Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOKELETAL PADA KASUS TUMOR MANDIBULA

DISUSUN OLEH :

ELVIRA WULANDARI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN “YARSI MATARAM”

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
LEMBAR KONSUL

No Hari/taggal Materi Konsultasi Paraf


Pembimbing

ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini digunakan untukmemenuhi syarat penugasan ilmu penyakit


dan Penunjang Diagnostik, dengan gangguan pencernaan pada kasus “Hernia
inguinalis”.

Laporan ini disusun oleh:

Nama : Elvira wulandari

Kelas :XIB keperawatan

No.Absen :07(kosong tujuh)

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Lahan Guru Pembimbing Pendidikan

(Emilia Astuti S.Kep.Ners) (Zuhdi S.Kep.Ners CCH.CW.CHT)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas khadirat Allah swt Yang Maha Esa,karena degan rahmat
dan karunia-Nya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan pendahuluan
dengan gangguan pencernaan pada kasus “Hernia inguinalis” ini. Tujuan dari
penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menuntaskan
penugasan dan penilaian tengah semester dua.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada guru


pembimbing atas bimbingan dan arahanya. Oleh karena itu, saya selaku penyusun
laporan sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca.

Mataram, April 2022

Penyusun

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................................iv

DAFTAR ISI....................................................................................................................v

BAB.I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Tujuan.........................................................................................................................3

1.2.1 Tujuan umum............................................................................................................3


.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

1.2.2 Tujuan khusus...........................................................................................................3

1.3 Manfaat......................................................................................................................3

1.3.1 Bagi profesi kesehatan..............................................................................................3

1.3.2 Bagi pendidikan........................................................................................................3

1.3.3 Bagi mahasiswa.......................................................................................................3

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................5

2.1 Definisi........................................................................................................................5

2.2 Anatomi fisiologi........................................................................................................5

2.3 Etiologi........................................................................................................................8

2.4 Klasifikasi...................................................................................................................9

2.5 Patofisiologi................................................................................................................9

2.6 Manifestasi Klinis ...................................................................................................10

2.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................11

2.8 Penatalaksanaan .....................................................................................................11

2.9 Komplikasi...............................................................................................................12

vi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................13

3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................................13

3.2 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................................14

3.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................................15

BAB IV PENUTUP........................................................................................................18

4.1 Kesimpilan................................................................................................................18

4.2 Saran.........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................2

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor adalah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak
terkoordinasi, dengan jaringan normal, tumbuh terus menerus meskipun
rangsang yang menimbulkan telah hilang. Tumor berdasarkan sifat terbagi
menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor juga dapat terjadi pada rongga
mulut, dimana dapat menyerang lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang
rahang, kelenjar ludah dan kelenjar getah bening, (Syafriadi, 2008) Tumor
ganas rongga mulut merupakan suatu masalah yang serius di berbagai Negara
bukan hanya dapat menyebabkan kerusakan tetapi juga dapat menyebabkan
kematian.
Tumor ganas rongga mulut merupakan 2% dari semua kasus keganasan
yang mengenai manusia. Merupakan urutan keenam terbanyak dari seluruh
tumor ganas yang dilaporkan di dunia, ( Syafriadi, 2008). Di Amerika satu
orang meninggal dalam satu jam, hal ini akibat tumor ganas rongga mulut
yang mudah menyebar. Prevalensi kejadian kanker rongga mulut di Amerika
Serikat adalah 2-4% dari semua kanker. Sekitar 28.000 kasus kanker rongga
mulut baru dideteksi pada tahun 2007. Kanker rongga mulut adalah kanker
kedelapan yang paling sering terjadi pada pria kulit putih dan kanker keenam
yang paling sering terjadi pada pria kulit hitam. Menurut penelitian di amerika
serikat pada tahun 2001 sekitar 7.900 kematian terjadi yang diakibatkan oleh
tumor ganas rongga mulut dengan lebih dari 90% adalah squamous sel
karsinoma.
Di Indonesia kasus tumor ganas rongga mulut berkisar 3 – 4% dari
seluruh kasus keganasan yang terjadi dengan etiologi tumor yang sangat
beragam. Angka kematiannya yaitu 2-3% dari seluruh kematian akibat
keganasan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional tumor/kanker rongga mulut di Indonesia tahun 2007
adalah 0,4%. Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi penyakit

1
tumor/kanker diatas prevalensi nasional yaitu Sumatera Barat, DKI
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, Banten, Bali, Sulawesi
Utara, dan Sulawesi Selatan. Prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. 2 Menurut Reichart dkk
( 1995), amleoblastoma secara hispatologis bersifat jinak berasal dari epitel
ondotogenik yang terlibat dalam proses pembentukan gigi. Tumbuh lambat
dab berpotensi agresif terlihat dari mekanisme ekspansi kedalam tulang rahang
dan dapat melewati lapisan terkeras dari struktur tulang/korteks sampai
menginfiltrasi jaringan lunak sekitarnya sehingga berhubungan dengan
tingginya tingkat rekurensi terutama pada ameloblastoma solid/multikistik.
OPG (osteoprotogerin) merupakan protein yang mengatur
osteoklastogenesis dimana kedua agen diklasifikasikan ke dalam superfamili
TNF. RANK bekerja dengan cara mengikat reseptor pada permukaan
preosteoklas (RANK) merangsang diferensiasi dan aktivitas menjadi osteoklas
matang sehingga mengakibatkan terjadinya reseptor lainnya dari RANKL
berfungsi menghambat osteoklastogenesis dengan cara berikatan dengan
RANKL sehingga tidak terjadi pematangan sel osteoklas dari preosteoklas
melainkan menyebabkan apoptosis atau kematian sel preosteoklas yang
terprogram. Peran RANKL dalam resorpsi tulang yang disebabkan oleh
ameloblastoma, secara esensial dalam menginduksi asteoklastogenesis oleh
sel-sel ameloblastoma, dan OPG berperan sebaliknya. Mereka menduga
adanya korelasi antara perbedaan ekspresi RANKL dengan tipe histology dan
sifat biologis ameloblastoma, namun secara khusus belum dapat menjelaskan
apakah terdapat korelasi antara persentasi RANKL dan OPG dengan sifat
invasive maupun ekspansi dari ameloblastoma. Perawat merupakan agen
penting dalam merawat pasien penyakit tumor mandibula, penanganan yang
diberikan kepada pasien tumor mandibula yaitu sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, pendidikan, pemberi asuhan keperawatan, pembaharuan,
pengorganisasian pelayanan kesehatan yang khususnya adalah sebagai
pemberi asuhan keperawatan untuk pemulihan pasien. Berdasarkan latar
belakang ini, penulis tertarik untuk membuat studi kasus dengan judul “

2
Asuhan Keperawatan pada Ny. S.J. dengan Tumor Mandibula di Ruang
Cempaka RSUD Prof Dr. w.z. Johannes Kupang.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah mengetahui tentang pemenuhan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Mansibula di Ruang
Muzdalifah.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Siswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan


diagnosa Tumor Mandibula.
b. siswa dapat menengakan Diagnosa Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Tumor Mandibula.
c. siswa dapat membuat Perencanaan Keperawatan pada pasein
dengan diagnosa Tumor Mandibula.
d. siswa dapat melaksanakan Implementasi Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa Tumor Mandibula.
e. siswa dapat melakukan Evaluasi Keperawatan dengan diagnosa
Tumor Mandibula.
1.3 Manfaat
Studi kasus diharapakan dapat memberikan manfaat bagi
1. Mahasiswa Meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman praktik bagi
mahasiswa khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Tumor Mandibula, berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang
diberikan secara sistematis dan terorganisir.
2. Institusi pendidikan Diharapkan dalam studi kasus ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa jurusan Keperawatan
3. Rumah Sakit Sebagai masukan bagi para perawat dalam meningkatkan
mutu pelayanan pada pasien yang mengalami Tumor Mandibula
menggunakan proses keperawatan dengan melibatkan pasien dan keluarga
sehingga dapat dicapai secara maksimal dan memperoleh kepuasan dan
kesembuhan pasien

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil


proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa
medisnya, tumor dikenal sebagai noeplasia. Neo berarti baru, plasia berarti
pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang
baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel disekitarnya yang normal.
Neoplasia mandibula adalah suatu kondisi medis yang jarang terjadi ditandai
dengan pertumbuhan sel yang abnormal pada sendi temperomandibular
(TMJ). TMJ menghubungkan maksila, yang merupakan tulang rahang bagian
atas dengan tulang rahang bagian bawah yang dikenal sebagai mandibula.
Tumor mandibula adalah tumor jinak ondotogenik pada mandibula yang
berasal dari epithelium yang terlibat dalam proses pertumbuhan gigi hingga
menimbulkan deformitas wajah dan bersifat idiopatik. (Mansjoer, 2001).

2.2 Anatomi fisiologi

Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang
paling besar dan kuat. Mandipula ini juga merupakan satu-satunya tulang
pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula bisa ditekan dan diangkat
pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke
belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya
sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah.

Dalam hal ini pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan
tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan
kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah
korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok
ke muka serta memiliki dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung
posterior korpus.

4
A.Bagian Mandibula Tampak Depan

1. condylaris

Proc. condylaris memiliki bentuk cembung dari belakang dan dari sisi ke
sisi, serta lebih meluas pada bagian posterior dibandingkan pada
permukaan anterior. Dari ujung lateral kondilus terdapat tuberkulum kecil
untuk perlekatan ligamen temporomandibula. Proc. condylaris bersendi
dengan os temporale pada articulatio temporomandibularis (TMJ).

2. Ramus mandibulae

Ramus mandibula pada permukaan lateralnya datar dan ditandai oleh


tonjolan miring pada bagian bawah, memberi perlekatan pada hampir
seluruh messeter3. Pada permukaan medial terdapat foramen mandibula
untuk pusat pembuluh dan saraf alveolar inferior. Batasnya tidak teratur
dan diatasnya terletak tulang tajam, lingula mandibula yang berikatan pada
sphenomandibular, pada bagian bawah dan belakang terdapat alur
mylohyoid yang berjalan ke bawah dan tempat dari perkumpulan
pembuluh dan saraf mylohyoid.

Kanalis mandibula membentang miring ke bawah dan ke depan dalam


ramus. Kanalis berisi pembuluh dan saraf alveolar inferior, dimana
cabangnya didistribusikan ke gigi. Batas bawah ramus tebal, lurus, dan
berlanjut dengan batas posterior sudut mandibula. Batas posterior tebal,
halus, bulat, dan ditutupi oleh kelenjar parotis

Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :

5
1. Permukaan eksternus (lateralis)

Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang
berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan
insersio dari muskulus masseter.

2. Permukaan internus (medialis)

Pada permukaan ini terletak foramen mandibulae yang merupakan awal


dari kanalis mandibularis dan dilalui oleh oleh vena inferior alveolar,
saraf inferior alveolar dan arteri inferior alveolar.

3. Linea oblique externa

Dari ujung processus coronoideus, ujung anterior ramus akan menuju ke


arah corpus tulang dan bergabung dengan linea oblique externa pada
permukaan luar korpus. Linea ini menjadi makin samar dengan makin ke
bawahnya permukaan tersebut ke arah foramen mentale. Linea ini
memisahkan prosessus alveolaris di bagian atas dengan elemen basal dari
tulang di bagian bawah.

4. Juga alveolaris

Susunan gigi di mandibula yang menyerupai busur, berjumlah 16, dan


memiliki variasi kedalamannya sesui dengan jenis giginya.

5. Coronoideus

Proc. coronoideus pada permukaan lateralnya datar dan ditandai oleh


tonjolan miring pada bagian bawah, tempat perlekatan pada hampir
seluruh m. masseter. Pada permukaan medial terdapat foramen mandibula
untuk pusat pembuluh dan saraf alveolar inferior, memiliki batas yang

6
tidak teratur, dan diatasnya terdapat tulang tajam. Selain itu, terdapat
lingula mandibula yang berikatan pada sphenomandibular.

6. Symphysis mandibulae

Symphysis mandibulae memiliki kerutan yang samar, yang merupakan


salah satu simphisis yang paling menonjol yang memisahkan basis
mandibula. Terdapat dua muskulus yang berorigo pada simphisis
mandibula yaitu m. geniohyoid dan m. genioglossus.

7. Foramen mentale

Foramen mentale merupakan lubang di bagian bukal mandibula biasanya


di daerah bawah dan diantara gigi premolar. Saraf aferen dari bibir bawah
dan gingiva labial melewati foramen ini, bersama-sama dengan pembuluh
darah dan menyatu dengan cabang insisif dari saraf alveolaris inferior
yang terletak di dalam tulang.

8. Basis mandibulae

Merupakan bagian dasar mandibula di sepanjang corpus mandibula.

9. Tuberculum mentale

Pada bagian garis median tepat di atas perlekatan mylohyoideus terdapat


dua tuberkulum kecil, tuberkulum mentale, yang akan bergabung untuk
membentuk sayap vertikal dari tulang. Daerah ini merupakan perlekatan
m. geniohyoideus dan genioglossus.

10. Protuberantia mentalis

Tonjolan tulang pada bagian terdepan dari basis mendibulae. Simfisis dari
permukaan luar mandibula dan membungkus suatu segitiga, tonjolan, yang
tertekan dipusat tapi dibesarkan di kedua sisi untuk membentuk
tuberkulum mental. Tulang ini berperan dalam pembentukan dagu
seseorang.

7
11. Corpus mandibulae

Corpus adalah bagian horizontal tulang mandibula. Di anterior


corpus kiri dan kanan bergabung pada median line membentuk tulang
berbentuk U dan berbentuk seperti tapal kuda. Corpus mandibulae.

12. Angulus mandibulae

Terletak di belakang dan di bawah foramen mandibulae, permukaan dalam


ramus biasanya kasar karena merupakan daerah insersi m. pterygoideus
medialis. Daerah inilah yang disebut dengan angulus mandibulae.

13. Pars alveolaris

Merupakan bagian dari mandibula yang berdekatan dengan gigi yang


berisi alveolus gigi.

2.3 Etiologi

Tumor ini dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari


pembentukan tumor ini masih bersifat idiopatik, akan tetapi tumor ini dapat
berasal dari :

1. Kelaian congenital
2. Kista ondotogenik
3. Genetic
4. Trauma
5. Rangsangan fisik berulang

Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah
pencabutan 5 gigi, pengangkatan kista, dan atau iritasi lokal dalam rongga
mulut. Tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak
dijumpai pada usia decade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi
prediksi pada golongan penderita kulit berwarna (Mansjoer, 2001)

8
2.4 Klasifikasi

Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional (N), dan


metastasis jauh (M). Stadium : I : TI No Mo II : T2 No Mo III : T3 No Mo, T2
NI Mo, T3 NI Mo IV : T4 No Mo, semua T N2 MI, semua T semua N dan M

2.5 Patofisiologi

Neoplasma mandibula banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun,


kebanyakan pada laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
makan, kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik
atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti
oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua
penyakit keganasan. Terutama neoplasma laryngeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat. Pita suara miskn akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi
metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstristik)
metastase lebih umu terjadi. Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar
kedua dan ketiga dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah
perlekatan dari musculus mylohyoid. Infeksi dari gigi dapat menyebar ke
ruang mandibula melalui beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir
myolohioid, posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang
mastikor. Terdapat demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah
mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin berfluktuasi dan muncul
pembengkakan. Bila pembengkakan semakin besar dapat mengakibatkan
terangkatnya lidah dan penyulitan dalam pernafasan dan penelanan di dalam
mulut. Proses infeksi juga menstimulasi penumpukan secret yang berlebihan
dalam saluran pernafasan. Sehingga pada tahap ini si penderita akan
mengalami gangguan dalam pemenuhan O2 dan asupan nutrisi.

9
Pathway

2.6 Manifestasi klinis

Keadaan lemah, lesu, malaise dan disertai demam. Pada pemeriksaan ekstra
oral didpatkan :
1. simetris wajah
2. Tanda rahang tidak jelas
3. fluktuasi positif
4. tepi rahang sering tidak teraba
5. terdapat benjolan di area rahang bawah Pada pemeriksaan intra oral
didapatkan : peridontitis akut mucobucal fold fluktasi negative.

2.7 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui


keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan
ditemukan

10
2. X-ray kepala yang menghasilkan satu dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang
3. MRI (Magnetic Resomance Imaging) yang menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk membuat gambar tig dimensi yang dapat
mengukapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga
menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses
4. Tumor marker (penanda tumor) 5. Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan
IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B 6. Untuk diagnosis
pasti ditegakkan dengan biopsy mandibula yaitu dengan melakukan
reseksi di area mandibula 7. Pengerokan dengan kuret daerah mandibula
yang mengalami metastase.

2.8 Penatalaksanaan

1. Radioterapi merupakan pengobatan utama.


2. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan
di leher yang tidak menghilang pada penyimpanan atau timbul kembali
setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu
diperiksa dengan radiologic dan serologik),pemberian tetrasiklin, faktor
transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus Vaksin
dan antivirus Pemberian ajuan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomyein,
dan 5- fluorouracil. Sedangkan kemoterapi paradiasi dengan epirubicin
dan cis- platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan
5- fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat
“radiosensitizer”.

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang biasa timbul setelah operasi diantaranya:

1. Perdarahan Dapat menyebabkan syok hipovolemik pada


pembedahan kepala leher. Hemostasis dengan melakukan ligasi
baik arteri maupun vena, jangan hanya dengan koagulasi listrik

11
saja. Perdarahan dapat terjadi pada daerah yang direseksi maupun
pada tempat yang direkonstruksi. Pasang redon drain.
2. Infeksi Diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan,
dengan pemasangan vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik
pembedahan yang baik juga memegang peranan dalam mengontrol
infeksi di samping penggunaan antibiotika.
3. Hematoma Akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan
dehisensi luka. Kontrol perdarahan yang baik dan pemasangan
drain akan mengurangi resiko terjadinya hematoma.
4. Fistula Lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama
patempat ujungujung reseksi mandibula.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas Pasien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, behasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit dan
diagnosa medik.
b. Riwayat Penyakit Sekarang kaji kronologi, faktor yang menyebabkan
terjadinya tumor mandibula, apakah sudah pernah berobat atau belum.
c. Riwayat penyakit dahulu kaji, apakah sebelumnya klien pernah memiliki
riwayat penyakit maupun riwayat di rawat di rumah sakit
d. Riwayat penyakit keluarga kaji apakah keluarga pernah menderita
penyakit seperti yang dialami pasien.
e. Riwayat psikososial spiritual
Kaji respon pasien tentang penyakit yang diderita, peran klien dalam
keluarga dan masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga maupun masyarakat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap.
g. Pola presepsi dan konsep diri
Dampak yan timbul pada klien post operasi tumor mandibula adalah
timbul ketahitan akan terjadinya infeksi pada luka post operasi.
h. Pola sensori dan kognitif pasien tidak mengalami gangguan.
i. Pola nilai dan keyakinan
Kaji apakah klien menjalankan kegiatan beribadah sesuai agamanya
dengan disiplin atau tidak. Kaji, keaktifan klien dalam mengikuti kegiatan
keagamaan di masyarakat.

13
3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, agen cedera fisik,
dan agen cedera kimiawi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial,
ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, dan kurang asupan makanan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh/sistem imun
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan neurologi dan
kemammpuan menelan
5. Gangguan pola tidur berhuungan dengan nyeri, lesi , pembengkakan dan
ekspansi rahang

3.3 Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan atau intervensi adalah tindakan keperawatan yang


akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan.

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Keriteria dan
Hasil
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Kaji jenis dan 1.berguna
berhubungan setelah tingkat riwayat dalam
dengan agen dilakukan nyeri, lokasi, keefktifan
cedera tindakan durasi, dan obat,dan
biologis,agen keperawatan intensitas untuk kemajuan
cedera fisik,dan selama 2 x 24 memberikan penyembuhan.
agen cedera jam informasi yang 2.mengetahui
kimiawi. diharapkan diperlukan keadaan umum
nyeri untuk pasien melalui

14
berkurang atau merencanakan tanda-tanda
dapat teratasi asuhan vital.
keperawatan 3.memberikan
2. Minta pasien kenyamanan
untuk pada pasien
menggunakan untuk
sebuah skala 1 mengurangi
sampai untuk nyeri yang di
menjelaskan rasakan
tingkat nyeri 4.membnatu
untuk mengurangi
memfasilitasi ketegangan
pengkajian yang akibat nyeri.
akurat tentang 5.memulihkan
tingakt nyeri leluatan tubuh.
pasien Membanyu
3. Atur periode mengurangi
istirahat tanoa stress pasien
terganggu dalamkeadan
tindakan ini sakit.
untuk
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan,
dan peningkatan
tingkat energy
yang penting
untuk
peningkatan
nyeri
4.Lakukan
teknik relaksasi,

15
relaksasi dan
sentuhan
terapeutik untuk
membantu
meringankan
nyeri yang
dirasakan
5. Berikan
analgetik sesuai
indikasi untuk
mengatasi nyeri
2. Ketidak Tujuan: setelah 1. Monitor 1.dapat
seimbangan dilakukan intake makanan mengetahui
nutrisi kurang tindakan setiap hari, status nutrisi
dari kebutuhan keperawatan apakah klien klien sehingga
tubuh selama 2 x 24 makan sesuai dapatmelakuk
berhubungan jam dengan an intervensi
dengan diharapkan kebutuhan yang tepat.
ketidakmampua nutrisi untuk 2.mengetahui
n mengabsorsi terpenuhi atau memberikan intake kalori
nutrienn,dan adekuat. informasi apabila terjadi
kurang asupan tentang status kekurangan.
makanan gizi klien 3.memberikan
2. Timbang lingkungan
berat badan dan yang nyaman
amati pada klien
penurunan berat untuk makan
badan untuk 4.untuk
memberikan meningkatkan
informasi asupan nutrisi
tentang status pasien.
gizi 5.mencegah

16
3. Kaji pucat, pendarahan
penyembuhan pada
luka yang esophagus
lambat untuk 6.mengetahui
menunjukan status nutrisi
keadaan gizi pasien
klien sangat sehingga dapat
buruk diberikan
4. Anjurkan dietyang tepat.
klien
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dengan
intake cairan
yang adekuat
5. Anjurkan
klien untuk
mengkonsumsi
makanan dalam
posrsi kecil tapi
sering
6. Ciptakan
suasana makan
yang
menyenangkan
misalnya makan
bersama
keluarga agar
lien merasa
berada di rumah
sendiri.
3. Resiko tinggi Tujuan: yang 1.Kaji kesehatan 1.agar

17
infeksi akan dicapai gigi dan mulut mengurangi
berhunungan yaitu setelah klien untuk terjadinya
dengan tidak dilakukan mengkaji kontaminasi
adekuatnya intervensi perkembangan terhadap
pertahanan keperawatan proses bakteri.
tubuh sistem selama 2 x 24 penyembuhan 2.agar
imun jam dan tanda-tanda meningkatkan
diharapkan infeksi energy dan
tidak terjadi 2. Kaji rongga daya tahan.
kerusakan mulut, amati 3.agar
membrane perubahan lingkungan
mukosa mulut. mukosa terhindar dari
membrane, adanya bakteri
amati perubahan yang membuat
rasa kecap, infeksi.
kekentalan 4.agar pasien
ludah untuk tidur dengan
masalah dengan nyenyak dan
kesehatan mulut cukup.
dapat
mempengaruhi
pemasukan
makanan dan
minuman
3. Instruksikan
perubahan diet
misalnya hindari
makan makanan
panas, pedas,
asam
4. Hindarkan
makanan yang

18
keras untuk
mencegah rasa
tidak nyaman
dan iritasi lanjut
pada membrane
mukosa
5. Berikan obat
sesuai indikasi,
analgetik,topical,
lidocain untuk
tindakan terapi
yang dapat
menangani
infeksi dalam
mulut.
4. Kerusakan Tujuan: 1.kaji dan 1.perbuhan
komunikasi 1.Menunjukan dokumentasi dalam isi
verbal komunikasi bahasa kognitif dan
berhubngan yang utama,kemampu bicara
dengan dibuktikan oleh an untuk merupakan
neorologi dan indicator berbicara/melak indicator dari
kemampuan gangguan ukan derajat
menelan sebagai komunikasi gangguan
berikut. dengan keluarga serebral
dan staf 2.melakukan
2.dorong pasien penilaian
untuk terhadap
berkomunikasi adanya
secara perlahan kerusakan
dan untuk sensor
mengulangi 3.melakukan
permintaan. penilaian

19
3.berikan terhadap
penguatan adanya
positif dengan kruskan
sering atas motoric
upaya pasien 4.bahsa isyarat
untuk dapat
berkomunikasi membantu
4.anjurkan untuk
ekspresi diri menyampaikan
dengan cara lain isi pesan yang
dengan dimaksd
menyampaikan 5. untuk
informasi mengidentifika
kepada kluarga si kekurangan
dan staf. atau
kebutuhan
terapi
5. Gangguan pola Tujuan: 1.pantau pola 1.mengetahui
tidur 1.pasien tidur pasien kesdaran dan
berhubungan memperlihatka 2.ajarkan pasien kondisitubuh
dengan nyeri, n tidur yang untuk dlam keadaan
lesi dibuktikan oleh menghindari norml atau
pembengkakan indicator(sebut makanan atau tidak
dan ekspansi kan 1-5: minuman yang 2.untuk
rahang gangguan saat akan tidur mengetahui
ekstrem,berat,r yang dapat kemudahan
ingan,atu tidak menganggu tidur dalam tidur
ada 3.hindari suara untuk
gangguan):jum keras dan mengetahui
lah Jm penggunaaan tingkat
tidur(sedikitny lampu saat tidur kegelisahan
a 5 jam per 24 malam,ciptakan 3.untuk

20
jam untuk lingkungan yang mengidentifika
orang tenang,damai si penyebab
dewasa)pola,ku dan actual dari
alitas,dan meminimalkan gangguan tidur
rutinitas tidur. gangguan 4.untuk
3.bantu pasien memantau
mengindentifika seberapa jauh
si faktor-faktor dapat bersikap
yang mungkin tenang dan
menyebabakan rilex
kurang tidur 5.untuk
4.anjurkan membantu
pasien untuk relaksasi saat
mandi dengan tidur.
air hangat di
sore hari
5.kolaborasi
pemberian pil
tidur.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah mahasiswa melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien tumor
mandibula dan merawat menggunakan metode pendekatan asuhan
keperawatan dilakukan secara sistematis dan terorganisir, dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa telah mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Ny.
S.J dengan diagnosa Tumor mandibula.
1. Hasil pengkajian pada pasien dengan tumor mandibula didapatkan
data pasien mengatakan nyeri pada luka di mandibula, kepala pusing,
dan pasien merasa malu dengan orang-orang sekitar, karena bau luka
yang menyengat.
2. Dari hasil pengkajian diagnosa yang dia temukan pada pasien dengan
tumor mandibula yaitu :
a. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,
b. harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh,
c. kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor
penyakit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, melakukan
pengkajian nyeri, ajarkan teknik relaksasi (napas dalam), kolaborasi
pemberian obat analgetik. Harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh, kaji aspek positif yang dimiliki pasien dan
memotivasi pasien. Kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan faktor penyakit, melakukan perawatan luka.
4. Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan tumor mandibula
yaitu untuk nyeri akut, melakukan pengkajian nyeri, ajarkan teknik
relaksasi, dan kolaborasi pemberian analgetik. Harga diri rendah
memotivasi pasien, dan kerusakan integritas jaringan yaitu
melakukan perawatan luka.

22
5. Dari hasil evaluasi didapatkan masalah keperawatan nyeri akut,
harga diri rendah, dan kerusakan integritas jaringan belum teratasi.
Sehingga tindakan akan tetap dilanjutkan karena pasien masih
dirawat.

4.2. Saran

1. Bagi perawat Perawat dapat melakukan pengkajian pada pasien


secara head to-toe dan selalu berfokus pada keluhan pasien saat
pengkajian (here and now).
2. Bagi rumah sakit Diharapkan rumah sakit dapat memberikana
pelayanan yang seoptimal mungkin serta mampu menyediakan
sarana/prasarana yang memadai dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien khususnya dengan diagnosa medik Tumor
Mandibula.
3. Bagi pasien dan keluarga Keluarga disarankan untuk tetap menjaga
kebersihan tangan saat merawat pasien dan menghindari kontak
langsung dengan luka pasien.

23
DAFTAR PUSTAKA

Doengers. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : ECG.

Hasdianah, Suprapto Imam Sentot. 2016. Patologi dan Patofisiologi Penyakit.


Nuha medika :Yogyakarta

Lestari IP. Prevalensi Tumor Jinak dan Tumor Ganas Rongga Mulut. Jurnal
Universitas Jember. Jawa Timur. 2011

Mansjoer,A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. NANDA NIC NOC. Media Action :
Yogyakarta

Perkeni. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Perkeni.

Reichart PA, Philisen HP, Sonner S. Ameloblastoma : Profile of 3677 cases. Eur J
Cancer B Oral Oncol 1995;31 B: 86-99

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).2007. Jakarta : Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Syafriadi M. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga


Mulut. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2008.

Wedho, Dkk. 2018. Pedoman Praktik Metodologi Keperawatan : Lima Bintang


Kupang

Wijaya Saferi Andra, Putri Mariza Yessie. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah. Nusa Medika : Yogyakarta

24
25

Anda mungkin juga menyukai