Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Jumlah Karyawan, Kapasitas Produksi, dan Merek

Usaha terhadap Omzet UMKM di Provinsi Jawa Timur


Desneli Irma dan Muhammad Eka Prasetya
Jurusan Magister Statistika, Departemen Statistika, Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Namun demikian, di balik ketangguhan UMKM dalam


Abstrak— UMKM memiliki peranan penting dalam menghadapi krisis di tahun 1997-1998, UMKM saat sekarang
menggerakkan perekonomian suatu daerah. Tetapi UMKM juga ini justru mengalami goncangan akibat terjadinya pandemi
sangat bergantung dari tenaga kerja dan produk yang dihasilkan,
sehingga sangat dibutuhkan variabel tenaga kerja (jumlah Covid-19. Hal ini terjadi hampir di seluruh wilayah di
karyawan) dan juga variabel produk dalam hal ini kapasitas Indonesia, termasuk Provinsi Jawa Timur. Kepala Dinas
produksi. Kehadiran Merek Usaha juga akan sangat membantu Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Jawa Timur, Mas
dalam pemasaran produk dari UMKM. Sehingga tujuan dari Purnomo Hadi menyebutkan bahwa sebanyak 65 persen
tugas ini adalah melihat pengaruh dari jumlah karyawan,
kapasitas produksi, dan Merek Usaha terhadap omzet UMKM di UMKM di Jawa Timur terdampak pandemi covid-19
Provinsi Jawa Timur menggunakan Regresi Linier Berganda (Jatimnet.com, 5 Oktober 2020).
dengan Variabel Dummy.
Di provinsi Jawa Timur, sebagian besar pelaku usaha juga
Kata Kunci—UMKM, Jumlah Karyawan, Kapasitas Produksi, merupakan pelaku UMKM. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Merek Usaha
Statistik (BPS). Populasi UMKM Jatim menurut sensus
ekonomi tahun 2016 dan Survei Pertanian Antar Sensus
I. PENDAHULUAN (SUTAS) 2018 terdapat sebanyak 9,78 juta, 93 persen di
antaranya merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK). Berdasarkan
A. Latar Belakang hasil SE2016 Lanjutan UMK mampu menyerap tenaga kerja
sekitar 79,82 persen dari total tenaga kerja non pertanian di
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai Jawa Timur.
peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda
perekonomian Indonesia, aktivitas UMKM merupakan kegiatan Mengingat pentingnya peran UMKM dalam menggerakkan
ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan roda perekonomian Jawa Timur, diharapkan berbagai kendala
masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup dan memiliki dan keterbatasan di tengah kondisi pandemi ini, tidak
fleksibilitas yang tinggi dalam aktivitasnya. Oleh sebab itu, menyurutkan pelaku UMKM untuk terus mengembangkan
jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai 99 persen dari total usaha dan bisnisnya. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar
jumlah sektor usaha yang ada menjadikan UMKM sebagai salah Parawansa mengungkapkan bahwa pemulihan ekonomi di
satu wadah paling tepat untuk menampung para tenaga kerja masa pandemi ini harus mengikutsertakan peran UMKM secara
yang tidak memiliki keahlian tinggi. Menurut data yang diolah lebih dominan yang telah terbukti sebagai backbone
Kementerian Koperasi dan UKM bersama Badan Pusat Statistik perekonomian di Jawa Timur, yang dapat dilihat dari kontribusi
(BPS), UMKM telah menyerap 97 persen tenaga di Indonesia UMKM yang mencapai 54% dari PDRB Jawa Timur
atau sebanyak 116,97 juta orang. (kontan.co.id, 6 September 2020).

Ketika krisis menerpa Indonesia pada sekitar tahun 1997-1998, Meskipun UMKM telah menunjukkan peranannya, baik dalam
UMKM terbukti tetap berdiri kokoh di saat usaha-usaha besar perekonomian nasional maupun regional, UMKM masih
lainnya berjatuhan. Keunggulan UMKM dalam bertahan dari mempunyai banyak keterbatasan sehingga cenderung lambat
badai krisis karena berbagai alasan. Pertama, umumnya UMKM untuk berkembang, apalagi dalam menghadapi kondisi pandemi
menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan sekarang ini. UMKM masih menghadapi berbagai hambatan
kebutuhan masyarakat. Kedua, UMKM tidak mengandalkan iklim usaha, baik yang bersifat internal maupun eksternal, di
bahan baku impor dan lebih memanfaatkan sumber daya lokal antaranya masalah kapasitas produksi, tenaga kerja, serta ada
baik dari sisi sumber daya manusia, modal, bahan baku, atau tidaknya merek/ brand usaha, sehingga memengaruhi
maupun peralatannya. Ketiga, umumnya bisnis UMKM omzet UMKM itu sendiri. Untuk itu diperlukan suatu kajian
menggunakan modal relatif rendah. Dengan keunggulan analisis tentang berbagai faktor tersebut sehingga membentuk
tersebut, UMKM tidak begitu merasakan pengaruh krisis global suatu model yang tepat.
yang biasanya ditandai dengan penurunan nilai tukar rupiah
yang dalam (BPS Jawa Timur, 2018).
Analisis Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy

B. Rumusan Masalah Analisis regresi linier berganda adalah pengembangan dari


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah analisis regresi sederhana. Analisis regresi ganda ialah suatu
yang akan dikaji dalam ini sebagai berikut : alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau
1. Bagaiamana pengaruh jumlah karyawan terhadap omzet lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau
UMKM di Jawa Timur? tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua
2. Bagaimana pengaruh kapasitas produksi terhadap omzet variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat.
UMKM di Jawa Timur?
3. Bagaimana pengaruh merek usaha terhadap omzet UMKM Analisis Regresi Linier Berganda bertujuan untuk
di Jawa Timur? mengetahui apakah terdapat pengaruh jumlah karyawan,
kapasitas produksi, dan merek terhadap omzet UMKM di
C. Tujuan Jawa Timur. Persamaan regresi linier berganda dalam
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar penelitian ini adalah:
pengaruh jumlah karyawan, kapasitas produksi, dan merek
usaha terhadap omzet UMKM di Jawa Timur Y= α + β1 X1 +β2 X2 + β3 X3 + e

II. METODOLOGI Keterangan :


Y = Omzet
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data α = Konstanta
X1 = Jumlah Karyawan
fiktif yang dibangkitkan menggunakan software Minitab.
X2 = Kapasitas Produksi
Lokasi penelitian ini adalah provinsi Jawa Timur. Fokus X3 = Merek/brand
penelitian meliputi beberapa variabel yaitu jumlah karyawan, β1 = Koefisien regresi variabel jumlah karyawan
kapasitas produksi, merek/brand, dan omzet Usaha Mikro, β2 = Koefisien regresi variabel kapasitas produksi
Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Jawa Timur. β3 = Koefisien regresi variabel merek/brand
Jumlah sampel data yang dibangkitkan adalah sebanyak 1000 e = Standard Error
UMKM.
Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk
mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif (misal:
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, pekerjaan, ras, tingkat pendidikan, agama dan
variabel omzet. Sementara itu, variabel independennya adalah lain-lain). Variabel dummy merupakan variabel kategorikal
variabel jumlah karyawan, kapasitas produksi, dan yang diduga mempunyai pengaruh langsung terhadap
merek/brand Variabel merek/ brand merupakan variabel variabel yang bersifat kontinu. Variabel dummy hanya
dummy yang terdiri dari (1) belum mempunyai brand; (2) mempunyai 2 (dua) nilai yaitu 1 dan 0, serta diberi simbol D.
Dummy memiliki nilai 1 (D=1) untuk salah satu kategori dan
masih mempunyai brand; dan (3) sudah mempumnyai brand.
0 (D=0) untuk kategori yang lain.

Jumlah Dalam penelitian ini terdapat dua variabel dummy karena


Karyawan (X1) terdapat tiga kategori pada variabel merek/brand, yaitu sebagai
berikut:
Kapasitas Omzet Tabel 1. Regresi dengan Variabel Dummy
Produksi (X2) (Y)
Merek/Brand D1 D2
Belum mempunyai
0 0
brand
Merek/Brand
Masih proses
(Dummy Variable) 1 0
pembuatan brand
Belum mempunyai
brand Sudah mempunyai
0 1
Masih proses brand
pembuatan brand
Sudah mempunyai
brand Dari analisa persamaan regresi dummy akan diperoleh
persamaan regresi linier berganda dengan variabel dummy
dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


Y= α + β1 X1 +β2 X2 + β3 D1 + β4 D2 + e Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
Keterangan: pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t -1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
Y = Omzet maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam
α = Konstanta Ghozali, 2011: 110).
X1 = Jumlah Karyawan
X2 = Kapasitas Produksi
Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya gejala
D1 = Merek/brand ( 1: masih proses pembuatan brand;
0: lainnya) autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
D2 = Merek/brand ( 1: sudah mempunyai brand;
0: lainnya) Tabel 2. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
β1, β1, β3, β4 = Koefisien regresi variabel independen Hipotesis Nol Keputusan Jika
e = Standard Error Tidak ada autokorelasi Tolak 0 < d < dl
positif
Tidak ada autokorelasi No Decision dl ≤ d ≤ du
Tujuan menggunakan regresi linier berganda dummy adalah positif
untuk memprediksi besarnya nilai variabel terikat/dependen Tidak ada korelasi Tolak 4 – dl < d < 4
atas dasar satu atau lebih variabel bebas/independent, negatif
Tidak ada korelasi No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
dimana satu atau lebih variabel bebas yang digunakan negatif
Tidak ada autokorelasi, Tidak Ditolak du < d < 4-du
bersifat dummy positif atau negatif

Sumber: Imam Ghozali, 2011


Uji Asumsi Klasik
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
suatu model regresi. Sebelum melakukan analisis regresi
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Dalam
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa
penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan antara
cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji
lain :
heteroskedastisitas, yaitu uji grafik plot, uji park, uji
glejser, dan uji white.
a. Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah
III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai
dalam statistik parametrik.73 Salah satu metode
A. Gambaran Umum Ketenagakerjaan
yang bisa digunakan untuk mendeteksi masalah
normalitas yaitu: uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur dalam publikasi
untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berjudul “Provinsi Jawa Timur Dalam Angka Tahun
berdistribusi normal. 2020” dikatakan bahwa jumlah penduduk yang berumur 15
Pengujian normalitas data pada penelitian menggunakan tahun keatas yang Bekerja sebanyak 20.655.632 jiwa. Dari
uji One Sample Kolmogorov-Smirnov yang mana dasar angka tersebut 59,25 persen penduduk yang bekerja adalah
pengambilan keputusan sebagai berikut : laki-laki dan sebesar 40,75 persen penduduk berjenis kelamin
1. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data tersebut perempuan. Dari data tersebut, Di Provinsi Jawa Timur
berdistribusi normal. bahkan di Indonesia mayoritas pekerja adalah laki-laki.
2. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tersebut
Jika melihat pada data yang dikumpulkan dari 1000 UMKM,
tidak
jumlah pekerja total ada sebanyak 8.688 pekerja, dimana
4.683 atau 53,90 persen adalah laki-laki. Angka tersebut
b. Uji Multikolinieritas
selaras dengan proporsi penduduk yang bekerja di Jawa
Multikolinearitas timbul akibat adanya kausal antara
Timur.
dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa
dua variabel penjelas atau lebih bersama-sama
Angka tersebut berasal dari 1000 UMKM, sedangkan
dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada diluar
berdasarkan terdapat 9,7 juta UMKM yang ada di Jawa
model, untuk mendeteksi adanya multikolinearitas,
Timur. Sehingga bisa dibayangkan betapa besar pengaruh
Nugroho menyatakan jika nilai Variance Inflation Factor
UMKM dalam menyerap angkatan kerja.
(VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari uji
multikolinearitas.
B. Gambaran Umum Kapasitas Produksi

c. Uji Autokorelasi Kapasitas Produksi memegang peranan penting bagi UMKM.


Inilah yang menjadi persoalan untuk UMKM dalam
mengalokasikan secara tepat sumber daya atau factor-faktor
produksi yang terbatas agar dapat memaksimalkan terjadi peningkatan 1 buah kapasitas produksi di sebuah
pendapatan (Mubyarto, 1989). UMKM, maka akan meningkat sebesar 32,44 ribu rupiah dari
omzet UMKM tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 1000 UMKM di Jawa Sedangkan untuk variabel kepemilikan brand dapat dilihat
Timur, rata-rata kapasitas produksi yang dimiliki oleh bahwa untuk UMKM yang sudah memiliki brand memiliki
UMKM sebesar 1.061 per bulan, dengan standar deviasi omzet yang lebih besar daripada UMKM yang belum
sebesar 220,76. Adapun nilai minimum dan maksimumnya memiliki brand dan UMKM yang sedang dalam proses
adalah 310 dan 1.989. Peningkatan kapasitas produksi ini pembuatan brand. UMKM yang memiliki brand mempunyai
sangat bergantung pada UMKM. Jika ingin meningkatkan omzet lebih bnyak sebesar 10,767 juta rupiah dibandingkan
kapasitas produksi tentunya harus memperhatikan factor UMKM yang tidak memiliki brand dan lebih banyak sebesar
produksi yang dimiliki seperti tenaga kerja, mesin atau alat 7,199 juta rupiah dibandingkan UMKM yang sementara
produksi, dan tempat penyimpanan. UMKM juga harus proses pembuatan Brand.
mempertimbangkan apakah barang yang dihasilkan diminati
oleh pelanggan sehingga apabila kapasitas ditingkatkan akan
E. P e n g u j i a n M o d e l
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sehingga jika ingin
meningkatkan kapasitas produksi perlu pertimbangan yang Hasil dari pemodelan regresi tersebut dilakukan pengujian
lebih besar. asumsi. Adapun pengujian asumsi multikolinearitas jika
dilihat dari nilai VIF untuk semua variabel dependen (jumlah
karyawan, kapasitas produksi, dan brand) mempunyai nilai
C. Gambaran Umum Merek/Brand dibawah dari 10, sehingga mengindikasikan tidak terjadi
Dari data yang diperoleh dari 1000 UMKM di Jawa Timur, multikolinearitas.
terdapat 350 UMKM yang belum memiliki Brand tersendiri.
Sebanyak 512 UMKM yang sedang melakukan proses
pembuatan brand dan sebanyak 138 UMKM yang telah
mempunyai brand untuk hasil produksinya. Dari data ini
menunjukkan bahwa UMKM di Jawa Timur memiliki
kesadaran yang cukup tinggi dengan adanya sebuah
Merek/Brand.

Kegunaan dari Merek/Brand itu sendiri adalah menjadikan Pengujian berikutnya adalah uji identic dari residual atau uji
hasil produksi yang dimiliki menjadi lebih terkenal dan juga heteroskedastisitas. Pengujian ini ingin melihat apakah
mempunyai ciri khas tersendiri untuk hasil produksi variabel independen tidak menjelaskan variasi yang terjadi
dibandingkan dengan UMKM lainnya. pada variabel dependen. Dari hasil pengujian, nilai P –value
untuk semua variabel lebih besar dari nilai alpha (0,05)
D. Hasil Pemodelan sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 1000 UMKM di Jawa
Timur, telah dilakukan pemodelan menggunakan Analisis
Regresi Berganda untuk melihat pengaruh dari Jumlah
Karyawan, Kapasitas Produksi, dan Merek/Brand dalam
mempengaruhi besar kecilnya suatu Omzet dari UMKM
tersebut. Adapun model yang didapatkan:

Pengujian untuk menguji residual dari data apakah


independen atau tidak menggunakan uji autokorelasi
menggunakan Durbin Watson. Dari hasil didapatkan nilai
Durbin Watson sebesar 2,07968. Jika dilihat pada table
Dari pemodelan yang didapatkan di atas, dapat dilihat bahwa Durbin Watson didaptkan hasil gagal Tolah H0, dengan
jumlah karyawan mempunyai pengaruh yang positif terhadap artian tidak terjadi autokorelasi sehingga asumsi residual
omzet dari sebuah UMKM. Sehingga dengan penambahan 1 independen terpenuhi.
orang karyawan, baik itu laki-laki ataupun perempuan akan
meningkatkan omzet dari UMKM sebesar 2,52 juta rupiah.

Sama halnya dengan jumlah karyawan, kapasitas produksi


memiliki pengaruh yang positif pula terhadap omzet. Jika Pengujian selanjutnya adalah normalitas. Dari scatter plot
dapat dilihat bahwa residual dari data mendekati garis normal
dan jika dilakukan pengukuran dengan Kolmogorov Smirnov
didapatkan nilai sebesar 0,119, yang artinya residual dari data
tersebut memang berdistribusi normal.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan data dan hasil dari analisa data dan
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : VI. DAFTAR PUSTAKA
1. U M K M a d a l a h penggerak roda perekonomian Indonesia [1] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2018. Potensi
dikarenakan jumlah UMKM di Indonesia Usaha Mikro Kecil Sensus Ekonomi 2016 Jawa Timur.
Surabaya.
m e n c a p a i 99 persen dari total jumlah sektor usaha.
[2] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
2. UMKM memiliki pengaruh besar dalam penyerapan tenaga Republik Indonesia. 2020. Rencana Strategis Kementerian
kerja baik di Jawa Timur maupun Indonesia. Tenaga kerja Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2020-
juga sangat diperlukan untuk peningkatan omzet dari 2024. Jakarta.
UMKM. Berdasarkan model, setiap peningkatan 1 orang [3] Nofiana,Mufida dan Restu Frida Utami. 2019. Pengaruh
karyawan UMKM di Jawa Timur akan meningkatkan omzet Strategi Branding terhadap Peningkatan Omzet Penjualan
sebesar 2,52 juta rupiah. Siomay di Desa Karangcegak Kecamatan Sumbang. Hasil
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IV Tahun
3. UMKM sangat bergantung dari kapasitas produksi yang
2019, Hal 437-444. Universitas Muhammadiyah
dimiliki, tetapi perlu mempertimbangkan banyak hal untuk Purwokerto.
meningkatkan omzet usaha. Dalam penelitian ini didapatkan
[4] Wijaya, Adi. 2012. Pengaruh Kapasitas Produksi dan Mutu
bahwa peningkatan 1 buah kapasitas produksi akan SDM terhadap Omzet Usaha dan Profit Usaha pada Usaha
meningkatkan omzet sebesar 32,44 ribu rupiah. Kecil di Kota Samarinda. Jurnal Forum Ekonomi Volume
4. Branding produk dari sebuah UMKM sangat diperlukan XV, Nomor 2, 2 Juli 2012, Hal 1-12. Samarinda: Fakultas
Ekonomi Universitas Mulawarma
untuk pemasaran dan pengenalan produk ke masyarakat
serta menjadikan hasil produksi mempunyai ciri khas
tersendiri dari UMKM tersebut. Branding sangat
berpengaruh dalam meningkatkan omzet UMKM, dalam
model yang dibangun, UMKM yang telah mempunyai brand
memiliki nilai omzet yang lebih banyak sebesar 10,767 juta
rupiah dibandingkan UMKM yang tidak mempunyai brand.

Adapun Rekomendasi yang bisa diberikan terkait hasil dari


penelitian ini adalah:
1. Dengan satu tindakan, Pemerintah dapat mengatasi minimal
dua kasus permasalahan di Jawa Timur. Tindakan tersebut
adalah memberikan dana baik berupa kredit usaha maupun
dana bantuan langsung untuk masyarakat sehingga dapat
digunakan untuk membuka usaha. Dengan cara tersebut,
penyerapan tenaga kerja akan semakin besar dan
perekonomian akan semakin lancar.
2. Pemerintah dapat memberikan pelatihan untuk masyarakat
sehingga UMKM mempunyai tenaga kerja yang memiliki
keahlian di masing-masing bidangnya. Hal ini juga dapat
berdampak apabila UMKM ingin meningkatkan kapasitas
porduksi, diperlukan tenaga kerja yang siap bekerja lebih
untuk menaikkan kapasitas produksi sehingga omzet dari
UMKM dapat ikut meningkat.
3. Pemerintah diharapkan dapat mempermudah proses
branding dari hasil produksi UMKM sehingga UMKM
dapat termotivasi dalam meningkatkan kinerja dan membuat
hasil produksi yang lebih baik dari UMKM lainnya.

Anda mungkin juga menyukai