Evaluasi pembelajaran
Secara bahasa evaluasi berasal dari kata bahasa Inggris “evaluation” yang artinya
penaksiran atau penilaian. Sedangkan secara harfiah, evaluasi adalah proses menentukan nilai
untuk suatu hal atau objek berdasarkan acuan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Kemudian Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses merencanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan.1
Tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut Nana Sudjana (2017, hlm. 4) adalah sebagai
berikut.
1
M. Ngalim Purwanto, MP., Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2004), cet. Ke-12, hlm.3
2
Prof. Dr.H. Sutaryat Trisnamansyah “Evaluasi Pembelajaran” (Bandung: Pustaka Setia,2015)hlm.27
3
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar” (2017, hlm. 4)
- Evaluasi selektif (evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling tepat sesuai
dengan kriteria program kegiatan tertentu)
- Evaluasi penempatan (evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program
pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa)
- Evaluasi formatif (evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar mengajar)
Prinsip-prinsip evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5,
dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil belajar antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.4
4
Permendikbud No. 23 “Analisis Standar Penilaian Pendidikan” (Sekolah Pascajarna, Universitas
Pakuan,2016)hlm. 25
RELIABILITAS, digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur
yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.
1. Pilih materi atau topic yang tepat untuk diagkat menjadi bahan ujian.
2. Tentukan dari materi atau topic tersebut, bagian mana yang tepat untuk dijadikan soal.
3. Buat kisi-kisi soalnya yang disesuaikan dengan indicator capaian dalam setiap materi.
4. Tulis soal mengacu pada indicator sebagaimana dituangkan dalam kisi-kisi.
5. Penelaahan dan perakitan soal beserta kunci jawaban atau pedoman penskorannya.
Prosedur penilaian
Dalam sebuah proses penilaian ada beberapa langkah yang harus ditempuh agar
memberikan penilaian yang lebih bermakna dan otentik. Hal ini sangant diperlukan agar hasil
dari penilaian dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak yang terlibat dalam pendidikan dan
berkaiatan dengan objek yang dinilai. Penilaian aspek sikap dilakuakn melalui tahapan:
mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran, mencatat perilaku peserta didik
dengan menggunkan observasi/ pengamatan, menindaklanjuti hasil pengamtan, dan
mendeskripsikan perilaku peserta didik. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui
tahapan: menyusun perencanaan penilaian, mengembangkan instrument penilaian,
melaksanakan penilaian, memanfaatkan hasil penilaian dan melaporkan hasil penilaian dalam
bentuk angka dengan 0-100 dan deskripsi. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui
tahapan yang sama dengan penilaian aspek pengetahuan.5
Psikologi berasal dari berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari akar kata psyche
yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi
berati “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. Psikologi yang diartikan
sebagai ilmu jiwa berlaku ketika Psikologi berada atau menjadi bagian dari filsafat, bahkan
pada tahunlima puluhan, dalam kepustakaan Indonesia ilmu jiwa lazim dipakai sebagai
padanan Psikologi. Namun, kini istilah ilmu jiwa dianggap kurang tepat, karena psikologi
memang tidak secara langsung meneliti jiwa, roh atau sukma.6
Pengertian psikologi dalam bahasa Arab “Ilmu Nafs” yang berarti ilmu jiwa,
sedangkan pengertian pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar
yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk membelajarkan siswa. Menurut Oemmar
Hamalik, pembelajaran adalah suatu komunikasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
5
Permendikbud No. 23 “Analisis Standar Penilaian Pendidikan” (Sekolah Pascajarna, Universitas
Pakuan,2016)hlm. 27-28
6
Ahmadi Anas dan Mohammad Jauhar, Dasar-Dasar Psikolinguistik (Jakarta: Prestasi Pustakaraya,
2015), h. 33.
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam hal ini terkait dengan guru atau pendidik selaku seorang yang memberikan
pembelajaran kepada murid atau peserta didik, bagaimana cara tepat bagi seorang pengajar
pada saat mengajar murid-murid mereka.
Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metodologi belajar
saja, biasanya para pengajar ketika mengajar berharap untuk menjaga disiplin kelas tanpa
mengetahui karakter dari serta didik, pada saat itu seorang pengajar sering bertindak otoriter,
menjauhi siswa, bersikap dingin, biasanya hal itu yang menyembunyikan rasa takut kalau
dianggap lemah, kebanyakan nasihat yang sering diberikan misalnya agar guru bertindak
keras pada saat permulaan, hal itu semata-mata bertujuan untuk memberikan rasa takut pada
peserta didik agar peserta didik menjadi seorang yang menurut nantinya.