Abstrak— Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Guntur memiliki posisi lokasi strategis
jika dikaitkan dengan kebijakan “segitiga emas” pengembangan pariwisata Kabupaten
Garut yang mencakup Wisata Candi Cangkuang, Situ Bagendit dan Gunung Papandayan.
Lokasi TWA Gunung Guntur merupakan satu kesatuan lingkungan dengan Kawasan
Wisata Cipanas, dan lokasinya berada di tengah-tengah wilayah sehingga dapat
menangkap peluang pergerakan wisatawan ke Kabupaten Garut dari arah utara menuju
selatan. Di sisi lain, TWA Gunung Guntur termasuk kawasan pelestarian alam dan rawan
bencana alam sehingga pengembangannya membutuhkan arahan pemanfaatan yang
sesuai dengan potensi wilayah dan kebijakan yang terkait. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menyusun arahan pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam
(TWA) Gunung Guntur, dengan sasaran teridentifikasinya potensi dan permasalahan
kawasan serta tersusunnya konsep arahan pengembangan pariwisata di TWA Gunung
Guntur. Arahan pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Gunung Guntur
dilakukan dengan konsep “Taman Wisata Alam Gunung Guntur; Sebuah Pemandangan
dan Kekhasan Flora Yang Responsif” yang terintegrasi dengan Kawasan Cipanas dan
Curug Citiis, dengan pembagian 2 (dua) zona pengembangan kegiatan pariwisata yaitu
Zona Pengembangan Cipanas – Curug Citiis dan Zona Pengembangan Curug Citiis –
Tanjung Kemuning. Konsep zoning yang diterapkan mempertimbangkan pembentuk
ruang primer dan sekunder. Pembentuk ruang primer memiliki peruntukkan utama yaitu
taman wisata alam yang dibagi menjadi 3 (tiga) zona utama yaitu Zona
Pengantar/penerima, Zona Pelayanan, serta Zona RTH. Masing-masing zona
pengembangan memiliki kondisi yang cukup jauh berbeda sehingga pengembangan
elemen dan prasarana serta utilitasnya perlu penanganan yang berbeda pula.
Taman Wisata Alam Gunung Guntur pedoman yang berkenaan dengan arahan
seluruhnya dikelola oleh BKSDA Jawa Barat pengembangan kawasan.
dan Banten. Kawasan ini memiliki daya tarik • Observasi lapangan bertujuan
berupa medan gunung yang menantang, mengidentifikasi karakter kawasan secara
lembah, air terjun, sungai, panorama alam dan keseluruhan. Sesuai definisinya Taman
kawah. Kawasan Gunung Guntur memiliki wisata alam (TWA) adalah kawasan
konfigurasi umum lahan bergunung dengan pelestarian alam yang terutama
kemiringan lahan yang sangat curam dan dimanfaatkan untuk pariwisata dan
memiliki material tanah berupa tanah pasir rekreasi alam (Undang-undang No.5
berbatu dengan stabilitas tanah tergolong labil Tahun 1990 Pasal 1). Taman wisata alam
dan tingkat kelongsoran tanah yang tinggi. dapat dilakukan kegiatan untuk pariwisata
Kawasan ini berdasarkan RIPPDA Kabupaten alam dan rekreasi; penelitian dan
Garut merupakan salah satu prioritas pengembangan; pendidikan; dan kegiatan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Garut. penunjang budidaya dan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut (PP 68/1998 Pasal
TWA Gunung Guntur termasuk kawasan 33) :
pelestarian alam sehingga pengembangannya - mempunyai daya tarik alam berupa
membutuhkan arahan pemanfaatan yang sesuai tumbuhan, satwa atau ekosistem, gejala
dengan potensi wilayah dan kebijakan yang alam serta formasi geologi yang
terkait. Oleh karena itu, dalam upaya menarik;
penanganan TWA Gunung Guntur dibutuhkan - mempunyai luas yang cukup untuk
arahan pengembangan kawasan yang sesuai menjamin kelestarian potensi dan daya
agar tercapainya optimalisasi penggalian tarik untuk dimanfaatkan bagi
potensi terutama dalam pemanfaatan jasa pariwisata dan rekreasi alam;
lingkungan dan pengembangan pariwisata - kondisi lingkungan di sekitarnya
alam. Penelitian ini bertujuan menyusun mendukung upaya pengembangan
Arahan Pengembangan Pariwisata di Taman pariwisata alam.
Wisata Alam (TWA) Gunung Guntur, melalui
identifikasi potensi dan permasalahan kawasan Pengamatan yang menyeluruh tersebut
dan perumusan konsep pengembangan dimaksudkan untuk menangkap karakter
kawasan. sesungguhnya dari pola kegiatan dan
penggunaan ruang. Identifikasi karakter
Diharapkan melalui perumusan arahan kawasan memberikan pemahaman spasial
pengembangan pariwisata di TWA Gunung dan fungsional yang lebih mendalam
Guntur ini menjadi masukan penting bagi sebagai dasar penyusunan arahan
pemerintah daerah didalam merumuskan pengembangan TWA Gunung Guntur.
kebijakan pengembangan potensi kawasannya.
• Analisis kondisi eksternal dan internal
2. METODOLOGI kawasan. Analisis ini lebih ditujukan
sebagai dasar untuk merumuskan upaya
Metode penelitian ini mencakup : mengembangkan kepariwisataan dari sisi
sediaan daya tarik kawasan berupa
• Kajian literatur meliputi 4 (empat) jenis pengembangan sumber daya demi
kegiatan, yaitu: Kajian teoritik terkait kepuasan pengunjung (Gunn, 1988; 68).
pengembangan kawasan wisata dan Analisis eksternal dilakukan dengan
pelestarian alam, Review studi mengkaji kedudukan kawasan studi
pendahuluan yang pernah dilakukan terkait terhadap kontelasi ruang yang lebih luas
dengan kawasan TWA, penelaahan dan kebijakan yang mempengaruhi
kebijakan tata ruang dan kebijakan pengembangan kawasan.
penunjang lainnya; dan review standar dan
Konsep pengembangan taman wisata alam ini secara optimal dan mendukung perkembangan
diintegrasikan dengan perkembangan pariwisata di Kabupaten Garut.
pariwisata yang telah ada sebelumnya yaitu
Kawasan wisata Cipanas dan Curug Citiis Ketentuan penggunaan ruang dari kawasan
(gambar 2). Pembagian zona kegiatan tersebut wisata yang direncanakan untuk kegiatan
adalah sebagai berikut : wisata alam di tapak Gunung Guntur ini,
berdasarkan Tourism Development Study of
• Zona Cipanas – Curug Citiis . java and Madura, Netherlands Institute of
Penataan kawasan di zona ini memanfaatkan Tourism Consultant, Indonesia, Annexes IV,
Cipanas (Cipanas Indah) sebagai gerbang 1975 adalah:
utama menuju Kawasan Taman Wisata Alam 15% dari seluruh kawasan yang
Gunung Guntur. Kawasan Cipanas dijadikan direncanakan digunakan untuk mendirikan
satu kesatuan ruang karena pengembangan bangunan
TWA Gunung Guntur tidak dapat berdiri 20% dari seluruh kawasan yang
sendiri tanpa memperhatikan keberadaan direncanakan digunakan untuk mendukung
kawasan Cipanas sebagai daya tarik utama fasilitas
kawasan pariwisata yang berkembang saat ini. 20% dari seluruh kawasan yang
direncanakan digunakan untuk keperluan
Kawasan Cipanas memiliki tema aksesibilitas atau jaringan jalan dan
pengembangan pariwisata yang selaras dengan pedestrian sidewalks
tujuan pengembangan TWA yaitu “suatu
kawasan yang memiliki daya tarik wisata yang Konsep zoning yang diterapkan pada kawasan
khas daerah, ketersediaan fasilitas penunjang mempertimbangkan pembentuk ruang primer
wisata, dan aksesibilitas yang berpotensi untuk dan sekunder. Penentuan pmanfaatan ruang di
dikembangkan, didukung oleh potensi pasar dalam zonasi tersebut dikembangkan dengan
wisatawan yang mampu menggerakkan luasan maksimum yang dapat dimanfaatkan
pengembangan pariwisata kawasan, dengan untuk pembangunan sarana dan prasarana
tetap menitikberatkan pada pelestarian budaya pariwisata alam maksimum 10% (sepuluh
dan lingkungan alam “. Dengan terintegrasinya perseratus) dari luas blok pemanfaatan taman
kegiatan pariwisata Gunung Guntur dengan wisata alam (PP 36 Tahun 2010:18).
Kawasan Cipanas diharapkan dapat
Pembentuk ruang primer memiliki
mendukung pengembangan kawasan Wisata
peruntukkan utama yaitu taman wisata alam
Gunung Guntur sebagai taman Wisata Alam
yang dibagi menjadi 3 (tiga) zona utama yaitu
secara optimal.
Zona Pengantar/penerima, Zona Pelayanan,
serta Zona RTH. Masing-masing zona
Zona Curug Citiis–Tanjung Kamuning
pengembangan memiliki kondisi yang cukup
Zona ini berada di dalam TWA Gunung
jauh berbeda sehingga pengembangan
Guntur seluas 25 Ha. Curug Citiis menjadi
prasarana dan utilitas perlu penanganan yang
daya tarik utama Wisata alam. Penataan
berbeda pula.
kawasan ini sesuai dengan ketetapan lampiran
KepMenhut 274/Kpts-II/1999.
Komponen-komponen perancangan dalam
menunjang kegiatan wisata di kawasan tersebut
Kegiatan wisata yang dikembangkan pada dua
dimasukkan ke dalam masing-masing
zona ini bertujuan mendukung potensi Curug
kelompok kegiatan dan kemudian dibagi
Citiis dan Kawasan Wisata Cipanas. Dengan
menjadi 3 (tiga) elemen yaitu elemen utama,
adanya pembagian zona pengembangan ini
elemen penunjang dan elemen pelengkap.
maka perkembangan kegiatan pariwisata di
Berdasarkan fungsinya, elemen-elemen
Gunung Guntur diharapkan dapat berjalan
tersebut meliputi :
Kebutuhan prasarana dan sarana pada Zona jalannya hanya jalan bebatuan yang
Curug Citiis – Tanjung Kemuning lebih besar dipadatkan yang masih memiliki kemampuan
dibandingkan Zona Cipanas – Curug Citiis, untuk menyerap limpasan air hujan mengingat
hal tersebut dikarenakan lokasi tapak pada kondisi tapak dalam taman wisata alam ini
Zona Citiis – Tanjung Kemuning memiliki cukup rentan terhadap erosi, Pada zona ini
topografi yang landai sehingga terdapat banyak aliran air permukaan berupa
memungkinkan untuk dikembangkan suatu sungai sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bangunan yang mendukung kegiatan sistem drainase alami untuk air limpasan dari
pariwisata. prasarana jalan tersebut. Dalam konsep
pergerakan, penggunaan moda menuju
Pembagian Zona adalah sebagai berikut : kawasan wisata dapat berupa kegiatan berkuda
dan bersepeda
• Zona penerima terletak di sebelah utara
jalan utama sebagai jalan masuk alternatif
lainnya yaitu Tanjung Kemuning. Pada
5. KESIMPULAN
zona ini terdapat fasilitas lapangan
olahraga dan playground (gambar 6).
Taman Wisata Alam Gunung Guntur termasuk
kawasan pelestarian alam sehingga
• Di bagian utara terdapat zona pelayanan
pengembangannya dilakukan berdasarkan
berupa zona kegiatan pariwisata yang
potensi dan kendala kawasan serta kebijakan
berhubungan langsung dengan alam
yang terkait. Arahan pengembangan
berupa perkemahan (camping ground)
pariwisata di Taman Wisata Alam Gunung
bagi wisatawan yang memiliki hobi
Guntur dilakukan dengan konsep “Taman
berkemah (gambar 7).
Wisata Alam Gunung Guntur; Sebuah
Pemandangan dan Kekhasan Flora Yang
• Zona RTH berupa zona taman wisata Responsif” yang terintegrasi dengan Kawasan
Alam Gunung Guntur dimana di dalamnya Cipanas dan Curug Citiis yang telah
terdapat taman burung serta berkembang saat ini, dengan pembagian 2
keanekaragaman tanaman lokal/endemik (dua) zona pengembangan kegiatan pariwisata
yang responsif. Pada zona RTH ini juga yaitu :
akan menemui panorama yang
• Zona Pengembangan Cipanas – Curug
menyejukkan dengan adanya Curug Citiis,
Citiis dan
yang nantinya akan memasuki zona
• Zona Pengembangan Curug Citiis –
Cipanas – Curug Citiis. Pada zona ini
Tanjung Kemuning.
dikembangkan pula wisata pendidikan dan
penelitian flora endemik TWA Gunung
Guntur. Zona ini berakhir di Curug Citiis Pada masing-masing zona dikembangkan zona
sebagai potensi wisata utama dan potensial penerima, pelayanan dan RTH. Setiap bagian
(gambar 8). zona tersebut ditempatkan Komponen-
komponen perancangan dalam menunjang
Konsep pergerakan di zona penerima kawasan kegiatan wisata yang terdiri dari 3 (tiga)
ini cenderung memiliki tapak yang landai dan elemen yaitu elemen utama, elemen penunjang
cukup stabil sehingga pengembangan wisata dan elemen pelengkap. Konsep pembagian
dapat terakomodasikan secara optimal. zona ini diharapkan mampu mendukung
Dengan kondisi tapak yang memungkinkan perkembangan kegiatan pariwisata khususnya
maka prasarana jalan yang dikembangkan di di Gunung Guntur dan perkembangan
zona penerima memiliki konsep pergerakan pariwisata di Kabupaten Garut.
dengan perkerasan jalan yang dapat
menampung beban kendaraan roda empat atau
lebih. Namun pada zona-zona berikutnya jenis
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4 Ilustrasi kegiatan wisata di Zona Gambar 8 Ilustrasi Zona RTH Curug
Pelayanan di Cipanas-Curug Citiis Citiis – Tanjung Kemuning