Anda di halaman 1dari 8

library.uns.ac.

id 26
digilib.uns.ac.id

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Data Struktur Gedung

Penelitian ini dilakukan pada struktur gedung Rusunawa yang berada di wilayah
Cilacap, Jawa Tengah. Struktur gedung beton bertulang dengan ketinggian 4 lantai
1 atap. Fungsi utama bangunan adalah sebagai rumah susun.

Tabel 3.1 Deskripsi Gedung

Struktur Hipotesa
Sistem struktur SRPM
Fungsi gedung Rumah susun
Jumlah lantai 4 lantai + 1 lantai atap
Tinggi antar lantai 3 m dan 3,6 m
Tinggi maksimum gedung 15,6 m

Adapun gambar struktur gedung Rusunawa ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 –
Gambar 3.4 berikut ini.

26
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Gambar 3.1 Gambar Gedung Rusunawa Cilacap

Gambar 3.2 Denah Tipikal Struktur Gedung


library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Gambar 3.3 Gambar Potongan 1-1 Struktur Gedung

Gambar 3.4 Gambar Potongan 2-2 Struktur Gedung


library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

3.2. Tahapan Analisis

Metode penelitian ini menggunakan analisis nonlinier dynamic time history.


Analisis menggunakan software SeismoStruct 2016. Langkah analisis yang
dilakukan akan dijelaskan pada sub bab-sub bab berikutnya.

3.2.1. Studi Literatur

Studi literature dari buku, jurnal dan peraturan yang terkait penelitian ini adalah
sebagai berikut:

a. Peta Hazard gempa Indonesia 2010


b. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung.
c. SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
d. Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPURG
1987).
e. Berbagai jurnal dan sumber literature mengenai analisis struktur dengan
metode riwayat waktu (time history).

3.2.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi bangunan Rusunawa Cilacap yang diteliti, baik
data sekunder maupun data primer. Data yang didapat adalah Shop Drawing
Rusunawa Cilacap. Data ini digunakan untuk pemodelan struktur 3D yang
selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan software SeismoStruct 2016.

Shop Drawing digunakan untuk tahapan pemodelan yang sesuai dengan gambar
yang ada sehingga analisis yang akan dilakukan tidak menyimpang dari gambar
yang ada. Semua struktur yang dimodelkan harus sesuai dengan Shop Drawing,
untuk bangunan non structural tidak dimodelkan karena tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pemodelan 3D ini.
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

3.2.3. Pemodelan 3D

Pembuatan model struktur bangunan dengan pemodelan 3D sesuai dengan data dan
informasi dari shop drawing Rusunawa Cilacap. Hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat pemodelan pada program, yaitu :

1. Sistem koordinat global dan local

Program SeismoStruct 2016 mempunyai aturan system koordinat global dan local
yang sama seperti pada program SAP2000 dalam pembuatan model tiga dimensi.
Sistem koordinat global pada program SAP2000 memiliki 3 sumbu yang saling
tegak lurus yaitu sumbu X,Y,Z. Arah koordinat dalam model struktur yang
digunakan munggunakan nilai ± X, ± Y dan ± Z. Semua sistem koordinat dalam
model struktur yang digunakan selalu didefinisikan dengan koordinat global baik
secara Langsung maupun secara tidak langsung. Sistem koordinat pada program
SAP2000 dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Sistem Koordinat yang digunakan dalam Program SAP2000


Sumber: Edy Purnomo (2014)

2. Elemen-elemen portal dan pelat lantai

Tahapan awal yang dilakukan adalah mendefinisikan semua bentuk dan dimensi
penampang elemen portal yang digunakan. Setelah tahapan ini selesai, tahapan
kedua adalah pembuatan pelat yang menumpu pada balok yang merupakan satu
kesatuan struktur bangunan.
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

3. Diaphragm constraint

Diaphragm constraint ini menyebabkan semua joint pada satu lantai diberi batasan
constraint bergerak secara bersamaan sebagai diafragma planar yang bersifat kaku
(rigid) terhadap semua deformasi yang mungkin terjadi. Asumsi Diaphragm
constraint sangat tepat untuk fenomena terbentuknya rigid floor di mana lantai
struktur pada elevasi yang sama bergerak bersamaan ketika suatu struktur
mengalami gempa.

3.2.4. Perhitungan Pembebanan

Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati dan beban
hidup. Beban mati yang dihitung berdasarkan pemodelan yang ada dimana beban
sendiri dimasukkan dalam load case Dead, sedangkan berat sendiri tambahan yang
tidak dapat dimodelkan dimasukkan dalam load case Super Dead. Perhitungan
berat sendiri untuk load case Dead adalah 1, sedangkan untuk load case Super Dead
adalah 0, dimana beban untuk Dead telah dihitung secara otomatis oleh program,
sedangkan beban untuk Super Dead bebannya perlu dimasukkan secara manual
sesuai dengan data yang ada.

Beban hidup dimasukkan dalam load case Live. Beban hidup ini mendapatkan
reduksi beban gempa. Beban hidup tersebut disesuaikan dengan peraturan yang ada.
Perhitungan beban hidup untuk load case Live adalah 0, dimana beban hidup perlu
dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada.

3.2.5. Analisis Riwayat Waktu

Menganalisis model struktur dengan rekaman gempa yang ada menggunakan


bantuan program SeismoStruct 2016. Dalam analisis riwayat waktu, data
akselerogram gempa masukan harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat
gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip dengan lokasi tempat struktur
gedung yang ditinjau.
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Menurut peraturan yang ada, dalam analisis riwayat waktu paling sedikit harus
meninjau minimal tiga buah akselerogram dari tiga gempa yang berbeda, salah
satunya harus mengambil akselerogram Gempa El Centro N-S. Adapun data
rekaman gempa yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
berikut ini.

Tabel 3.2 Daftar Rekaman Gempa yang digunakan

M
No Event Stasiun Tahun
(SR)
1 Imperial Valley El Centro Array #13 1979 6,53
2 Parkfield Cholame - Shandon Array #12 1966 6,19
3 Kobe Osaka Bay 1995 7,30
4 Urakawa Off Urakawa 2016 6,70

3.2.6. Bagan Alir Penelitian

Dari hasil analisis dinamik riwayat waktu menggunakan program


SeismoStruct2016 didapatkan output berupa nilai displacement dan frame
hysterestic curve. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat dibuat
bagan alir yang sesuai dengan tujuan penelitian. Bagan alir tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3.5 berikut ini.
library.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Mulai

Pengumpulan Data
- Shop Drawing Gedung Rusunawa
- Rekaman Gempa

Pemodelan 3D Struktur Gedung menggunakan program SeismoStruct2016

Input Pembebanan
(Beban Mati dan Beban Hidup)

Menghitung Respon Spektrum Desain


berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 1726:2012

Membuat Akselerogram Gempa Sintetik dengan bantuan program


SeismoSignal2016 dan SeismoMatch2016

Menjalankan Dynamic Time History Analysis pada program SeismoStruct2016

Mendapatkan output berupa respons displacement dan frame hysterestic curve

Membandingkan hasil analisis nilai displacement dan hysterestic curve dari


Target Spektrum Desain 2002 dan 2012

Selesai

Gambar 3.6 Bagan Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai