DISUSUN OLEH :
ELVIRA WULANDARI
i
LEMBAR KONSUL
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal :
Mengetahui
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas khadirat Allah swt Yang Maha Esa,karena degan rahmat
dan karunia-Nya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan pendahuluan
dengan gangguan pencernaan pada kasus “Hernia inguinalis” ini. Tujuan dari
penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menuntaskan
penugasan dan penilaian tengah semester dua.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................v
BAB.I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................................3
1.3 Manfaat......................................................................................................................3
2.1 Definisi........................................................................................................................5
2.3 Etiologi........................................................................................................................8
2.4 Klasifikasi...................................................................................................................9
2.5 Patofisiologi................................................................................................................9
2.9 Komplikasi...............................................................................................................12
vi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................13
BAB IV PENUTUP........................................................................................................18
4.1 Kesimpilan................................................................................................................18
4.2 Saran.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................2
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tumor/kanker diatas prevalensi nasional yaitu Sumatera Barat, DKI
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, Banten, Bali, Sulawesi
Utara, dan Sulawesi Selatan. Prevalensi tumor/kanker di Indonesia
menunjukan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013
menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. 2 Menurut Reichart dkk
( 1995), amleoblastoma secara hispatologis bersifat jinak berasal dari epitel
ondotogenik yang terlibat dalam proses pembentukan gigi. Tumbuh lambat
dab berpotensi agresif terlihat dari mekanisme ekspansi kedalam tulang rahang
dan dapat melewati lapisan terkeras dari struktur tulang/korteks sampai
menginfiltrasi jaringan lunak sekitarnya sehingga berhubungan dengan
tingginya tingkat rekurensi terutama pada ameloblastoma solid/multikistik.
OPG (osteoprotogerin) merupakan protein yang mengatur
osteoklastogenesis dimana kedua agen diklasifikasikan ke dalam superfamili
TNF. RANK bekerja dengan cara mengikat reseptor pada permukaan
preosteoklas (RANK) merangsang diferensiasi dan aktivitas menjadi osteoklas
matang sehingga mengakibatkan terjadinya reseptor lainnya dari RANKL
berfungsi menghambat osteoklastogenesis dengan cara berikatan dengan
RANKL sehingga tidak terjadi pematangan sel osteoklas dari preosteoklas
melainkan menyebabkan apoptosis atau kematian sel preosteoklas yang
terprogram. Peran RANKL dalam resorpsi tulang yang disebabkan oleh
ameloblastoma, secara esensial dalam menginduksi asteoklastogenesis oleh
sel-sel ameloblastoma, dan OPG berperan sebaliknya. Mereka menduga
adanya korelasi antara perbedaan ekspresi RANKL dengan tipe histology dan
sifat biologis ameloblastoma, namun secara khusus belum dapat menjelaskan
apakah terdapat korelasi antara persentasi RANKL dan OPG dengan sifat
invasive maupun ekspansi dari ameloblastoma. Perawat merupakan agen
penting dalam merawat pasien penyakit tumor mandibula, penanganan yang
diberikan kepada pasien tumor mandibula yaitu sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, pendidikan, pemberi asuhan keperawatan, pembaharuan,
pengorganisasian pelayanan kesehatan yang khususnya adalah sebagai
pemberi asuhan keperawatan untuk pemulihan pasien. Berdasarkan latar
belakang ini, penulis tertarik untuk membuat studi kasus dengan judul “
2
Asuhan Keperawatan pada Ny. S.J. dengan Tumor Mandibula di Ruang
Cempaka RSUD Prof Dr. w.z. Johannes Kupang.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah mengetahui tentang pemenuhan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Mansibula di Ruang
Muzdalifah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang
paling besar dan kuat. Mandipula ini juga merupakan satu-satunya tulang
pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula bisa ditekan dan diangkat
pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke
belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya
sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah.
Dalam hal ini pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan
tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan
kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah
korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok
ke muka serta memiliki dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung
posterior korpus.
4
A.Bagian Mandibula Tampak Depan
1. condylaris
Proc. condylaris memiliki bentuk cembung dari belakang dan dari sisi ke
sisi, serta lebih meluas pada bagian posterior dibandingkan pada
permukaan anterior. Dari ujung lateral kondilus terdapat tuberkulum kecil
untuk perlekatan ligamen temporomandibula. Proc. condylaris bersendi
dengan os temporale pada articulatio temporomandibularis (TMJ).
2. Ramus mandibulae
5
1. Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang
berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan
insersio dari muskulus masseter.
4. Juga alveolaris
5. Coronoideus
6
tidak teratur, dan diatasnya terdapat tulang tajam. Selain itu, terdapat
lingula mandibula yang berikatan pada sphenomandibular.
6. Symphysis mandibulae
7. Foramen mentale
8. Basis mandibulae
9. Tuberculum mentale
Tonjolan tulang pada bagian terdepan dari basis mendibulae. Simfisis dari
permukaan luar mandibula dan membungkus suatu segitiga, tonjolan, yang
tertekan dipusat tapi dibesarkan di kedua sisi untuk membentuk
tuberkulum mental. Tulang ini berperan dalam pembentukan dagu
seseorang.
7
11. Corpus mandibulae
2.3 Etiologi
1. Kelaian congenital
2. Kista ondotogenik
3. Genetic
4. Trauma
5. Rangsangan fisik berulang
Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah
pencabutan 5 gigi, pengangkatan kista, dan atau iritasi lokal dalam rongga
mulut. Tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak
dijumpai pada usia decade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi
prediksi pada golongan penderita kulit berwarna (Mansjoer, 2001)
8
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
9
Pathway
Keadaan lemah, lesu, malaise dan disertai demam. Pada pemeriksaan ekstra
oral didpatkan :
1. simetris wajah
2. Tanda rahang tidak jelas
3. fluktuasi positif
4. tepi rahang sering tidak teraba
5. terdapat benjolan di area rahang bawah Pada pemeriksaan intra oral
didapatkan : peridontitis akut mucobucal fold fluktasi negative.
10
2. X-ray kepala yang menghasilkan satu dimensi gambar dan leher untuk
membantu mencari daerah yang tidak normal pada rahang
3. MRI (Magnetic Resomance Imaging) yang menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk membuat gambar tig dimensi yang dapat
mengukapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga
menggunakan MRI Scan untuk menentukan apakah ameloblastoma telah
menyebar ke rongga mata atau sinuses
4. Tumor marker (penanda tumor) 5. Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan
IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B 6. Untuk diagnosis
pasti ditegakkan dengan biopsy mandibula yaitu dengan melakukan
reseksi di area mandibula 7. Pengerokan dengan kuret daerah mandibula
yang mengalami metastase.
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Komplikasi
11
saja. Perdarahan dapat terjadi pada daerah yang direseksi maupun
pada tempat yang direkonstruksi. Pasang redon drain.
2. Infeksi Diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan,
dengan pemasangan vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik
pembedahan yang baik juga memegang peranan dalam mengontrol
infeksi di samping penggunaan antibiotika.
3. Hematoma Akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan
dehisensi luka. Kontrol perdarahan yang baik dan pemasangan
drain akan mengurangi resiko terjadinya hematoma.
4. Fistula Lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama
patempat ujungujung reseksi mandibula.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, behasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit dan
diagnosa medik.
b. Riwayat Penyakit Sekarang kaji kronologi, faktor yang menyebabkan
terjadinya tumor mandibula, apakah sudah pernah berobat atau belum.
c. Riwayat penyakit dahulu kaji, apakah sebelumnya klien pernah memiliki
riwayat penyakit maupun riwayat di rawat di rumah sakit
d. Riwayat penyakit keluarga kaji apakah keluarga pernah menderita
penyakit seperti yang dialami pasien.
e. Riwayat psikososial spiritual
Kaji respon pasien tentang penyakit yang diderita, peran klien dalam
keluarga dan masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga maupun masyarakat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap.
g. Pola presepsi dan konsep diri
Dampak yan timbul pada klien post operasi tumor mandibula adalah
timbul ketahitan akan terjadinya infeksi pada luka post operasi.
h. Pola sensori dan kognitif pasien tidak mengalami gangguan.
i. Pola nilai dan keyakinan
Kaji apakah klien menjalankan kegiatan beribadah sesuai agamanya
dengan disiplin atau tidak. Kaji, keaktifan klien dalam mengikuti kegiatan
keagamaan di masyarakat.
13
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, agen cedera fisik,
dan agen cedera kimiawi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial,
ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, dan kurang asupan makanan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh/sistem imun
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan neurologi dan
kemammpuan menelan
5. Gangguan pola tidur berhuungan dengan nyeri, lesi , pembengkakan dan
ekspansi rahang
14
berkurang atau merencanakan tanda-tanda
dapat teratasi asuhan vital.
keperawatan 3.memberikan
2. Minta pasien kenyamanan
untuk pada pasien
menggunakan untuk
sebuah skala 1 mengurangi
sampai untuk nyeri yang di
menjelaskan rasakan
tingkat nyeri 4.membnatu
untuk mengurangi
memfasilitasi ketegangan
pengkajian yang akibat nyeri.
akurat tentang 5.memulihkan
tingakt nyeri leluatan tubuh.
pasien Membanyu
3. Atur periode mengurangi
istirahat tanoa stress pasien
terganggu dalamkeadan
tindakan ini sakit.
untuk
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan,
dan peningkatan
tingkat energy
yang penting
untuk
peningkatan
nyeri
4.Lakukan
teknik relaksasi,
15
relaksasi dan
sentuhan
terapeutik untuk
membantu
meringankan
nyeri yang
dirasakan
5. Berikan
analgetik sesuai
indikasi untuk
mengatasi nyeri
2. Ketidak Tujuan: setelah 1. Monitor 1.dapat
seimbangan dilakukan intake makanan mengetahui
nutrisi kurang tindakan setiap hari, status nutrisi
dari kebutuhan keperawatan apakah klien klien sehingga
tubuh selama 2 x 24 makan sesuai dapatmelakuk
berhubungan jam dengan an intervensi
dengan diharapkan kebutuhan yang tepat.
ketidakmampua nutrisi untuk 2.mengetahui
n mengabsorsi terpenuhi atau memberikan intake kalori
nutrienn,dan adekuat. informasi apabila terjadi
kurang asupan tentang status kekurangan.
makanan gizi klien 3.memberikan
2. Timbang lingkungan
berat badan dan yang nyaman
amati pada klien
penurunan berat untuk makan
badan untuk 4.untuk
memberikan meningkatkan
informasi asupan nutrisi
tentang status pasien.
gizi 5.mencegah
16
3. Kaji pucat, pendarahan
penyembuhan pada
luka yang esophagus
lambat untuk 6.mengetahui
menunjukan status nutrisi
keadaan gizi pasien
klien sangat sehingga dapat
buruk diberikan
4. Anjurkan dietyang tepat.
klien
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dengan
intake cairan
yang adekuat
5. Anjurkan
klien untuk
mengkonsumsi
makanan dalam
posrsi kecil tapi
sering
6. Ciptakan
suasana makan
yang
menyenangkan
misalnya makan
bersama
keluarga agar
lien merasa
berada di rumah
sendiri.
3. Resiko tinggi Tujuan: yang 1.Kaji kesehatan 1.agar
17
infeksi akan dicapai gigi dan mulut mengurangi
berhunungan yaitu setelah klien untuk terjadinya
dengan tidak dilakukan mengkaji kontaminasi
adekuatnya intervensi perkembangan terhadap
pertahanan keperawatan proses bakteri.
tubuh sistem selama 2 x 24 penyembuhan 2.agar
imun jam dan tanda-tanda meningkatkan
diharapkan infeksi energy dan
tidak terjadi 2. Kaji rongga daya tahan.
kerusakan mulut, amati 3.agar
membrane perubahan lingkungan
mukosa mulut. mukosa terhindar dari
membrane, adanya bakteri
amati perubahan yang membuat
rasa kecap, infeksi.
kekentalan 4.agar pasien
ludah untuk tidur dengan
masalah dengan nyenyak dan
kesehatan mulut cukup.
dapat
mempengaruhi
pemasukan
makanan dan
minuman
3. Instruksikan
perubahan diet
misalnya hindari
makan makanan
panas, pedas,
asam
4. Hindarkan
makanan yang
18
keras untuk
mencegah rasa
tidak nyaman
dan iritasi lanjut
pada membrane
mukosa
5. Berikan obat
sesuai indikasi,
analgetik,topical,
lidocain untuk
tindakan terapi
yang dapat
menangani
infeksi dalam
mulut.
4. Kerusakan Tujuan: 1.kaji dan 1.perbuhan
komunikasi 1.Menunjukan dokumentasi dalam isi
verbal komunikasi bahasa kognitif dan
berhubngan yang utama,kemampu bicara
dengan dibuktikan oleh an untuk merupakan
neorologi dan indicator berbicara/melak indicator dari
kemampuan gangguan ukan derajat
menelan sebagai komunikasi gangguan
berikut. dengan keluarga serebral
dan staf 2.melakukan
2.dorong pasien penilaian
untuk terhadap
berkomunikasi adanya
secara perlahan kerusakan
dan untuk sensor
mengulangi 3.melakukan
permintaan. penilaian
19
3.berikan terhadap
penguatan adanya
positif dengan kruskan
sering atas motoric
upaya pasien 4.bahsa isyarat
untuk dapat
berkomunikasi membantu
4.anjurkan untuk
ekspresi diri menyampaikan
dengan cara lain isi pesan yang
dengan dimaksd
menyampaikan 5. untuk
informasi mengidentifika
kepada kluarga si kekurangan
dan staf. atau
kebutuhan
terapi
5. Gangguan pola Tujuan: 1.pantau pola 1.mengetahui
tidur 1.pasien tidur pasien kesdaran dan
berhubungan memperlihatka 2.ajarkan pasien kondisitubuh
dengan nyeri, n tidur yang untuk dlam keadaan
lesi dibuktikan oleh menghindari norml atau
pembengkakan indicator(sebut makanan atau tidak
dan ekspansi kan 1-5: minuman yang 2.untuk
rahang gangguan saat akan tidur mengetahui
ekstrem,berat,r yang dapat kemudahan
ingan,atu tidak menganggu tidur dalam tidur
ada 3.hindari suara untuk
gangguan):jum keras dan mengetahui
lah Jm penggunaaan tingkat
tidur(sedikitny lampu saat tidur kegelisahan
a 5 jam per 24 malam,ciptakan 3.untuk
20
jam untuk lingkungan yang mengidentifika
orang tenang,damai si penyebab
dewasa)pola,ku dan actual dari
alitas,dan meminimalkan gangguan tidur
rutinitas tidur. gangguan 4.untuk
3.bantu pasien memantau
mengindentifika seberapa jauh
si faktor-faktor dapat bersikap
yang mungkin tenang dan
menyebabakan rilex
kurang tidur 5.untuk
4.anjurkan membantu
pasien untuk relaksasi saat
mandi dengan tidur.
air hangat di
sore hari
5.kolaborasi
pemberian pil
tidur.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah mahasiswa melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien tumor
mandibula dan merawat menggunakan metode pendekatan asuhan
keperawatan dilakukan secara sistematis dan terorganisir, dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa telah mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Ny.
S.J dengan diagnosa Tumor mandibula.
1. Hasil pengkajian pada pasien dengan tumor mandibula didapatkan
data pasien mengatakan nyeri pada luka di mandibula, kepala pusing,
dan pasien merasa malu dengan orang-orang sekitar, karena bau luka
yang menyengat.
2. Dari hasil pengkajian diagnosa yang dia temukan pada pasien dengan
tumor mandibula yaitu :
a. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,
b. harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh,
c. kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor
penyakit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, melakukan
pengkajian nyeri, ajarkan teknik relaksasi (napas dalam), kolaborasi
pemberian obat analgetik. Harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh, kaji aspek positif yang dimiliki pasien dan
memotivasi pasien. Kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan faktor penyakit, melakukan perawatan luka.
4. Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan tumor mandibula
yaitu untuk nyeri akut, melakukan pengkajian nyeri, ajarkan teknik
relaksasi, dan kolaborasi pemberian analgetik. Harga diri rendah
memotivasi pasien, dan kerusakan integritas jaringan yaitu
melakukan perawatan luka.
22
5. Dari hasil evaluasi didapatkan masalah keperawatan nyeri akut,
harga diri rendah, dan kerusakan integritas jaringan belum teratasi.
Sehingga tindakan akan tetap dilanjutkan karena pasien masih
dirawat.
4.2. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Lestari IP. Prevalensi Tumor Jinak dan Tumor Ganas Rongga Mulut. Jurnal
Universitas Jember. Jawa Timur. 2011
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. NANDA NIC NOC. Media Action :
Yogyakarta
Reichart PA, Philisen HP, Sonner S. Ameloblastoma : Profile of 3677 cases. Eur J
Cancer B Oral Oncol 1995;31 B: 86-99
Wijaya Saferi Andra, Putri Mariza Yessie. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal
Bedah. Nusa Medika : Yogyakarta
24
25