Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)

Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

PENYUSUNAN ARAHAN PENGEMBANGAN


PARIWISATA DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG GUNTUR

ENNI LINDIA MAYONA

Jurusan Teknik Planologi Itenas Bandung email : emayona@yahoo.com

Abstrak— Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Guntur memiliki posisi lokasi strategis
jika dikaitkan dengan kebijakan “segitiga emas” pengembangan pariwisata Kabupaten
Garut yang mencakup Wisata Candi Cangkuang, Situ Bagendit dan Gunung Papandayan.
Lokasi TWA Gunung Guntur merupakan satu kesatuan lingkungan dengan Kawasan
Wisata Cipanas, dan lokasinya berada di tengah-tengah wilayah sehingga dapat
menangkap peluang pergerakan wisatawan ke Kabupaten Garut dari arah utara menuju
selatan. Di sisi lain, TWA Gunung Guntur termasuk kawasan pelestarian alam dan rawan
bencana alam sehingga pengembangannya membutuhkan arahan pemanfaatan yang
sesuai dengan potensi wilayah dan kebijakan yang terkait. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menyusun arahan pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam
(TWA) Gunung Guntur, dengan sasaran teridentifikasinya potensi dan permasalahan
kawasan serta tersusunnya konsep arahan pengembangan pariwisata di TWA Gunung
Guntur. Arahan pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Gunung Guntur
dilakukan dengan konsep “Taman Wisata Alam Gunung Guntur; Sebuah Pemandangan
dan Kekhasan Flora Yang Responsif” yang terintegrasi dengan Kawasan Cipanas dan
Curug Citiis, dengan pembagian 2 (dua) zona pengembangan kegiatan pariwisata yaitu
Zona Pengembangan Cipanas – Curug Citiis dan Zona Pengembangan Curug Citiis –
Tanjung Kemuning. Konsep zoning yang diterapkan mempertimbangkan pembentuk
ruang primer dan sekunder. Pembentuk ruang primer memiliki peruntukkan utama yaitu
taman wisata alam yang dibagi menjadi 3 (tiga) zona utama yaitu Zona
Pengantar/penerima, Zona Pelayanan, serta Zona RTH. Masing-masing zona
pengembangan memiliki kondisi yang cukup jauh berbeda sehingga pengembangan
elemen dan prasarana serta utilitasnya perlu penanganan yang berbeda pula.

Kata kunci— Pengembangan Pariwisata, Taman Wisata Alam Gunung Guntur

1. PENDAHULUAN Lindung seluas 500 Ha, sedangkan sisanya


7.536 Ha masih tetap berfungsi sebagai Cagar
Gunung Guntur merupakan kawasan hutan dan Alam. Hutan lindung dikelola oleh Perhutani
termasuk Hutan Gunung Guntur-Kamojang. dan cagar alam serta taman wisata alam
Secara administratif kawasan tersebut berada dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber
pada wilayah Kecamatan Tarogong Kaler, Daya Alam. Kawasan Hutan Kamojang-
Banyuresmi dan Leles, yang ditetapkan Gunung Guntur telah berubah kembali
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan seluruhnya menjadi taman wisata alam seluas
dan Perkebunan Nomor: 274/Kpts-II/1999 250 Ha dan cagar alam seluas 8.036 Ha
tanggal 7 mei 1999 tentang Perubahan Fungsi berdasarkan reskoring yang ditetapkan oleh
Sebagian Cagar Alam Kawah Kamojang- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
Gunung Guntur seluas 8.286 Ha menjadi 195/Kpts-II/2003 tanggal 4 Juli 2003.
Taman Wisata Alam seluas 250 Ha dan Hutan

Perencanaan Wilayah Kota G-1


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

Taman Wisata Alam Gunung Guntur pedoman yang berkenaan dengan arahan
seluruhnya dikelola oleh BKSDA Jawa Barat pengembangan kawasan.
dan Banten. Kawasan ini memiliki daya tarik • Observasi lapangan bertujuan
berupa medan gunung yang menantang, mengidentifikasi karakter kawasan secara
lembah, air terjun, sungai, panorama alam dan keseluruhan. Sesuai definisinya Taman
kawah. Kawasan Gunung Guntur memiliki wisata alam (TWA) adalah kawasan
konfigurasi umum lahan bergunung dengan pelestarian alam yang terutama
kemiringan lahan yang sangat curam dan dimanfaatkan untuk pariwisata dan
memiliki material tanah berupa tanah pasir rekreasi alam (Undang-undang No.5
berbatu dengan stabilitas tanah tergolong labil Tahun 1990 Pasal 1). Taman wisata alam
dan tingkat kelongsoran tanah yang tinggi. dapat dilakukan kegiatan untuk pariwisata
Kawasan ini berdasarkan RIPPDA Kabupaten alam dan rekreasi; penelitian dan
Garut merupakan salah satu prioritas pengembangan; pendidikan; dan kegiatan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Garut. penunjang budidaya dan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut (PP 68/1998 Pasal
TWA Gunung Guntur termasuk kawasan 33) :
pelestarian alam sehingga pengembangannya - mempunyai daya tarik alam berupa
membutuhkan arahan pemanfaatan yang sesuai tumbuhan, satwa atau ekosistem, gejala
dengan potensi wilayah dan kebijakan yang alam serta formasi geologi yang
terkait. Oleh karena itu, dalam upaya menarik;
penanganan TWA Gunung Guntur dibutuhkan - mempunyai luas yang cukup untuk
arahan pengembangan kawasan yang sesuai menjamin kelestarian potensi dan daya
agar tercapainya optimalisasi penggalian tarik untuk dimanfaatkan bagi
potensi terutama dalam pemanfaatan jasa pariwisata dan rekreasi alam;
lingkungan dan pengembangan pariwisata - kondisi lingkungan di sekitarnya
alam. Penelitian ini bertujuan menyusun mendukung upaya pengembangan
Arahan Pengembangan Pariwisata di Taman pariwisata alam.
Wisata Alam (TWA) Gunung Guntur, melalui
identifikasi potensi dan permasalahan kawasan Pengamatan yang menyeluruh tersebut
dan perumusan konsep pengembangan dimaksudkan untuk menangkap karakter
kawasan. sesungguhnya dari pola kegiatan dan
penggunaan ruang. Identifikasi karakter
Diharapkan melalui perumusan arahan kawasan memberikan pemahaman spasial
pengembangan pariwisata di TWA Gunung dan fungsional yang lebih mendalam
Guntur ini menjadi masukan penting bagi sebagai dasar penyusunan arahan
pemerintah daerah didalam merumuskan pengembangan TWA Gunung Guntur.
kebijakan pengembangan potensi kawasannya.
• Analisis kondisi eksternal dan internal
2. METODOLOGI kawasan. Analisis ini lebih ditujukan
sebagai dasar untuk merumuskan upaya
Metode penelitian ini mencakup : mengembangkan kepariwisataan dari sisi
sediaan daya tarik kawasan berupa
• Kajian literatur meliputi 4 (empat) jenis pengembangan sumber daya demi
kegiatan, yaitu: Kajian teoritik terkait kepuasan pengunjung (Gunn, 1988; 68).
pengembangan kawasan wisata dan Analisis eksternal dilakukan dengan
pelestarian alam, Review studi mengkaji kedudukan kawasan studi
pendahuluan yang pernah dilakukan terkait terhadap kontelasi ruang yang lebih luas
dengan kawasan TWA, penelaahan dan kebijakan yang mempengaruhi
kebijakan tata ruang dan kebijakan pengembangan kawasan.
penunjang lainnya; dan review standar dan

Perencanaan Wilayah Kota G-2


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

Analisis internal dilakukan dengan Kabupaten Garut termasuk dalam Kawasan


mengkaji daya tarik pariwisata dan kondisi Andalan Priangan Timur. Gunung Guntur
fisik kawasan. Daya tarik pariwisata adalah merupakan salah satu obyek pariwisata dari 6
“sesuatu” yang ada di lokasi tujuan wisata (enam) obyek yang diprioritaskan untuk
yang tidak hanya menawarkan/ dikembangkan di Kabupaten Garut.
menyediakan sesuatu bagi wisatawan
untuk dilihat dan dilakukan, tetapi juga Taman Wisata Alam Gunung Guntur termasuk
menjadi magnet penarik seseorang untuk ke dalam jenis wisata dan rekreasi alam
melakukan perjalanan selain itu juga untuk Kabupaten Garut, yakni Wisata alam
dinikmati, diikuti, dibeli [Gunn, 1988; gunungapi dengan berbagai jenis wisata dan
107]; Daya tarik wisata alam dapat berupa rekreasi yang memanfaatkan kondisi dan
Benda-benda alam, Iklim,Pemandangan karakteristik gunungapi Guntur sebagai daya
dan Fauna dan flora (Warpani&Indira P, tarik atau media kegiatannya (gambar 1).
2007:45). Kondisi fisik kawasan yang
dikaji mencakup kondisi geografi, Secara administrasi TWA Gunung Guntur
topografi, jenis tanah, kondisi seluas 250 Ha terletak di Kecamatan Tarogong
geologi,klimatologi dan kerawanan Kaler Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat.
bencana alam. Kawasan ini lokasinya berdekatan dengan
Output akhir tahap analisis ini adalah kawasan wisata Cipanas.
untuk mendapatkan gambaran potensi dan
permasalahan kawasan sebagai dasar Kawasan TWA Gunung Guntur merupakan
Penyusunan Konsep Arahan suatu hamparan topografi bergelombang
Pengembangan Pariwisata di TWA sampai dengan curam pada ketinggian 2.249 m
Gunung Guntur. di atas permukaan laut, terdiri dari batuan dan
tanah vulkanik.
• Penyusunan konsep arahan pengembangan
pariwisata melalui analisis proses Kemiringan lereng pada Kawasan TWA
pemahaman kualitas lokasi dengan Gunung Guntur yang berada di Kecamatan
mempertimbangkan faktor-faktor karakter Tarogong Kaler, berada pada kisaran yang
lokasi dengan mempertimbangkan potensi cukup terjal yaitu antara 15 – 40% dengan
dan permasalahan yang telah dihasilkan rincian kemiringan lereng kawasan sebagai
pada tahap sebelumnya. Konsep berikut:
pengembangan pariwisata yang
dirumuskan terdiri dari tema - Kemiringan lereng 15-25% terletak di
pengembangan, pembagian zona sebagian kecil kawasan, kategori
pengembangan, dan identifikasi komponen kemiringan lereng ini adalah agak curam
pembentuk ruang. Hasil akhir yang ingin
dicapai adalah tersusunnya Arahan - Wilayah dengan kemiringan lereng antara
Pengembangan Pariwisata di Taman 25-40% merupakan wilayah yang terbesar
Wisata Alam Gunung Guntur dengan di Kawasan TWA Gunung Guntur,
optimalisasi pemanfaatan Kawasan tanpa kategori kemiringan lereng ini adalah
mengurangi fungsi dan kelestarian sumber curam
daya hutan/alam yang ada disekitarnya.
- Kemiringan lereng >40% terdapat di
3. HASIL bagian utara kawasan, kategori kemiringan
lereng ini adalah sangat curam
Secara administratif, Kawasan Taman Wisata
Alam Gunung Guntur termasuk dalam wilayah Jenis tanah di kawasan ini terdiri dari
Kabupaten Garut. Dalam Rencata Tata Ruang Assosiasi Andosol dan Latosol Coklat. Jenis
Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat, tanah tersebut umumnya merupakan jenis

Perencanaan Wilayah Kota G-3


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

tanah bercampur yang mengalami proses dari luas.


abu/tuf gunung api. Jenis tanah ini sangat
sesuai untuk ditanami dengan tanaman bunga- Kendala pengembangan kawasan adalah
bungaan, dan tanaman kehutanan seperti sebagai berikut :
pinus. - Lokasi tapak yang berada pada kemiringan
yang relatif curam yaitu berada pada
Di Kawasan TWA Gunung Guntur, curah kemiringan 15-40% sehingga sangat rawan
hujan berkisar antara 1500-2500 mm/thn dan terhadap bencana. Terutama tapak ini
curah hujan di kawasan ini rendah memiliki iklim tropis basah sehingga
dibandingkan dengan curah hujan di bagian bencana erosi kemungkinan besar dapat
selatan Kabupaten Garut. terjadi.
- Lokasi tapak berada pada topografi yang
Berdasarkan tingkat kerentanan gerakan tanah, tidak memungkinkan untuk pengembangan
Kawasan TWA Gunung Guntur terdiri dari 2 bangunan permanen
(dua) zona sebagai berikut : - Luas kawasan yang dapat dimanfaatkan
- Zona kerentanan gerakan tanah menengah hanyalah 10% dari total luas yang ada yaitu
Zona kerentanan gerakan tanah menengah seluas 25 ha.
terdapat pada badan perbukitan dan
pegunungan dengan sudut lereng antara 25
– 40%. Potensi gerakan tanah pada zona ini 4. PEMBAHASAN
cenderung lebih sensitif jika terjadi
perubahan atau gangguan terhadap Pengembangan Kawasan Wisata Alam
kestabilan lerengnya. Pengupasan lereng Gunung Guntur jika dilihat berdasarkan
dan penebangan vegetasi dapat memicu potensi dan masalah yang ada dapat diarahkan
terjadinya gerakan tanah. sebagai Kawasan wisata alam penunjang
- Zona kerentanan gerakan tanah tinggi fungsi kawasan Gunung Guntur yaitu sebagai
Zona kerentanan gerakan tanah tinggi kawasan lindung. Pengembangan TWA
terdapat pada badan perbukitan dan Gunung Guntur dipengaruhi oleh faktor alam
pegunungan dengan sudut lereng > 40%. dan faktor estetika, Daya tarik pariwisata
(Gunn, 1988; 107) yang dapat dikembangkan
Pada lokasi Taman Wisata Alam Gunung adalah daya tarik fisik berupa pemandangan
Guntur terdapat beberapa jenis vegetasi yang alam pegunungan dan kekhasan ragam flora.
juga menjadi tanaman khas kawasan tersebut (Gunn,1994).
dan termasuk ke dalam kelompok hutan
lindung, yaitu Jamuju, Puspa, Saninten, Konsep penataan Taman Wisata Alam Gunung
Pasang dan Rasamala. Guntur mengangkat tema “Taman Wisata
Alam Gunung Guntur; Sebuah Pemandangan
Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat dan Kekhasan Flora Yang Responsif”. Ragam
bahwa Kawasan TWA Gunung Guntur pariwisata yang dapat dikembangkan adalah
memiliki potensi sebagai berikut : wisata petualangan, rekreasi dan pendidikan
- Pengembangan tapak untuk kawasan taman (Warpani & Indira P:13-14). Ragam tersebut
wisata alam didukung oleh kebijakan sesuai dengan peraturan yang menyatakan
Kabupaten Garut mengenai arahan bahwa taman wisata alam sesuai fungsinya
pengembangan kawasan wisata alam di dapat dimanfaatkan untuk keperluan
kawasan lindung pariwisata alam dan rekreasi; penelitian dan
- Lokasi kawasan strategis dan dekat dengan pengembangan; pendidikan; dan kegiatan
berbagai potensi wisata di sekitarnya penunjang budidaya (PP Nomor 68 Tahun
seperti kawasan Cipanas, dan Curug Citiis 1998 pasal 53).
sehingga dapat berpotensi besar di dalam
integrasi kegiatan pariwisata yang lebih

Perencanaan Wilayah Kota G-4


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

Konsep pengembangan taman wisata alam ini secara optimal dan mendukung perkembangan
diintegrasikan dengan perkembangan pariwisata di Kabupaten Garut.
pariwisata yang telah ada sebelumnya yaitu
Kawasan wisata Cipanas dan Curug Citiis Ketentuan penggunaan ruang dari kawasan
(gambar 2). Pembagian zona kegiatan tersebut wisata yang direncanakan untuk kegiatan
adalah sebagai berikut : wisata alam di tapak Gunung Guntur ini,
berdasarkan Tourism Development Study of
• Zona Cipanas – Curug Citiis . java and Madura, Netherlands Institute of
Penataan kawasan di zona ini memanfaatkan Tourism Consultant, Indonesia, Annexes IV,
Cipanas (Cipanas Indah) sebagai gerbang 1975 adalah:
utama menuju Kawasan Taman Wisata Alam  15% dari seluruh kawasan yang
Gunung Guntur. Kawasan Cipanas dijadikan direncanakan digunakan untuk mendirikan
satu kesatuan ruang karena pengembangan bangunan
TWA Gunung Guntur tidak dapat berdiri  20% dari seluruh kawasan yang
sendiri tanpa memperhatikan keberadaan direncanakan digunakan untuk mendukung
kawasan Cipanas sebagai daya tarik utama fasilitas
kawasan pariwisata yang berkembang saat ini.  20% dari seluruh kawasan yang
direncanakan digunakan untuk keperluan
Kawasan Cipanas memiliki tema aksesibilitas atau jaringan jalan dan
pengembangan pariwisata yang selaras dengan pedestrian sidewalks
tujuan pengembangan TWA yaitu “suatu
kawasan yang memiliki daya tarik wisata yang Konsep zoning yang diterapkan pada kawasan
khas daerah, ketersediaan fasilitas penunjang mempertimbangkan pembentuk ruang primer
wisata, dan aksesibilitas yang berpotensi untuk dan sekunder. Penentuan pmanfaatan ruang di
dikembangkan, didukung oleh potensi pasar dalam zonasi tersebut dikembangkan dengan
wisatawan yang mampu menggerakkan luasan maksimum yang dapat dimanfaatkan
pengembangan pariwisata kawasan, dengan untuk pembangunan sarana dan prasarana
tetap menitikberatkan pada pelestarian budaya pariwisata alam maksimum 10% (sepuluh
dan lingkungan alam “. Dengan terintegrasinya perseratus) dari luas blok pemanfaatan taman
kegiatan pariwisata Gunung Guntur dengan wisata alam (PP 36 Tahun 2010:18).
Kawasan Cipanas diharapkan dapat
Pembentuk ruang primer memiliki
mendukung pengembangan kawasan Wisata
peruntukkan utama yaitu taman wisata alam
Gunung Guntur sebagai taman Wisata Alam
yang dibagi menjadi 3 (tiga) zona utama yaitu
secara optimal.
Zona Pengantar/penerima, Zona Pelayanan,
serta Zona RTH. Masing-masing zona
Zona Curug Citiis–Tanjung Kamuning
pengembangan memiliki kondisi yang cukup
Zona ini berada di dalam TWA Gunung
jauh berbeda sehingga pengembangan
Guntur seluas 25 Ha. Curug Citiis menjadi
prasarana dan utilitas perlu penanganan yang
daya tarik utama Wisata alam. Penataan
berbeda pula.
kawasan ini sesuai dengan ketetapan lampiran
KepMenhut 274/Kpts-II/1999.
Komponen-komponen perancangan dalam
menunjang kegiatan wisata di kawasan tersebut
Kegiatan wisata yang dikembangkan pada dua
dimasukkan ke dalam masing-masing
zona ini bertujuan mendukung potensi Curug
kelompok kegiatan dan kemudian dibagi
Citiis dan Kawasan Wisata Cipanas. Dengan
menjadi 3 (tiga) elemen yaitu elemen utama,
adanya pembagian zona pengembangan ini
elemen penunjang dan elemen pelengkap.
maka perkembangan kegiatan pariwisata di
Berdasarkan fungsinya, elemen-elemen
Gunung Guntur diharapkan dapat berjalan
tersebut meliputi :

Perencanaan Wilayah Kota G-5


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

a. Elemen utama; terdiri dari Kantor wisatawan yang ingin menikmati


pengelola, Mushola,Tempat Peristirahatan/ pemandangan keindahan-keindahan yang
Gazebo/ Saung dan View Point, Pedestrian ada di Gunung Guntur dengan
Sidewalks,Kolam Pemancingan, Theatre keanekaragaman flora lokal yang dapat
Hall, Taman Wisata Alam berisi tanaman berguna untuk keperluan pendidikan.
lokal, Taman Burung yang terletak di Kawasan Gunung Guntur yang
dalam Taman Wisata Alam Gunung Guntur merupakan bagian dari Cagar Alam
dan Camping Ground Kawah Kamojang ditetapkan dengan
b. Elemen penunjang; terdiri dari Pusat tujuan untuk perlindungan flora endemik
Informasi Pariwisata (PIP), Warung Pulau Jawa antara lain Jamuju, Puspa,
makan/Restoran, Kios Telekomunikasi, Saninten, Pasang dan Rasamala (KepMen
Kios Cenderamata, Playground, Fasilitas Kehutanan dan Perkebunan No.274/Kpts-
Permainan (Games Facility) seperti II/1999)
paintball dan Fasilitas Olah raga
c. Elemen Pelengkap; terdiri dari Pintu Tersedia pula kegiatan wisata paintball
Gerbang dan Loket Karcis, Pos Jaga, dan bendungan kecil (Small Dam) untuk
Klinik, Toilet Umum dan Bangku Taman pembangkit tenaga listrik tambahan dan
air terjun berupa Curug Citiis (gambar 5).
Konsep pengembangan pada masing-masing
zona adalah sebagai berikut : Konsep pergerakan pada Zona Cipanas Indah
• Zona Cipanas – Curug Citiis – Curug Citiis berupa prasarana jalan yang
Zona ini memiliki kondisi tapak yang agak hanya dapat menampung beban tidak berat
labil hingga ke curam namun masih yaitu beban manusia dan kendaraan roda dua
dimungkinkan untuk dibangun suatu fasilitas sehingga jenis jalannya hanya pavingblock
pelayanan umum. atau jalan bebatuan yang dipadatkan dan
masih memiliki kemampuan untuk menyerap
limpasan air hujan mengingat kondisi tapak
Pembagian Zona adalah sebagai berikut :
dalam taman wisata alam ini cukup rentan
• Zona penerima merupakan zona awal bagi terhadap erosi dan gempa. Pola jalan yang
para wisatawan dalam memulai aktivitas dimungkinkan berupa pola Curvilinear.
wisata. Zona penerima ini terletak di
sebelah utara dengan jalan utama sebagai • Zona Curug Citiis - Tanjung Kemuning
jalan masuk yaitu Jalan Cipanas Indah. Zona ini merupakan kawasan Taman Wisata
Pada zona terdapat pintu gerbang dan Alam Gunung Guntur sehingga tidak
bangunan–bangunan informasi, loket dan diperkenankan untuk dikembangkan suatu
pos jaga (gambar 3). bentuk bangunan apapun mengingat lokasi ini
merupakan kawasan lindung Kabupaten
• Zona pelayanan terletak di sebelah utara Garut. Namun pada Zona masuk Jalan
zona penerima, dimana di dalamnya Tanjung kemuning terletak di luar site (tapak)
terdapat wisata alam berupa kolam Taman Wisata Alam tersebut memungkinkan
pemancingan, theatre hall, playground, untuk dikembangkan fasilitas pelayanan
dan penelitian tentang struktur batuan umum sebagai daya tarik wisata dengan
serta tempat bagi wisatawan yang ingin harapan adanya fasilitas penunjang dan
beristirahat berupa saung/gazebo, selain pelengkap dalam TWA Gunung Guntur ini
itu terdapat kios-kios cinderamata dan sehingga dapat menarik minat pengunjung
makanan khas garut (gambar 4). atau wisatawan untuk melakukan kegiatan
pariwisata di zona wisata ini.
• Zona RTH terletak di sebelah utara dari
zona lainnya, zona ini diperuntukkan bagi

Perencanaan Wilayah Kota G-6


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

Kebutuhan prasarana dan sarana pada Zona jalannya hanya jalan bebatuan yang
Curug Citiis – Tanjung Kemuning lebih besar dipadatkan yang masih memiliki kemampuan
dibandingkan Zona Cipanas – Curug Citiis, untuk menyerap limpasan air hujan mengingat
hal tersebut dikarenakan lokasi tapak pada kondisi tapak dalam taman wisata alam ini
Zona Citiis – Tanjung Kemuning memiliki cukup rentan terhadap erosi, Pada zona ini
topografi yang landai sehingga terdapat banyak aliran air permukaan berupa
memungkinkan untuk dikembangkan suatu sungai sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bangunan yang mendukung kegiatan sistem drainase alami untuk air limpasan dari
pariwisata. prasarana jalan tersebut. Dalam konsep
pergerakan, penggunaan moda menuju
Pembagian Zona adalah sebagai berikut : kawasan wisata dapat berupa kegiatan berkuda
dan bersepeda
• Zona penerima terletak di sebelah utara
jalan utama sebagai jalan masuk alternatif
lainnya yaitu Tanjung Kemuning. Pada
5. KESIMPULAN
zona ini terdapat fasilitas lapangan
olahraga dan playground (gambar 6).
Taman Wisata Alam Gunung Guntur termasuk
kawasan pelestarian alam sehingga
• Di bagian utara terdapat zona pelayanan
pengembangannya dilakukan berdasarkan
berupa zona kegiatan pariwisata yang
potensi dan kendala kawasan serta kebijakan
berhubungan langsung dengan alam
yang terkait. Arahan pengembangan
berupa perkemahan (camping ground)
pariwisata di Taman Wisata Alam Gunung
bagi wisatawan yang memiliki hobi
Guntur dilakukan dengan konsep “Taman
berkemah (gambar 7).
Wisata Alam Gunung Guntur; Sebuah
Pemandangan dan Kekhasan Flora Yang
• Zona RTH berupa zona taman wisata Responsif” yang terintegrasi dengan Kawasan
Alam Gunung Guntur dimana di dalamnya Cipanas dan Curug Citiis yang telah
terdapat taman burung serta berkembang saat ini, dengan pembagian 2
keanekaragaman tanaman lokal/endemik (dua) zona pengembangan kegiatan pariwisata
yang responsif. Pada zona RTH ini juga yaitu :
akan menemui panorama yang
• Zona Pengembangan Cipanas – Curug
menyejukkan dengan adanya Curug Citiis,
Citiis dan
yang nantinya akan memasuki zona
• Zona Pengembangan Curug Citiis –
Cipanas – Curug Citiis. Pada zona ini
Tanjung Kemuning.
dikembangkan pula wisata pendidikan dan
penelitian flora endemik TWA Gunung
Guntur. Zona ini berakhir di Curug Citiis Pada masing-masing zona dikembangkan zona
sebagai potensi wisata utama dan potensial penerima, pelayanan dan RTH. Setiap bagian
(gambar 8). zona tersebut ditempatkan Komponen-
komponen perancangan dalam menunjang
Konsep pergerakan di zona penerima kawasan kegiatan wisata yang terdiri dari 3 (tiga)
ini cenderung memiliki tapak yang landai dan elemen yaitu elemen utama, elemen penunjang
cukup stabil sehingga pengembangan wisata dan elemen pelengkap. Konsep pembagian
dapat terakomodasikan secara optimal. zona ini diharapkan mampu mendukung
Dengan kondisi tapak yang memungkinkan perkembangan kegiatan pariwisata khususnya
maka prasarana jalan yang dikembangkan di di Gunung Guntur dan perkembangan
zona penerima memiliki konsep pergerakan pariwisata di Kabupaten Garut.
dengan perkerasan jalan yang dapat
menampung beban kendaraan roda empat atau
lebih. Namun pada zona-zona berikutnya jenis

Perencanaan Wilayah Kota G-7


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

DAFTAR PUSTAKA

A. Kelompok Buku Teks


Anonim,(1975), Tourism Development Study
of java and Madura, Netherlands
Institute of Tourism davidson
Consultant, Indonesia, Annexes IV
Gunn,CA (1988) Tourism Planning, New
York: Taylor and Francis
Gunn, Clare A (1994). Tourism Planning:
Basic Concepts, and Cases. 3ed.
Taylor and Francis. Washington, DC.
Warpani, Suwardjoko P & Warpani, Indira
P,(2007), Pariwisata dalam Tata
Ruang Wilayah, ITB.

B. Kelompok Peraturan dan Perundangan


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1990, Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor
36 tahun 2010 tentang pengusahaan
pariwisata alam di suaka margasatwa,
taman nasional,taman hutan raya, dan
taman wisata alam
Keputusan Menteri Kehutanan Dan
Perkebunan
No.274/Kpts-II/1999 Tentang
Perubahan Fungsi Sebagian Cagar
Alam Kawah Kamojang (Gunung
Guntur) Seluas 8.286 Ha, Yang
Terletak Di Kabupaten Daerah
Tingkat II Garut, Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat Menjadi Taman
Wisata Alam Seluas ± 250 Ha Dan
Hutan Lindung Seluas ± 500 Ha.

Perencanaan Wilayah Kota G-8


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

Gambar 1 TWA Gunung Guntur

Gambar 5 Kegiatan Wisata Zona RTH


di Cipanas-Curug Citiis

Zona Cipanas Indah-Curug Citiis

Zona Curug Citiis- Tanjung Kemuning

Gambar 2 Gambar 6 Ilustrasi Zona Penerima di


Zona Kawasan Pengembangan TWA Gunung Guntur Curug Citiis – Tanjung Kemuning

Gambar 7 Ilustrasi Zona Pelayanan


Gambar 3 Ilustrasi Zona Penerima di Curug Citiis – Tanjung Kemuning
Cipanas-Curug Citiis

Gambar 4 Ilustrasi kegiatan wisata di Zona Gambar 8 Ilustrasi Zona RTH Curug
Pelayanan di Cipanas-Curug Citiis Citiis – Tanjung Kemuning

Perencanaan Wilayah Kota G-9


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW)
Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752

Perencanaan Wilayah Kota G-10

Anda mungkin juga menyukai