Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI

HEWAN (BI2103)

ANATOMI HEWAN INVERTEBRATA: CUMI-CUMI (Loligo


sp.), JANGKRIK (Gryllus assimilis), UDANG (Litopenaeus
vannamei), DAN CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

Tanggal Praktikum: 28 Agustus 2019


Tanggal Pengumpulan: 4 September 2019

Disusun oleh:
Vergio Victorio Effendy
10618064
Kelompok 8

Asisten:
Defia Nur Laeli (10616018)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modul praktikum ini berkaitan dengan tubuh makhluk hidup. Untuk memahami
tubuh makhluk hidup yang tergolong kompleks, dibutuhkan suatu cabang ilmu
yang dapat menjadi dasar untuk memahami bagian tubuh tersebut beserta
fungsinya. Ilmu yang pertama adalah anatomi yang merupakan cabang ilmu yang
mempelajari struktur tubuh beserta dengan hubungan-hubungan antarbagian
tubuh. Cara memahami struktur tubuh adalah dengan melihatnya, yaitu dilakukan
dengan teknik pembedahan (Tortora & Grabowski, 1996). Selain memahami
struktur bagian tubuh baik dari posisi anatominya maupun morfologinya, fungsi
dari bagian tubuh tersebut juga dipelajari. Dengan demikian ilmu kedua yang
menjadi dasar bagi pemahaman akan tubuh makhluk hidup adalah fisiologi.
Cabang ilmu inilah yang mempelajari fungsi-fungsi dari bagian tubuh tersebut
(Martini et al., 2015).

Dengan demikian signifikansi dari melakukan praktikum ini adalah mahasiswa


dapat menentukan dan memahami struktur serta fungsi organ tubuh makhluk
hidup dimulai dari jenis Invertebrata seperti cumi-cumi, jangkrik, udang, dan
cacing tanah. Dengan alat pembelajaran yang ada, mahasiswa Biologi ITB dapat
memahami apa yang ada di kelas dan di lapangan secara langsung. Khusus untuk
Biologi sendiri, pembelajaran anatomi dan fisiologi melalui pembedahan tetap
menjadi instrumen pembelajaran yang bernilai sebagai sarana pengembangan bagi
ilmu medis dan juga Biologi perilaku (Boettcher, 2013).

1.2 Tujuan
1.2.1 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Chepalopoda (Cumi –
Loligo sp.)
1.2.2 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Arthropoda (Jangkrik –
Gryllus assimilis)
1.2.3 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Crustacea (Udang –
Litopenaeus vannamei)
1.2.4 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Annelida (Cacing tanah
– Lumbricus terrestris)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembedahan dilakukan untuk mengetahui posisi anatomi masing-masing organ


internal pada hewan. Kemudian terdapat teknik pembedahan agar keseluruhan
anatomi dapat dengan jelas terlihat. Teknik-teknik pembedahan diperlukan agar
tidak terjadi kesalahan memotong yang dapat merusak organ dan mengurangi
keakuratan pengamatan. Prinsip dalam pembedahan adalah diusahakan memotong
seminimal mungkin. Struktur organ internal harus utuh tanpa memotong jaringan-
jaringan di sekitarnya jika memungkinkan (CFCC, 2019).

2.1 Cumi-cumi (Loligo sp.)

Cumi termasuk dalam kelas Chepalopoda. Hewan ini memiliki simetri bilateral.
Pada anatomi eksternalnya, di bagian anterior dan sisi mantle terdapat sepasang
fin, sedangkan di bagian posterior mantel terdapat kepala dengan delapan arms
dan sepasang tentacles. Di permukaan tubuhnya terdapat bintik-bintik karena
chromatophores yang memungkinkan untuk kamuflase. Kepala cumi tampak
keluar dari rongga mantle dan bisa ditarik ke dalam mantle-nya karena ada otot
retraktor yang kuat (Pratt, 1902).

Sedangkan anatomi internalnya terdiri dari beberapa organ menurut sistemnya.


Pada saluran sistem pencernaan terdiri dari esophagus, stomach, caecum,
intestine, anus, dan ink sac. Selanjutnya di sistem reproduksi terdapat gonad dan
kelenjarnya. Di sistem respirasi terdapat gill dan sistem sirkulasi terdapat
sepasang brachial hearts dan satu systemic heart. Lalu pada sistem eskresi
terdapat ginjal sedangkan pada sistem saraf terdapat otak dan saraf (Hickman et
al., 1997).

Untuk pembedahannya, dimulai dari potongan longitudinal dari posterior mantle


sampai ke ujung anteriornya dan diusahakan bedah dengan hati-hati tanpa melukai
organ dalamnya. Selanjutnya perhatikan organ dalamnya. Pindahkan setiap organ
keluar dari tubuh jika ingin melihat organ-organ lain yang tertumpuk di
bawahnya. Selanjutnya belah dua kepala cumi untuk melihat saluran
pencernaannya. Setelah seluruh organ pada rongga mantle dikeluarkan, buat
potongan longitudinal lagi pada bagian dalam mantle untuk melihat pen-nya
(Pratt, 1902).

2.2 Jangkrik (Gryllus assimilis)

Jangkrik termasuk ke dalam kelas Arthropoda ordo Orthoptera. Jika diperhatikan


anatomi eksternalnya, tubuhnya berbentuk lonjong, kepalanya besar, dan terdapat
segmen-segmen. Di kepalanya terdapat mata majemuk dan rahang. Pada bagian
ventralnya terdapat lempengan yang membentuk sternum dan tergum. Di setiap
segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki berjalan dan sepasang kaki melompat.
Lalu pada abdomennya terdapat cerci, anus, dan ovipositor jika pada betina. Pada
sisi lateral di salah satu segmen abdomen terdapat organ auditori yang disebut
tympanum (Pratt, 1902).

Selanjutnya pada anatomi internalnya, dibagi berdasarkan sistem organnya: sistem


pencernaan, sistem sirkulasi, sistem reproduksi, sistem saraf, sistem eskresi, dan
sistem pernapasan. Saluran sistem pencernaannya terdiri dari crop, gizzard,
stomach, intestine, rectum dan anus. Kemudian sistem peredaran darahnya terdiri
dari aorta dan heart. Lalu organ pada sistem reproduksi terdapat testes dengan
penis pada jantan dan ovary serta ovipositor pada betina. Keduanya juga memiliki
accessory glands. Pada sistem saraf terdapat otak dan ventral nerve cord.
Kemudian pada sistem eskresi serangga ini terdapat malphigian tubule. Lalu pada
sistem respirasinya terdapat spiracle dan trachea (Hickman et al., 1997).

Teknik pembedahannya dengan cara terlebih dahulu memutuskan keempat


sayapnya dan kakinya. Selanjutnya buat potongan longitudinal dari posterior
dorsalnya menuju anterior. Potongan yang baru dibuat dibuka dan ditahan dengan
jarum. Anatomi internalnya dapat dilihat, tetapi mungkin jantungnya telah
terpotong. Pindahkan organ-organ dalanya jika ingin melihat lebih dalam lagi
(Pratt, 1902).
2.3 Udang (Litopenaeus vannamei)

Udang adalah jenis hewan dekapoda yang masuk ke dalam kelompok Crustacea.
Tubuhnya memiliki simetri bilateral dan terdapat segmen-segmen. Sama seperti
hewan-hewan lain dari kelompok ini, tubuhnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu
cephalothorax dan abdomen. Pada bagian luarnya terlihat antennae, rostrum,
compound eye, cheliped, pereiopods, pleopods, uropods, dan telson (Pratt, 1902).

Kemudian anatomi dalamnya bisa dikategorikan berdasarkan sistem organ: sistem


sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem saraf, dan sistem reproduksi.
Sistem sirkulasi udang terdiri dari jantung dan sistem respirasinya terdapat
insang. Kemudian organ pencernaannya terdiri dari mulut, perut, hepatopancreas,
rectum, dan anus. Lalu sistem saraf udang terdiri dari otak dan ganglion seperti
ventral nerve cord. Terakhir di sistem reproduksi udang jantan terdapat testes dan
vas deferens, sedangkan betina memiliki ovary (Hickman et al., 1997).

Pembedahan dimulai dari pemotongan sisi lateral carapace, usahakan untuk tidak
melukai insangnya. Kemudian buat potongan longitudinal pada sisi ventral dari
posterior ke anterior. Amati lalu keluarkan organ internalnya jika ingin melihat
lebih dalam (Pratt, 1902).

2.4 Cacing tanah (Lumbricus terrestris)

Hewan ini berasal dari kelompok Annelida. Bentuk tubuhnya memanjang seperti
tabung dan dilapisi oleh kulit yang terbua dari kitin. Tampak rambut-rambut kecil
di sekujur permukaan tubuhnya yang disebut sebagai setae. Ciri yang terlihat jelas
adalah terlihat ruas-ruas pada tubuhnya. Selain itu tubuh cacing tanah juga dilapisi
oleh semacam lendir untuk menjaga kelembapan kulitnya (Pratt, 1902).

Anatomi internal cacing dibagi berdasarkan sistem organ: sistem pencernaan,


sistem reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem saraf. Organ-organ pencernaannya
tersusun atas mulut, pharynx, esophagus, crop, gizzard, dan anus. Sistem
reproduksinya terdiri dari ovary, testes, dan seminal vesicle. Lalu sistem sirkulasi
cacing terdiri dari lengkungan aorta dan sistem sarafnya tersusun dari otak dan
saraf-saraf yang tersebar di tubuhnya (Hickman et al., 1997).

Pada saat membedah cacing pertama-tama cacing ditahan agar tidak bergerak saat
digunting pada sisi dorsalnya. Tubuh cacing harus benar-benar lurus agar hasil
bedah memuaskan. Pemotongan dilakukan dari posterior sampai belakang
clitellum. Diusahakan untuk tidak sampai melukai organ dalamnya. Setelah
dibuka, kulit ditahan dengan jarum dan organ internal dapat diamati (Pratt, 1902;
Rowett. 1990).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Pada modul ini digunakan beberapa alat dan bahan yang tersaji dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Alat dan bahan praktikum modul 1: hewan invertebrata

Alat Bahan
Scalpel dan blade Cumi-cumi (Loligo sp.)
Gunting bedah Jangkrik jantan dan betina (Gryllus assimilis)
Jarum pentul Udang (Litpenaeus vannamei)
Pinset Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
Jarum jara
Papan styrofoam
Baki

3.2 Cara Kerja

Cara kerja akan disajikan dalam bentuk diagram alir (Diagram 3.1 s/d 3.4).

Cumi-cumi

Diamati anatomi eksternalnya


Ditempatkan di atas papan styrofoam dengan bagian ventral
menghadap ke atas
Dipotong bagian posterior mantle yang lebih ventral dari siphon hingga
bagian paling anterior secara lurus
Dibuka Mantle yang telah dipotong dan ditahan dengan jarum pentul
hingga terlihat anatomi internalnya

Anatomi internal cumi-cumi dapat diamati

Diagram 3.1 Cara kerja membedah cumi-cumi


Jangkrik

Diamati anatomi eksternalnya


Ditempatkan dengan bagian dorsal menghadap ke atas
Diputuskan semua kakinya dengan diputar atau digunting
Disisipkan gunting bedah pada segmen terakhir abdomen
Dipotong eksoskeleton dari segmen terakhir abdomen hingga
kepala sisi dorsal
Dibuka potongan tersebut dan ditahan dengan jarum pentul hingga
anatomi internal terlihat

Anatomi internal jangkrik dapat diamati

Diagram 3.2 Cara kerja membedah jangkrik

Udang

Diamati anatomi eksternalnya


Ditempatkan dengan bagian dorsal menghadap ke atas
Disisipkan gunting bedah pada segmen terakhir abdomen
Dipotong eksoskeleton dari segmen terakhir abdomen hingga kepala
sisi dorsal
Dibuka potongan tersebut hingga anatomi internal terlihat

Anatomi internal udang dapat diamati

Diagram 3.3 Cara kerja membedah udang


Cacing tanah

Diamati anatomi eksternalnya


Ditempatkan di atas papan styrofoam dengan dorsal menghadap ke atas
Dibuat potongan kecil pada clitellum
Dipotong bagian dorsalnya hingga ke segmen ke-1
Dibuka potongan dan ditahan dengan jarum pentul hingga anatomi
internalnya terlihat

Anatomi internal cacing tanah dapat diamati

Diagram 3.4 Cara kerja membedah cacing tanah


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Pada bagian ini akan disajikan tabel yang berisi gambar hasil pengamatan situs
habitus dan situs solitus pada keempat hewan invertebrata, jaringan epitel dan
otot, beserta dengan perbandingannya dengan gambar pada literatur.

4.1.1 Situs habitus dan Situs solitus: Cumi-cumi, Jangkrik, Udang, dan
Cacing Tanah

Berikut disajikan tabel berisi hasil pengamatan setelah dilakukan pembedahan


hewan-hewan tersebut di laboratorium. Hasil pengamatan dibagi menjadi dua
tabel, yaitu pada saat keadaan situs habitus (Tabel 4.1 ) dan situs solitus (Tabel
4.2).
Tabel 4.1 Situs habitus pada cumi, jangkrik, udang, dan cacing tanah

Hasil Pengamatan Literatur


fin

mantle

siphon
tentacles

eye

arms

sucker
cups

Gambar 4.1 Situs habitus Loligo sp. hasil


pengamatan Gambar 4.2 Situs habitus Loligo sp. literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019) (Chave et al., 1982)

antennae

compund
eye

walking cephal
legs
thorax
jumping
legs
abdomen
wing

cerci

ovopositor

Gambar 4.3 Situs habitus Gryllus assimilis


Gambar 4.4 Situs habitus Gryllus assimilis
hasil pengamatan
literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019)
(Hickman et al., 1997)
antennal
flagellum

cheliped rostrum
pereiopods compound
eye
pleopods

uropods cephalothorax

telson

abdomen

Gambar 4.5 Situs habitus Litopenaeus Gambar 4.6 Situs habitus Litopenaeus
vannamei hasil pengamatan vannamei literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019) (Hickman et al., 1997)

prostomium

mouth

clitellum

anus

Gambar 4.7 Situs habitus Lumbricus Gambar 4.8 Situs habitus Lumbricus
terrestris hasil pengamatan terrestris literatur
(Dokumen pribadi, 2019) (Hickman et al., 1997)

Tabel 4.2 Situs solitus cumi, jangkrik, udang, dan cacing tanah

Hasil Pengamatan Literatur


ovary

oviducal
nidamental
gland
glands

brachial
gill hearts
pallial
cartilage
siphon
inc sac retractor
muscle
beak

Gambar 4.9 Situs solitus Loligo sp. hasil


pengamatan Gambar 4.10 Situs solitus Loligo sp. literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019) (Chave et al., 1982)

ventral nerve
cord

trachea malphigian
tubules

intestine
anus
accessory
glands

Gambar 4.11 Situs solitus Gryllus assimilis


hasil pengamatan Gambar 4.12 Situs solitus Gryllus assimilis
(Dokumentasi pribadi, 2019) literatur
(Hickman et al., 1997)
hepatopancreas

digestive tract

Gambar 4.14 Situs solitus Litopenaeus


Gambar 4.13 Situs solitus Litopenaeus
vannamei literatur
vannamei hasil pengamatan
(Saumya, 2016)
(Dokumentasi pribadi, 2019)

calciferous
glands seminal
vesicles
crop
gizzard

Gambar 4.15 Situs solitus Lumbricus


terrestris hasil pengamatan Gambar 4.16 Situs solitus Lumbricus
(Dokumentasi pribadi, 2019) terrestris literatur
(Hickman et al., 1997)

4.1.2 Jaringan Epitel dan Otot


Berikut disajikan tabel berisi hasil pengamatan mengenai jaringan epitel dan
jaringan otot (Tabel 4.3). Kemudian hasil pengamatan di bawah mikroskop di
laboratorium diperbandingkan dengan hasil pengamatan di literatur.

Tabel 4.3 Hasil pengamatan jaringan epitel dan otot beserta perbandingannya

Hasil Pengamatan Literatur


ephitelial cell

nucleus
basale membrane

Gambar 4.17 Jaringan epitel silindris selapis


Gambar 4.18 Jaringan epitel silindris selapis
– perbesaran 400X – hasil pengamatan
– perbesaran 500X – literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019)
(Marieb, 2009)
ephitelial cell

nucleus
basale
membrane

lumen

Gambar 4.20 Jaringan epitel kubus berlapis


Gambar 4.19 Jaringan epitel kubus berlapis
tipis – perbesaran 100X dan 500X - literatur
tipis – perbesaran 400X – hasil pengamatan
(Tortora & Grabowski, 1996)
(Dokumentasi Yasmiin, 2019)

ephitelial cell

nucleus

Gambar 4.21 Jaringan epitel pipih berlapis


banyak – perbesaran 400X – hasil pengamatan Gambar 4.22 Jaringan epitel pipih berlapis
(Dokumentasi Safura, 2019) banyak – perbesaran 500X – literatur
(Marieb, 2009)
spindle shaped

Gambar 4.23 Jaringan otot polos


Gambar 4.24 Jaringan otot polos –
perbesaran 100X – hasil pengamatan
perbesaran 500X – literatur
(Dokumentasi Nurul, 2019)
(Tortora & Grabowski, 1996)

nucleus

striated

Gambar 4.26 Jaringan otot lurik – perbesaran


Gambar 4.25 Jaringan otot lurik
400X – literatur
perbesaran 400X – hasil pengamatan
(Tortora & Grabowski, 1996)
(Dokumentasi Shofa, 2019)

nucleus

intercalated
disk

Gambar 4.28 Jaringan otot jantung –


Gambar 4.27 Jaringan otot jantung perbesaran 500X – literatur
perbesaran 400X – hasil pengamatan (Tortora & Grabowski, 1996)
(Dokumentasi Eugene, 2019)

4.2 Pembahasan
Selanjutnya pada bagian ini akan dibahas struktur-struktur morfologi dan anatomi
keempat hewan kelompok Invertebrata, baik yang ditemukan pada saat praktikum
maupun yang tidak. Pembahasan dimulai dari keadaan situs habitus, yaitu
keadaan pada saat hewan belum dibedah dan yang terlihat adalah anatomi
eksternalnya. Lalu dilanjutkan pada keadaan situs solitus, yaitu keadaan pada saat
hewan telah dibedah, tetapi kondisi organ dalam berada pada posisi anatominya
(normal) atau belum dipindah-pindahkan.

4.2.1 Cumi-cumi (Loligo sp.)

Pada keadaan situs habitusnya, dari bagian anatomi eksternalnya tampak: fin,
mantle, siphon, tentacles, arms, dan eye. Pertama, fin adalah bagian yang berperan
ketika cumi bergerak di dalam air. Bentuk fin yang hidrodinamis mampu
menghasilkan gaya angkat dan gaya dorong (Stewart et al., 2010). Kedua, adalah
mantle, bagian yang melindungi organ dalam cumi. Pada mantle terdapat sel
pigmen yang disebut chromatophores yang berfungsi untuk kamuflase dari
predator. Selain itu, mantle juga termasuk dalam sistem lokomosi (gerak) cumi
karena memengaruhi besar laju renang cumi (Ward & Wainwright, 2009).
Selanjutnya adalah siphon yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari rongga
mantle. Siphon juga berperan sebagai struktur lokomosi yang menghasilkan jet
propulsion. Bagian anatomi yang terakhir adalah tentacles dan arms yang
penyebutannya seringkali dipertukarkan. Tentacles hanya memiliki sucker di
ujung sedangkan arms di seluruh permukaan bagian bawahnya. Fungsi sucker
adalah sebagai grip pada cumi-cumi misalnya agar dapat memegang mangsanya.

Selanjutnya ketika cumi dibedah dan berada pada keadaan situs solitus, anatomi
internalnya yang terlihat adalah gill, nidamental glands, siphon retractor, ovary,
oviducal gland, dan pallial cartilage. Cumi-cumi yang menjadi bahan percobaan
pada praktikum ini berjenis kelamin betina. Pertama, gill adalah organ yang
berfungsi sebagai organ pernapasan. Pertukaran gas terjadi melalui proses difusi.
Kedua, fungsi dari nidamental glands adalah menghasilkan sekresi yang akan
membentuk cangkang telur dan juga albumen (Nalini, 1940). Ketiga, siphon
retractor muscle adalah otot yang berfungsi mengatur kontraksi siphon. Keempat,
ovary adalah organ gonad pada cumi betina yang berfungsi untuk memproduksi
telur. Kemudian oviducal gland juga termasuk bagian dari kelenjar-kelenjar
reproduksi yang akan menghasilkan sekresi. Bagian terakhir adalah pallial
cartilage yang berfungsi sebagai penyokong siphon dan menutup rongga antara
leher cumi dan mantle-nya.

Adapun organ yang tertutup oleh organ lainnya seperti saluran pencernaan yang
dimulai dari beak, esophagus, stomach, caecum, intestine, dan anus serta ink sac.
Ketika cumi memakan mangsanya, makanan akan dipotong dengan beak atau
paruh. Di dalam mulut cumi terdapat lidah bergerigi yang disebut sebagai radula
yang akan memarut makanan sehingga bentuknya semakin kecil. Setelah itu
makanan akan melalui esophagus yang akan melewati otaknya dan masuk ke
stomach atau perutnya. Di sana terdapat caecum yang akan memperluas area
pencernaannya. Kemudian makanan dan sisa-sisanya akan melewati usus
(intestine) dan akan berakhir di anus. Sisanya akan dibuang melalui siphon.
Sedangkan inc sac terhubung ke usus cumi-cumi. Kantung tinta yang berisi tinta
ini digunakan sebagai alat pertahanan menghadapi predator (Bidder, 1950).

Selain organ pencernaan, juga terdapat sistem sirkulasi, eskresi, saraf, dan
penyokong yang kurang kelihatan pada saat praktikum. Pada sistem sirkulasi
terdapat tiga jantung, yaitu dua branchial hearts dan satu systemic heart.
Branchial hearts berfungsi untuk memompa darah ke masing-masing insang
sedangkan systemic heart yang terletak di antara kedua branchial hearts akan
memompa darah ke seluruh tubuh cumi (Lepore, 2019). Pada sistem eskresinya,
terdapat ginjal yang posisinya bersamaan dengan posisi jantung dan berfungsi
untuk menyaring darah. Kemudian pada sistem sarafnya terdapat otak yang
terletak di antara mata di kepala cumi. Di sana juga terdapat akson yang cukup
besar dan dapat dilihat oleh mata telanjang. Sistem saraf ini berfungsi untuk
mengendalikan keseluruhan fungsi tubuh cumi (Bear et al., 1937).

4.2.2 Jangkrik (Gryllus assimilis)


Dalam keadaan situs habitus-nya, kita dapat melihat beberapa bagian anatomi
eksternal dari serangga tersebut. Pada sisi dorsal jangkrik yang menghadap ke
atas, kita dapat melihat dari area cephal sampai abdomen terdapat: antennae,
compound eye, walking legs, jumping legs, wing, cerci, dan ovipositor pada
jangkrik betina. Pada bagian cephal terdapat antennae dan compound eye.
Pertama, antennae, secara umum organ ini berfungsi sebagai organ sensori bagi
jangkrik untuk memahami lingkungan sekitarnya. Di antennae terdapat
chemoreceptor yang dapat dianggap sebagai salah satu organ olfaktori yang
penting (Kostromytska et al., 2015). Kedua, compound eye atau mata majemuk
seringkali dijumpai pada serangga (insecta) ataupun hewan crustacean. Fungsi
dari mata majemuk adalah memampukan serangga tersebut untuk dapat melihat
dengan sudut pandang yang lebih lebar dan mendeteksi pergerakan yang cepat
(Reece et al., 2013). Jadi, ada hubungan antara organ sensori visual seperti mata
majemuk dengan predasi karena secara umum hewan yang berukuran tubuh kecil
memiliki kemampuan seperti ini.

Kemudian pada bagian thorax sampai abdomen jangkrik terdapat walking legs,
jumping legs, forewing, hindwing, cerci, dan ovipositor. Pertama, jangkrik
memiliki dua pasang walking legs dan sepasang jumping legs. Jelas fungsi dari
walking legs adalah untuk berjalan dan jumping legs adalah untuk melompat.
Jumping legs jauh lebih besar daripada walking legs sehingga efektif untuk
melompat. Terdapat sistem lever sehingga bisa dihasilkan gaya yang cukup besar
untuk mendorong jangkrik melompat ke atas tanah (University St. Andrews,
2019). Kedua, sayap jangkrik terdapat dua pasang, yaitu sepasang forewing dan
sepasang hindwing. Fungsi forewing adalah untuk melindungi hindwing dan juga
untuk melakukan panggilan (kawin, bersuara, dan sebagainya). Sedangkan fungsi
hindwing sendiri adalah untuk terbang (Huber, 1989). Ketiga, cerci juga termasuk
sebagai organ sensori (mechanosensory) yang berfungsi untuk perlindungan diri
dari predator, orientasi terbang, dan perkawinan (Jacobs et al., 2008). Keenam
adalah ovipositor yang berfungsi untuk mengeluarkan telur.
Selanjutnya dalam keadaan situs solitus-nya, kita dapat melihat bagian-bagian
anatomi internal seperti: trachea, intestine, accessory gland, rectum, ventral nerve
cord, dan malphigian tube. Pertama, trachea berhubungan dengan sistem respirasi
dan sirkulasi. Pertukaran gas pada serangga terjadi melalui sistem trakea, yaitu
suatu suatu sistem saluran pernapasan yang memiliki bukaan di posri di setiap
segmen dan disebut sebagai spiracle. Oksigen akan langsung di bawa menuju ke
daerah yang membutuhkan dalam fasa gas. Serangga memiliki senyawa yang
membawa oksigen yang disebut sebagai hemosianin (Harrison & Wasserthal,
2012). Kedua, intestine atau usus telah diketahui fungsinya sebagai saluran
pencernaan . Ketiga, accessory gland seringkali memiliki peranan penting dalam
reproduksi dan kopulasi pada serangga (Sturm, 2012). Keempat, rectum berfungsi
untuk mengeluarkan produk sisa pencernaan. Kelima, ventral nerve cord adalah
bagian dari sistem serangga yang berhubungan dengan lokomosi serangga karena
strukturnya yang modular dan terdapat di segmen tubuh (Niven et al., 2008). Lalu
bagian terakhir adalah malphigian tube yang berfungsi sebagai sistem eskresi
guna meregulasi keseimbangan air dan hormon (O’Toole, 2000).

Setelah itu terdapat beberapa bagian anatomi jangkrik yang tidak terlihat di
anatomi eksternal maupun internalnya. Pada anatomi eksternalnya yang tidak
ditemukan pada saat praktikum adalah organ auditori tympanum. Sedangkan pada
anatomi internalnya adalah sistem pencernaan, sistem sirkulasi, dan bagian dari
sistem reproduksinya. Pada sistem pencernaannya yang terlihat adalah midgut
yang juga bisa disebut sebagai stomach, tetapi tidak terlihat crop dan gizzard.
Kemudian pada sistem sirkulasinya tidak terlihat aorta ataupun heart-nya
(Hickman et al., 1997). Lalu pada sistem reproduksi jangkrik jantan ini tidak
terlihat organ reproduksinya, yaitu testis dan penis-nya.

Tympanum adalah sebuah membran yang dimiliki serangga kelompok Orthoptera.


Fungsinya adalah sebagai alat pendengaran. Letaknya terdapat di dekat jumping
legs. Apa yang mereka dengar adalah suara-suara yang biasa dihasilkan untuk
perkawinan. Suara-suara ini dihasilkan melalui gesekan sayap dengan kaki
belakangnya (Britton, 2018).
Adapun selanjutnya pada sistem pencernaan terdapat crop dan gizzard dan sistem
sirkulasi terdapat aorta dan jantung. Pertama, crop sendiri adalah organ
pencernaan yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan makanan. Setelah
makanan masuk ke dalam crop, dilanjutkan ke gizzard yang berfungsi untuk
menghaluskan makanan (Chapman, 2013). Kedua, pada sistem sirkulasi serangga
sebenarnya tidak terdapat vena maupun arteri karena sistem sirkulasinya terbuka.
Namun, tetap terdapat jantung yang akan memompa hemolymph dan aorta adalah
saluran yang menuju kepala dan otak jangkrik (NCStateUniversity, 2019).

4.2.3 Udang (Litopenaeus vannamei)

Pada keadaan situs habitus-nya, dari bagian anatomi eksternalnya bisa dilihat dari
cephalothorax sampai abdomen terdapat: antennal flagellum, rostrum, compound
eye, carapace, cheliped, pereiopods, pleopods, uropods, dan telson. Pertama,
fungsi antennal flagellum adalah sebagai organ sensori (chemoreceptor) bagi
udang untuk mengenali lingkungan sekitarnya (Vickery et al., 2012). Kedua,
fungsi rostrum adalah untuk pertahanan diri, spesifiknya adalah melindungi mata
udang ketika mereka sedang ada pertarungan dengan udang lain (Kennedy, 2018).
Ketiga, compund eye fungsinya juga untuk melihat dengan sudut mpandang yang
lebih lebar guna mendeteksi pergerakan yang cepat (Reece et al., 2013). Keempat,
carapace adalah bagian dari eksoskeleton yang berfungsi sebagai pelindung
cephalothorax. Kelima, cheliped berfungsi sebagai capit untuk makan. Keenam,
pereiopods dan pleopods adalah alat gerak udang. Pereiopods berfungsi sebagai
kaki untuk berjalan sedangkan pleopods untuk renang. Uropods sendiri adalah
modifikasi kaki yang berfungsi sebagai dayung ketika udang berenang. Telson
bersama uropods juga berperan sebagai alat renang ketika udang berenang
(Richard & Gary, 2003).

Lalu pada saat udang telah dibedah (situs solitus), kita dapat melihat anatomi
internalnya, yaitu perut dan saluran pencernaan. Karena udang adalah dekapoda
yang hidup di dalam air, maka partikel makanan dan air harus dipisahkan melalui
organ yang disebut setae yang terletak di dalam perut. Di dalam sistem
pencernaan udang terdapat berbagai enzim pencernaan seperti protease,
karboksipeptidase, dan aminopeptidase (Ceccaldi, 1989).

Adapun organ-organ internal yang tidak dijumpai pada praktikum seperti organ
pada sistem sirkulasi dan respirasi, sistem pencernaan, sistem saraf, dan sistem
reproduksi. Pada sistem sirkulasi terdapat jantung yang terletak di atas kelenjar
pencernaan. Jantung berfungsi memompa darah dan cairan hemolymph. Kemudian
sistem respirasi udang adalah insang yang terdiri dari tiga jenis berdasarkan
perbedaan morfologisnya: dendrobranchie, tricobranchie, dan fillobranchie.
Insang ini terdapat di setiap sisi cephalothorax. Kemudian sistem pencernaan
hewan Crustacea ini terdiri dari saluran pencernaan (mulut, perut, rectum, dan
anus) dan kelenjar pencernaan (hepatopancreas). Hal paling menarik dari bagian
ini adalah kelenjar tersebut berfungsi sebagai liver, pancreas, dan usus bagi
udang. Selain itu kelenjar ini mampu juga menyerap dan menyimpan nutrisi. Lalu
pada sistem saraf udang yang terdiri dari otak dan beberapa ganglion, fungsinya
adalah untuk mengatur pergerakan otot dan produksi hormon pada tubuh udang.
Terakhir adalah sistem reproduksi. Pada udang jantan sperma dihasilkan di testis
dan ditampung di vas deferens, sedangkan pada udang betina telur dihasilkan di
sepasang ovary (Michael, 2019).

4.2.4 Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)

Dari anatomi eksternalnya pada saat keadaan situs habitus, bisa dilihat terdapat:
mouth, prostomium, clitellum, dan anus. Pertama, mulut adalah bagian pertama
pada saluran pencernaan cacing tanah, Di momcong cacing tanah terdapat
prostomium yang merupakan organ sensori untuk mengenali lingkungannya.
Kemudian clitellum adalah bagian dari cacing tanah yang tidak bersegmen dan
lokasinya terdapat di antara segmen ke-13 dan 17. Fungsi utamanya adalah untuk
menghasilkan sekresi mukus yang membuat cacing tanah dapat mempertahankan
posisinya ketika sedang “bertukaran” sperma (Kent, 2018). Cacing tanah adalah
hewan hermafrodit. Pada bagian posterior cacing tanah terdapat anus yang
berfungsi untuk mengeluarkan sisa hasil pencernaan.
Ketika cacing dibedah dan terlihat anatomi internalnya (situs solitus), dapat
terlihat seminal vesicles dan calciferous glands. Fungsi utama dari seminal
vesicles adalah tempat pematangan sperma setelah diproduksi oleh testis.
Kemudian, calciferous glands adalah kelenjar yang melepaskan CaCO3 untuk
mengeluarkan ekses kalsium dari tubuh cacing tanah (Allen, 2001). Pada bagian
internal hanya terlihat kedua bagian itu karena lengkung aorta cacing terpotong
dan terjadi pendarahan.

Dengan demikian ada beberapa organ internal yang tidak dapat terlihat pada saat
praktikum. Organ-organ tersebut adalah brain, pharynx, esophagus, testes, ovary,
crop, dan gizzard (Hickman et al., 1997). Otak cacing memang sangat kecil dan
mungkin saja terpotong. Otak cacing berfungsi untuk mengontrol fungsi
tubuhnya. Kemudian pharynx, esophagus, crop, dan gizzard termasuk dalam
sistem pencernaan. Crop adalah tempat pengumpulan makanan dan gizzard adalah
tempat pencernaannya. Kemudian testes dan ovary termasuk dalam sistem
reproduksi. Karena cacing adalah hewan hermafrodit, maka ia memiliki gonad
jantan dan betina secara bersamaan.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Cumi-cumi (Loligo sp.)

Secara morfologi pada bagian eksternal terdapat fin, arms, tentacles, dan mantle.
Sedangkan untuk bagian internal pada cumi betina ini bisa dikategorikan menurut
sistem organnya seperti: sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem respirasi,
sistem sirkulasi, sistem eskresi, dan sistem saraf. Pada sistem pencernaan terdapat:
beak di mulut, radula, esophagus, stomach, caecum, intestine, anus, dan ink sac.
Pada sistem reproduksi terdapat: ovary, nidamental glands, dan oviducal gland.
Kemudian sistem respirasi terdapat gill dan sistem sirkulasi terdapat dua brachial
hearts dan satu systemic heart. Lalu pada sistem eskresi terdapat ginjal sedangkan
pada sistem saraf terdapat otak dan akson raksasa.

5.2 Jangkrik (Gryllus assimilis)

Secara morfologi pada bagian eksternal terbagi menjadi tiga bagian: chepal,
thorax, dan abdomen. Pada cephal terdapat mata tunggal dan majemuk, sepasang
antena, dan mulut (labium, labrum, mandibula, dan maxila). Pada bagian thorax
hingga abdomen terdapat dua pasang walking legs, sepasang jumping legs,
forewing, hindwing, cerci, dan ovipositor pada jangkrik betina. Sedangkan pada
bagian internal dikategorikan berdasarkan sistem organnya: sistem pencernaan,
sistem sirkulasi, sistem reproduksi, sistem saraf, sistem eskresi, dan sistem
pernapasan. Pada sistem pencernaan terdapat: mulut, crop, gizzard, stomach,
intestine, rectum dan anus. Sistem sirkulasi terdiri dari aorta dan heart.
Sedangkan pada sistem reproduksi terdapat: accessory gland, testes dan penis
pada jantan dan ovary serta ovipositor pada betina. Pada sistem saraf terdapat otak
dan ventral nerve cord, sedangkan pada sistem eskresi terdapat malphigian tubule.
Terakhir pada sistem pernapasan terdapat spiracle dan trachea.
5.3 Udang (Litopenaeus vannamei)

Secara morfologi bagian eksternalnya dibagi menjadi cephalothorax dan


abdomen. Pada cephalothorax terdapat: antennal flagellum, rostrum, compound
eye, cheliped, dan pereiopods. Sedangkan pada abdomennya terdapat: pleopods,
uropods, dan telson. Kemudian organ internalnya dikategorikan berdasarkan
sistem organ: sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem saraf,
dan sistem reproduksi. Pada sistem sirkulasi terdapat jantung dan pada sistem
respirasi terdapat insang. Kemudian sistem pencernaan terdiri dari mulut, perut,
hepatopancreas, rectum, dan anus. Selanjutnya sistem saraf udang terdiri dari
otak dan beberapa ganglion seperti ventral nerve cord. Sedangkan pada sistem
reproduksi, pada udang jantan terdapat testes dan vas deferens, pada betina
terdapat ovary.

5.4 Cacing tanah (Lumbricus terrestris)

Secara morfologi tubuhnya bersegmen dan pada bagian eksternalnya terdapat


prostomium dan mulut di anterior dan anus di posterior. Di antara segmen ke-13
dan 17 terdapat clitellum, terlihat seperti bagian tak bersegmen. Anatomi internal
cacing dikategorikan berdasarkan sistem organ: sistem pencernaan, sistem
reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem saraf. Organ pencernaan cacing dimulai
dari mulut, pharynx, esophagus, crop, gizzard, dan anus. Sistem reproduksi
cacing terdiri dari ovary, testes, dan seminal vesicle. Kemudian sistem sirkulasi
cacing terdiri dari lengkungan aorta. Terakhir sistem sarafnya tersusun dari otak
dan saraf-saraf di sekujur tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, K. Z. 2001. Life Science. Texas: Holt, Rinehart and Winston.


Bear, R., Schmitt, F. and Young, J. 1937. “The Ultrastructure of Nerve
Axoplasm”. Proceedings of the Royal Society of London. Series B -
Biological Sciences. 123(833): 505-519.
Bidder, A. 1950. “The Digestive Mechanism of the European Squids
Loligo vulgaris, Loligo forbessi, Alloteuthis media, and Alloteuthis
subulata”. Journal of Cell Science. S3-91(13): 1-43.
Boettcher, K. 2013. “Why Do Students Dissect Frogs?”.
http://mentalfloss.com/article/49855/why-do-students-dissect-frogs.
Diakses 1 September 2019.
Britton, D. 2018. “Grasshoppers, Crickets, Katydids and Locusts: Order
Orthoptera”.
https://australianmuseum.net.au/learn/animals/insects/grasshoppers-
crickets-katydids-and-locusts-order-orthoptera/. Diakses 2
September 2019.
Ceccaldi, H. J. 1989. “Anatomy and physiology of digestive tract of
Crustaceans Decapods reared in aquaculture”. AQUACOP. 243-259.
CFCC. 2019. “Marine Invertebrate Zoology Protocol Laboratory”.
http://cfcc.edu/blogs/jrogers/files/2014/08/Protocol-Laboratory.pdf.
Diakses 3 September 2019.
Chapman, R. F. 2013. The Insects: Structure and Function 5th edition.
Cambridge: Cambridge University Press.
Chave, E. H., et al. 1982. Liing Ocean: HMSS. Honolulu: University of
Hawaii.
Harrison, J. F., Wasserthal, L. T. and Chapman, R. F. 2012. The Insects:
Structure and Function. Cambridge: Cambridge University Press.
Hickman, C. P., Roberts, L. S., & Larson, A. 1997. Integrated Principles of
Zoology 18th edition. Boston: McGraw-Hill.
Huber, F. 1989. Cricket behavior and Neurobiology. Ithaca, NY: Cornell
Univ. Pr.
Jacobs, G. A., Miller, J. P., & Aldworth, Z. 2008. “Computational
Mechanisms of Mechanosensory Processing in the Vricket”. Journal
of Experimental Biology. 211(11): 1819–1828.
doi:10.1242/jeb.016402.
Kennedy, J. 2019. “What Is a Rostrum?”.
https://www.thoughtco.com/rostrum-definition-2291744. Diakses 29
Agustus 2019.
Kent, G. C. 2018. "Animal Reproductive System"
https://www.britannica.com/science/animal-reproductive-system.
Diakses 29 Agustus 2019.
Kostromytska, O., Scharf, M. E., & Buss, E. A. 2015. “Types and
Functions of Mole Cricket (Orthoptera: Gryllotalpidae) Antennal and
Palpal Sensilla”. Florida Entomologist. 98(2): 593–605.
doi:10.1653/024.098.0232.
Lepore, T. 2019. “Cephalopod Circulatory System”.
https://study.com/academy/lesson/cephalopod-circulatory-
system.html. Diakses 2 September 2019.
Marieb, E. N. 2009. Essentials of Human Anatomy & Physiology. San
Fransisco: Pearson.
Martini, F. & Nath, J. L. 2015. Fundamentals of Anatomy & Physiology
10th edition. San Fransisco: Pearson.
Michael. 2019. “Dwarf Shrimp Internal Anatomy”.
http://aquariumbreeder.com/dwarf-shrimp-internal-anatomy/.
Diakses 2 September 2019.
Nalini, K. P. 1940. “Structure and function of the nidamental gland of
Chiloscyllium griseum (Mull. and Henle)”. Proceedings of the
Indian Academy of Sciences. 12: 189.
NCStateUniversity. 2019. “Circulatory System”.
https://genent.cals.ncsu.edu/bug-bytes/circulatory-system/. Diakses 2
September 2019.
Niven, J., Graham, C. and Burrows, M. 2008. “Diversity and Evolution of
the Insect Ventral Nerve Cord”. Annual Review of Entomology.
53(1): 253-271.
O'Toole, C. 2000. The Encyclopedia of Insects. New York: Facts on File.
Pratt, H. S. 1902. A Course in Invertebrate Zoology: A Guide to the
Dissection and Comparative Study of Invertebrates Animals. Boston:
Ginn & Company.
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V.,
Jackson, R., & Campbell, N. A. 2013. Campbell Biology 10th edition.
2013. Boston: Pearson.
Richard, C. B. & Gary, J. B. 2003. Invertebrates 2nd edition. Sunderland:
Sinauer Associates.
Rowett, H. G. Q. 1990. Panduan Pembelahan Edisi Baru. Selangor Darul
Ehsan: Longman Malaysia SDN. BHD.
Saumya, S. 2016. “Dissection of Prawn (With Diagram) | Zoology”.
http://www.biologydiscussion.com/zoology/prawn/dissection-of-
prawn-with-diagram-zoology/45117. Diakses 1 September 2019.
St-andrews.ac.uk. 2019. “How the Legs Work”.
https://www.st-andrews.ac.uk/~wjh/jumping/legwrk.htm. Diakses 29
Agustus 2019.
Stewart, W., Bartol, I. and Krueger, P. 2010. “Hydrodynamic Fin Function
of Brief Squid, Lolliguncula brevis”. Journal of Experimental
Biology. 213(12): 2009-2024.
Sturm, R. 2012. “Morphology and Ultrastructure of the Accessory Glands
in the Female Genital Tract of the House Cricket, Acheta
domesticus”. Journal of Insect Science. 12(99): 1-9.
Tortora, G. J. & Grabowski, S. R. 1996. Principles of Anatomy and
Physiology. New York: Harper Collins Colllege.
Vickery, R., Hollowell, K. and Hughes, M. 2012. “Why Have Long
Antennae? Exploring the Function of Antennal Contact in Snapping
Shrimp”. Marine and Freshwater Behaviour and Physiology. 45(3):
161-176.
Ward, D. and Wainwright, S. 2009. “Locomotory Aspects of Squid Mantle
Structure”. Journal of Zoology. 167(4): 437-449.

Anda mungkin juga menyukai