari pendapatan operasi tahun sebelumnya.
Kerangka Pemikiran Dan Hasil

Ketidakpastian ex-ante yang diukur dengan reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran,
usia dan ROE berpengaruh terhadap underpricing. Karena ketidakpastian mempengaruhi
persistensi laba, maka uncerpricing mempengaruhi persistensi laba. Untuk mengetahui jangka
endek dilihat dari Underpricing dan untuk mengetahui jangka Panjang dilihat dari Earnings
persistence.
Model 1
Untuk menjawab hipotesis 1a sampai 1e, model yang digunakan adalah model 1:

Model 2
Untuk menjawab hipotesis 2, model persistensi laba yang digunakan adalah model 2:

Keterangan :
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
ε = Sisa Kesalahan
UNDi = tingkat underpricing pada perusahaan i
UDWi= reputasi penjamin emisi di perusahaan i
AUDi = reputasi auditor di perusahaan i
SIZi = ukuran perusahaan di perusahaan i
AGEi = Usia Perusahaan di perusahaan i
ROEi = Return on Equity di perusahaan IPOi
PERi = Price-to-Earnings Ratio di perusahaan i
OLit-1 = Laba Operasi pada perusahaan 1 tahun sebelum tahun t
OLit = Laba Usaha pada perusahaan i pada tahun t
Hasil
1. Hasil Regresi Model 1

Tabel diatas merupakan hasil regresi model 1.

UDW

AUD

SIZE UND

AGE

ROE

Hasil signifikansi menunjukkan bahwa hanya SIZ yang signifikan ditunjukkan dengan nilai
sig-t = 0,003 dengan nilai β sebesar -0,414 menunjukkan koefisien signifikan negative yang
menyatakan adanya hubungan negatif dan signifikan antara reputasi ukuran perusahaan
dengan tingkat underpricing. Prediksi ketidakpastian ex-ante dapat diperkirakan dengan
menggunakan variabel total aset. Ini berarti perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat
underpricing yang lebih rendah. Reputasi underwriter tidak signifikan terhadap tingkat
underpricing. Hal ini dapat disebabkan oleh sebagian besar emiten yang tidak mengutamakan
penggunaan jasa penjamin emisi yang bereputasi baik sehingga reputasi penjamin emisi tidak
menjadi leading indicator yang signifikan bagi investor untuk memprediksi ketidakpastian di
masa yang akan datang.
Variabel reputasi auditor menunjukkan nilai koefisien yang negatif tetapi tidak signifikan.
Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa reputasi auditor digunakan oleh perusahaan
untuk mengaudit laporan keuangannya sebelum IPO tidak secara signifikan mengurangi
ketidakpastian di masa depan atau ketidakpastian ex-ante.
Variabel umur perusahaan menunjukkan nilai koefisien yang negatif tetapi tidak signifikan.
Bahwa semakin lama suatu perusahaan dapat bertahan maka semakin banyak informasi yang
diperoleh masyarakat dan akan semakin mengurngi asimetri informasi.
Variabel ROE menunjukkan nilai koefisien yang positif tetapi tidak signifikan. hubungan
positif antara ROE dengan tingkat underpricing. Dengan ROE yang lebih tinggi, maka harga
penawaran saham di pasar sekunder akan meningkat, sehingga imbal hasil awal lebih tinggi.
Adjusted R square sebesar 0,296 menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji
memiliki pengaruh sebesar 29,6% terhadap variabel dependen.

2. Hasil Regresi Model 1

OI ¿−1 β=−0.118
Sig−t=0. 727
β=−2E+010
UND
Sig−t =0 .314

PER
β=−1 E+008
Sig−t=0. 819

SIZE β=3E+009 OI ¿ 2
Sig−t=0. 903
β=−0.725
OI ¿−1*UND Sig−t=0. 601
β=0. 006
Sig−t=0. 652
OI ¿−1*PER β=0. 837
Sig−t=0. 008
OI ¿−1*SIZ
Pada hasil diatas menunjukkan bahwa underpricing dan persistensi laba pada model kedua
menunjukkan positif dan signifikan
Pada model 2 tabel diatas, adjusted R square sebesar 0,659 menunjukkan bahwa variabel
independen yang diuji memiliki pengaruh sebesar 65,9% terhadap variabel dependen.

OI ¿−1 β=−0.118
Sig−t=0.108
β=−4E+010
UND
Sig−t=0.131
β=1E+008
PER
Sig−t =0.781

SIZE β=2E+010 OI ¿ 2
Sig−t=0.405
β=3.696
OI ¿−1*UND Sig−t=0.002
β=0.005
Sig−t =0.776
OI ¿−1*PER β=0.372
Sig−t=0.648
OI ¿−1*SIZ

Pada hasil diatas menunjukkan bahwa underpricing dan persistensi laba pada model ke 3
menghasilkan korelasi negatif dan tidak signifikan. Artinya tingkat underpricing berkorelasi
positif dan signifikan dengan persistensi laba satu tahun setelah IPO.
Pada model 2, tabel 6, adjusted R square sebesar 0,801 menunjukkan bahwa variabel
independen yang diuji memiliki pengaruh sebesar 80,1% terhadap variabel dependen.
Persistensi laba satu tahun setelah IPO ternyata memiliki hubungan positif dengan tingkat
underpricing dimana semakin tinggi tingkat underpricing cenderung meningkatkan
persistensi laba. Hal ini menunjukkan pertentangan dengan hipotesis bahwa persistensi laba
dan hubungan underpricing adalah negatif baik dari segi ketidakpastian ex-ante. Sebaliknya,
semakin tinggi underpricing, maka persistensi laba pada tahun kedua setelah IPO terjadi
penurunan, namun hubungannya tidak signifikan.

Interaksi utama yang akan terlihat adalah antara OI dan UND untuk menjawab hipotesis 2.
Tabel model 2 menunjukkan bahwa underpricing dan persistensi laba pada model kedua
menunjukkan positif dan signifikan, sedangkan pada tabel model 3 korelasinya negatif dan
tidak signifikan. Artinya tingkat underpricing berkorelasi positif dan signifikan dengan
persistensi laba satu tahun setelah IPO. Persistensi laba satu tahun setelah IPO ternyata
memiliki hubungan positif dengan tingkat underpricing dimana semakin tinggi tingkat
underpricing cenderung meningkatkan persistensi laba. Hal ini menunjukkan pertentangan
dengan hipotesis bahwa persistensi laba dan hubungan underpricing adalah negatif baik dari
segi ketidakpastian ex-ante. Sebaliknya, semakin tinggi underpricing, maka persistensi laba
pada tahun kedua setelah IPO terjadi penurunan, namun hubungannya tidak signifikan.

Anda mungkin juga menyukai