HEWAN (BI2103)
Disusun oleh:
Vergio Victorio Effendy
10618064
Kelompok 8
Asisten:
Defia Nur Laeli (10616018)
PENDAHULUAN
Modul praktikum ini berkaitan dengan tubuh makhluk hidup. Untuk memahami
tubuh makhluk hidup yang tergolong kompleks, dibutuhkan suatu cabang ilmu
yang dapat menjadi dasar untuk memahami bagian tubuh tersebut beserta
fungsinya. Ilmu yang pertama adalah anatomi yang merupakan cabang ilmu yang
mempelajari struktur tubuh beserta dengan hubungan-hubungan antarbagian
tubuh. Cara memahami struktur tubuh adalah dengan melihatnya, yaitu dilakukan
dengan teknik pembedahan (Tortora & Grabowski, 1996). Selain memahami
struktur bagian tubuh baik dari posisi anatominya maupun morfologinya, fungsi
dari bagian tubuh tersebut juga dipelajari. Dengan demikian ilmu kedua yang
menjadi dasar bagi pemahaman akan tubuh makhluk hidup adalah fisiologi.
Cabang ilmu inilah yang mempelajari fungsi-fungsi dari bagian tubuh tersebut
(Martini et al., 2015).
1.2 Tujuan
1.2.1 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Chepalopoda (Cumi –
Loligo sp.)
1.2.2 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Arthropoda (Jangkrik –
Gryllus assimilis)
1.2.3 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Crustacea (Udang –
Litopenaeus vannamei)
1.2.4 Menentukan morfologi dan anatomi organ dalam Annelida (Cacing tanah
– Lumbricus terrestris)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cumi termasuk dalam kelas Chepalopoda. Hewan ini memiliki simetri bilateral.
Pada anatomi eksternalnya, di bagian anterior dan sisi mantle terdapat sepasang
fin, sedangkan di bagian posterior mantel terdapat kepala dengan delapan arms
dan sepasang tentacles. Di permukaan tubuhnya terdapat bintik-bintik karena
chromatophores yang memungkinkan untuk kamuflase. Kepala cumi tampak
keluar dari rongga mantle dan bisa ditarik ke dalam mantle-nya karena ada otot
retraktor yang kuat (Pratt, 1902).
Udang adalah jenis hewan dekapoda yang masuk ke dalam kelompok Crustacea.
Tubuhnya memiliki simetri bilateral dan terdapat segmen-segmen. Sama seperti
hewan-hewan lain dari kelompok ini, tubuhnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu
cephalothorax dan abdomen. Pada bagian luarnya terlihat antennae, rostrum,
compound eye, cheliped, pereiopods, pleopods, uropods, dan telson (Pratt, 1902).
Pembedahan dimulai dari pemotongan sisi lateral carapace, usahakan untuk tidak
melukai insangnya. Kemudian buat potongan longitudinal pada sisi ventral dari
posterior ke anterior. Amati lalu keluarkan organ internalnya jika ingin melihat
lebih dalam (Pratt, 1902).
Hewan ini berasal dari kelompok Annelida. Bentuk tubuhnya memanjang seperti
tabung dan dilapisi oleh kulit yang terbua dari kitin. Tampak rambut-rambut kecil
di sekujur permukaan tubuhnya yang disebut sebagai setae. Ciri yang terlihat jelas
adalah terlihat ruas-ruas pada tubuhnya. Selain itu tubuh cacing tanah juga dilapisi
oleh semacam lendir untuk menjaga kelembapan kulitnya (Pratt, 1902).
Pada saat membedah cacing pertama-tama cacing ditahan agar tidak bergerak saat
digunting pada sisi dorsalnya. Tubuh cacing harus benar-benar lurus agar hasil
bedah memuaskan. Pemotongan dilakukan dari posterior sampai belakang
clitellum. Diusahakan untuk tidak sampai melukai organ dalamnya. Setelah
dibuka, kulit ditahan dengan jarum dan organ internal dapat diamati (Pratt, 1902;
Rowett. 1990).
BAB III
METODOLOGI
Pada modul ini digunakan beberapa alat dan bahan yang tersaji dalam Tabel 3.1.
Alat Bahan
Scalpel dan blade Cumi-cumi (Loligo sp.)
Gunting bedah Jangkrik jantan dan betina (Gryllus assimilis)
Jarum pentul Udang (Litpenaeus vannamei)
Pinset Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
Jarum jara
Papan styrofoam
Baki
Cara kerja akan disajikan dalam bentuk diagram alir (Diagram 3.1 s/d 3.4).
Cumi-cumi
Udang
Pada bagian ini akan disajikan tabel yang berisi gambar hasil pengamatan situs
habitus dan situs solitus pada keempat hewan invertebrata, jaringan epitel dan
otot, beserta dengan perbandingannya dengan gambar pada literatur.
4.1.1 Situs habitus dan Situs solitus: Cumi-cumi, Jangkrik, Udang, dan
Cacing Tanah
mantle
siphon
tentacles
eye
arms
sucker
cups
antennae
compund
eye
walking cephal
legs
thorax
jumping
legs
abdomen
wing
cerci
ovopositor
cheliped rostrum
pereiopods compound
eye
pleopods
uropods cephalothorax
telson
abdomen
Gambar 4.5 Situs habitus Litopenaeus Gambar 4.6 Situs habitus Litopenaeus
vannamei hasil pengamatan vannamei literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019) (Hickman et al., 1997)
prostomium
mouth
clitellum
anus
Gambar 4.7 Situs habitus Lumbricus Gambar 4.8 Situs habitus Lumbricus
terrestris hasil pengamatan terrestris literatur
(Dokumen pribadi, 2019) (Hickman et al., 1997)
Tabel 4.2 Situs solitus cumi, jangkrik, udang, dan cacing tanah
oviducal
nidamental
gland
glands
brachial
gill hearts
pallial
cartilage
siphon
inc sac retractor
muscle
beak
ventral nerve
cord
trachea malphigian
tubules
intestine
anus
accessory
glands
digestive tract
calciferous
glands seminal
vesicles
crop
gizzard
Tabel 4.3 Hasil pengamatan jaringan epitel dan otot beserta perbandingannya
nucleus
basale membrane
nucleus
basale
membrane
lumen
ephitelial cell
nucleus
nucleus
striated
nucleus
intercalated
disk
4.2 Pembahasan
Selanjutnya pada bagian ini akan dibahas struktur-struktur morfologi dan anatomi
keempat hewan kelompok Invertebrata, baik yang ditemukan pada saat praktikum
maupun yang tidak. Pembahasan dimulai dari keadaan situs habitus, yaitu
keadaan pada saat hewan belum dibedah dan yang terlihat adalah anatomi
eksternalnya. Lalu dilanjutkan pada keadaan situs solitus, yaitu keadaan pada saat
hewan telah dibedah, tetapi kondisi organ dalam berada pada posisi anatominya
(normal) atau belum dipindah-pindahkan.
Pada keadaan situs habitusnya, dari bagian anatomi eksternalnya tampak: fin,
mantle, siphon, tentacles, arms, dan eye. Pertama, fin adalah bagian yang berperan
ketika cumi bergerak di dalam air. Bentuk fin yang hidrodinamis mampu
menghasilkan gaya angkat dan gaya dorong (Stewart et al., 2010). Kedua, adalah
mantle, bagian yang melindungi organ dalam cumi. Pada mantle terdapat sel
pigmen yang disebut chromatophores yang berfungsi untuk kamuflase dari
predator. Selain itu, mantle juga termasuk dalam sistem lokomosi (gerak) cumi
karena memengaruhi besar laju renang cumi (Ward & Wainwright, 2009).
Selanjutnya adalah siphon yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari rongga
mantle. Siphon juga berperan sebagai struktur lokomosi yang menghasilkan jet
propulsion. Bagian anatomi yang terakhir adalah tentacles dan arms yang
penyebutannya seringkali dipertukarkan. Tentacles hanya memiliki sucker di
ujung sedangkan arms di seluruh permukaan bagian bawahnya. Fungsi sucker
adalah sebagai grip pada cumi-cumi misalnya agar dapat memegang mangsanya.
Selanjutnya ketika cumi dibedah dan berada pada keadaan situs solitus, anatomi
internalnya yang terlihat adalah gill, nidamental glands, siphon retractor, ovary,
oviducal gland, dan pallial cartilage. Cumi-cumi yang menjadi bahan percobaan
pada praktikum ini berjenis kelamin betina. Pertama, gill adalah organ yang
berfungsi sebagai organ pernapasan. Pertukaran gas terjadi melalui proses difusi.
Kedua, fungsi dari nidamental glands adalah menghasilkan sekresi yang akan
membentuk cangkang telur dan juga albumen (Nalini, 1940). Ketiga, siphon
retractor muscle adalah otot yang berfungsi mengatur kontraksi siphon. Keempat,
ovary adalah organ gonad pada cumi betina yang berfungsi untuk memproduksi
telur. Kemudian oviducal gland juga termasuk bagian dari kelenjar-kelenjar
reproduksi yang akan menghasilkan sekresi. Bagian terakhir adalah pallial
cartilage yang berfungsi sebagai penyokong siphon dan menutup rongga antara
leher cumi dan mantle-nya.
Adapun organ yang tertutup oleh organ lainnya seperti saluran pencernaan yang
dimulai dari beak, esophagus, stomach, caecum, intestine, dan anus serta ink sac.
Ketika cumi memakan mangsanya, makanan akan dipotong dengan beak atau
paruh. Di dalam mulut cumi terdapat lidah bergerigi yang disebut sebagai radula
yang akan memarut makanan sehingga bentuknya semakin kecil. Setelah itu
makanan akan melalui esophagus yang akan melewati otaknya dan masuk ke
stomach atau perutnya. Di sana terdapat caecum yang akan memperluas area
pencernaannya. Kemudian makanan dan sisa-sisanya akan melewati usus
(intestine) dan akan berakhir di anus. Sisanya akan dibuang melalui siphon.
Sedangkan inc sac terhubung ke usus cumi-cumi. Kantung tinta yang berisi tinta
ini digunakan sebagai alat pertahanan menghadapi predator (Bidder, 1950).
Selain organ pencernaan, juga terdapat sistem sirkulasi, eskresi, saraf, dan
penyokong yang kurang kelihatan pada saat praktikum. Pada sistem sirkulasi
terdapat tiga jantung, yaitu dua branchial hearts dan satu systemic heart.
Branchial hearts berfungsi untuk memompa darah ke masing-masing insang
sedangkan systemic heart yang terletak di antara kedua branchial hearts akan
memompa darah ke seluruh tubuh cumi (Lepore, 2019). Pada sistem eskresinya,
terdapat ginjal yang posisinya bersamaan dengan posisi jantung dan berfungsi
untuk menyaring darah. Kemudian pada sistem sarafnya terdapat otak yang
terletak di antara mata di kepala cumi. Di sana juga terdapat akson yang cukup
besar dan dapat dilihat oleh mata telanjang. Sistem saraf ini berfungsi untuk
mengendalikan keseluruhan fungsi tubuh cumi (Bear et al., 1937).
Kemudian pada bagian thorax sampai abdomen jangkrik terdapat walking legs,
jumping legs, forewing, hindwing, cerci, dan ovipositor. Pertama, jangkrik
memiliki dua pasang walking legs dan sepasang jumping legs. Jelas fungsi dari
walking legs adalah untuk berjalan dan jumping legs adalah untuk melompat.
Jumping legs jauh lebih besar daripada walking legs sehingga efektif untuk
melompat. Terdapat sistem lever sehingga bisa dihasilkan gaya yang cukup besar
untuk mendorong jangkrik melompat ke atas tanah (University St. Andrews,
2019). Kedua, sayap jangkrik terdapat dua pasang, yaitu sepasang forewing dan
sepasang hindwing. Fungsi forewing adalah untuk melindungi hindwing dan juga
untuk melakukan panggilan (kawin, bersuara, dan sebagainya). Sedangkan fungsi
hindwing sendiri adalah untuk terbang (Huber, 1989). Ketiga, cerci juga termasuk
sebagai organ sensori (mechanosensory) yang berfungsi untuk perlindungan diri
dari predator, orientasi terbang, dan perkawinan (Jacobs et al., 2008). Keenam
adalah ovipositor yang berfungsi untuk mengeluarkan telur.
Selanjutnya dalam keadaan situs solitus-nya, kita dapat melihat bagian-bagian
anatomi internal seperti: trachea, intestine, accessory gland, rectum, ventral nerve
cord, dan malphigian tube. Pertama, trachea berhubungan dengan sistem respirasi
dan sirkulasi. Pertukaran gas pada serangga terjadi melalui sistem trakea, yaitu
suatu suatu sistem saluran pernapasan yang memiliki bukaan di posri di setiap
segmen dan disebut sebagai spiracle. Oksigen akan langsung di bawa menuju ke
daerah yang membutuhkan dalam fasa gas. Serangga memiliki senyawa yang
membawa oksigen yang disebut sebagai hemosianin (Harrison & Wasserthal,
2012). Kedua, intestine atau usus telah diketahui fungsinya sebagai saluran
pencernaan . Ketiga, accessory gland seringkali memiliki peranan penting dalam
reproduksi dan kopulasi pada serangga (Sturm, 2012). Keempat, rectum berfungsi
untuk mengeluarkan produk sisa pencernaan. Kelima, ventral nerve cord adalah
bagian dari sistem serangga yang berhubungan dengan lokomosi serangga karena
strukturnya yang modular dan terdapat di segmen tubuh (Niven et al., 2008). Lalu
bagian terakhir adalah malphigian tube yang berfungsi sebagai sistem eskresi
guna meregulasi keseimbangan air dan hormon (O’Toole, 2000).
Setelah itu terdapat beberapa bagian anatomi jangkrik yang tidak terlihat di
anatomi eksternal maupun internalnya. Pada anatomi eksternalnya yang tidak
ditemukan pada saat praktikum adalah organ auditori tympanum. Sedangkan pada
anatomi internalnya adalah sistem pencernaan, sistem sirkulasi, dan bagian dari
sistem reproduksinya. Pada sistem pencernaannya yang terlihat adalah midgut
yang juga bisa disebut sebagai stomach, tetapi tidak terlihat crop dan gizzard.
Kemudian pada sistem sirkulasinya tidak terlihat aorta ataupun heart-nya
(Hickman et al., 1997). Lalu pada sistem reproduksi jangkrik jantan ini tidak
terlihat organ reproduksinya, yaitu testis dan penis-nya.
Pada keadaan situs habitus-nya, dari bagian anatomi eksternalnya bisa dilihat dari
cephalothorax sampai abdomen terdapat: antennal flagellum, rostrum, compound
eye, carapace, cheliped, pereiopods, pleopods, uropods, dan telson. Pertama,
fungsi antennal flagellum adalah sebagai organ sensori (chemoreceptor) bagi
udang untuk mengenali lingkungan sekitarnya (Vickery et al., 2012). Kedua,
fungsi rostrum adalah untuk pertahanan diri, spesifiknya adalah melindungi mata
udang ketika mereka sedang ada pertarungan dengan udang lain (Kennedy, 2018).
Ketiga, compund eye fungsinya juga untuk melihat dengan sudut mpandang yang
lebih lebar guna mendeteksi pergerakan yang cepat (Reece et al., 2013). Keempat,
carapace adalah bagian dari eksoskeleton yang berfungsi sebagai pelindung
cephalothorax. Kelima, cheliped berfungsi sebagai capit untuk makan. Keenam,
pereiopods dan pleopods adalah alat gerak udang. Pereiopods berfungsi sebagai
kaki untuk berjalan sedangkan pleopods untuk renang. Uropods sendiri adalah
modifikasi kaki yang berfungsi sebagai dayung ketika udang berenang. Telson
bersama uropods juga berperan sebagai alat renang ketika udang berenang
(Richard & Gary, 2003).
Lalu pada saat udang telah dibedah (situs solitus), kita dapat melihat anatomi
internalnya, yaitu perut dan saluran pencernaan. Karena udang adalah dekapoda
yang hidup di dalam air, maka partikel makanan dan air harus dipisahkan melalui
organ yang disebut setae yang terletak di dalam perut. Di dalam sistem
pencernaan udang terdapat berbagai enzim pencernaan seperti protease,
karboksipeptidase, dan aminopeptidase (Ceccaldi, 1989).
Adapun organ-organ internal yang tidak dijumpai pada praktikum seperti organ
pada sistem sirkulasi dan respirasi, sistem pencernaan, sistem saraf, dan sistem
reproduksi. Pada sistem sirkulasi terdapat jantung yang terletak di atas kelenjar
pencernaan. Jantung berfungsi memompa darah dan cairan hemolymph. Kemudian
sistem respirasi udang adalah insang yang terdiri dari tiga jenis berdasarkan
perbedaan morfologisnya: dendrobranchie, tricobranchie, dan fillobranchie.
Insang ini terdapat di setiap sisi cephalothorax. Kemudian sistem pencernaan
hewan Crustacea ini terdiri dari saluran pencernaan (mulut, perut, rectum, dan
anus) dan kelenjar pencernaan (hepatopancreas). Hal paling menarik dari bagian
ini adalah kelenjar tersebut berfungsi sebagai liver, pancreas, dan usus bagi
udang. Selain itu kelenjar ini mampu juga menyerap dan menyimpan nutrisi. Lalu
pada sistem saraf udang yang terdiri dari otak dan beberapa ganglion, fungsinya
adalah untuk mengatur pergerakan otot dan produksi hormon pada tubuh udang.
Terakhir adalah sistem reproduksi. Pada udang jantan sperma dihasilkan di testis
dan ditampung di vas deferens, sedangkan pada udang betina telur dihasilkan di
sepasang ovary (Michael, 2019).
Dari anatomi eksternalnya pada saat keadaan situs habitus, bisa dilihat terdapat:
mouth, prostomium, clitellum, dan anus. Pertama, mulut adalah bagian pertama
pada saluran pencernaan cacing tanah, Di momcong cacing tanah terdapat
prostomium yang merupakan organ sensori untuk mengenali lingkungannya.
Kemudian clitellum adalah bagian dari cacing tanah yang tidak bersegmen dan
lokasinya terdapat di antara segmen ke-13 dan 17. Fungsi utamanya adalah untuk
menghasilkan sekresi mukus yang membuat cacing tanah dapat mempertahankan
posisinya ketika sedang “bertukaran” sperma (Kent, 2018). Cacing tanah adalah
hewan hermafrodit. Pada bagian posterior cacing tanah terdapat anus yang
berfungsi untuk mengeluarkan sisa hasil pencernaan.
Ketika cacing dibedah dan terlihat anatomi internalnya (situs solitus), dapat
terlihat seminal vesicles dan calciferous glands. Fungsi utama dari seminal
vesicles adalah tempat pematangan sperma setelah diproduksi oleh testis.
Kemudian, calciferous glands adalah kelenjar yang melepaskan CaCO3 untuk
mengeluarkan ekses kalsium dari tubuh cacing tanah (Allen, 2001). Pada bagian
internal hanya terlihat kedua bagian itu karena lengkung aorta cacing terpotong
dan terjadi pendarahan.
Dengan demikian ada beberapa organ internal yang tidak dapat terlihat pada saat
praktikum. Organ-organ tersebut adalah brain, pharynx, esophagus, testes, ovary,
crop, dan gizzard (Hickman et al., 1997). Otak cacing memang sangat kecil dan
mungkin saja terpotong. Otak cacing berfungsi untuk mengontrol fungsi
tubuhnya. Kemudian pharynx, esophagus, crop, dan gizzard termasuk dalam
sistem pencernaan. Crop adalah tempat pengumpulan makanan dan gizzard adalah
tempat pencernaannya. Kemudian testes dan ovary termasuk dalam sistem
reproduksi. Karena cacing adalah hewan hermafrodit, maka ia memiliki gonad
jantan dan betina secara bersamaan.
BAB V
KESIMPULAN
Secara morfologi pada bagian eksternal terdapat fin, arms, tentacles, dan mantle.
Sedangkan untuk bagian internal pada cumi betina ini bisa dikategorikan menurut
sistem organnya seperti: sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem respirasi,
sistem sirkulasi, sistem eskresi, dan sistem saraf. Pada sistem pencernaan terdapat:
beak di mulut, radula, esophagus, stomach, caecum, intestine, anus, dan ink sac.
Pada sistem reproduksi terdapat: ovary, nidamental glands, dan oviducal gland.
Kemudian sistem respirasi terdapat gill dan sistem sirkulasi terdapat dua brachial
hearts dan satu systemic heart. Lalu pada sistem eskresi terdapat ginjal sedangkan
pada sistem saraf terdapat otak dan akson raksasa.
Secara morfologi pada bagian eksternal terbagi menjadi tiga bagian: chepal,
thorax, dan abdomen. Pada cephal terdapat mata tunggal dan majemuk, sepasang
antena, dan mulut (labium, labrum, mandibula, dan maxila). Pada bagian thorax
hingga abdomen terdapat dua pasang walking legs, sepasang jumping legs,
forewing, hindwing, cerci, dan ovipositor pada jangkrik betina. Sedangkan pada
bagian internal dikategorikan berdasarkan sistem organnya: sistem pencernaan,
sistem sirkulasi, sistem reproduksi, sistem saraf, sistem eskresi, dan sistem
pernapasan. Pada sistem pencernaan terdapat: mulut, crop, gizzard, stomach,
intestine, rectum dan anus. Sistem sirkulasi terdiri dari aorta dan heart.
Sedangkan pada sistem reproduksi terdapat: accessory gland, testes dan penis
pada jantan dan ovary serta ovipositor pada betina. Pada sistem saraf terdapat otak
dan ventral nerve cord, sedangkan pada sistem eskresi terdapat malphigian tubule.
Terakhir pada sistem pernapasan terdapat spiracle dan trachea.
5.3 Udang (Litopenaeus vannamei)