2
1. Lokus Persamaan Derajat Pertama
Persamaan
(1) Ax By C 0,
dengan A, B, C adalah konstanta dan A dan B keduanya tidak nol adalah
persamaan umum derajat pertama.
Berikut ini akan ditunjukkan bahwa lokus (grafik) persamaan (1)
adalah garis dengan menunjukkan bahwa semua titik pada lokus terletak
pada garis dan koordinat semua titik pada garis memenuhi persamaan.
3
Lokus Persamaan Derajat Pertama
Misalkan P1(x1, y1) dan P2(x2, y2) adalah titik pada lokus. Jadi,
(a) Ax1 By1 C 0, dan
(b) Ax2 By2 C 0
Dari kedua persamaan tersebut diperoleh
𝐴 𝑥1 − 𝑥2 + 𝐵 𝑦1 − 𝑦2 = 0 atau 𝐵 𝑦1 − 𝑦2 = −𝐴 𝑥1 − 𝑥2 .
Jika B 0, maka
𝑦1 −𝑦2 𝐴
=−
𝑥1 −𝑥2 𝐵
merupakan kemiringan garis melalui kedua titik pada lokus. Dengan
demikian, jika titik P3(x3, y3) sembarang titik pada lokus, maka kemiringan
ruas garis P1P3 adalah (A/B). Jadi disimpulkan bahwa P1, P2, dan P3, dan
semua titik pada lokus terletak pada garis sama.
4
Lokus Persamaan Derajat Pertama
5
Lokus Persamaan Derajat Pertama
6
2. Bentuk Khusus Persamaan Derajat Pertama
Sekarang kita akan mengubah persamaan (1) ke bentuk lain dan menafsirkan
koefisien secara geometris.
(i) Menyelesaikan persamaan (1) untuk y, diperoleh
𝐴 𝐶
𝑦= − 𝑥 − ,
𝐵 𝐵
dengan B 0. Koefisien x merupakan kemiringan garis dan suku konstanta
adalah perpotongan sumbu-y. Mengganti dengan m untuk kemiringan dan b
untuk perpotongan sumbu-y, persamaan di atas ditulis
(2) y mx b.
Bentuk ini disebut kemiringan-perpotongan sumbu.
7
Bentuk Khusus Persamaan Derajat Pertama
8
Bentuk Khusus Persamaan Derajat Pertama
(iii) Persamaan (2) melalui titik (0, b). Jika melalui sembarang titik (x1, y1), maka
y1 mx1 b atau b y1 mx1.
Substitusi ini ke Persamaan (2), diperoleh y mx y1 mx2 atau
(4) y y1 m(x x1).
Ini adalah bentuk titik-kemiringan.
𝑦2 −𝑦1
(iv) Jika Persamaan (4) melalui titik (x2, y2), maka 𝑚 = ,
𝑥2 −𝑥1
𝑦2 −𝑦1
dan diperoleh y y1 (x x2) atau
𝑥2 −𝑥1
𝑦−𝑦1 𝑥−𝑥1
(5) =
𝑦2 −𝑦1 𝑥2 −𝑥1
merupakan bentuk dua-titik.
9
Bentuk Khusus Persamaan Derajat Pertama
Persamaan (2) – (5) tidak dapat digunakan untuk garis tegak (mengapa?).
Persamaan garis tegak dapat diperoleh langsung, bila diberikan titik manapun
melalui garis. Garis tegak yang melalui (x1, y1) mempunyai absis x1 untuk semua
titik pada garis. Karena itu, persamaan garisnya adalah
x x1.
Sementara untuk garis mendatar melalui (x1, y1) mempunyai m 0, dan dapat
menggunakan Persamaan (4). Tentu saja, garis ini mempunyai ordinat yang
sama, sehingga persamaan garis mendatar dapat ditentukan langsung
y y1.
10
Bentuk Khusus Persamaan Derajat Pertama
Contoh. Persamaan garis yang kemiringannya 3 dan melalui (0, –4) adalah
y 3x – 4 (menggunakan (2)).
Jika garis memotong sumbu dengan perpotongan sumbu-x adalah 3 dan
perpotongan sumbu-y adalah 2, persamaan garisnya dengan (3) adalah
𝑥 𝑦
+ = 1 atau 2𝑥 + 3𝑦 = 6.
3 2
Persamaan garis melalui (–3, –5) dengan kemiringan 1 adalah, dengan
bentuk titik-kemiringan, adalah
𝑦 + 5 = 𝑥 + 3 atau 𝑥 − 𝑦 − 2 = 0.
Untuk memperoleh persamaan garis melalui (3, –1) dan (–4, 5) adalah
substitusikan ke Persamaan (5), diperoleh
𝑦+1 𝑥−3
= atau −7𝑦 − 7 = 6𝑥 − 18 atau 6𝑥 + 7𝑦 = 11.
5+1 −4−3
11
Bentuk Khusus Persamaan Derajat Pertama
Berdasarkan contoh, Persamaan (2) – (5) dapat digunakan untuk menulis cepat
dan sederhana persamaan garis yang melalui dua titik tertentu atau melalui
satu titik yang diberikan dengan kemiringan tertentu.
Sebaliknya, untuk menggambar grafik dari persamaan linier dalam x dan y, juga
sederhana. Karena lokus persamaan adalah garis, sehingga cukup dua titik
untuk menggambar garis. Biasanya kedua titik tersebut adalah titik potong
sumbu. Walaupun ini tidak dapat digunakan untuk menggambar garis yang
melalui titik asal.
13
6. Cari persamaan garis yang perpotongan sumbu-x sama dengan garis
3𝑥 − 𝑦 − 3 = 0, tapi inklinasinya setengah dari inklinasi garis tersebut.
8. Titik sudut segitiga adalah A(1, 0), B(9, 2), dan C(3, 6). Tentukan
(a) persamaan setiap sisi;
(b) persamaan garis berat dan koordinat titik potong garis tersebut.
(c) persamaan garis tinggi dan koordinat titik potong garis tersebut.
(d) persamaan garis bagi yang tegak lurus sisi dan titik potong garis
tersebut.
14
Referensi.
Fuller, G., 1954, Analytic Geometry, Addison-Wesley Publishing
Company Inc., Cambridge.
Osgood, W.F. & Graustein, W.C., 1921, Plane and Solid Analytic
Geometry, The MacMillan Company, New York.
15