Anda di halaman 1dari 53

PEDOMAN STANDAR

PELAYANAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT SYARIAH

Bangkitkan Rumah Sakit Syariah di Nusantara


Judul buku
PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT SYARIAH

KONTRIBUTOR
Harief Fadhillah, SKP., SH., M.Kep
Dr. Ati Suryamediawati, S.Kp.,M.Kep
Sumijatun, S.Kp., MARS., Ph.D
Rohman Azzam, S.Pd.,S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B
DR. Budi Mulyadi, S.KP, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Murtiningsih, SKp., M.Kep.,Sp.Mat
Melati Fajarini, S.Kp., MN
Tuti Afriani, S.Kp.,M.Kep
DR. drg. Wahyu Sulistiadi, MARS
Drg. Sri Rahayu, MMR., Ph.D
Turiman, S.Kp., Ns.
Tim Keperawatan RSI Sultan Agung Semarang
Tim Keperawatan RS Nur Hidayah Bantul DIY

ISBN
Penerbit

2| BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


SAMBUTAN KETUA UMUM DPP PPNI | 4
SAMBUTAN KETUA UMUM MUKISI | 5

BAB I
PENDAHULUAN | 6

BAB II
STANDAR PELAYANAN
KEPERAWATAN SYARIAH | 11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SYARIAH DI
RUMAH SAKIT SYARIAH | 40

DAFTAR PUSTAKA | 51

MUKISI & PPNI 2019 |3


SAMBUTAN KETUA UMUM DPP PPNI

Keperawatan syariah merupakan paragidgma baru dalam menjawab


kebutuhan akan asuhan berlandaskan syariah sebagai bagian dari
aspek spiritual klien. Perawat sebagai bagian penting dalam pelayanan
kesehatan, melakukan aktivitas profesionalnya untuk mengupayakan
tercapainya stabilitas dan fungsi maksimal klien dalam merespons dampak
sakit yang multidimensi, meliputi bio-psiko-sosio-kultur dan spiritual.
Berbagai riset telah membuktikan tuntutan kebutuhan masyarakat akan
layanan yang menyentuh aspek tersebut. Koenig (2001 dalam Clark, 2008)
menyimpulkan bahwa 90% pasien di Amerika menyandarkan pada agama
untuk mendapatkan kenyamanan dan kekuatan ketika mereka mengalami
sakit serius.

Hal yang sama dikemukakan Anandarajah (2001) bahwa


94% pasien yang berkunjung ke rumah sakit di US meyakini
kesehatan spiritual sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyambut baik hadirnya Buku
Pedoman Perilaku Perawat Rumah Sakit Syariah ini, kiranya dapat dijadikan
acuan dalam penerapan perilaku etis berlandaskan syariah bagi seluruh
perawat yang bekerja dirumah sakit syariah secara nasional

Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada


Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) dan semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga Allah Subha-
nahuwata’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa mencatatnya sebagai amal baik.

Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia

4| BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


SAMBUTAN KETUA UMUM MUKISI

Bissmillahirrahaanirrahiim
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

MUKISI adalah asosiasi rumah sakit di Indonesia yang berlabelkan Islam


maupun tanpa label Islam tapi yang berdiri dengan berdasar pada prinsip-
prinsip Islam. Dalam ikhtiar membangkitkan rumah sakit syariah di nusantara,
telah dieluarkan fatwa oleh DSN-MUI no. 107/DSN-MUI/X/2016 tentang
pedoman penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan prinsip syariah, serta
telah diselesaikan pula standar dan instrumensertifikasi rumah sakit syarih
versi 1439.

Salah satu bagian fundamental yang dibutuhkan dalam mengokohkan


rumah sakit syariah, khususnya dalam proses sertifikasi rumah sakit syariah
adalah pedoman standar pelayanan keperawatan rumah sakit syariah, MUKISI
berikhtiar menyusun pedoman tersebut dengan memperhatikan pedoan yang
telah eksis sebelumnya di Indonesia.

Jazakumullaha khairan katsira, kami sampaikan kepada seluruh tim


penyusun, semoga menjadi amal jariyah bagi semua yang terlibat.

Kami berharap dengan mengimplementasikan pedoman perilaku


perawat rumah sakit syariah, rumah sakit dapat menghadirkan pelayanan
yang berkualitas, menjaga keselamatan pasien dan yang terutama adalah
mendapatkan ridho Allah swt. Semoga Allah SWT memampukan kita semua
untuk berkontribusi dlam ikhtiar bangkitnyarumah sakit syariah di nusantara.
Aamiin
Wassalamu’alaikumwr. Wb.
Jakarta, Maret 2019
Dr. H. Masyhudi AM, M.Kes

MUKISI & PPNI 2019 |5


6| BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH
BAB I
PENDAHULUAN
SEJARAH KEPERAWATAN ISLAM

K
eperawatan adalah manifestasi dari ibadah yang berbentuk pe-
layanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada keimanan, keilmuan, dan amal
serta kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual
yang komprehensi

Diskursus tentang keperawatan Islam setidaknya dapat dilacak dalam


al-Quran meski tidak menggambarkan secara detail. Sebagaimana fungsinya
sebagai pemberi penjelasan (tibyan) terhadap segala sesuatu, secara implisit
al-Quran mengungkapkan tentang aspek keperawatan. Misalnya pada zaman
Nabi Adam sebagaimana dijelaskan pada surat al-Maidah ayat 31, al-Quran
mendeskripsikan kegelisahan Habil setelah melihat kematian saudaranya Qa-
bil. Dia tidah tahu apa yang harus dilakukan dengan tubuh saudaranya yang
semakin lama semakin busuk. Oleh karena itu, Allah memberikan permisalan
berupa burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu men-
yodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang
yang telah digalinya dan menutupi kembali dengan tanah. Dari kisah ini dapat
digali awal mula konsep perawatan jenazah.

Pada masa Nabi Ayub, ujian sakit yang dialami Nabi Ayyub diuraikan
dalam beberapa ayat dalam al-Quran. Diantaranya terdapat dalam surat

MUKISI & PPNI 2019 |7


al-Anbiya’ ayat 83-84 “(Ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya:
“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau ada-
lah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Ka-
mipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang
ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat
gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.

Mengacu pada ayat tersebut, setidaknya ditemukan asuhan keper-


awatan yang telah dilakukan istri Nabi Ayyub ketika terkena penyakit kulit.
dan pada saat itu Siti Rahmah, istri beliau menjual gulungan rambutnya untuk
membeli roti yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Nabi Ayub.

Demikian pula pada masa Nabi Isa, sebagaimana dijelaskan dalam Al


Quran Surat Al-Maidah Ayat 110, “(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai
’Isa putera Maryam, ingatlah ni’mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di
waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan
(ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang
berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu ben-
tuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah),
waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku,
dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka
membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keteran-
gan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata:
“Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.”

Berdasarkan ayat tersebut, al-Quran menyebutkan anugerah yang telah


diberikan Allah kepada hamba dan rasul-Nya, yakni Nabi Isa putra Maryam.,
dalam bentuk berbagai mukjizat yang jelas. Dapat dipahami pula bahwa
melalui pendekatan ayat tersebut, sebenarnya pengobatan dalam Islam itu
telah ada pada zaman Nabi Isa yang dilakukan oleh Nabi Isa sendiri, dan
semua itu atas izin dari Allah SWT.

8| BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Rufaidah Al-Asalmiya atau Siti Rufaidah adalah perawat modern muslim
pertama didunia, ia sudah ada jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse lahir
ke dunia. Rufaidah Al-Asalmiya memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa’ad
Al-Bani Aslam Al-Khazraj. Ia lahir di Yatrhrib, Madinah pada tahun 570 M dan
wafat pada tahun 632 M. Rufaidah hidup pada masa Rasulullah SAW pada
abad pertama Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia termasuk golongan kaum
Anshor (Golongan pertama yang menganut agama Islam di Madinah).

Ayah Rufaidah adalah seorang dokter, Rufaidah mempelajari ilmu keper-


awatan saat ia bekerja membantu ayahnya. Saat kota madinah berkembang,
ia mengabdikan diri merawat kaum muslimin yang sakit. Saat tidak terjadi
peperangan, Rufaidah membangun tenda diluar Masjid Nabawi untuk mer-
awat kaum muslimin yang sakit. Pada saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dan
perang Khaibar Rufaidah menjadi sukarelawan dan merawat korban yang ter-
luka akibat perang. Ia mendirikan rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah
SAW memerintahkan korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah.

Rufaidah Al-Asalmiya melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi


perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta izin kepada Rasulullah
SAW untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat para mujahid
yang terluka. Tugas ini digambarkan mulia oleh Rufaidah, dan merupakan
pengakuan awal untuk pekerjaannya dibidang keperawatan dan medis.

Selain berkontribusi dalam merawat mereka yang terluka saat peperan-


gan, Rufaidah Al-Asalmiya juga terlibat dalam aktifitas sosial dikomunitasnya.
Dia memberi perhatian kepada setiap muslim, orang miskin, anak yatim, atau
penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberi bekal pendi-
dikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati se-
hingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik
dan teliti. Ia digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus sekolah keper-
awatan pertama didunia islam meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan. Ia
juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit atau yang lebih
dikenal dengan Preventive Care serta menyebarkan pentingnya penyuluhan
kesehatan (Health Education).

Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi


dan memotivasi orang lain. Ia digambarkan memiliki pengalaman klinik yang

MUKISI & PPNI 2019 |9


dapat diajarkan kepada perawat lain yang dilatih dan bekerja dengannya.
Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam hal klinikal saja, ia juga
melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Sehingga Rufaidah ser-
ing juga disebut sebagai Public Health Nurse dan Social Worker yang menjadi
inspirasi bagi perawat di dunia islam.

Sejarah islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah


Al-Asalmiya seperti: Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiat, Ummu
Sulaiman, dan Hindun. Sedangkan beberapa wanita musim yang terkenal
sebagai perawat saat masa Rasulullah SAW saat perang dan damai adalah:
Rufaidah binti Sa’ad Al-Aslamiyyat, Aminah binti Qays Al-Ghifariyat, Ummu
Atiyah Al-Anasaiyat, Nusaibat binti Ka’ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani
Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata. Rufaidah binti Sa’ad al-An-
shari tercatat sebagai pemilik tenda perawatan untuk orang sakit pertama
dalam sejarah Islam.

Rufaidah adalah keturunan Bani Aslam yang turut menyambut kedatan-


gan dan keislaman Nabi Muhammad SAW di Madinah. Ia berbaiat kepada
Rasulullah SAW setelah hijrah. Ia turut serta dalam dua peperangan, yaitu
Perang Khandaq dan Perang Khaibar. Ketertarikannya dalam dunia pengo-
batan telah dimulai sejak kecil. Ayahnya, Saad al-Aslami, adalah seorang fi-
sioterapis. Rufaidah belajar dari mengamati kegiatan ayahnya dan tumbuh
menjadi ahli dalam pengobatan. Rufaidah tak diberi tanggung jawab penuh
seperti kaum laki-laki yang dapat melakukan operasi dan amputasi. Namun,
ia berjasa dalam mengobati dan memberikan motivasi kepada para mujahid
Islam. Ia mendapat julukan fidaiyah sebab masuk dalam medan perang untuk
membawa orang-orang yang terluka.

Tenda perawatan milik Rufaidah muncul pertama kali saat Perang Uhud.
Ketika itu, Rufaidah keluar dalam peperangan dan membawa seluruh pera-
latan, termasuk tenda yang dia butuhkan di atas unta. Dia mendirikan tendan-
ya di hadapan para prajurit Muslim. Para sahabiyah turut membantunya. Ten-
da ini kemudian disebut sebagai Rufaidah al-Aslamiah. Ini merupakan tenda
perawatan lapangan pertama dalam perjuangan Islam. Di tenda tersebut, ia
merawat luka para pejuang dan menjaga mereka pada waktu malam. Dalam

10 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


buku 150 Perempuan Sholikah dikatakan, Aisyah bercerita, saat Perang Khan-
daq, Saad bin Muadz terkena panah dari Abu Usamah. Rasulullah meminta
Rufaidah mendirikan tenda di dekat masjid agar ia mudah dikunjungi.

Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Ishabatu fi Tamyizi menulis, ketika Ru-
faidah melihat panah tertancap di dada Saad, ia menghentikan aliran darahnya
terlebih dahulu. Ia membiarkan panah itu tetap menancap di dadanya sebab
dia mengetahui teknik pengobatan dengan baik. Jika dicabut, darah akan men-
gucur dan tak bisa dihentikan. Ini akan mengancam nyawa Saad. Rufaidah tak
hanya melakukan pengobatan selama perang. Ia adalah seorang pekerja sosial
yang penuh empati dan mempunyai kemampuan organisasi yang baik. Rumah
sakit Rufaidah didirikan di dekat masjid Rasulullah. Dalam keseharian, ia mem-
bantu orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Ia juga merawat
anak-anak dan membantu anak yatim, kaum difabel, dan orang miskin.

Banyak sahabiyah membantu dia. Rufaidah mendidik perempuan yang


berminat menjadi perawat. Mereka mengatur tugas jaga menjadi dua shif,
siang dan malam. Rufaidah mengelola sendiri keuangan dengan sistem pen-
gelolaan rumah sakit yang kita kenal hingga sekarang. Rufaidah memiliki ket-
erampilan medis yang komplet. Kedudukannya sebagai perawat tak diragukan
lagi. Namanya terkenal sebagai ahli pengobatan pada masanya. Oleh karena
itu, Rasulullah memilihnya untuk merawat Saad. Rufaidah juga dikenal sebagai
sahabiyah yang dermawan. Ia mendanai semua kegiatan medis itu dengan har-
ta pribadi. Rufaidah menjadi salah satu orang yang mendapat kehormatan dan
penghargaan dari Rasulullah SAW. Ia menjadi satu dari beberapa orang yang
mendapat kalung dari Rasulullah SAW, sebagai penghargaan kepada para saha-
bat yang dianggap lebih unggul daripada yang lain. Walau masih terbatas, pen-
galaman Rufaidah menumbuhkan adanya pergeseran kultural dalam meman-
dang peran perempuan sebagai pemimpin di dunia medis. Ia juga mencatatkan
unit perawatan mobile untuk memenuhi kebutuhan medis masyarakat. Nama
Rufaidah terus terngiang hingga saat ini. Seperti tertulis di laman Wikipedia,
tiap tahun Universitas Bahrain selalu memilih seorang murid untuk menerima
penghargaan dalam bidang keperawatan bernama Rufaida al-Aslamia Prize in
Nursing (Sri Handayani, 2016). Rufaidah mendirikan sekolah keperawatan per-
tama di dunia untuk perempuan (Well, E., First, F., Dignity, 2006).

MUKISI & PPNI 2019 | 11


12 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH
BAB II
STANDAR PELAYANAN
KEPERAWATAN SYARIAH
A. KARAKTER DASAR PERAWAT SYARIAH
Karakter Dasar Perawat syariah
1. Aqidah yang bersih (salimul aqidah)
- Beriman pada Allah dan RasulNya
- Ridho kepada qodho dan qodar
- Beriman bahwa kesembuhan hanya dari Allah, disertai upaya
utuk menyembuhkan pasien
- Tidak mempercayai berbagai bentuk jimat dan perdukunan
- Menjaga aqidah pasien dari perbuatan syirik terutama bagi pa-
sien fase terminal
2. Ibadah yang benar (shahihul ibadah)
- Wajib melakukan sholat 5 waktu
- Bekerja ikhlas sebagai ibadah
- Bekerja diawali dengan basmallah,diakhiri dengan hamdallah
- Bekerja dengan tidak terpaksa
- Bekerja dengan tenang
- Sabar walau pasien dan keluaga rewel
- membantu tertunaikannya pelaksanaan ibadah bagi klien di
Rumah Sakit.
3. Akhlak yang kokoh (matinul khuluq)
- Mengucapkan salam dengan klien
- Bekerja dengan senyum, ramah, lemah lembut

MUKISI & PPNI 2019 | 13


- Bekerja dengan muka cerah
- Sikap yang menyejukkan
- Omunkasi yang baik
- Khusnuzon pada orang lain
- Tdakta’jub ada pendapat sendiri
4. Intelek dalam berpikir (mutsaqoful fikri)
- Bekerja dilandasi ilmu
- Bekerja dengan cerdas
- Menggunakan evidence Based Pratice
- Rajin membaca
- Meningkatkan pengetahuan melalui Continueing Nurse Edu-
cation
- Menerima kritik dan saran
- Memenuhi janji
- Memahami fiqih orang sakit
5. Kekuatan jasmani (Qowiyul jismi)
- Senantiasa berdoa agar diberikan kesehatan
- Menjaga kesehatan diri dan mengamalkan pola hidup sehat
- Mengetahui prinsip P3K
- Bekerja dengan cepat dan tepat
6. Mandiri dalam segi ekonomi (qodirun alal kasbi)
- Bekerja secara professional
- Melakukan tindakan keperawatan sesuai kompetensi
- Meraih keahlian lebih tinggi alam spesialisasinya
- Mengembangkan hartanya pada proyek yang manfaat
7. Teratur dalam segala urusan (munazhzhamun fii syu’unihi)
- Bekerja secara sistematis
- Membuat perencanaan
- Merapikan semua tugas
8. Melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi)
- Mengontrol emosi
- Menguasai nafsu saat marah
- Melakukan zikir harian
- Bekerja menggunakan empati
- Bersabar atas sikap tidak baik orang lain
9. Pandai menjaga waktu (haritsun ‘ala waqtihi)
- Bekerja tepat waktu
- Perawat di Rumah Sakit Syariah dalam memberikan asuhan

14 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


keperawatan menghargai waktu dalam semua fase hubungan
dengan pasien dimulai dari fase pra interaksi, orientasi, fase
interaksi dan terminasi.
10. Bermanfaat bagi orang lain (nafiun Lighoirihi)
- Menjadi individu yang bermanfaat bagi orang banyak.
- Menjalankan peran Perawat sebagai pemberi asuhan, Comu-
nicator, advocate, educator, counselor, collaborator, coordina-
tor, researcher yang dapat membantu klien dalam mencapai
tujuannya untuk hidup sehat yang optimal

B. SIKLUS PELAYANAN KEPERAWATAN SYARIAH


1. Sebelum Masuk
Informasi pelayanan keperawatan syariah
2. Penerimaan Pasien
a. Penerimaan pasien masuk IRJ
1) Aturan syariah pelayanan keperawatan pasien IRJ
o Pemberian informasi pasien di IRJ
o Terkait pengotanan
o Terkait aktivitas syariah dirumah yang menyangkut
kesehatan
b. Penerimaan pasien masuk ke IGD
1) Aturan penerimaan pasien IGD menurut Syariah
2) Aturan pelayanan keperawatan syariah di IGD
3) Pemberian pelayanan keperawatan di IGD
o Oksigenisasi
o Cairan
o Nutsiri
o Eliminasi bak
o Eliminasi bak
o Aman & nyaman
o Spiritual pasien
4) Pelayanan syariah ruang tindakan/observasi
5) Pelayanan syariah di ruang resusitasi
6) Pelayanan death ocured accident
7) Perawat syariah pasien meninggal di IGD
c. Pengelolaan pasien masuk rawat inap
d. Pelayanan syariah di ruang icu

MUKISI & PPNI 2019 | 15


3. Pelayanan pasien
Konsep yang harus dikuasai oleh perawat syariah dalam pemenu-
han kebutuhan pasien, diantaranya
a. Pemenuhan kebutuhan Oksigen

b. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi

16 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


c. Pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK

4. Pelayanan Pulang
Pasien dipersiapkan pulang untuk dapat melaksanakan aktif-
itas kehidupan dan aktifitas ibadahnya melalui beberapa petun-
juk dan motivasi dari perawat syariah

KOMPETENSI FIQIH PERAWAT SYARIAH


Agama Islam sudah sempurna. Tidak boleh ditambah dan dikurangi. Ke-
wajiban umat Islam adalah mengikuti agama Islam yang sempurna ini. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ۚ ‫ال ْس َل َم ِدينًا‬
ِْ ‫يت لَ ُكم‬
ُ
ِ ِ
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم ِت َوَرض‬
ِ
ُ ‫الْيـَْوَم أَ ْك َم ْل‬
ُ ‫ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَْتَ ْم‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ
﴾٣﴿ ‫ور َّرح ٌيم‬ ٌ ‫صة َغيـَْر ُمتَ َجانف ِّل ٍْث ۙ فَإ َّن اللَّـهَ َغ ُف‬ َ ‫اضطَُّر ِف مَْ َم‬
ْ ‫فَ َم ِن‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ma’idah [5]:3)

MUKISI & PPNI 2019 | 17


Berdasarkan dalil di atas maka Islam mengatur semua sendi kehidupan,
baik bidang politik, ekononomi, pemerintahan, muamalah, siasiyah dan bah-
kan tentang syariah menjalankan ibadah ketika sakit. Tidak ada alasan ketika
sakit untuk meninggalkan ibadah kepada Alloh SWT.

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu, ia berkata: ‘Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda:

‫َّاس‬ ِِ ْ َ‫السيِّئَة‬
َّ ‫ت َوأَتْبِ ْع‬ َِّ ‫ا ت َِّق‬
َ ‫الَ َسنَةَ تَْ ُح َها َو َخالق الن‬ َ ‫الل َحيـْثُ َما ُكْن‬
‫ِبُلُ ٍق َح َس ٍن‬
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Iringilah keburukan dengan
kebaikan yang dapat menghapusnya, dan pergauilah manusia dengan akhlak yang
baik.” [HR. Tirmidzi 1910]

Selama ini, terdapat kesenjangan pemahaman antara para ulama den-


gan tenaga medis. Di satu sisi, ulama kurang akrab dengan ilmu medis. Se-
baliknya, para tenaga medis juga kurang memahami ilmu fikih yang terkait
dengan panduan beribadah pasien.

perawat berada di samping pasien 1x24 jam, inilah menjadi peluang Ibadah bagi perawat untuk membantu
pasien dalam melaksanakan kewajiban ibadahnya. Tentunya sangat banyak yang peran perawat dalam spiritual
care pasien, paling tidak kami disini membahas 7 intervensi keperawatan spiritual care sebagai langkah awal
dalam penyusunan buku standar pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Syariah berdasarkan pada standar
akreditasi Rumah sakit Syariah Majelis upaya kesehatan Islam Seluruh Indonesia edisi 1438 H.

I. Bimbingan Shalat Bagi Pasien


Selama sakit klien masih bisa menjalankan ibadah. Terutama ibadah sho-
lat yang wajib bagi setiap orang yang beriman dalam kondisi fisik apapun
yang masih sadar penuh.

Firman Allah dalam Al-Qur’an:

َّ ‫الص َلةَ َويـُْؤتُوا‬


َ‫الزَكاة‬ َّ ‫يموا‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫وما أ ُِمروا إَِّل لِيـعب ُدوا‬
ُ ‫ين ُحنـََفِاءَ َويُق‬ َ ‫نيِ لَهُ الِّد‬
َ ‫اللَ مُْلص‬ ُ َْ ُ ََ
‫ين الْ َقيِّ َمة‬ ‫د‬
ُ َ ََ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬‫و‬
Artinya: “Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah
yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

18 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


ِ ِ َّ ‫الزَكا َة وارَكعوا مع‬ ِ
)٣٤( ‫ني‬
َ ‫الراكع‬ َ َ ُ ْ َ َّ ‫يموا الصَّال َة َوآتُوا‬
ُ ‫َوأَق‬
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 43)

)٢٣١( ‫ك َوالْ َعاقِبَةُ لِلتـَّْق َوى‬ َ ُ‫اصطَِ ْب َعلَيـَْها ال نَ ْسأَل‬


َ ُ‫ك ِرْزقًا َْن ُن نـَْرُزق‬
ِ
ْ ‫ك ِبلصَّالة َو‬
َ َ‫َوأُْم ْر أ َْهل‬
‘’Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa’’. (QS. Thaha [20]: 132)

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyuk,” (QS. Al-Baqarah [2]: 45)

‫س إِ َل َغ َس ِق اللَّْي ِل َوقـُْرآ َن الْ َف ْج ِر إِ َّن قـُْرآ َن‬ ِ ِ ِ


ِ ‫َّم‬ْ ‫أَق ِم الصَّال َة ل ُدلُوك الش‬
)٨٧( ‫ودا‬ ً ‫الْ َف ْج ِر َكا َن َم ْش ُه‬
“Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).” (QS. Al-Isra’ [17] :78)

‫ك‬ ِ ِ ‫السيِئ‬ ِ ِ ْ ‫وأَقِِم الصَّالةَ طَر َِف النـَّها ِر وزلًَفا ِمن اللَّي ِل إِ َّن‬
َ ‫ات َذل‬َّ َّ ‫ب‬
َ ْ ‫الَ َسنَات يُ ْذه‬ ْ َ َُ َ َ َ
)٤١١( ‫ين‬ ِ
‫ر‬ ِ‫لذاك‬
َّ ِ‫ِذ ْكرى ل‬
َ َ
“Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud [11]: 114)

ِ َّ ِ ِ ِ ِ
‫ين‬
َ ‫ص َفهُ َوثـُلُثَهُ َوطَائ َفةٌ م َن الذ‬ ْ ‫وم أ َْد َن م ْن ثـُلُثَ ِي اللَّْي ِل َون‬ َ ‫ك يـَْعلَ ُم أَن‬
ُ ‫َّك تـَُق‬ َ َّ‫إِ َّن َرب‬
ِ ِ َّ ‫معك و‬
‫اب َعلَْي ُك ْم فَاقـَْرءُوا َما تـَيَ َّسَر‬ َ َ‫صوهُ فـَت‬ ُ ‫اللُ يـَُق ّد ُر اللَّْي َل َوالنـََّه َار َعل َم أَ ْن لَ ْن ُْت‬ َ َ َ َِ
‫ض يـَبـْتـَغُو َن ِم ْن‬
ِ ‫األر‬ ‫ف‬ ِ ‫ن‬ ِ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ِ
َ ُ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ُ َ َ ْ َ َ ْ ‫م َن الْ ُق‬
‫و‬ ‫ب‬‫ر‬ ‫ض‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ر‬ ‫آخ‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ن‬ َ‫أ‬ ‫م‬ِ‫ل‬ ‫ع‬ ِ
‫آن‬ ‫ر‬
ْ
ِ‫الل فَاقـرءوا ما تـي َّسر ِمْنه وأَق‬ ِ ِ َِّ ‫ض ِل‬
‫يموا الصَّال َة َوآتُوا‬ ُ َ ُ َ ََ َ ُ َْ َّ ‫آخُرو َن يـَُقاتلُو َن ِف َسبِ ِيل‬ َ ‫الل َو‬ ْ َ‫ف‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫ضا َح َسنًا َوَما تـَُق ّد ُموا ألنـُْفس ُك ْم م ْن َخ ٍْي َت ُدوهُ عْن َد‬
‫الل ُه َو‬ ً ‫اللَ قـَْر‬
َّ ‫ضوا‬ ُ ‫الزَكا َة َوأَقْ ِر‬
َّ
)٠٢( ‫ور َرِح ٌيم‬ ٌ ‫اللَ َغ ُف‬ َّ ‫استـَ ْغ ِفُروا‬
َّ ‫اللَ إِ َّن‬ ْ ‫َجًرا َو‬ْ ‫َخيـًْرا َوأ َْعظَ َم أ‬

MUKISI & PPNI 2019 | 19


“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sholat) kurang dari
dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran
malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan
ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang
berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an
dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzammil
[73]: 20)

‫استـَْقبِ ْل ا لْ ِقبـْلَةَ فَ َكِّْب‬ ُ ‫َسبِ ْغ ا لْ ُو‬


ْ َّ‫ضوءَ ُث‬
ِ َّ ‫إِ َذ ا قُمت إِ َل‬
ْ ‫الص َل ة فَأ‬ َ ْ
“Jika engkau berdiri untuk shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan
bertakbirlah…” (HR. Bukhari 6174)

‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َع ْن‬


َّ ‫صلَّى‬َ ‫َّب‬
َّ ِ‫ت الن‬
ُ
ِ ‫ال َكا نَت ِب بـو‬
ْ‫اسريُ فَ َسأَل‬ ََ ْ َ َ‫ق‬
ِ ‫ال ص ِل قَائِما فَِإ ْن َل تَستَ ِطع فـ َق‬
‫اع ًد ا فَِإ ْن َلْ تَ ْستَ ِط ْع‬ ِ َّ
َ ْ ْ ْ ً ّ َ َ ‫الص َل ة فـََق‬
‫ب‬ٍ ‫فـََعلَى َجْن‬
“Aku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda:
shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak
mampu maka shalatlah dengan berbaring menyamping” (HR. Al Bukhari, no. 1050).

ٍ ِ
‫ فأخذها فرمى هبا‬، ‫وسادة‬ ً ‫عاد صلى هللاُ عليه وسلَّ َم مر‬
‫يضا فرآه يصلي على‬
ِ
‫األرض إن‬ ِّ : ‫ وقال‬، ‫ فأخذه فرمى به‬، ‫عودا ليصلي عليه‬
‫صل على‬ ً ‫ فأخذ‬،
ِ
‫أخفض من ركوعك‬ ‫سجودك‬ ‫ واجعل‬، ً‫ وإال فأوم إمياء‬، ‫استطعت‬
َ َ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam suatu kala menjenguk orang yang sedang
sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang shalat di atas bantal. Kemudian Nabi
mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu
mengambil kayu dan shalat di atas kayu tersebut. Kemudian Nabi mengambil kayu
tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda: shalatlah di atas tanah jika
kamu mampu, jika tidak mampu maka shalatlah dengan imaa` (isyarat kepala).
Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmu“ (HR. Al Baihaqi)

20 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


“Al-Imaa` artinya berisyarat dengan anggota tubuh seperti
kepala, tangan, mata, dan alis.”

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


ِ ‫ص ِل قَائِما فَِإ ْن َل تَستَ ِطع فـ َق‬
ٍ ‫اع ًدا فَِإ ْن َلْ تَستَ ِط ْع فـََعلَى َجْن‬
‫ب‬ ْ َ ْ ْ ْ ً َّ
“Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk. Jika
tidak mampu, shalatlah sambil berbaring miring. Jika tidak mampu maka shalatlah
sambil berbaring terlentang.” (HR. Bukhari No. 1050)

Berikut ini tata cara shalat bagi orang yang kami ringkaskan dari pen-
jelasan Syaikh Sa’ad bin Turki Al-Khatslan dan Syaikh Muhammad bin Shalih
Al Utsaimin :

a. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiri


Orang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
l Yang paling utama adalah dengan cara duduk sebagaimana da-
lam salat (iftirasy atau tawaruk). Namun jika tidak memungkinkan,
maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk dilakukan.
l Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk
menghadap kiblat maka tidak mengapa.
l Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat da-
lam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan
telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
l Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupa-
kan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak
tangan di lutut.
l Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan.
Jika tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badan-
nya lebih banyak dari ketika rukuk.
l Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan
tasyahud seperti biasa.

b. Tata cara shalat orang yang tidak mampu duduk


Orang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalat-
nya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macam:

MUKISI & PPNI 2019 | 21


1. ‘Ala janbin (berbaring menyamping)
Ini yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranya:
l Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika me-
mungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka men-
yamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak memun-
gkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
l Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika
shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga
sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan
di atas tangan kiri.
l Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini mer-
upakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua
tangan diluruskan ke arah lutut.
l Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari
ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
l Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut na-
mun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.

2. Mustalqiyan (telentang)
Jika tidak mampu berbaring ‘ala janbin, maka mustalqiyan. Tata
caranya:
l Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang uta-
ma, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal
atau semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak menga-
pa.
l Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika
shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga
sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan
di atas tangan kiri.
l Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini mer-
upakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua
tangan diluruskan ke arah lutut.
l Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari
ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
l Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut na-
mun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.

22 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


c. Tata cara shalat orang yang tidak mampu mengger-
akkan anggota tubuhnya (lumpuh total)
Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa meng-
gerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih ter-
masuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika takbir dan rukuk,
dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika
membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka
bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun


masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam
hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan gerakan lisan
ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan,
maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Ibadah sunnah yang lain jika memungkinkan


ِ
)٩٧( ‫ودا‬
ً ‫ك َم َق ًاما َْم ُم‬
َ ُّ‫ك َرب‬ َ َ‫َوِم َن اللَّْي ِل فـَتـََه َّج ْد بِِه َنفلَةً ل‬
َ َ‫ك َع َسى أَ ْن يـَبـَْعث‬
“Dan pada sebahagian malam hari bersholat tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’ [17]: 79)

II. Doa Pre Operasi


Secara khusus Ulama sepakat membolehkan operasi medis rekonstruksi
anggota tubuh yang mengalami masalah tertentu. Menurut pala ulama,mem-
perbaiki dan memulihkan kembali fungsi organ yang rusak, baik bawaan sejak
lahir maupun adanya kecelakaan, dan hal-hal sejenis itu dibenarkan, karena
niat dan motivasi utamanya adalah pengobatan. Diantara ayat yang dijad-
ikan sebagai pembolehan terhadap operasi medis, dianggap sebagai upaya
menjaga kehidupan dan menghindari kebinasaan atau mafsadah, antara lain
tercakup dalam QS. Al-Maidah [5] :32.

Allah menghargai setiap bentuk upaya mempertahankan kehidupan


manusia, menjauhkan diri dari hal yangmembinasakan. Operasi medis dilaku-
kan dalam rangka tujuan tersebut. Banyak jenis penyakit yang pengobatan-
nya hanya dengan operasi, bahkan kadang-kadang jika itu tidak dilakukan

MUKISI & PPNI 2019 | 23


atau terlambat dilakukan akan mengancam kehidupannya, dengan dioperasi
akhirnya dapat tertolong.

Bolehnya bedah medis menurut hukum islam juga dapat dianalogikan den-


gan berbekam (al-hijamah). Pada masa teknologi kedokteran masih sederhana,
di zaman Nabi, berbekam dianggap sebagai salah satu bentuk operasi masa itu,
telah dipraktekkan dan dianjurkan Nabi. Berbekam merupakan tindakan pembe-
dahan untuk mengeluarkan darah kotor daridalam tubuh. Juga dapat dikiyaskan
daengan praktik khitan yang merupakan jenis operasi medis tertua, termasuk
salah satu sunnah fitrah sangat dianjurkan dalam syariat Islam.

‫احتَ َج َم ِف َرأْ ِس ِه‬ ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫أ‬ 
ْ َ ‫الل‬ َ ‫َن َر ُس‬
“Bahwa Rasulullah saw pernah berbekam di kepalanya” (HR. Bukhari No. 5265)

‫إِ ْن َكا َن ِف َش ْي ٍء ِم ْن أ َْد ِويَتِ ُك ْم َخيـٌْر فَِفي َش ْرطَِة ِ ْم َج ٍم‬


“Di antara penyembuhan yang ampuh adalah berbekam” (HR. Muslim No. 4086)

Operasi pasien di rumah sakit tentunya sangat mengandung


resiko yang besar dan mengancam kehidupan pasien. Akan teta-
pi terkadang operasi ini merupkan pilihan terakhir yang diharus
dihadapi pasien sehubungan dengan tindakan yang harus dilaku-
kan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Oleh karena itu
pasien selalu merasakan cemas dengan berbagai tingkatan saat
sebelum operasi.

Perawat yang senantiasa berada disamping pasien memiliki


peranan penting dalam rangka support mental dan spiritual pada
pasien pre operasi. Salah satu bentuk intervensi keperawatannya
adalah membimbing pasien untuk berdoa sebelum operasi.
‫ين يَ ْستَكِْبُو َن َع ْن ِعبَ َادِت َسيَ ْد ُخلُو َن‬ ِ َّ ِ ِ ‫ال ربُّ ُكم ادع ِون أ‬
َ ‫ب لَ ُك ْم إ َّن اِلذ‬ْ ‫َستَج‬
ْ ُ ْ ُ َ َ َ‫َوق‬
)٠٦( ‫ين‬ َ ‫َج َهن ََّم َداخ ِر‬
“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina’.” (QS. Al-Mukmin [40]: 60)

24 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Ibnu katsir menafsirkan, “Beribadah kepada-Ku” yaitu berdoa kepa-
da-Ku dan mentauhidkan-Ku. Kemudian Allah swt mengancam mereka yang
menyombongkan diri dari berdoa kepada-Nya dalam firman-Nya, “Akan ma-
suk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” yaitu hina dina dan kecil.

‫ب َعلَْي ِه‬
ْ‫ض‬َ ‫اللَ يـَ ْغ‬
َّ ‫َم ْن َلْ يَ ْسأ َْل‬
“Barang siapa tidak mau memohon kepada Allah, niscaya Allah akan murka
kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi No. 3295)

Rasulullah saw bersabda;

‫إِ َّن َربَّ ُك ْم تـَبَ َارَك َوتـََع َال َحيِ ٌّي َك ِرميٌ يَ ْستَ ْحيِي ِم ْن َعْب ِد ِه إِ َذا َرفَ َع يَ َديِْه إِلَْي ِه أَ ْن‬
‫يـَُرَّد ُهَا ِص ْفًرا‬
“Sungguh Rabb kalian itu Mahahidup lagi Maha Pemurah. Dia malu bila ada
seorang  hamba yang menengadahkan kedua tangannya kepada-nya lalu Dia
mengembalikannya dalam keadaan kosong.” (HR. Abu Daud No. 1273)

Berikut langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk berdoa sebelum


operasi:
a. Perawat ruangan menerima informasi bahwa kamar operasi sudah
siap.
b. Perawat menginformasikan tindakan yang akan dilakukan
c. Perawat mengecek kelengkapan status pasien dan hasil pemeriksa-
an penunjang yang terkait tindakan operasi.
d. Perawat ke kamar pasien dan mengetuk pintu dengan mengu-
capkan ”Assalamu’alaikum wr.wb. Bapak/Ibu menginformasikan
bahwa pasien akan segera diantar ke kamar operasi .
e. Perawat menanyakan apakah pasien mau ke kamar mandi untuk
BAB atau BAK.
f. Perawat membimbing pasien dan keluarga untuk berdo’a sebelum
membawa pasien ke ruang operasi dan menanyakan apakah pa-
sien sudah melakukan sholat fardhu.
g. Perawat menenangkan keluarga kemudian mengajak berdo’a.
”Bismillahirohmanirohiim. Alhamdulillahirobbil ’alamin. Hasbunal-
lah wa ni’mal wakiil ’alaihi tawakkalna.
“Cukuplah Allah bagiku sebaik-baik pelindung dan kepada Allah
aku bertawakal”.
h. Perawat memberikan buku bacaan do’a kepada keluarga untuk di-
baca selama tindakan operasi dilakukan.

MUKISI & PPNI 2019 | 25


i. Perawat mengingatkan pasien dan keluarga untuk terus berdo’a
selama menuju ruang operasi dan selama tindakan operasi dilaku-
kan.
j. Perawat mengantar pasien ke kamar operasi dengan membawa sta-
tus/berkas pasien dan hasil pemeriksaan penunjang yang terkait.

III. Wudhu/Tayamum
Apabila hendak melakukan sholat, seorang muslim diwajibkan untuk
bersuci terlebih dahulu dari hadats kecil maupun hadats besar. Hadats besar
dapat hilang dengan mandi jinabat, sedangkan hadats kecil akan hilang den-
gan melakukan wudhu’.

Pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan bantuan perawat dalam


bersuci, wudhu’ ataupun tayamum. Pasien yang sedang dirawat ada keringa-
nan (rukhshah) dalam tatacara melakukan ibadah.

Dalil tentang Rukhshah:

)٥٨١( ... ‫يد بِ ُك ُم الْعُ ْسَر‬


ُ ‫اللُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َوال يُِر‬ ُ ‫يُِر‬...
َّ ‫يد‬
“Allah menghendaki kamu kemudahan dan dia tidak menghendaki kamu kesukaran.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 185)

ِّ ‫وما جعل علَي ُكم ِف‬...


)٨٧(... ‫الدي ِن ِم ْن َحَرٍج‬ ْ ْ َ َ َ َ ََ
“Dan Dia tidak menjadikan kamu menanggung sesuatu keberatan dan kesulitan
dalam perkara agama.” (QS. Al-Haj [22]: 78)

‫وه ُك ْم َوأَيْ ِديَ ُك ْم إِ َل الْ َمَرافِ ِق‬ ِ ِ


َ ‫ين َآمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِ َل الصَّالة فَا ْغسلُوا ُو ُج‬ َ ‫َي أَيـَُّها الَّ ِذ‬
‫ي َوإِ ْن ُكنـْتُ ْم ُجنـُبًا فَاطَّ َّه ُروا َوإِ ْن ُكنـْتُ ْم‬ ِ ‫وامسحوا بِرء‬
ِ َْ‫وس ُكم وأ َْر ُجلَ ُكم إِ َل الْ َك ْعبـ‬
ْ ْ ُ ْ
‫الم ْستُ ُم النِّ َساءَ فـَلَ ْم َِت ُدوا‬ ‫َو‬‫أ‬ ‫ط‬ِ ِ‫َمرضَى أَو عُلَُى س َف ٍر أَو جاء أَح ٌد ِمْن ُكم ِمن الْغَائ‬
َ
ِ َ ْ ِ َِ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َْ
‫اللُ ليَ ْج َع َل‬َّ ‫يد‬ ِ ِ
ُ ‫يدا طَيِّبًا فَ ْام َس ُحوا ب ُو ُجوه ُك ْم َوأَيْدي ُك ْم مْنهُ َما يُر‬
ِ ً ِ‫صع‬
ِ َ ‫َماءً فـَتـَيَ َّم ُموا‬
ِ ِ ِ
ِ ُ ‫َعلَْي ُك ْم ِم ْن َحَرٍج َولَك ْن يُِر‬
)٦( ‫يد ليُطَ ّهَرُك ْم َوليُت َّم ن ْع َمتَهُ َعلَْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬ ِ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu

26 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni›mat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.” (QS Al-Maidah [5]: 6)

Bersuci bagi pasien yang senantiasa berhadats dengan terpasangnya ka-


teter atau adanya colostomy bag
a. Pastikan telah masuk waktu shalat
b. Buka ujung catheter

c, Bersihkan ujung catheter

d. Jika terpasang colostomy bag, bersihkan tempat keluar najis (stoma


bag) / ganti dengan bag yang bersih.

MUKISI & PPNI 2019 | 27


e. Berwudhu’ seperti biasa atau bantu berwudhu menggunakan botol
spray

f. Sholat dengan segera.


g. Jika najis keluar sewaktu sholat, boleh diteruskan dan dimaafkan
karena kesukaran (masyaqqah).
h. Sah sholat dan tidak perlu diulang apabila sembuh.
Cara berwudhu Jika ada balutan
Hendaklah mengambil wudhu seperti biasa dengan membasuh anggota
wudhu yang tidak ada balutan (jabirah).
l Anggota wudhu yang ada balutan hendaklah (wajib) diusap den-
gan air di atas balutannya. Jika mudharat, gugur kewajibannya.
Tidak disyaratkan disucikan dahulu sebelum dibalut atau balutan
melebihi keperluannya.
l Sah sholat dan tidak perlu diulangi apabila sembuh. (Ulama’ Maliki
& Hanafi)

28 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Jika tidak boleh terkena air
l Hendaklah bertayammum
l Sholat adalah sah dan tidak perlu diulang

Tidak boleh menggunakan air dan debu


l Hendaklah sholat menghormati waktu (dalam keadaan berhadas),
Wajiblah di qada’/ulang selepas sembuh
Tayamum
a, Tayammun ialah mengusap ke muka dan dua tangan sampai ke siku,
menggunakan debu suci dengan beberapa syarat.
b. Tayammum adalah sebagai ganti dari wudhu’ dan mandi janabah.
c. Satu tayamum untuk satu sholat fardu
d. Cara Tayamum:
l Ambil debu tanah yang suci dan tepuk ke atas debu dengan niat
‫الصالة فرضاهلل تعاىل‬
ّ ‫يمم إلستباحة‬
ّ ّ‫نويت الت‬
“nawaiitut tayamum listibahati fardhu sholat” aku niat bertayammum untuk
melakukan fardhu sholat karena Allah” (berniat ketika menepuk debu hingga
tangan sampai ke muka)

l Usap ke bagian muka yang tidak ada balutan.


MUKISI & PPNI 2019 | 29
l Tepuk kedua tapak tangan sekali lagi ke atas debu ditempat
lain. Kemudian usap kedua belah tangan yang tidak berbalut.


4. Hijab Pasien
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
‫ين ِزينـَتـَُه َّن إِال‬ َ ‫وج ُه َّن َوال يـُْب ِد‬ َ ‫صا ِرِه َّن َوَْي َفظْ َن فـُُر‬ ِ ْ ‫ات يـ ْغض‬
َ ْ‫ض َن م ْن أَب‬
ِ ِ ِ
ُ َ َ‫َوقُ ْل ل ْل ُم ْؤمن‬
‫ين ِزينـَتـَُه َّن إِال لِبـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو‬ َ ‫ض ِربْ َن ِبُ ُم ِرِه َّن َعلَى ُجيُوبِِ َّن َوال يـُْب ِد‬ ْ َ‫َما ظَ َهَر ِمنـَْها َولْي‬
‫آب ِء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَ ِاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوانِِ َّن‬ ِ
َِِ ‫آبئ ِه َّن أ َْو‬
َ
‫اإلربَِة ِم َن‬ ‫ُول‬ ِ ‫أ‬ ِ
‫ي‬ ‫غ‬ ‫ني‬ ِ‫ع‬ِ‫ب‬ ‫َّا‬
‫ت‬ ‫ال‬ ِ
‫و‬ َ
‫أ‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ـ‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫َي‬
‫أ‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫َو‬
َّ ُُ َْ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َّ َ َ َ ْ ‫أ‬
َ َ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ه‬ِ ِ
‫ائ‬ ‫س‬ ِ‫ن‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ات‬ ‫و‬ ‫َخ‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ِ ‫ب‬ ‫َو‬
ْ َْ َ
ِ ِ ِ ِ ‫الطّْف ِل الَّ ِذين َل يظْهروا علَى عور‬
ْ َ‫ات النِّ َساء َوال ي‬
‫ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم‬ َ َ َُ َ ْ َ
ِ ‫ال ِرج ِال أَ ِو‬
)١٣( ‫ج ًيعا أَيـَُّها الْ ُم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن‬
َ ْ َِّ ‫ّماَ ُيْ ِفني ِمن ِزينتِ ِه َّن وتُوبوا إِ َل‬
َِ ‫الل‬
ُ َ َ ْ َ َ
“dan Katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur [24]: 31).

‫ني َعلَْي ِه َّن ِم ْن َجالبِيبِ ِه َّن‬ِ ِ‫ك ونِس ِاء الْم ْؤِمن‬ ِ َ ‫ألزو ِاج‬
َ ‫ني يُ ْدن‬
َ ُ َ َ َ ‫ك َوبـَنَات‬ َ ُّ ِ‫َي أَيـَُّها الن‬
ْ ‫َّب قُ ْل‬
)٩٥( ‫اللُ َغ ُف ًورا َرِح ًيما‬ َّ ‫ك أ َْد َن أَ ْن يـُْعَرفْ َن فَال يـُْؤ َذيْ َن َوَكا َن‬ ِ
َ ‫َذل‬
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh

30 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”
(QS. Al-Ahzab [33]: 59)

a. Hijab untuk pasien wanita di rawat inap adalah pakaian yang me-
nutup aurat seluruh tubuh pasien kecuali muka dan telapak tangan
b. Hijab disediakan oleh rumah sakit, dipakaikan pada pasien musli-
mah saat pertama kali dating dengan diberikan edukasi tentang
hijab.
c. Pemakaian hijab ibu menyusui merupakan salah satu upaya rumah
sakit menjaga aurat pasien dengan menutup bagian dada ibu saat
menyusui.
d. Pemakaian hijab di kamar operasi adalah pemakaian hijab yang me-
nutup aurat pasien yang menjalani operasi sejak persiapan sampai
keluar kamar operasi.

5 Fiqh Darah Wanita


Definisi Istihadhah
Istihādah (‫ )االستحاضة‬menurut bahasa artinya mengalir. Menurut syara
berarti darah yang keluar bukan pada hari-hari haid dan nifas disebabkan
oleh penyakit. Perempuan yang mengalami istihādah disebut Mustahādah.

Hukum Wanita Istihadhah


Apabila seorang wanita telah memastikan bahwa dia sedang mengalami
pendarahan istihadah dan bukan haid, maka hukum-hukum yang diwajibkan
ke atasnya adalah sama seperti wanita yang suci.

Wanita yang beristihadah wajib berwudhu’ setiap kali akan sholat. Ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Fatimah
binti Abi Hubaisy radhiallahu ‘anha di dalam Shahih al-Bukhari : “Kemudian
hendaklah kamu berwudhu’ pada setiap solat.” Makna Hadis ini bahwa dia
tidak berwudhu’ untuk solat yang fardhu kecuali setelah masuk waktu sholat.

Apabila wanita yang beristihadah akan berwudhu’, hendaklah dia mem-


bersihkan darah dan menggunakan pembalut wanita. Ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Himnah radhiallahu ‘anha:

MUKISI & PPNI 2019 | 31


ِ ِ َ ‫ك ا لْ ُكرس‬ ِ
‫ت ُه َو أَ ْكثـَُر‬ َّ ‫ب‬
ْ َ‫الد َم قَا ل‬ ُ ِ‫ف فَإ نَّهُ يُ َّْذِه‬ ُِ ْ ِ َ‫ت ل‬ ُ ‫ال أَنـَْع‬
َ ‫فـََق‬
‫ال فَاتذ ي ثـَْو ًب‬ َ َ‫ك ق‬َ ‫م ْن َذ ل‬
“Aku akan terangkan untuk kamu (cara menggunakan) al-Kursuf (kapas yang
diletakkan di faraj), sesungguhnya ia dapat menghilangkan darah.” Himnah
berkata: “Ia (darah saya) lebih banyak dari demikian itu”. Rasulullah bersabda:
“Maka hendaklah kamu mengikatnya….” (HR. Abu Daud No. 248)

Dan apa-apa pendarahan yang keluar selepas itu tidaklah memudarat-


kan (tidak membatalkan wudhu’) berdasarkan hadis berikut riwayat Ahmad
dan Ibn Majah:
1. Wudhu wanita yang mengalami istihadoh
2. Pastikan masuk waktu sholat
3. Bersihkan tempat keluar darah/air
4. ganti pembalut sebelum berwudhu’
5. Mengambil wudhu’ dengan segera
6. Darah/air yang keluar sewaktu wudhu’ dan sholat dimaafkan
Wudhu’ wanita istihadhah/penyakit lain hanya sah untuk satu sholat
fardhu saja dan beberapa sholat sunat.

6. Talqin
Kematian adalah rahasia Alloh SWT, tentunya kita selalu mengharapkan
menjadi muslim yang khusnul Khatimah. Ketika kita dipenghujung hayatnya
Istiqomah dalam keadaan Islam dan apalagi saat – saat sakaratul maut kita
berharap dapat mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illa Allah”, dan berharap
syurga dikehidupan kelak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

َ‫الَنَّة‬ َّ ‫آخُر َك َل ِم ِه َل إِلَهَ إِ َّل‬


ْ ‫اللُ َد َخ َل‬ ِ ‫من َكا َن‬
َْ
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk
surga” (HR. Abu Daud No. 2709)

Tentunya perawat berada di samping pasien 1x24 jam menjadi sangat


berperan besar dalam membantu pasien yang dalam keadaan sakaratul maut
untuk membimbing pasien dengan kalimat Laa Ilaaha Illa Allah atau disebut
dengan Talqin

32 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal dunia un-
tuk mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa Allah. Mentalqin seseorang
yang akan meninggal dunia disunnahkan bagi orang yang ada di sisi orang
yang akan meninggal dunia, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa salam:

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sal-


lam bersabda:

َّ ‫لَِّقنُوا َم ْو َت ُك ْم قـَْو َل َل إِلَهَ إِ َّل‬


ُ‫الل‬
“Ajarilah orang-orang yang hendak meninggal dunia di antara kalian ucapan laa
ilah illallah.” (HR. Abu Daud No. 2710)

Berikut adalah prosedur melakukan bimbingan pada pasien sakaratul


maut :
a. Perawat mengetahui pasien dalam kondisi kritis
b. Perawat memberitahukan kepada keluarga, dokter yang merawat
dan petugas kerohanian
c. Dokter memberi penjelasan kepada keluarga tentang kondisi pasien
d. Perawat dan atau petugas kerohanian menenangkan keluarga
kemudian mengajak berdzikir, membaca al-Qur’an atau berdo’a
e. Perawat, petugas kerohanian atau keluarga memelakukan pen-
dampingan talqin dengan membisikkan kalimat ”Laaillahailallah”,
jika pasien tidak mampu dengan kalimat `` Allah’ ke telinga pasien
f. Perawat melakukan tindakan sesuai indikasi perawatan

7. Pemulasaraan Jenazah Sesuai dengan Syariah


‫ال إِ َذ ا‬ َِّ ‫ول‬
َ َ‫الل ق‬ َ ‫يل َما ُه َّن َي َر ُس‬ ِ‫ت ق‬ ٌّ ‫س‬ِ ‫ح ُّق ا لْمسلِِم علَى ا لْمسلِِم‬
ِ َِ ْ ُ ِ ِ َ ِْ ُ َِ
‫ص ْح لَ ُه‬ َ ْ َ َ َ َ َْ ْ َ َ ُ ْ َ َِ َ َ ‫لَقيتَهُ فَ َسلّ ْم َعلَْيهِ َوإ َذ ا‬
‫ن‬ ‫ا‬‫ف‬ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ـ‬‫ت‬ ‫اس‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫إ‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫َج‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫اك‬ ‫ع‬ ‫د‬
ُ‫ات فَا تَّبِ ْعه‬َ ‫ض فـَعُ ْد هُ َوإِ َذ ا َم‬َ ‫اللَ فَ َس ّمْتهُ َوإِ َذ ا َم ِر‬
َّ ‫س فَ َحم َد‬ ِ
َ َ‫َوإ َذ ا َعط‬
Dari Abu Hurairah r a. berkata Bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Hak seorang
muslim atas muslim lainnya ada enam perkara: Apabila engkau berjumpa
dengannya, sampaikanlah salam; apabila ia mengundangmu, maka penuhilah
undangannya; apabila ia minta nasihat, berilah ia nasihat; apabila ia bersin dan
mengucapkan “al-Hamdulillah”, ‘ maka jawablah dengan “Yarhamukallah”, apabila
ia sakit, maka jenguklah; dan apabila ia mati, antarkanjenazahnya.” (HR. Muslim)

MUKISI & PPNI 2019 | 33


Islam menganjurkan selalu menjaga kehormatan, kemuliaan dan
kedamaian kepada umatnya dan selalu mengadakan hubungan antara yang
satu dengan lainnya untuk mewujudkan kasih sayang diantara mereka. Un-
tuk menjalin hubungan antar mereka terdapat enam hal yang merupakan
hak atas setiap pribadi muslim yang berpengaruh dalam kehidupan bermas-
yarakat, antara lain:
a. Memulai ucapan ”salam” bila berjumpa;
b. Memberi nasihat, apabila diminta baik tentang urusan duniawi
maupun ukhrowi;
c. Memenuhi undangan baik secara individu maupun jama’ah
d. Saling mendoakan apabila bersin;
f. Mengunjungi saudaranya apabila sakit; dan
g. Mengurusi dan mengantarkan jenazah saudaranya.
Perawat selalu berada di samping pasien dalam berbagai kondisi, Saat
dimana pasien dalam keadaan pasien sedih atau gembira, saat kelahiran bayi,
kondisi kritis atau bahkan saat kematian seorang pasien. Oleh karena itu per-
awat syariah harus memiliki kompetensi melakukan perawatan jenazah (pem-
ulasaraan Jenazah) sesuai dengan syariah Islam.

Berikut ini kami sajikan uraian mengenai fikih tajhiz al janazah (pengu-


rusan jenazah) yang dilakukan perawat saat pasien meninggal dunia.

Pemulasaraan jenazah ketika baru meninggal di


ruang perawatan
1. Dianjurkan memejamkan mata orang yang baru meninggal dunia
Hadits dari Ummu Salamah Hindun bintu Abi Umayyah radhialla-
hu’anha, ia mengatakan:

َ‫َعلَى أَِب َسلَ َمة‬ ‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫الل‬ ُ ‫ت َد َخ َل َر ُس‬ ْ َ‫قَا ل‬
َ َ‫ض تَبِ َعهُ ا لْب‬
‫صُر‬ َ ِ‫قُب‬ ِ
‫وح إ َذ ا‬ ِ
ُّ ‫ال إ َّن‬ َ ‫ص ُرهُ فَأَ ْغ َم‬
َ ‫الر‬ َ َ‫ضهُ ُثَّ ق‬ َ َ‫َوقَ ْد َش َّق ب‬
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi Abu Salamah yang telah
meninggal, ketika itu kedua matanya terbuka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa
salam pun memejamkan kedua mata Abu Salamah dan bersabda: “Sesungguhnya
bila ruh telah dicabut, maka pandangan matanya mengikutinya” (HR. Muslim No.
1528).

34 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


2. Mendo’akan kebaikan kepada Jenazah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah memejamkan mata Abu
Salamah, beliau berdo’a:
ِ ِ ِ
‫اخلُ ْفهُ ِف‬
ْ ‫ني َو‬ َ ِّ‫الِلَّ ُهِ َّم ا ْغف ْر لَِب َسلَ َمِةَ َو ْارفَ ْع َد َر َجتَهُ ِف ا لْ َم ِْهد ي‬
‫ني َوا فْ َس ْح لَهُ ِف‬ َ ‫بِ ا لْ َعا لَم‬َّ ‫ين َوا ْغف ْر لَنَا َولَهُ َي َر‬ َ ‫َعقبِه ِف ا لْغَا بِ ِر‬
‫قـَِْبِه َونـَِّوْر لَهُ فِيه‬
“Ya Allah ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya dan jadikan ia termasuk
orang-orang yang mendapatkan petunjuk, dan berilah ganti yang lebih baik bagi
anak keturunannya, dan ampunilah kami dan dia wahai Rabb semesta alam,
luaskanlah kuburnya dan terangilah” (HR. Muslim No. 1528).

Atau boleh juga doa-doa lainnya yang berisi kebaikan untuk Jenazah.
3. Mengikat dagunya agar tidak terbuka
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah mengatakan:

‫و شد حلييه] و ذلك خمافة أن يبقى فمه مفتوحا حالة غسله و حالة‬


]‫جتهيزه فيشد حىت ينطبق فمه مع أسنانه‬
“Ketika Jenazah meninggal [ditutup mulutnya] yaitu karena dikhawatirkan mulutnya
terbuka ketika dimandikan dan ketika dipersiapkan. Sehingga hendaknya ditutup
sampai bersatu antara gigi dan mulutnya” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil
Mukhtasharat, 1/424).

Adapun tata caranya longgar, biasanya dengan menggu-


nakan kain yang lebar dan panjang diikat melingkar dari dagu
hinggake atas kepalanya, sehingga agar mulutnya tertahan dan
tidak bisa terbuka.
4. Melipat tangan kanan diatas tangan kiri seperti sholat
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Alfiqh ‘ala Mazahibil Ar-
ba’ah berikut;

‫مث يوضع امليت فوقها برفق مستلقيا على ظهره وجتعل يداه على صدره وميناه‬
‫على يسراه أو يرسالن يف جنبيه‬
MUKISI & PPNI 2019 | 35
“Kemudian jenazah diletakkan di atas kain kafan dan kedua tangannya diletakkan
di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri, atau kedua tangan tersebut
dibiarkan menjulur di kedua sisi lambungnya.”

5. Menutupnya dengan kain


Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, beliau mengatakan:

‫ف ُس ِّج َي ببـُْرٍد ِحبـََرٍة‬


َّ ‫ني تـُُو‬
ِ ‫رسول‬
ِ َ ‫هللا صلَّى هللاُ عليه وسلَّم ِح‬ َّ
َ ‫أن‬
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau wafat, beliau ditutup dengan
kain hibrah (sejenis kain Yaman yang bercorak)” (HR. Bukhari no. 5814, Muslim no.
942).

6. Dianjurkan bersegera mempersiapkan Jenazah untuk dikubur


Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, bahwasanya Rasulullah  Shallalla-
hu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ك ِس َوى‬ ِ
ُ َ‫ وإن ي‬، ‫ك صاحلةً فخريٌ تـَُق ّد ُمونـََها‬ُ َ‫ فإن ت‬، ‫َس ِرعُواْ ابجلنازِة‬
ْ‫أ‬
‫فشٌّر تضعونَهُ عن رقابكم‬ َ ، ‫ذلك‬َ
“Percepatlah pengurusan jenazah. Jika ia orang yang shalih di antara kalian, maka
akan jadi kebaikan baginya jika kalian percepat. Jika ia orang yang bukan demikian,
maka keburukan lebih cepat hilang dari pundak-pundak kalian” (HR. Bukhari no.
1315, Muslim no. 944).

D. TATAKELOLA KEPERAWATAN SYARIAH


1. Rekrutmen perawat syariah
Keperawatan syariah merupakan bentuk dari amal perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan sesuai syariah. Untuk itu ada
10 karakter dasar penting yang harus dimiliki oleh perawat, yai-
tu : salimul aqidah, shahihul ibadah, matinulkhuluq, mutsafakul
fikr, quwatul jism, kadirun ala qasbi, munazamun fi syu’unihi, mu-
jahadatun li nafsihi, haritsun al waqtihi, dan nafiun lighairihi. 10
karakter ini menjadi dasar perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan syariah. 10 karakter ini harus terintegrasi secara kes-
eluruhan pada diri seorang perawat syariah sehingga bisa menjad-
ikan uswah (contoh) bagi pasien, keluarga, dan masyarakat. Oleh
karena itu untuk rekrutmen perawat syariah diperlukan prasyarat
dalam memenuhi 10 karakter dasar perawat syariah bersamaan
dengan bukti Surat Tanda Registrasi (STR) dan Ijazah yang diakui.

36 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Penilaian berbasis syariah
- Hanya untuk calon karyawan beragama Islam
- Wawasan Aqidah
- Praktek Fiqih Pasien
Contoh: Thaharah dan Salat bagi pasien
- Berakhlakul Karimah
Contoh: penampilan, hijab, sopan santun,

2. Orientasi perawat Syariah


Orientasi perawat syariah saat seorang perawat diterima di pe-
layanan RS syariah. Perawat yang diterima telah tersertifikasi per-
awat syariah, mengikuti orientasi yang diberikan dalam rangka
mengenalkan pelayanan keperawetan syariah di RS tersebut. Apa-
bila seorang perawat diterima tetapi belum tersertfikasi perawat
syariah, maka selama masa orientasi dilakukan pelatihan perawat
syariah. Setelah selesai dan dinyatakan lulus sertfikasi perawat sya-
riah, lalu diorientasikan dengan pelayanan keperawatan syariah di
RS tersebut.
- Orientasi Umum:
- Orientasi Khusus: fikih pasien, pelayanan sesuai gender, pemakaian
hijab pasien, reminding salat.

3. Pendoman jenjang karir keperawatan syariah


Jenjang karir perawat syariah tidak terlepas dari ketentuan dalam
PMK NO 40 tahun 2017 tentang pengembangan jenjang karir pro-
fesional perawat klinis dengan spesifikasi:
a. Perawat Klinik syariah I (PKS I)
- Mempunyai sertifikat perawat syariah I
- Mampu melakukan asuhan keperawatan dengan ke-
mampuan syariah dasar (iman yang benar, ibadah yang
benar bagi pasien, menjaga aurat pasien, mendoakan
pasien)
- Mampu menjalankan asuhan keperawatan berdasarkan
analisis dan nasehat perawat syariah II.
- Kompetensi fiqih perawat syariah
b. Perawat Klinik syariah II (PKS II)
- Merupakan perawat yang berada diatas level perawat sya-
riah I dan mempuanyai kemampuan perawat syariah II.
- Mempunyai sertifikat Syariah II
- Mampu membuat rencana, implementasi, dan evaluasi
asuhan keperawatan syariah.
- Mampu mendelegasikan rencana asuhan keperawatan

MUKISI & PPNI 2019 | 37


kepada perawat syariah I
- Mampu mentalqin pasien yang sakaratul maut.
- Memandikan dan mengkafani jenazah
c. Perawat syariah III (PS III)
- Merupakan perawat yang berada diatas level perawat
syariah II dan mempuanyai kemampuan perawat syariah
I dan II.
- Mempusyai sertifikat Syariah III
- Mampu menjadi kepala ruangan
- Mampu membuat perencanaan pelayanan keperawatan
syariah di ruangan yang dipimpinnya.
- Mampu memberikan nasehat tentang pelayanan keper-
awatan syariah kepada pasien dan keluarga pasien
- Mampu menganalisis masalah spiritual pasien sesuai syariah
c. Perawat syariah IV (PS IV)
- Merupakan perawat yang berada diatas level perawat
syariah III dan mempuanyai kemampuan perawat syari-
ah III.
- Mampu memberikan bimbingan kepada calon perawat
syariah sebagai intruktur atau pembimbing.
- Mempusyai sertifikat Syariah IV
- Memiliki ilmu syariah lebih memadai
- Mampu menganalisis masalah spesifik spiritual pasien
dan keluarga secara syariah.
d. Perawat syariah V (PS V)
- Merupakan perawat yang berada diatas level perawat
syariah IV dan mempuanyai kemampuan perawat syari-
ah IV.
- Mempusyai sertifikat Syariah V
- Mampu melakukan penelitian tentang keperawatan sya-
riah
- Mampu membuat perencanaan pelayanan keperawatan
syariah semua ruangan yang ada di suatu rumah sakit.
- Mampu membimbing perawat syariah I, II, III, dan IV.
- Mampu menterjemahkan hasil rekomendasi atau masu-
kan ulama terkait pelayanan keperawatan syariah.

4. Penilaian kinerja keperawatan syariah


a. Kemampuan melaksanakan praktik sesuai nilai-nilai keislaman
berdasarkan 10 karakter dasar perawat syariah.
b. Kemampuan memberikan asuhan keperawatan syariah sesuai
level perawat syariah I, II, III,IV, dan V.

38 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


d. Implementasi Kompetensi Fiqih Keperawatan Syariah
d. Kemampuan dalam menambah ilmu pengetahuan syariah

E. PENAMPILAN & KOMUNIKASI PERAWAT SYARIAH


1. Penampilan perawat syariah
a. Menutup Aurat
Bagi perawat muslimah :
- Menggunakan seragam dinas yang menutup aurat
- Menggunakan hijab sampai menutupi dada
- Baju lengan panjang sampai pergelangan tangan
- Tidak menampakkan lekuk tubuh
- Tidak transparan
- Menggunakan make up sewajarnya
- Tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan
- Memakai kaos kaki
Bagi perawat Muslim
- Menutup Aurat dengan menggunakan celana panjang.
- Tidak menggunakan perhiasan yang melambangkan ag-
ama non Muslim
- Tidak tercium aroma tak sedap
- Pakaian bersih, wangi dan seragam
- Memakai kaos kaki
b. Senyum, salam dan sapa kepada rekan sejawat, keluarga pa-
sien dan pasien.
c. Selalu memberikan keteladanan, dapat membangun kerjasa-
ma ( Team Work dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan
lainnya.
d. Jujur, ikhlas, empati dan ramah kepada orang lain

2. Komunikasi islami
Komunikasi adalah proses menyampaikan sesuatu untuk mempen-
garuhi orang lain melalui lambang – lambang yang berarti.
Komunikasi Islami adalah sustu proses komunikasi yang berlandas-
kan akhlaqul karimah yaitu menyampaikan pesan secara jelas, per-
suasive, simpatik, meyakinkan dan selalu memberikan kesan yang
mendalam berdasarkan 7 metode komunikasi dalam Al Qur’an
a. Qaulan Layyina
Salah satu bentuk komunikasi dengan menekankan pada sen-
tuhan rasa/hati. Materi bicara di arahkan pada hati nurani yang
mendalam dan mencoba untuk menyentuh getaran hati lawan
bicara dengan pembicaraan yang lembut (QS. Thaha: 43 – 44)

MUKISI & PPNI 2019 | 39


b. Qaulan baligha
Adalah bentuk komunikasi yangmampu memberikan kesan
mendalam dan tepat pada sasarannya atau menciptakan tu-
juan. Teknik komunikasi ini dilakukan ketika berhadapan den-
gan orang yang hatinya mendua atau mereka yang dalam
keadaan bimbang (QS. An-Nisa : 63)
c. Qaulan Maysuro
Bentuk komunikasi yang memberikan dorongan, mengarah-
kan dan mengembangkan kualitas diri sehingga komunikasi
keluar dari kesulitan dan terdorong untuk mengaktualisasikan
dirinya secara optimal (QS. Al_Isra : 28)
d. Qoulan kariimaa
Adalah bentuk komunikasi dengan santun dan menunjukkan
sikap kepedulian yang sangat terhadap lawan bicara. (QS.
Al-Isra: 23)
e. Qaulan Sadiidaa
Adalah bentuk komunikasi dengan memberikan informasi
yang benar dan mantap, jujur, lurus tidak ber bohong (QS.
An-Nisa : 9)
f. Qaulan Ma’rufaa
Satu bentuk komunikasi dengan menekankan pada keluwe-
san bicara, tidak menyinggung perasaan orang lain yang tidak
baik terhadapnya. (QS. Al-Ahzab: 32)
g. Qaulan Tsaqiilaa:
Adalah bentuk komunikasi dengan menekankan pada pen-
guasaan SPO, hukum, peraturan dan perundang – undangan
yangberlaku sehingga komunikasi tidak dapat membantah
atau berargumentasi berdasarkan pemahamannya sendiri (
QS. Al-Muzaammil: 5)

40 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SYARIAH DI RUMAH SAKIT
SYARIAH
Perawat di Rumah Sakit Syariah dalam memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif –Bio-psiko-sosio-spiritual. Peran perawat di Rumah Sakit
syariah dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan
proses keperawatan meliputi tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan, in-
tervensi, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan secara lengkap me-
liputsi bio, psiko sosio spiritual, akan tetapi yang akan dibahas pada buku ini
tentang pemenuhan kebutuhan spiritual.

1. Pengkajian
Pengkajian spiritual dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip Puchal-
ski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999). Contoh pengkajian spiritu-
al adalah sebagai berikut:

F: Faith atau keyakinan. Perawat menanyakan keyakinan pasien. “Apakah


saudara adalah seorang yang religius?”“Apa yang saudara pikirkan ten-
tang keyakinan saudara dalam memaknai hidup?”
I : Importance dan influence. “Apakah keyakinan penting dalam kehidupan
saudara?”“Apa pengaruh keyakinan terhadap bagaimana sauda-
ra melakukan perawatan terhadap diri sendiri?”“Dapatkah keyakinan
saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?”

MUKISI & PPNI 2019 | 41


C : Community. “Apakah saudara tergabung dalam sebuah komunitas spiri-
tual atau religius?”“Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan
bagaimana?”“Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang
benar-benar saudara cintai atau penting bagi saudara?”
A : Action“Apa yang bisa saya bantu agar saudara bisa merasa lebih nya-
man?”
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
- Perasaan ketika seseorang gagal
- Perasaan tidak stabil
- Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri
- Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam ke-
hidupan
- Perasaan hampa
- Setelah pengumpulan data, selanjutnya adalah mengidentifikasi
permasalahan dan juga penyebabnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini merupakan diagnosa keperawatan terkait kebutuhan spriritu-
al (SDKI Edisi 1)
a. Berduka ( D0081)
b. Distres Spiritual ( D0082)
c. Risiko Distress Spiritual ( D0100)
3. Intervensi keperawatan
Berikut ini merupakan intervensi keperawatan terkait diagnosa keper-
awatan
a. Berduka (D0081)
Definisi
Respon psikologis yang ditunjukan oleh klien akibat kehilangan
(orang) onjek fungsi , status, bagian tubuh atau hubungan.
Faktor yang berhubungan
m Kematian orang atau keluarga yang berarti
m Antisipasi kematian orang atau keluarga yang berarti
m Kehilangan ( obyek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)
m Antisipasi kehilangan (obyek, pekerjaan, fungsi, status, bagian
tubuh, hubungan sosial)

42 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Batasan Karakteristik
Tanda dan Gejala Mayor
Subyektif
m Merasa sedih
m Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
m Tidak menerima kehilangan
m Merasa tidak ada harapan

Obyektif
m Menangis
m Pola tidur berubah
m Tidak berkonsentrasi
m Tanda dan Gejala Minor
Subyektif
m Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
m Merasa tidak berguna
m Fobia
Obyektif
m Marah
m Tampak panik
m Fungsi imunitas terganggu
Intervensi keperawatan
Observasi
m Identifikasi kehilangan yang di hadapi
m Identifikasi proses berduka yang di alami
m Identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang atau yang
meninggal
m Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
Terapeutik
m Tunjukan sikap menerima dan empati
m Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
m Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang
terdekat
m Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama
dan norma sosial, fasilitas mengekspresikan perasaan dengan
cara yang nyaman (misal membaca buku, menulis, menggam-
bar atau bermain)
m Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
m Edukasi
m Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap menging-
kari, marah, tawar , sepresi dan menerima adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan

MUKISI & PPNI 2019 | 43


m Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
m Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
m Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap

b. Diagnosa Keperawatan: Distres spiritual


Definisi
Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan mera-
sakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri,
orang lain, lingkungan atau tuhan.
Penyebab
m Menjelang ajal
m Kondisi peyakit kronis
m Kematian orang orang terdekat
m Perubahan pola hidup
m Pengasingan diri
m Pengasingan diri
m Pengasingan sosial
m Gangguan sosial kultural
m Peningkatan ketergantungan pada orang lain
m Kejadian hidup yang tidak diharapkan.
Gejala dan tanda mayor
Subyektif
m Mempertanyakan makna / tujuan hidupnya
m Menyatakan hidupnya terasa tidak/ kurang bermakna
m Merasa menderita / tidak berdaya
Obyektif
m Tidak mampu beribadah
m Marah pada tuhan
Gejala dan tanda minor
Subyektif
m Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
m Mengeluh tidak dapat menerima ( kurang pasrah )
m Merasa bersalah
m Merasa terasing
m Menyatakan telah diabaikan
Obyektif
m Menolak berinteraksi dengan orang terdekat atau pemimpin
spiritual
m Tidak mau beraktifitas
m Koping tidak efektif
m Tidak berminat pada alam dan literature spiritual

44 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Intervensi Keperawatan (SIKI Edisi 1 cetakan II )
1)    Dukungan spiritual (I.09276 )
a. Observasi
m Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakber-
dayaan
m Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritu-
al dan kesehatan
m Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
m Identifikasi ketaatan dalam beragama
b. Terapeutik
m Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang
penyakit dan kematian
m Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan
marah secara tepat
m Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiri-
tual
m Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup
jika perlu fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
m Bimbing pasien sholat
c. Edukasi
m Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/
orang lain
m Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
m Ajarkan metode relaksasi , meditasi, dan imajinasi ter-
bimbing
m Anjurkan pasien selalu banyak beristighfar dan berzikir
d. Kolaborasi
m Atur kunjungan dengan rohaniawan

c Diagnosa keperawatan : Risiko distress spiritual


(D.0100 )
Definisi
Berisiko mengalami gangguan keyakinan atau sistem nilai pada indivi-
du atau kelompok berupa kekuatan, harapan dan makna hidup. Faktor
risiko
m Perubahan hidup
m Perubahan lingkungan
m Bencana alam
m Sakit kronis
m Sakit fisik

MUKISI & PPNI 2019 | 45


m Penyalahgunaan zat
m Kecemasan
m Perubahan dalam ritual agama
m Perubahan dalam praktik spiritual
m Konflik spiritual
m Depresi
m Ketidakmampuan memaafkan
m Kehilangan
m Harga diri rendah
m Hubungan buruk
m Konflik rasial
m Berpisah dengan sistem pendukung
m Stres
Intervensi
m Dukungan perkembangan spiritual
m Observasi
m Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
m Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan
kesehatan
m Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
m Identifikasi ketaatan dalam beragama
Terapeutik
m Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit
dan kematian
m Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah se-
cara tepat
m Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
m Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup jika perlu
fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
m Bimbing pasien sholat
Edukasi
m Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/ orang lain
m Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
m Ajarkan metode relakasasi , meditasi, dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
m Atur kunjungan dengan rohaniawan
m Dukungan emosional
Observasi
m Identifikasi fungsi marah frustasi dan amuk bagi pasien
m Identifikasi hal yang telah memicu emosi
Terapeutik
m Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas marah atau sedih

46 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


m Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
m Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas jika
perlu
Edukasi
m Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
m Anjurkan mengungkapkan perasaan yang di alami
m Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya
dan pola respon yang biasa di gunakan
m Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat (tawakal)
Kolaborasi
m Rujuk konseling kerohaniawan
m Dukungan keyakinan
Observasi
m Identifikasi keyakinan, masalah, dan tujuan perawatan
m Identifikasi kesembuhan jangka panjang sesuai kondisi pasien
m Monitor kesehatan fisik dan mental pasien
Terapeutik
m Berikan harapan yang realistis sesuai prognosis
m Fasilitasi pertemuan antara keluarga dan tim kesehatan untuk
membuat kesehatan
Edukasi
m Jelaskan bahaya atau risiko yang terjadi akibat keyakinan negative

Dukungan pelaksanaan ibadah


Observasi
m Identifikasi kebutuhan pelaksanaan ibadah sesuai agama yang
dianut
Terapeutik
m Sediakan sarana aman dan nyaman untuk pelaksanaan ibadah (
tempat wudhu, perlengkapan sholat, arah kiblat)
m Bimbing pasien sholat
m Fasilitasi konsultasi medis dan tokoh agama terhadap prosedur
khusus ( donor darah, tranfusi)
m Fasilitasi penggunaan ibadah sebagai sumber koping
m Fasilitasi pemenuhan ritual pada situasi khusus ( mengadzankan
bayi, talqin, menghadap kiblat)
m Fasilitasi penuntunan ibadah oleh keluarga atau rohaniawan
Kolaborasi
m Konsultasi medis terkait pelaksanaan ibadah yang memerlukan per-
hatian khusus misal puasa, posisi ibadah, thaharah yang mempen-
garuhi kondisi medis pasien

MUKISI & PPNI 2019 | 47


Dukungan proses berduka
Observasi
m Identifikasi kehilangan yang di hadapi
m Identifikasi proses berduka yang di alami
m Identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang atau yang
meninggal
m Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
Terapeutik
m Tunjukan sikap menerima dan empati
m Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
m Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang ter-
dekat
m Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan
norma sosial, fasilitas mengekspresikan perasaan dengan cara yang
nyaman ( misal membaca buku, menulis, menggambar atau
bermain )
m Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
Edukasi
m Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari,
marah, tawar , sepresi dan menerima adalah wajar dalam mengha-
dapi kehilangan
m Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
m Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
m Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap

Manajemen nyeri
Observasi
m Identifikasi lokasi karakteritis, durasi, frekuensi, kualitas intensitas
nyeri
m Identifikasi skala nyeri
m Identifikasi respon nyeri non ferbal
m Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
m Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
m Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
m Monitor keberhasilan therapy komplementer yang sudah diberikan
m Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
m Berikan tehnik non farmakologi ( membaca istighfar, dzikir dan doa
mengatasi rasa nyeri ) untuk mengurangi rasa nyeri
m Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
m Fasilitasi istirahat dan tidur

48 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


Edukasi
m Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
m Jelaskan strategi meredakan nyeri
m Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
m Anjurkan menggunakan anlagetik secara tepat
m Ajarkan tehnik non farmakologi ( membaca istighfar, dzikir dan doa
mengatasi rasa nyeri ) untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
m Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
m Promosi dukungan spiritual
m Perawatan pasien terminal
Observasi
m Identifikasi kondisi umum
Terapeutik
m Berikan kesempatan mengekpresikan perasaan
m Berikan kesempatan memenuhi kebutuhan
m Berikan dukungan emosional kepada keluarga dan orang terdekat
m Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar ( cairan, nutrisi, kebersihan
diri, kenyamanan)
m Fasilitasi pengungkapan pesan/ wasiat
m Fasilitasi keluarga menerima kehilangan pasien
m Putar rekaman kalimat talqin dan dekatkan ke telinga pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Edukasi
m Ajarkan keluarga tentang proses berduka dan penangananya
m Anjurkan keluarga selalu mendampingi pasien
m Anjurkan keluarga agar selalu membisikan kalimat talqin ke ketelin-
ga pasien yang mengalami penurunan kesadaran
Kolaborasi
m Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
m Kolaborasi dengan rohaniawan untuk pemenuhan kebutuhan reli-
gious spiritual

Terapi murottal
Observasi
m Identifikasi aspek yang akan di fokuskan pada therapy ( misal
stimulasi, relaksasi, konsentrasi dalam pengurangan nyeri)
m Identifikasi jenis therapy yang digunakan berdsarkan keadaan dan
kemampuan pasien ( mendengarkan/ membaca Alqur’an)
m Identifikasi media yang di pergunakan
m Identifikasi lama dan durasi pemberian sesuai kondisi pasien
m Monitor perubahan yang di fokuskan

MUKISI & PPNI 2019 | 49


Terapeutik
m Posisikan dalam posisi dan lingkungan yang nyaman
m Batasi rangsangan eksternal selama therapy dilakukan
m Yakinkan volume yang digunakan sesuai dengan keinginan pasien
m Putar rekaman Al quran yang telah di tetapkan
m Damping selama membaca Alqur’an jika perlu
m Putar rekaman kalimat talqin dan dekatkan pada telinga pasien
yang mengalami penurunan kesadaran
Edukasi
m Jelaskan tujuan dan manfaat therapy

50 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH


DAFTAR PUSTAKA
Al qur’an
Hadits hahih Bukhari dan Muslim
Ahmad Hatta. (2009). AlQur’an terjemah perkata.Jakarta: Pustaka Magfirah.
Abdurrahman al-Jibrin, Abdullah. (2012). Meneladani Shalat & Wudhu’ Nabi. Pustaka
Ibnu Umar
Ackley, B.J Ladwig, G.B;&Makic,M.B.F ( 2017 ) Nursing Diagnosisi Hand Book, an env-
idence-based guide to planning care ( 11 th ed) St. Louis.Elservier
Ah. Yusuf, et al. (2017). Kebutuhan Spiritual: Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Bermen, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Koizer & Erb’s Fundamentals of Nursing
(10th ed). USA: Pearson Education.
Bowker, G.C., S & Spasser, M (2001). Classifiying Nursing Work. OJIN:Online Journal
of Issue in Nursing, 6(2)
Bulechek et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC).Philadelphia:Elsevier.
https://islam.alfannas.com/shalawat/shalawat-qulub-syifa-arab-latin-dan-artinya/
https://www.ayat-kursi.com/2017/01/arti-dan-kedahsyatan-hasbunallah-wa.html  
Delaune & Ladner (2011). Fundamnetal Of Nursing, Standar and Practices (4th ed),
USA: Delmar, Cengage Learning
Lovering, S. (2014). Caring as an act of spirituality: a nursing approach. Cultural Com-
petence in Caring for Muslim Patients. Basingstoke: Palgrave Macmillan.
Jais Kamus. (2013). Ibadah Pesakit. Disampaikan pada Training of Trainer Fasilitator

MUKISI & PPNI 2019 | 51


Mesra Ibadah Jabatan Agama Islam Selangor, Malaysia.
Hassan, J., Hassan, A., & King, M. L. (2012). Nursing image in Qatar: Past, present and
future.
Moorhead et al. (2013) Nursing Outcome Classification (NOC).Philadelphia:Elsevier.
Muhammad Nuruddin. (2011). Fiqih Darah Perempuan. Solo:Intermedia
NANDA-I (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, ed.10.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sri handayani (2016) https://republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/02/12/
o2f1s521-rufaidah-binti-saad-alanshari-pelopor-perawatan-para-mujahid.
Sudalhar. (2010). Keperawatan Islami. Tuban: CV. Duta Ilmu Indonesia.
Sutoto, dkk (2009). Buku Pelayanan Islami Rumah Sakit Haji Jakarta. RS Haji Jakarta.
Well, E., First, F., Dignity, P., it Out, W., & Training, C. B. (2006) Voices-A great mus-
lim nurse set the standard for nightingale and seacole, writes Elizabeth Anion-
wu. Nursing Standard, 20(38).
Thomas-Gregory, A. (2016). 1 THE CONTEXT OF LEADERSHIP IN PRACTICE. The Essen-
tials of Nursing Leadership, 17.

52 | BUKU PEDOMAN STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SYARIAH

Anda mungkin juga menyukai