Anda di halaman 1dari 5

Oleh

Della Restatesela, S.Pd., Gr.

BUKU FIKSI DAN NONFIKSI

A BUKU FIKSI

 Pengertian Buku Fiksi


Buku fiksi yaitu karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan
khayalan atau imajinasi pengarang. Fiksi atau cerita rekaan biasanya berbentuk novel, dan cerita
pendek (cerpen). Fiksi ilmiah fiksi ilmu pengetahuan adalah fiksi yang ditulis berdasarkan ilmu
pengetahuan, teori, atau spekulasi ilmiah.
Karangan fiksi berusaha menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembacanya.
Itulah sebabnya, tulisan ini lebih dipengaruhi oleh subjektifitas pengarangnya.
Bahasa tulisan fiksi selain bermakna denoktatif juga konotatif, dan asosiatif yaitu
makna tidak sebenarnya. Selain itu juga bermakna ekspresif yaitu membanyangkan suasana pribadi
pengarang. Bahasa tulisan fiksi juga sugestif yaitu bersifat mempengaruhi pembaca dan plastis
yaitu bersifat indah untuk menggugah perasaan pembaca.
 Ciri-ciri Buku Fiksi
a. Bersifat rekaan/ hasil olah imajinasi pengarang
b. Memiliki kebenaran yang relatif
c. Bahasa bersifat konotatif
d. Tidak memiliki sistematika yang baku
e. Sasarannya emosi (perasaan) pembaca
f. Biasanya memiliki amanat (pesan moral) tertentu.

 Unsur Intrinsik Buku Fiksi


1. Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, makna cerita, gagasan sentral, atau dasar
cerita. Istilah tema sering disamakan penegertiannya dengan topik, padahal kedua istilah
ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok
pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak
dipegangkan dalam dan melalui karya fiksi. Tema cerita biasanya bersifat tersirat
(tersembunyi) dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita.
2. Latar atau setting adalah tempat, waktu, atau keadaan yang melatari dan mewadahi
berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Secara garis besar latar fiksi dapat dikategorikan
dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
3. Sudut Pandang (point of view) adalah visi pengarang atau cara pengarang mengambil
posisi dalam cerita.
4. Alur adalah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang memliki hubungan sebab akibat.
Secara sederhana, alur terdiri atas tiga tahapan, yakni tahap perkenalan, tahap pertikaian
(konflik), dan tahap penyelesaian (ending). Adapun dalam penceritaannya, pengarang
biasanya menggunakan alur maju (alur konvensional) atau alur mundur dengan teknik
kilas (alur konversional).
5. Tokoh dan Penokohan. Tokoh cerita yang dibuat pengarang biasanya memiliki karakter
atau watak yang khas. Dalam sebuah cerita biasanya jalan cerita akan berpusat pada tokoh
utama. Oleh karena itu, pengenalan watak tokoh utama pada awal cerita sangatlah penting.
Pengenalan watak tokoh dapat dilakukan dengan dua cara, yakni sebagai berikut.
6. Gaya Bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya
menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh
pemilihan kata (diksi) yang tepat. Gaya merupakan cara pengungkapan seseorang yang
khas bagi seorang pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila
dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu
menyajikan hal-hal yag berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya
terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
7. Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan tersebut biasanya
bersifat implisit sehingga pembaca akan mampu memperoleh pesan tersebut jika membaca
keseluruhan isi cerita.
 Kaidah Kebahasaan Buku Fiksi
Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi merupakan salah satu
cara agar kita dapat mengetahui apakah teks tersebut termasuk kedalam teks cerita fiksi
dalam novel atau bukan. Teks cerita fiksi memiliki 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai
berikut.
1. Metafora, merupakan majas perumpamaan yang membandingkan benda dengan
melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama
2. Metonimia, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu sebagai
pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang begitu dekat
3. Simile (persamaan), merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud
menyatakan sesuatu dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata
pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, dan sebagainya.

B BUKU NONFIKSI

 Pengertian Buku Nonfiksi


Buku nonfiksi adalah buku karangan yang dibuat berdasarkan fakta atau hal yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Nonfiksi merupakan sebuah karangan
yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan setiap hari yang dituliskan
menjadi sebuah cerita. Dengan kata lain nonfiksi merupakan karya yang bersifat faktual
peristiwa yang benar-benar terjadi. Jadi, semua hal yang terkandung dalam buku nonfiksi
adalah nyata dalam kehidupan.

 Ciri-ciri Buku Nonfiksi


1. Ditulis dengan tidak menggunakan gaya bahasa.
2. Sifat katanya denotatif atau dengan makna sebenarnya.
3. Berbentuk karangan ilmiah.
4. Ditulis berdasarkan pengamatan atau penelitian.
 Jenis Buku Nonfiksi
a. Nonfiksi murni: buku yang berisi tentang pengembangan berdasarkan dari data-data yang
otentik atau pasti. Contohnya: skripsi, karya ilmiah, laporan, makalah, tesis, desertasi,
artikel, feature, biografi, dll
b. Nonfiksi kreatif: merupakan berasal dari data otentik yang di dapatkan dan kemudian
dikembangkan dengan berdasarkan imajinasi yang biasanya berbentuk puisi, prosa, dan
novel.

 Unsur Ekstrinsik Buku Nonfiksi


1. Identitas buku
 Judul
 Penulis
 Penerbit
 Jumlah halaman
 Tahun terbit
 Foto cover
 Harga
 Kertas yang dipakai
2. Pendahuluan
 Gambaran umum isi buku (intisari)
 Tujuan pengarang
3. Isi resensi
 Susunan penyajian buku
 Gaya bahasa
 Kelebihan dan kekurangan buku
 Perbandingan dengan buku sejenis
4. Penutup
 Manfaat buku (buku diperuntukkan untuk siapa/kecocokkan pembaca)
 Kesimpulan tentang keuntungan yang diperoleh dan kemungkinan kerugian
5. Biografi resentator

 Kaidah kebahasaan Buku Nonfiksi


o Pronomina (kata ganti): kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai
seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
o Frasa adverbal kata yang menunjukkan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat.
o Frasa material : kata yang berfungsi untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata
yang dilakukan oleh partisipasi kata kerja material menunjukkan perbuatan fisik atau
peristiwa misalnya membaca, menulis, menyapu.
o Konjungsi temporal (kata sambung waktu): berguna untuk menata urutan-urutan peristiwa
yang diceritakan dalam teks cerita.

Anda mungkin juga menyukai