Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Pengertian Manajemen Waktu

Menurut Robert, dkk (2008:656) Manajemen waktu (time management) adalah proses
meningkatkan produktivitas seseorang melalui penggunaan waktu yang lebih efisien.

Menurut Robert, dkk (2008:657) Pengusaha mendapatkan berbagai keuntungan dari manajemen
waktunya secara efektif, beberapa di antaranya sebagai berikut.

1. Meningkatnya Produktivitas

Manajemen waktu membantu pengusaha menentukan tugas-tugas yang paling penting


dan memfokuskan perhatiannya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara sukses. Ini
berarti bahwa akan selalu ada waktu yang cukup untuk menyelesaikan hal yang terpenting.

2. Meningkatnya Kepuasan Kerja

Meningkatnya produktivitas berarti bahwa lebih banyak tugas penting yang dapat
diselesaikan secara sukses,yang kemudian akan meningkatkan kepuasan kerja pengusaha. Kecil
kemungkinannya pengusaha akan merasa terbebani dan terdesak oleh berbagai tugas yang
berkaitan dengan perkembangan perusahaannya. Menyelesaikan lebih banyak hal penting dan
menjadi lebih sukses dalam menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan akan memberikan
kepuasan kerja yang lebih pada pengusaha.

3. Meningkatnya Hubungan Interpersonal

Walaupun jumlah waktu yang dihabiskan dengan orang lain dalam perusahaan mungkin
pada faktanya menurun melalui manajemen waktu yang lebih baik, waktu yang dihabiskan
tersebut akan berkualitas tinggi, membuatnya dapat memperbaikı hubungan dengan yang lain
baik di dalam dan di luar perusahaan (termasuk keluarga). Lebih jauh lagi, ketika orang lain di
perusahaan mengalami tekanan waktu yang lebih kecil, hasil yang lebih baik, dan kepuasan kerja
yang meningkat, hubungan di dalam perusahaan menjadi lebih harmonis dan perusahaan dapat
membangun espirit de corps.

4. Berkurangnya Kegelisahan dan Ketegangan Soal Waktu

Kekhawatiran, rasa bersalah, dan emosi lainnya cenderung mengurangi kapasitas


pemrosesan informasi pengusaha, yang dapat menyebabkan penilaian dan keputusan yang
kurang efektif. Manajemen waktu yang efektif mengurangi kegelisahan, yang dapat
"membebaskan" pemrosesan informası dan meningkatkan kualitas keputusan pengusaha.

5. Kesehatan yang Lebih Baik


Dengan mengurangi kegelisahan dan ketegangan dan meningkatkan produktivitas,
kepuasan kerja, dan hubungan dengan orang lain, ketegangan psikologis dan fisiologis pada
pikiran dan tubuh akan berkurang, sehingga kesehatannya lebih baik. Manajemen waktu juga
meliputi penjadwalan waktu untuk makan dan berolahraga. Kesehatan yang baik dan energi yang
dibawanya sangatlah vital bagi pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya.

Prinsip-prinsip Dasar dalam Manajemen Waktu

Menurut Robert, dkk (2008:658-659) Manajemen waktu menyediakan suatu proses dapat
digunakan pengusaha untuk menjadi penghemat waktu, bukan pelayan waktu. Penggunaan
waktu dengan efisien membuat pengusaha dapat memperluas dan mengembangkan
perusahaannya dengan baik, meningkatkan produktivitas pribadi dan produktivitas perusahaan,
dan mengurangi gangguan dari bisnisnya terhadap kehidupan pribadinya. Pengusaha dapat
mengembangkan manajemen waktu yang baik dengan cara mengikuti enam prinsip dasar
berikut:

1. Prinsip Keinginan

Prinsip keinginan (principte of desire) mengharuskan pengusaha menyadari bahwa


dirinya adalah pembuang waktu, bahwa waktu adalah sumber daya yang penting, dan ada
kebutuhan untuk mengubah sikap pribadi dan kebiasaan yang terkait dengan alokasi waktu. Jadi
manajemen waktu bergantung pada ketekunan pengusaha, disiplin dirinya sendiri, dan motivasi
untuk mengoptimalkan waktunya.

pribadi

2. Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas (principle of effectivity) mengharuskan pengusaha untuk fokus pada


hal-hal yang paling penting, bahkan ketika dalam tekanan. Kapan pun memungkinkan,
pengusaha harus mencoba menyelesaikan setiap tugasnya dalam satu sesi, yang berarti
dibutuhkan alokasi waktu yang cukup untruk menyelesaikan tugas. Hal ini akan mengeliminasi
waktu yang terbuang untuk kembali pada suatu tugas yang belum diselesaikannya. Walaupun
kualitas juga penting, perfeksionisme tidak, dan bahkan hanya membuat penundaan. Pengusaha
seharusnya tidak menghabiskan waktu untuk melakukan perbaikan kecil pada satu area ketika
waktunya lebih baik dihabiskan pada area lainnya.

3. Prinsip Analisis

Prinsip analisis (principle of analysis) menyediakan informasi bagi pengusaha tentang


bagaimana waktu sedang dialokasikan, yang juga akan menyoroti investasi waktu yang tidak
efisien dan tidak tepat. Pengusaha harus melacak waktunya dalam periode dua minggu,
menggunakan lembar jadwal dengan interval 15 menit, lalu menganalisis bagaimana waktunya
digunakan, di mana waktunya dihabiskan, dan bagaimana "perangkap waktu" ini dapat dihindari
pada masa depan (menggunakan prinsip-prinsip lainnya). Sebagai contoh, pengusaha seharusnya
tidak "bekerja dari nol" dalam memecahkan masalah-masalah yang serupa; alih-alih demikian,
bentuk dan prosedur yang terstandardisasi seharusnya dikembangkan untuk seluruh kejadian dan
operasi yang berulang-ulang.

4. Prinsip Kerja Tim

Analisis waktu akan menampilkan bahwa hanya sedikit waktu yang sebenarnya ada di
bawah kendalinya-kebanyakan waktunya dihabiskan oleh yang lain. Prinsip kerja tim (principle
of teamwork) menyadari bahwa delegasi semakin penting bagi pengusaha dalam
mengembangkan perusahaannya; karena itu, pengusaha harus meminta orang lain mengambil
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang sebelumnya dikerjakan oleh pengusaha.
Pengusaha juga harus membantu anggota lain dari tim manajemen untuk lebih sensitif pada
konsep manajemen waktu ketika berhadapan dengan orang lain di perusahaan, terutama ketnka
berhadapan dengan pengusaha. Perhatikan bahwa mengelola waktu seseorang tidak berarti
bahwa pengusaha tersebut tidak dapat disentuh oleh orang lain; alih-alih demikian, aksesibilitas
justru meningkatkan karena waktu yang dihabiskan dengan yang lainnya sekarang dapat
difokuskan secara penuh pada mereka.

5. Prinsip Perencanaan dengan Prioritas

Prinsip perencanaan dengan prioritas (principle of prioritized planning) mengharuskan


pengusaha mengelompokkan tugas-tugasnya berdasarkan tingkat kepentingannya kemudian
mengalokasıkan waktu untuk tugas-tugas itu berdasarkan pengelompokan ini. Sebagai contoh
setiap hari pengusaha harus mencatat seluruh tugas yang akan diselesaikannya dan menunjukkan
tingkat kepentingannya menggunakan skala 1 hingga hingga 3, dengan 1= sangat penting, 2 =
penting, dan 3 = tidak teclalu penting. Pengusaha lalu dapat fokus pada tugas-tugas yang
terpenting (yang bernomor 1). Lebih jauh lagi, pengusaha dapat memprioritaskan waktunya.
Sebagai contoh, ada beberapa pengusaha yang palıng efisien pada pagi hari, beberapa pada sore
hari, dan beberapa pada malam hari. Periode yang paling efisien seharusnya digunakan untuk
menangani hal yang paling penting.

6. Prinsip Analisis Ulang

Prinsip analisis ulang (principle of reanalysis) mengharuskan pengusaha secara periodik


menelaah proses manajemen waktunya. Pada analisis ulang ini, pengusaha serıng kalı dapat
meningkatkan manajemen waktunya dengan menyelidiki hal-hal yang lebih sistemik (berkenaan
dengan sistem secara luas) dan melihat kembalı kesempatan potensial untuk melakukan delegasi.
Sebagai contoh, staf administrası dan asisten harus dilatih dengan baik dan didorong untuk
mengambil inisiatif, termasuk berkorespondensi dan membalas panggilan telepon berdasarkan
kepentingannya, berhadapan dengan hal-hal yang tingkat kepentingannya rendah bagi
pengusaha, dan menentukan hal-hal rutin yang harus dikerjakan, seperti surat untuk
ditandatangani oleh pengusaha, catatan harian, catatan pengingat, papan operasional, dan suatu
dokumen "tertunda" yang efisien.Semua pertemuan harus dianalisıs untuk memastikan bahwa
segala sesuatunya berjalan efektif. Jika tidak, orang yang menjalankan pertemuannya harus
dilatih untuk dapat melakukannya. Tujuan dari seluruh komite ini harus dianalisis ulang untuk
memastikan bahwa mereka masih memberikan nilai.

Konsep Risiko

- Definisi Risiko

Menurut Rhenald (2010:76) menjelaskan dalam dunia bisnis, kita mengenal beberapa
definisi risiko. Namun, secara umum, konsep risiko selalu dikaitkan dengan adanya suatu
ketidakpastian pada masa yang akan datang. Secara spesifik risiko didefinisikan sebagai adanya
konsekuensi, sebagai dampak adanya ketidakpastian, yang memunculkan dampak yang
merugikan pelaku usaha. Sebaliknya, konsekuensi yang memunculkan dampak yang
menguntungkan tidak dianggap sebagai risiko. Konsekuensi positif ini dianggap sebagai
keuntungan yang diharapkan.

Risiko seperti di atas akan selalu ada dalam kehidupan usaha sehari-hari kita. Intensitas
risiko tersebut akan semakin meningkat manakala kita melakukan kegiatan bisnis. Adalah jamak
jika ingin mendapatkan hasil/keuntungan yang besar, maka kita harus berhadapan dengan risiko
yang besar juga (high risk, high return). Oleh karenanya, dalam proses yang dilewati seorang
wirausaha tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana seorang wirausaha melakukan pengambilan
risiko mendapatkan hasil yang diinginkan.

- Motivasi Mengambil Risiko

Menurut Rhenald (2010:76) menjelaskan terdapat beberapa alasan mengapa seseorang


mengambil risiko. Seseorang mengambil risiko bisa jadi didasari oleh keinginan untuk
mendapatkan tingkat pengembalian/keuntungan yang sepadan dengan pengorbanan yang telah
dia keluarkan. Ketika seseorang melakukan kegiatan yang berisiko karena menginginkan
keuntungan, biasanya dia mampu mengalkulasi besarnya risiko.

Atas dasar kalkulasi tersebut, dia akan menetapkan target keuntungan yang dikehendaki.
Contohnya, seseorang memiliki uang yang akan diinvestasikan. Dia dapat memilih menabung di
bank yang hanya memberi bunga sebesar 5% yang pasti akan dia dapatkan setiap bulannya atau
menginvestasikan dalam bentuk bisnis kuliner dengan potensi keuntungan 300%, Namun,
dengan potensi keuntungan yang besar itu, dia juga memiliki risiko ketidakpastian, yaitu risiko
hasil keuntungan.

Alasan lain seseorang mengambil risiko adalah karena faktor kepepet. Seseorang terpaksa
mengambil risiko karena kondisi yang menyertainya. Karena kepepet, seseorang biasanya tidak
terlalu menghiraukan risiko-risiko yang dihadapi. Jika seseorang memahami risiko yang
dihadapi, biasanya dia tidak punya cukup waktu untuk mengalkulasi besarnya risiko-risiko
tersebut.

- Jenis-Jenis Risiko dalam Bisnis

Menurut Rhenald (2010:76-77) menjelaskan mahasiswa yang akan berbisnis perlu


mengenal beberapa risiko yang sering dijumpai dalam bisnis, khususnya start-up business, yaitu:

1. Risiko Murni

Risiko murni adalah risiko yang muncul sebagai akibat dari sebuah situasi atau keputusan yang
konsekuensinya adalah kerugian. Beberapa bentuk risiko murni yang sering muncul di antaranya
adalah:

a) Risiko hilang/rusaknya aset yang dimiliki yang diakibatkan kebakaran, pencurian,


penggelapan, dan sebagainya.

b) Kecelakaan kerja pada proses produksi.

c) Risiko akibat tuntutan hukum pihak lain, misalnya keracunan dari makanan yang
Anda jual, tuntutan konsumen akibat kelalaian kita, dan sebagainya.

d) Risiko operasional lainnya.

e) Bencana alam (force majeure), seperti banjir, gempa, angin topan, dan
sebagainya.

2. Risiko Spekulatif

Risiko spekulatif adalah risiko yang muncul akibat situasi atau keputusan yang konsekuensinya
bisa berupa keuntungan ataupun kerugian. Contoh risiko spekulatif di antaranya adalah:

a) Risiko Perubahan Harga

Harga pasar suatu produk jasa, atau komoditi dapat berubah-ubah. Ini dapat naik
maupun turun. Terkait dengan perubahan harga input, jika harga input
naik, maka perusahaan dapat mengalami kerugian penurunan marjin
keuntungan. Sebaliknya, jika harga input turun, maka perusahaan dapat mengalami
keuntungan, yaitu berupa kenaikan marjin keuntungan. Terkait dengan harga
output, jika harga output naik, maka perusahaan akan mengalami keuntungan
karena naiknya marjin keuntungan. Sementara, jika harga output turun, maka
perusahaan akan mengalami kerugian, yaitu berupa penurunan marjin
keuntungan,

b) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang
dagang. Jika pihak yang kita berikan kredit mengalami gagal bayar, maka
kita akan mengalami kerugian.

- Bentuk-Bentuk Kerugian Akibat Adanya Risiko

Menurut Rhenald (2010:77-78), terdapat dua jenis kerugian yang diakibatkan oleh risiko, yaitu:

1. Kerugian Langsung

Yaitu jumlah nominal yang harus ditanggung akibat dampak langsung dari risiko yang
dapat terjadi. Misalnya, terjadi korsleting listrik pada toko yang digunakan untuk usaha
sehingga terjadi kebakaran. Dari risiko kebakaran tersebut, teridentifikasi jumlah kerugian
langsung adalah nilai barang dagangan yang rusak akibat kebakaran dan nilai kerusakan
bangunan tokotersebut.

2. Kerugian Tidak Langsung

Yaitu nominal yang harus ditanggung akibat dampak tidak langsung risiko yang
terjadi,misalnya kemungkinan penjualan atau keuntungan yang gagal diterima akibat terjadinya
risiko munculnya biaya operasional tambahan, kesempatan investasi yang hilang, dan
bermacam kerugian lainnya.

Nanti setelah Anda memiliki usaha, Anda dengan mudah dapat mengalkulasi seberapa besar
risiko yang mungkin terjadi. Cara yang dapat Anda gunakan, yaitu:

a) Tentukan seberapa sering suatu risiko terjadi (frekuensi atau probability-nya):

b) Tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi (dampak);

c) Hitung kemungkinan prediksi kerugian, dengan formula: Frekuensi x Dampak

Berikut adalah contoh mengalkulasi risiko:


Anda memiliki risiko terjadinya pencurian barang dagangan. Setelah diidentifikasi, potensi
terjadinya risiko tersebut adalah 5 kali dalam 1 bulan. Untuk setiap kejadian pencurian barang
tersebut, rata-rata Anda mengalami kerugian Rp.300.000.

Dari informasi di atas, Anda dapat menghitung prediksi besarnya kerugian yang dihadapi dari
risiko pencurian barang dagangan tersebut dalam satu bulan, yaitu:

= 5 x Rp.300.000 = Rp.1.500,000

Artinya: dalam satu bulan, terdapat risiko pencurian barang dagangan yang berpotensi
menyebabkan kerugian sebesar Rp.1.500,000.

- Pengelolaan Risiko

Menurut Rhenald (2010:78-79) menjelaskan untuk melakukan pengelolaan risiko, dapat


menggunakan prinsip Pareto dari berbagai potensi risiko yang berhasil diidentifikasi. Caranya
adalah dengan membuat urutan risiko-risiko yang potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian
yang dihasilkan, dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Selanjutnya, lakukan
prioritas dalam pengelolaan terhadap risiko yang memiliki prediksi kerugian yang paling besar
terhadap bisnis Anda.

Dari setiap tipe risiko yang masuk dalam prioritas tersebut, selanjutnya Anda dapat
menggunakan 4 pilihan strategi pengelolaan risiko, yaitu:

1) Dikontrol (risk control)

Yaitu upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang kita
identifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak
yang mungkin terjadi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol risiko di
antaranya adalah membuat dan mengimplementasikan standard operating procedure (SOP) yang
baik, melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses, melengkapi
area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja, dan termasuk mengintroduksi budaya sadar
risiko kepada semua karyawan.

2) Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)

Yaitu upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang kita
hadapi terhadap pihak lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mernindahkan risiko terjadinya
kebakaran toko kepada perusahaan asuransi, Sedangkan untuk memindahkan risiko
meningkatnya beban biaya tetap pegawai, dapat dilakukan dengan kontrak outsourcing.
Demikian pula untuk memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat
dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya biaya
persediaan ke tangan supplier.

3) Dibiayai sendiri (risk retention)


Yaitu upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh risiko.Dalam konteks
mendanai risiko ini, terdapat dua cara, yaitu dengan menyiapkan dana cadangan (allowance)
khusus untuk mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan. Pembuatan dana cadangan
tentu akan membuat modal kerja meningkat. Sementara, jika membiayai risiko tanpa dana
cadangan, akan menimbulkan risiko baru, yaitu terganggunya kegiatan bisnis yang telah
direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, ada risiko kebakaran dari toko yang digunakan. Jika
kebijakan pengelolaan risiko adalah dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang
seharusnya untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut
sehingga ekspansi gagal dilakukan.

4) Dihindari (risk avoidance)

Yaitu tindakan secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi, Misalnya, jika
selama satu minggu ke depan diprediksi hujan akan turun sangat lebat, maka jika Anda
mempunyai bisnis restoran, Anda disarankan untuk menghindari penjualan bermacam-
macam minuman dingin/ aneka es. Hal ini dilakukan karena kemungkinan produk-produk itu
tidak akan laku. Namun perlu diingat, sebagai wirausaha, terlalu sering melakukan
penghindaran risiko bisa berdampak terhadap lambatnya pengembangan usaha karena bisa jadi
ada banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan.

Pada tahapan pengelolaan risiko ini, Anda dapat menggunakan satu metode di atas atau
mengombinasikan beberapa metode yang ada.

- Tips Praktis

Menurut Rhenald (2010: 80) tips dan trik praktis yang dapat digunakan oleth wirausaha pemula
untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin terjadi di atas.

1) Pahamilah bahwa risiko yang Anda hadapi bukanlah penghambat bagi seseorang untuk
maju. Risiko justru harus diambil sebagai konsekuensi karena kita menginginkan sesuatu
yang lebih baik (keberhasilan). Sebagai hukum alam, semakin tinggi hasil yang
kita inginkan, maka semakin besar juga risiko yang harus kita hadapi dan kita kelola.

2) Anda tidak perlu panik. Tahap pertama yang harus Anda lakukan adalah mengidentifikasi
risiko apa yang berpotensi muncul. Anda dapat memulai dari lingkungan di sekitar Anda
untuk mengidentifikasi risiko tersebut. Anda juga dapat mengidentifikasi risiko dari
hubungan Anda dengan para pemasok, dengan pelanggan, maupun dengan competitor
bisnis Anda.

3) Dari risiko-risiko yang telah teridentifikasi di atas, tentukan seberapa sering risiko
tersebut muncul.

4) Tentukan juga seberapa besar potensi dampak yang mungkin terjadi dari risiko yang telah
teridentifikasi.
5) Siapkan langkah-langkah mitigation risiko "hanya" pada risiko yang dominan/prioritas.
Hal ini dilakukan mengingat banyak hal yang harus Anda lakukan dalam bisnis.
Terlalu fokus pada risiko-risiko yang kurang prioritas akan menghabiskan waktu Anda
atau bahkan membuat Anda menjadi ragu-ragu (takut) melanjutkan bisnis Anda.

6) Untuk melakukan mitigation risiko di atas, pastikan Anda menggunakan


pendekatan"manfaat- biaya" Hitung dengan benar biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengelola risiko, dan pastikan manfaat yang Anda peroleh dari pengelolaan risiko
tersebut lebih besar dari biaya yang Anda keluarkan.

Menurut Nugroho (2008:51) menjelaskan ada 3 golongan sikap dalam hubungan dengan risiko :

1) Risk Preference

Golongan orang suka risiko

Contohnya: Orang yang senang berspekulasi risikonya besar karena potensi diperolehnya
hasil hanya berupa harapan.

2) Risk Aversion

Golongan orang yang tidak suka risiko.

Contohnya: Para manajer, karena manajer dalam mengambil keputusan berusaha


mengurangi risiko yang mungkin terjadi.

3) Risk Neutrality

Golongan orang netral terhadap adanya risiko.

Contohnya: Olahragawan (atlet)


LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen waktu?

2. Sebutkan keuntungan dari dari manajemen waktunya secara efektif!

3. Sebutkan enam prinsip dasar dalam mengembangkan manajemen waktu yang baik!

4. Jelaskan apa itu prinsip efektivitas dalam manajemen waktu!

5. Jelaskan apa itu prinsip analisis dalam manajemen waktu!

6. Apa yang dimaksud dengan risiko menurut Rhenald?

7. Sebutkan jenis-jenis risiko dalam bisnis!

8. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?

9. Jelaskan 4 pilihan strategi pengelolaan risiko!

10. Sebutkan bentuk-bentuk kerugian akibat adanya risiko!

JAWABAN

1. Menurut Robert, dkk (2008:656) Manajemen waktu (time management) adalah proses
meningkatkan produktivitas seseorang melalui penggunaan waktu yang lebih efisien.

2. 1. Meningkatnya Produktivitas

2. Meningkatnya Kepuasan Kerja

3. Meningkatnya Hubungan Interpersonal

4. Berkurangnya Kegelisahan dan Ketegangan Soal Waktu

5. Kesehatan yang Lebih Baik

3. 1. Prinsip Keinginan

2. Prinsip Efektivitas

3. Prinsip Analisis
4. Prinsip Kerja Tim

5. Prinsip Perencanaan dengan Prioritas

6. Prinsip Analisis Ulang

4. Prinsip efektivitas (principle of effectivity) mengharuskan pengusaha untuk fokus


pada hal-hal yang paling penting, bahkan ketika dalam tekanan. Kapan pun
memungkinkan, pengusaha harus mencoba menyelesaikan setiap tugasnya dalam satu
sesi, yang berarti dibutuhkan alokasi waktu yang cukup untruk menyelesaikan tugas.
Hal ini akan mengeliminasi waktu yang terbuang untuk kembali pada suatu tugas yang
belum diselesaikannya. Walaupun kualitas juga penting, perfeksionisme tidak, dan
bahkan hanya membuat penundaan. Pengusaha seharusnya tidak menghabiskan waktu
untuk melakukan perbaikan kecil pada satu area ketika waktunya lebih baik
dihabiskan pada area lainnya.

5. Prinsip analisis (principle of analysis) menyediakan informasi bagi pengusaha


tentang bagaimana waktu sedang dialokasikan, yang juga akan menyoroti investasi waktu
yang tidak efisien dan tidak tepat. Pengusaha harus melacak waktunya dalam periode dua
minggu, menggunakan lembar jadwal dengan interval 15 menit, lalu menganalisis
bagaimana waktunya digunakan, di mana waktunya dihabiskan, dan bagaimana
"perangkap waktu" ini dapat dihindari pada masa depan (menggunakan prinsip-prinsip
lainnya). Sebagai contoh, pengusaha seharusnya tidak "bekerja dari nol" dalam
memecahkan masalah-masalah yang serupa; alih-alih demikian, bentuk dan prosedur
yang terstandardisasi seharusnya dikembangkan untuk seluruh kejadian dan operasi yang
berulang-ulang.

6. Secara spesifik risiko didefinisikan sebagai adanya konsekuensi, sebagai dampak


adanya ketidakpastian, yang memunculkan dampak yang merugikan pelaku usaha.
Sebaliknya, konsekuensi yang memunculkan dampak yang menguntungkan tidak
dianggap sebagai risiko. Konsekuensi positif ini dianggap sebagai keuntungan yang
diharapkan.

7. 1. Risiko Murni

2. Risiko Spekulatif

8. Risiko kredit adalah risiko yang muncul dari transaksi kredit, seperti utang
dagang. Jika pihak yang kita berikan kredit mengalami gagal bayar, maka kita
akan mengalami kerugian.

9. 1) Dikontrol (risk control)


Yaitu upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang kita
identifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko juga dimaksudkan untuk mengurangi
dampak yang mungkin terjadi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol
risiko di antaranya adalah membuat dan mengimplementasikan standard operating
procedure (SOP) yang baik, melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas
produk dan proses, melengkapi area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja, dan
termasuk mengintroduksi budaya sadar risiko kepada semua karyawan.

2) Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)

Yaitu upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang
kita hadapi terhadap pihak lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mernindahkan risiko
terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi, Sedangkan untuk memindahkan
risiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai, dapat dilakukan dengan kontrak
outsourcing. Demikian pula untuk memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada
konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan
risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.

3) Dibiayai sendiri (risk retention)

Yaitu upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh risiko.Dalam


konteks mendanai risiko ini, terdapat dua cara, yaitu dengan menyiapkan dana cadangan
(allowance) khusus untuk mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan.
Pembuatan dana cadangan tentu akan membuat modal kerja meningkat. Sementara, jika
membiayai risiko tanpa dana cadangan, akan menimbulkan risiko baru, yaitu
terganggunya kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh,
ada risiko kebakaran dari toko yang digunakan. Jika kebijakan pengelolaan risiko adalah
dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi
usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut sehingga ekspansi gagal
dilakukan.

4) Dihindari (risk avoidance)

Yaitu tindakan secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi, Misalnya,
jika selama satu minggu ke depan diprediksi hujan akan turun sangat lebat, maka jika
Anda mempunyai bisnis restoran, Anda disarankan untuk menghindari penjualan
bermacam-macam minuman dingin/ aneka es. Hal ini dilakukan karena kemungkinan
produk-produk itu tidak akan laku. Namun perlu diingat, sebagai wirausaha, terlalu
sering melakukan penghindaran risiko bisa berdampak terhadap lambatnya
pengembangan usaha karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang
terlewatkan.

10. Kerugian langsung dan kerugian tidak langsung


Aksebilitas : derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan
ataupun lingkungan

Competitor : saingan

Delegasi : perwakilan atau utusan dengan proses penunjukan secara langsung


maupun secara musyawarah untuk mengutusnya menjadi salah
satu perwakilan suatu kelompok atau lembaga

Efektif : cara mencapai suatu tujuan dengan pemilihan cara yang benar dari
beberapa alternatif, kemudian mengimplimentasikan pekerjaan
dengan tepat dengan waktu yang cepat

Efesien : cara untuk mencapai suatu tujuan dengan penggunaan sumber daya yang
minimal namun hasil maksimal. Sumber daya diolah dengan bijak
dan hemat sehingga uang, waktu dan tenaga tidak banyak terbuang

Espirit de corps : perjuangan untuk keterlibatan dan kesatuan karyawan

Intensitas :  keadaan tingkatan atau ukuran.

Mengalkulasi : menghitung satu per satu

Mengintroduksi : dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman,


atau pengertian dinamis lainnya.

Outsourcing : pemindahan pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

Perfeksionisme : keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai


kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi

Produktivitas : suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur
dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal

Anda mungkin juga menyukai