Anda di halaman 1dari 9

Budidaya Tanaman Jambu Mete Dan Pemasaran Dalam Meningkatkan Pendapatan

Masyarakat Desa Hokeng Jaya

Yosef Moan Banda


e-mail: yoefmoan@gmail.com

Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP, Universitas Flores

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini, untuk mengungkapkan keberadaan pembudidayaan jambu


mete dalam meningkatkan pendapatan, juga besarnya pendapatan masyarakat dari penjualan
jambu mete dan faktor-faktor penunjang dan penghambat budidaya jambu mete. Fokus
masalah adalah Tanaman jambu mete kurang mendapat perhatian, dari petani jambu mete.
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif secara terpadu. Pendekatan
penelitian deskriptif kuantitatip dan kualitatif secara terpadu. Pengumpulan data dengan tiga
teknik yaitu “observasi, kuesioner’ dan wawncara. Analisis data menggunakan rumus
prosentasi tertinggi. Dari hasil perolehan hitungan yang Sesuai kriteria yang telah ditentukan
maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang diajukan di terima, dimana jumlah responden
yang menjawab “Ya” 69,5 %. Dan yang menjawab “tidak “ 24,5 %. ini berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara budidaya jambu mete terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat petani jambu mete di desa Hokeng Jaya Kecamatan Wulanggitang Kabpaten
Flores Timur.

Kata kunci: jambu mete, pendapatan masyarakat

ABSTRACT: The purpose of this study was to reveal the existence of cashew cultivation in
increasing income, as well as the amount of community income from cashew sales and the
factors supporting and inhibiting cashew cultivation. The focus of the problem is that cashew
plants receive less attention from cashew farmers. This type of research is an integrated
quantitative and qualitative research. An integrated quantitative and qualitative descriptive
research approach. Collecting data with three techniques, namely "observation,
questionnaires" and interviews. Data analysis used the highest percentage formula. From the
results of the calculation according to the predetermined criteria, it can be seen that the
proposed hypothesis was accepted, where the number of respondents who answered "Yes"
was 69.5%. And those who answered "no" were 24.5%. This means that there is a significant
relationship between cashew cultivation and increasing the income of cashew farmers in
Hokeng Jaya Village, Wulanggitang District, East Flores Regency.

Keyword: cashew, community income


PENDAHULUAN
UU No. 32 tahun 2004 tentang Permasalahan yang terjadi bahwa
pelaksanaan otonomi daerah sebagai suatu masyarakat beranggapan tanaman jambu
proses perubahan paradigma pembangunan mete sebatas tanaman penghijaun di
daerah sentrlistik ke desa sentralistik. pekarangan rumah, yang tidak
konsekewensi pada pemberdayaan membutuhkan perawatan dan bisa hidup
ekonomi rakyat, yaitu suatu proses pada musim kering., sehingga masyarakat
penciptaan atau pemberian kekuatan atau petani lebih berorientasi pada
daya dan posisi kunci kepada masyarakat pemeliharaan tanaman kakao, kopi,
serta UKM dan selanjutnya dapat cengkeh dan tanaman komoditi lainya,
mengurus diri sendiri mulai dari apa yang sementara tanaman jambu mete tidak
dimiliki dan apa yang ada pada diri sendiri terawat dan dibiarkan begitu saja, padahal
dengan pola pendekatan bina manusia,bina tanaman jambu mete memiliki nilai
usaha dan bina lingkungan. ekonomis yang tinggi.
Ibana, (1994:19) mengartikan Masyarakat petani terkendala pada
pemberdayaan adalah pemberian kekuatan pemasaran hasil usaha dan daya beli
atau daya kepada seseorang atau sesuatu masyarakat setempat rendah, sehingga
yang dianggap tidak atau belum atau harus memerlukan suntikan modal untuk
lemah). Pada umumnya tanaman jambu memasarkan keluar daerah seperti ke Ibu
mete selain sebagai tanaman penghasilan kota Larantuka, ke Kabupaten Sikka ,
bahan pangan dan bahan-bahan aneka bahkan ke kota Kupang.
indrustri, tanaman ini juga bermanfaat
untuk tanaman penghijauan di tanah-tanah LANDASAN TEORI
perkarangan. Keistimewaan dari tanaman Sejarah Jambu Mete
jambu mete adalah tanaman tersebut dapat Cahyono (1998:9) mengatakan
tumbuh pada berbagai tipe iklim seperti di tanaman jambu mete yang sudah tersebar
tanah yang tandus dan gersang. Tanaman di Indonesia ini sebetulnya bukanlah
jambu mete mudah di proses dalam tanaman asli melainkan tanaman yang
penanaman serta perawatannya, tanpa berasal dari benua Amerika tepatnya di
teknologi. Brasil, Peru dan Meksiko. Negara negra
Tanaman ini bertahan saat penghasil jambu mete adalah Afrika,
kekeringan, namun tanaman jambu mete Brasil, Peru. Tanaman jambu mete sangat
tumbuh subur manakala kisaran iklim, produktif untuk dikembangkan dan
suhu dan kelembaban nisbi yang cukup dibudidayakan di Indonesia pada
mulai dari 27o c LU hingga 28o c LS. umumnya dan NTT pada khususnya.
Dengan demikian tanaman ini memenuhi Karena memiliki adaptasi yang luas
standar tanaman penghijauan (Cahyono, terhadap berbagai faktor lingkungan.
1995.19). Desa Hokeng Jaya berada di Tanaman jambu mete tahan terhadap
kecamatan Wulanggitang Kabupaten kekeringan dan dapat tumbuh serta
Flores Timur. Desa ini, berada di lereng menghasilkan buah walaupun di daerah
gunung Lewotobi, dengan ketinggian yang kering, tandus dan gersang.
1.500 meter dari permukaan laut.
Mengingat desa ini berada di lingkungan Syarat-syarat Tumbuh Tanaman
hutan yang hijau dan asri dengan udara Jambu Mete
penggunungan yang sejuk, sehingga cocok Dalam Buletin Dinas Perkebunan
untuk ditanam segala jenis tanaman Propinsi NTT, tersirat bahwa ada tiga hal
perdagangan berupa kelapa, kakao, kopi, yang perlu diperhatikan tumbuhnya
kemiri, jambu mete dan tanaman komoditi tanaman jambu mete adalah sebagai
lainnya.. berikut:
(a.) Suhu: Ketinggian lokasi penanaman kesuburan tanaman menggunakan pupuk
jambu mete rata-rata 1 – 1200 m di atas kandang atau kompos atau pupuk buatan.
permukaan laut, sehingga tanaman ini
dapat tumbh didataran rendah hingga Pengendalian Hama dan Penyakit.
dataran tinggi, maka tidak perlu di 1. Hama-hama yang sering
sangsikan lagi bahwa tanaman inidapat menyerang tanaman jambu mete
mentolerir suhu udara yang tinggi lebih adalah:
dari 30 o c dan terendah rata-rata 20 o c. (a). ulat tanah: hama ini menyerang
(b.) Tanah.Tanaman jambu mete termasuk tanaman yang tumbuh di tanah
tanaman iklim kering, tumbuh dan merah (lateral) yang dapat
berproduksi pada daerah yang curah mematikan tanaman yang baru
hujannya 3000 – 4000 mm pertahun. tumbuh. Pembasminya dapat
Asalkan pembuangan air lancar dan baik. dilakukan dengan semprotan
Jambu mete dapat tumbuh dan hidup insektisida melaton atau BHC. (b).
dengan baik pada hampir semua jenis Ulat Daun: hama ini biasanya
tanah, kecuali pada tanah pekat atau tanah menyerang bunga maupun buah
kurang subur. Jambu mete membutuhkan yang masih muds. Pembasminya
tanah yang di gembur sehingga akar- dengan cara BHC 0,05%.
akarnya berkembang sempurna dan 2. Penyakit yang sering menyerang
mempunyai kapasitas menahan air untuk tanaman jambu mete.
memberikan kelembaban yang cukup pada a. Penyakit Gleosporium: Penyakit
tanaman selama musim kemarau. (c). ini menyerang pada musim hujan
Iklim.Iklim yang kering sangat cocok yang menyebabkan tanaman jambu
untuk tanaman jambu mete pada saat mete mati, Penyebab penyakit ialah
pembungaan dan pembuahan. Iklim cendawan gleosporium.
dengan bunga kering antara 4 – 6 bulan Pemberantasnya dilakukan dengan
dengan curah hujan 1500 – 2000 mm cara pemangkasan di bawah tempat
pertahun. infeksi pada bagian cabang yang
terserang kemudian di bakar,
Alternatif-alternatif dalam sedangkan pada bagian tanaman
Pemeliharaan Tanaman Jambu Mete yang sehat di semprot dengan
Lubis, (1884:20) mengemukaka cutongsida. (b) Penyakit layu daun
beberapa alternatif yang perlu diperhatikan pada Pembibitan. Penyakit ini
dalam pemeliharaan tanaman jambu mete munul terutama pada pembibitan
antara lain: yang kondisinya terlalu lembab
(a). Penyiangan.Tujuan dari penyiangan, atau jenuh air. Tanaman yang
agar dspst membebaskan tanaman pokok diserang tiba-tiba menjadi layu,
dari tanamaman pengganggu dengan cara penyebabnya adalah jamur
menggunakan cangkul untuk fusarium SP dan pulium SP.
menggemburtanah disekitarnya. (b). Pemberantasnya pada waktu
Penyulaman.Cara ini dilakukan untuk pembibitan perlu dilakukan
menggantikan tanaman yang telah mati, perbaikan lingkungan dengan
sakit atau rusak dengan tanaman baru dan memperdalam parit-parit dan
penyulaman juga dapat mempertahanakan menguri naungan yang rapat.
jumlah pohon dalam satu hektar mikro Penangulangannya dengan
klimaksnya. (c). Pemupukkan. Tanaman penyemprotan fungsida sesuai
jambu mete dapat tumbuh dan hidup pada dengan berta ringannyaserangan.
tanah-tanah miskin, namun tanaman dapat 3. 3. Produksi dan Pascapanen
memberikan hasil yang optimal bila Hasil produksi baik manakala
disirami dengan pupuk, untuk menambah pertumbuhannya cukup baik jambu
mete mulai berproduksi pada umur 2. Dilihat dari segi bentuknya, dibagi
2 – 3 tahun. Pada umur 8 – 10 atas: (a.) Pendapatan riil yaitu
tahun produksi hasil memperoleh 7 sejumlah barang yang dapat di beli
– 15 kg perpohon, hasil produksi dengan sejumlah uang. (b.)
perhektar bisa mencapai 1000 – Pendapatan nasional yaitu jumlah
4000 biji jambu mete jika dipelihari uang yang diterima dari pajak bumi
dengan baik dan dan penghasilan.
terawat.Sedangkan Pascapanen 3. Dilihat dari besar kecilnya
dilakukan (a. ) Pemungutan Hasil. pendapatan. (a.) Yang Penghasilan
musim panen jambu mete pada rendah, yaitu pendapatan yang
bulan Juli sampai bulan Nopember. dikeluarkan untuk memenuhi
Pada saat berumur 60 – 70 hari kebutuhan keluarga sebatas makan
dihitung dari pembungaan biji dan pakaian. (b.) Yang
jambu mete dipetik dari buah yang berpenghasilan menengah, yaitu
sudah masak. Biji yang sudah pendapatan yang dikeluarkan untuk
dilepas dari buahnya selanjutnya memenuhi kebutuhan akan makan,
dijemur selama 3 – 4 hari sehingga pakaian, pendidikan dan
kandungan airnya berkurang. Biji pengobatan. (c.) Yang berpenghasil
yang kering dimasukkan dalam tinggi, yaitu pendapatan yang
karung lalu di jual ke pasar.(b.) dikeluarkan untuk makan, pakaian,
Pengupasan. Biji jambu mete yang pendidikan, pengobatan, rekreasi
sudah keringkemudian di belah dan pengadaan barang lux atau
untukdiambil kacang-kacangnya di mewah.
simpanpadatempat yang bersih
untuk keperluan eksport, maka Faktor – faktor yang mendorong
diperlakukan kaang mete yang Peningkatan Pendapatan
besar dan bulat, ©. SortasiSortasi Wachid (1993:63) menjelaskan ada
bertujuan untuk melihat kacang tiga faktor yang mempengaruih
yang sesuai mutu atau kelasnya. pendapatan masyarakat yaitu: (a.) Faktor
Setelah di sortasi baru di kemas Alam. Usaha segala jenis tanaman, sangat
sesuai ukuran di mana untuk di di tentukan oleh faktor alam. Dalam arti
eksport. apabilaalam tidak cocok, maka usaha
tanaman tidak akan berhasil dengan baik,
Pendapatan Masyarakat. karena faktor alam sangat domnan sifatnya
Pendapatan diartikan sebagai dan sangat berpengaruh atas keberhasilan
penghasilan. Purnomo (1976:40) usaha tanaman. (b.)Faktor Tenaga Kerja.
menjelaskan pendapatan merupakan semua Pengertian tenaga kerja dari segi ekonomi
barang dan jasa yang diperoleh pada suatu adalah tenaga kerja yang tidak hanya
periode tertentu. Misalnya seminggu, ditentukan oleh jumlahnya tetapi yang
sebulan atau setahun. paling penting adalah kualitas tenaga kerja
Penghasilan masyarakat dapat di tersebut. Yaitu keterampilan yang dimiliki
kategorikan dalam beberapa jenis antara oleh tenaga kerja tersebut. (c.)Faktor
lain: Modal.Modal adalah setiap barang yang
1. Dilihat dari sumbernya, dibagi atas: dihasil dan dapat dipergunakan untuk
(a). Dari usaha sendiri, seperti menghasilkan barang yang selanjutnya.
berdagang, mengerjakan kebun,
dan usaha kreatif lainnya. (b) Sistem Pemasaran
Bekerja pada orang lain, seperti Williem J. Stanton,( dalam Ating
sebagai buruh pada perusahaan dan Tedjasutiana. 1999:12) mendefenisikan
pegawai di kantor. pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis pendekatan deskriptif kuantitatip dan
yang ditujukan untuk merencanakan, kualitatif adalah suatu prosedur penelitian
menentukan harga, mempromosikan dan yang digunakan untuk mendeskripsikan
mendrisibusikan barang dan jasa yang perilaku manusia yang berhubungan
memuaskan kebutuhan, baik kepada dengan upaya pembudidayaan tanaman
pembeli yang ada maupun pembeli yang jambu mete. Dan pendekatan deskriptif
potensial. kuantitatip untuk mengukur atau
Alur pikir dalam penelitian ini dapat menganalisis upaya pembudidayaan jambu
dilihat pada gambar berikut ini: mete dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat Desa Hokeng Jaya terkhusus
Metode Penlitian dusun Wolorona dan dusun Padang Pasir.
Jenis penelitian adalah kuantitatif
dan kualitatif secara terpadu. dengan

Variabel Penenltian
Budidaya Jambu Mete (X1) Pendapatan
Masysaraka
(Y)
Pemasaran Jambu Mete (x2)

Analisis data dalam penelitian dengan menggunakan rumus prosentasi tertinggi


sebagai berikut:
Jumlah Jawaban Re sponden
P= X 100 %
Jumlah Item
PEMBAHASAN HASIL
Setelah angket terkumpul, selanjutnya data data tersebut diolah secara deskriptif
kuantitatif sebagaimana terlihat dalam tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Jumlah Prosentase Jawaban Responden

No Pertanyaan Jumlah Frekuensi Persen


. Responden Jawaban tase
1. Menurut Bapak//ibu, apakah tanaman jambu
mete cocok untuk dibudidayakan di daerah ini ? 50
a. Ya 50 100%
b. Tidak
2. Selain tanaman jambu mete, apakah ada tanama
lainyang ditanam didaerah ini ?
50 50 100%
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah perlu proses dalam mempersiapkan
penanaman jambu mete tersebut ?
50 50 100%
a. Ya
b. Tidak
4. Adakah cara Bapa/ibu dalam memelihara 50
tanaman ini agar dapat berhasil dengan baik ?
a. Ya 35 70%
b Tidak 15 30%
5. Adakah manfaat lain dari jambu mete di daerah
ini?
50 50 100%
a. Ya
b. Tidak
6. Perlakuan Bapak/ibu dalam menanam jambu
mete mendapat penyuluhan dari pihak
pemerintah ? 50
a. Ya 25 50%
b. Tidak 25 50%
7. Dari hasil penjualan jambu mete memperoleh
masukan yang bagaimana ?
50 50 100%
a. Memuaskan
b. Tidak memuaskan
8. Seberapa banyak usaha pembudidayaan jambu
mete dalam meningkatkan pendapatan ?
50 35 70%
a. Banyak
b. Kurang 15 30%
9. Apakah usaha penanaman jambu mete ini atas
kemanuanBapak/ibu ?
50 35 70%
a. Ya
b. Tidak 15 30%
10. Bagaimana pemasaran hasil jambu mete yang di
lakukan selama ini?
50 35 70%
a. Banyak
b. Kurang 15 30%
11. Menurut Bapa/Ibu tanaman jambu mete ini
cukup menjanjikan masa depan bagi desa ?
50 50 100%
a. Ya
b. Tidakan
12. Menurut Bapa/Ibu, sebagai warga masyarakat
Hokeng Jaya, apakah ada hambatan dalam usaha
ini ? 50
a.Ya 25 50%
b. Tidak 25 50%
13. Menurut Bapa/Ibu, apakah komoditi jambu mete 40 80%
ini merupakan salah satu komoditi yang ukup 10 20%
membantu kehidupan 50
a.Ya
b. Tidak
14. Apakah tanaman jambu mete ini diusahakan
oleh masing-masing keluarga?
50 25 50%
a. Ya
b. Tidak 25 50%
15. Apakah ada perubahan tingkat ekonomi setelah
Bapak/Ibu membudidayakan tanaman jambu
mete 50
a. Ya. 35 70%
b. Tidak 15 30%
16. Adakah perawatan/pemeliharaan jambu mete
seara insentf yang dilakukan oleh Bapa/Ibu
selama ini?
50 35 70%
a. Ya
b. Tidak 15 30%
17. Menurut Bapa/Ibu, bagaimana perbandingan
hasil jambu mete dengan komoditi lain ?
50 35 70%
a. Memuaskan
b. Tidak memuaskan 15 30%
18. Dari hasilpemungutan jambu mete yang
bapak/ibu usahakan, apakah di jual ke koperasi ?
50 35 70%
a. Ya
b. Tidak 15 30%
19. Selain jambu mete, apakah ada potensi potensi
lain dalam meningkatkan pendapatan Bapa/Ibu?
50 25 50%
a. Ya
b. Tidak 25 50%
20. Dari seluruh penghasilan jambu mete yang
sudah diperoleh, apakah dirasakan seluruh
masyarakat desa Hokeng Jaya 50
a. Ya 35 70%
b. Tidak 15 30%

Tabel 4.2
Rekapitulasi prosentasi jawaban Responden

No Item Presentasi Jawaban Responden


Ya Tidak
1 100% -
2 100% -
3 100% -
4 70% 30%
5 100% -
6 50% 50%
7 100% -
8 70% 30%
9 70% 30%
10 70% 30%
11 100% -
12 505 50%
13 80% 20%
14 50% 50%
15 70% 30%
16 70% 30%
17 70% 30%
18 70% 30%
19 50% 50%
20 70% 30%
Jumlah 1390 490
Berdasarkan hasil analisis jawaban menginterprestasi dengan menggunakan rumus
responden tiap-tiap item, maka peneliti dapat persentase tertinggi sebagai berikut.

P= Jumlah Jawaban Re sponden


X 100%
Jumlah Item
1. Untuk responden yang menjawab “Ya”
P = 1390 = 69,5%
X 100%
20
2. Untuk responden yang menjawab “Tidak”
P = 1390 = 24,5%
X 100%
20
Dari hasil perolehan hitungan Saran
dan Sesuai kriteria yang telah 1. Diharapkan masyarakat desa
ditentukan maka dapat simpulkan Hokeng Jaya Kecamatan
bahwa hipotesis yang diajukan di Wulanggitang Kabupaten Flores
terima, dimana jumlah responden yang Timur, manfaatkan area yang luas
menjawab “Ya” 69,5 %. Dan yang
di dusun Padang Pasir untuk
menjawab “tidak “ 24,5 %. Hal ini
berarti terdapat hubungan yang budidayakan tanaman jambu mete
signifikan antara budidaya jambu mete sebagai tanaman komoditi bernilai
terhadap peningkatan pendapatan ekonomis, bukan sebagai
masyarakat petani jambu mete di desa penghijau dan pelindung
Hokeng Jaya Kecamatan pekarangan rumah.
Wulanggitang Kabpaten Flores Timur. 2. Pemerintah Desa menggiatkan
masyarakat, mengenai cara
KESIMPULAN DAN SARAN penanaman, pemberantasan hama
Kesimpulan dan pemeliharaan jambu mete
melalui dinas terkait, tenaga tenaga
1. Hasil analisis dan perhitungan teknis dinas perkebunan kabupaten
jawaban responden, diperoeh Flores Timur.
jumlah responden yang menjawab 3. Hasil produksi jambu mete di
“Ya” 69,5 % dan yang menjawab pasarkan melalui wadah koperasi,
“Tidak” 24,5 %, ini berarti terdapat untuk menghidari permainan harga
hubungan yang signifikan antara oleh para tengkulak.
budidaya jambu mete terhadap
peningkatan pendapatan Daftar pustaka
masyarakat petani jambu mete.
2. Tanaman Jambu mete cocok
Ating Tedjasutisna ( 1999) Pemasaran.
ditanam di Desa Hokeng Jaya
Bandung. Penerbit Armico.
Kecamatan Wulanggitang
Achmad Abdullah (1995) Analisis Usaha
Kabupaten Flores Timur karena
Tani. Jakarta, Departemen Pertanian.
daerah kritis berada di lereng
Achmad Abdullah ( 1985) Kesesuaian
gunung Lewotobi sebagai
iklim dan lahan untuk pengembangan
pencegah erosi.
Jambu Mete. Jakarta, Badan Penelitian
3. Biji Jambu mete digunakan juga
dan pengembangan pertanian.
untuk bibit. Bibit yang berkualitas
Bambang Cahyono (1995) Teknik
harus di ambil dari pohon induk
Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
agar lebih sehat pertumbuhannya
Jakarta, Departemen Pertanian.
dan cepat berbuah yaitu umur 3 – 4
tahun.
Cholid Narbuko & Abu Achmadi (2007) Samsul, S. Pakaya & Mediansyah A.R
Metodologi Penelitian. Jakarta.Bumi (2019) Kajian Penelitian peningkatan
Aksara. Pendapatan keluarga. (Journal
Isbandi (1963) Pertumbuhan dan Economic Resources).
Perkembangan Tanaman. Yogyakarta Sudarwan Danim (2000) Metode
UGM. Penelitian Untuk Ilmu Ilmu Perilaku.
Koentjaraningrat (1976) Metode Metode Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.
Penelitian, Jakarta. Penerbit Undang-Undang No. 22 tahun 1999,
Gramedia. tentang Otonomi Daerah.
Muhamad Yacub Lubis (1994) Teknologi Yadi Haryadi (2000) Pedoman Bercocok
Jambu Mete di Indonesia. Ujung Tanam Jambu Mete. Jakarta.
Pandang. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Rainer A. Ibana (1994) Pedoman Teknik Yan Pieter Saragih (1994) ) Pedoman
Pengembangan Jambu Mete. Jakarta, Bercocok Tanam Jambu Mete.
Dirjen Perkebunan. Jakarta. Direktorat jenderal
Ros Melisa P (1991) Analisis Usaha Perkebunan.
Jambu Mete. Jakarta. Balai Penelitian
Tanaman Rempah.

Anda mungkin juga menyukai