Buku fiksi yaitu karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang. Fiksi atau cerita rekaan biasanya berbentuk novel, dan cerita pendek (cerpen). Fiksi ilmiah fiksi ilmu pengetahuan adalah fiksi yang ditulis berdasarkan ilmu pengetahuan, teori, atau spekulasi ilmiah. Karangan fiksi berusaha menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembacanya. Itulah sebabnya, tulisan ini lebih dipengaruhi oleh subjektifitas pengarangnya. Bahasa tulisan fiksi selain bermakna denoktatif juga konotatif, dan asosiatif yaitu makna tidak sebenarnya. Selain itu juga bermakna ekspresif yaitu membanyangkan suasana pribadi pengarang. Bahasa tulisan fiksi juga sugestif yaitu bersifat mempengaruhi pembaca dan plastis yaitu bersifat indah untuk menggugah perasaan pembaca. Ciri-ciri Buku Fiksi a. Bersifat rekaan/ hasil olah imajinasi pengarang b. Memiliki kebenaran yang relatif c. Bahasa bersifat konotatif d. Tidak memiliki sistematika yang baku e. Sasarannya emosi (perasaan) pembaca f. Biasanya memiliki amanat (pesan moral) tertentu.
Unsur Intrinsik Buku Fiksi
1. Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan penegertiannya dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak dipegangkan dalam dan melalui karya fiksi. Tema cerita biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita. 2. Latar atau setting adalah tempat, waktu, atau keadaan yang melatari dan mewadahi berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Secara garis besar latar fiksi dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. 3. Sudut Pandang (point of view) adalah visi pengarang atau cara pengarang mengambil posisi dalam cerita. 4. Alur adalah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang memliki hubungan sebab akibat. Secara sederhana, alur terdiri atas tiga tahapan, yakni tahap perkenalan, tahap pertikaian (konflik), dan tahap penyelesaian (ending). Adapun dalam penceritaannya, pengarang biasanya menggunakan alur maju (alur konvensional) atau alur mundur dengan teknik kilas (alur konversional). 5. Tokoh dan Penokohan. Tokoh cerita yang dibuat pengarang biasanya memiliki karakter atau watak yang khas. Dalam sebuah cerita biasanya jalan cerita akan berpusat pada tokoh utama. Oleh karena itu, pengenalan watak tokoh utama pada awal cerita sangatlah penting. Pengenalan watak tokoh dapat dilakukan dengan dua cara, yakni sebagai berikut. 6. Gaya Bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata (diksi) yang tepat. Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yag berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. 7. Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan tersebut biasanya bersifat implisit sehingga pembaca akan mampu memperoleh pesan tersebut jika membaca keseluruhan isi cerita. Kaidah Kebahasaan Buku Fiksi Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi merupakan salah satu cara agar kita dapat mengetahui apakah teks tersebut termasuk kedalam teks cerita fiksi dalam novel atau bukan. Teks cerita fiksi memiliki 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai berikut. 1. Metafora, merupakan majas perumpamaan yang membandingkan benda dengan melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama 2. Metonimia, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu sebagai pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang begitu dekat 3. Simile (persamaan), merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, dan sebagainya.
B BUKU NONFIKSI
Pengertian Buku Nonfiksi
Buku nonfiksi adalah buku karangan yang dibuat berdasarkan fakta atau hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Nonfiksi merupakan sebuah karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan setiap hari yang dituliskan menjadi sebuah cerita. Dengan kata lain nonfiksi merupakan karya yang bersifat faktual peristiwa yang benar-benar terjadi. Jadi, semua hal yang terkandung dalam buku nonfiksi adalah nyata dalam kehidupan.
Ciri-ciri Buku Nonfiksi
1. Ditulis dengan tidak menggunakan gaya bahasa. 2. Sifat katanya denotatif atau dengan makna sebenarnya. 3. Berbentuk karangan ilmiah. 4. Ditulis berdasarkan pengamatan atau penelitian. Jenis Buku Nonfiksi a. Nonfiksi murni: buku yang berisi tentang pengembangan berdasarkan dari data-data yang otentik atau pasti. Contohnya: skripsi, karya ilmiah, laporan, makalah, tesis, desertasi, artikel, feature, biografi, dll b. Nonfiksi kreatif: merupakan berasal dari data otentik yang di dapatkan dan kemudian dikembangkan dengan berdasarkan imajinasi yang biasanya berbentuk puisi, prosa, dan novel.
Unsur Ekstrinsik Buku Nonfiksi
1. Identitas buku Judul Penulis Penerbit Jumlah halaman Tahun terbit Foto cover Harga Kertas yang dipakai 2. Pendahuluan Gambaran umum isi buku (intisari) Tujuan pengarang 3. Isi resensi Susunan penyajian buku Gaya bahasa Kelebihan dan kekurangan buku Perbandingan dengan buku sejenis 4. Penutup Manfaat buku (buku diperuntukkan untuk siapa/kecocokkan pembaca) Kesimpulan tentang keuntungan yang diperoleh dan kemungkinan kerugian 5. Biografi resentator
Kaidah kebahasaan Buku Nonfiksi
o Pronomina (kata ganti): kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung. o Frasa adverbal kata yang menunjukkan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat. o Frasa material : kata yang berfungsi untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipasi kata kerja material menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa misalnya membaca, menulis, menyapu. o Konjungsi temporal (kata sambung waktu): berguna untuk menata urutan-urutan peristiwa yang diceritakan dalam teks cerita.