Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TAFSIR IBADAH

“ TAFSIR AYAT – AYAT TENTANG HAJI “

Dosen Pengampu :
Hidayat Darussalam. M.E.Sy.

Disusun Oleh Kelompok 13 :


1. Khairul Hidayah (2111120019)
2. Chenny Naluri Liberty (2111120002)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah membeikan nikmat yang begitu banyak
sehingga kami bisa melaksanakan salah satu kewajiban kami sebagai seorang
mahasiswa untuk mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya agar bisa diamalkan
sehari-hari serta disampaikan kepada orang lain di kemudian hari.
Dalam penyusunan makalah ini tentu saja penyusun mendapati beberapa
tantangan maupun hambatan. Tetapi karena di dasarkan pada keinginan dan
semangat yang tinggi, beberapa kendala Alhamdulillah dapat teratasi.
Oleh karena itu kami imengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak, terutama kepada Bapak Hidayat Darussalam, M.E.Sy. yang telah
membimbing dan mengarahkan kami sehingga bisa menjadi insan yang lebih baik
di lingkungan akademik.
Penyusun menyadari betul akan segala kekurangan yang ada dalam tulisan
ini.Sehingga, kritik dan saran dari semua pihak juga sangat kami butuhkan.
Harapan kami selanjutnya semoga apa yang kami sajikan ini bisa memberikan
manfaat bagi kami secara khusus dan bagi orang banyak secara umum.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun Islam kelima yang diwajibkan atas setiap
muslimyang merdeka, baligh ,dan mempunyai kemampuan, dalam sekali seumur
hidup. Namun, banyak dari kalangan umum atau masyarakat mulai dari golongan
petani, pedagang, pegawai dan lain sebagainya masih banyak yang belum
mengertitentang apa yang harus dilakukan dalam melakukan umrah atau haji.
Makadengan demikian, tidak menjadi masalah jika kita menjelaskan dengan
sedikit pendapat yang di ambil dari beberapa pendapat para imam-imam madzhab
yangtelah menjadi suri tauladan dan pegangan untuk di jadikan rujukan bagi
kitakalangan awam. Sehingga, dalam melaksanakan ibadah haji tidak hanya
sekedar pergi begitu saja ke tanah Mekkah dengan menelan biaya jutaan rupiah
atau hanyasekedar nikmatnya mengendarai pesawat terbang atau jalan-jalan di
tanah suciMekkah-Madinah.
Ibadah haji merupakan ibadah formal kepada Tuhan, maka harus
dilakukan dengan benar sesuai dengan manasiknya dan di jalankan dengan
ikhlassemata-mata karena Allah. Adapun haji dan umrah menurut dasar
hukumnya,menurut dari beberapa ulama, terdapat perbedaan pendapat dikalangan
ahli tafsirahkam , dalam masalah umrah dan haji tersebut. Menurut ulama- ulama
Syafi‟iyah dan Hanabilah , yang di pelopori oleh Ali ibnu Umar dan Ibn Abbas
hukumumrah adalah wajib dengan alasan, perintah melakukan haji dan umrah
secaraitmam. Menurut ulama‟ Malikiyah dan Hanafiyah , umrah itu hukumnya
sunnahhal ini di perkuat dengan dasar hadits At-Tirmidzi “Ada seseorang berta
nyakepada Rasulullah SAW, tentang umroh apakah ia wajib ata u tidak? “
Rasulullah menjawab: “Tidak ! Tetapi jika kamu berumrah, itu lebih baik
bagimu.Berdasarkan hadis tersebut sehingga ulama Malikiyah dan Hanafiyah
mengatakanhukum umroh adalah sunnah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tafsir Tentang Haji Pada Qs.Al-Hajj Ayat 27-29?

4
2. Bagaimana Tafsir Tentang Haji Pada Qs.Al-Baqarah Ayat 158,196,197-
199?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Tafsir Tentang Haji Pada Qs.Al-Hajj Ayat
27-29?

2. Untuk mengetahui Bagaimana Tafsir Tentang Haji Pada Qs.Al-Baqarah


Ayat 158,196,197-199?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. QS. Al – Hajj
1. Hajj Ayat 27-29

ٍ‫ضا ِم ٍر يَْأتِينَ ِمن ُك ِّل فَ ٍّج َع ِميق‬


َ ‫اس بِ ْٱل َح ِّج يَْأتُوكَ ِر َجااًل َو َعلَ ٰى ُك ِّل‬
ِ َّ‫َوَأ ِّذن فِى ٱلن‬

Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya


mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”

۟ ‫ط ِع ُم‬ ۟ ُ‫ت َعلَ ٰى ما َر َزقَهُم ِّم ۢن بَ ِهيم ِة ٱَأْل ْن ٰ َع ِم ۖ فَ ُكل‬


ْ ‫وا ِم ْنهَا َوَأ‬ ۟ ‫ُوا م ٰنَفِ َع لَهُ ْم َويَ ْذ ُكر‬
ٍ ‫ُوا ٱ ْس َم ٱهَّلل ِ فِ ٓى َأي ٍَّام َّم ْعلُو ٰ َم‬ ۟
‫وا‬ َ َ َ ‫ليَ ْشهَد‬
‫س ْٱلفَقِي َر‬
َ ‫ْٱلبَٓاِئ‬

Artinya: “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-
orang yang sengsara dan fakir.”

۟ ُ‫وا نُ ُذو َرهُ ْم َو ْليَطَّ َّوف‬


۟ ُ‫ُوا تَفَثَهُ ْم َو ْليُوف‬
۟ ‫ثُ َّم ْليَ ْقض‬
ِ ِ‫ت ٱ ْل َعت‬
‫يق‬ ِ ‫وا بِٱ ْلبَ ْي‬

Artinya: “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada


badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).”

2. Tafsiran Ayat
Untuk tafsir ayat 27 secara global adalah ayat tersebutmemerintahkan
kepada Rasul untuk menyampaikan kepada manusiauntuk mengerjakan ibadah

6
haji dan mengajak manusia kepadanya. Untukmenyampaikan kepada yang jauh
dan yang dekat tentang kewajiban dankeutamaannya. Sebab jika tidak mengajak
mereka, maka merekamendatangimu dalam keadaan menunaikan haji dan umrah,
dengan berjalan di atas kaki mereka karena perasaan rindu, dan di atas unta
yangmelintasi padang pasir dan sahara serta meneruskan perjalanan hinggamenuju
tempat yang paling mulia, dari setiap tempat yang jauh.
Hal ini telah dilakukan oleh Al-Khalil (Nabi Ibrahim) „alaihissalam,
kemudian oleh anak keturunannya yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keduanya mengajak manusia untukmenunaikan haji di rumah ini. Keduanya
menampakkan danmengulanginya. Dan telah tercapai apa yang Allah Subhanahu
wa Ta'ala janjikan kepadanya. Manusia mendatanginya dengan berjalan kaki dan
berkendaraan dari belahan timur dan barat bumi. Allah Subhanahu waTa'ala lalu
menyebutkan beberapa faedah menziarahi Baitullah Al-Haram, dalam rangka
mendorong pengamalannya.
Kemudian, tafsir global ayat selanjutnya yaitu ayat 28 adalah agar mereka
menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka, dengan mendapatkan berbagai
manfaat dari sisi agama di Baitullah berupaibadah yang mulia. Ibadah yang tidak
didapatkan kecuali di tempattersebut. Demikian pula berbagai manfaat duniawi
berupa mencari penghasilan dan didapatnya berbagai keuntungan duniawi. Ini
semuamerupakan perkara yang dapat disaksikan. Semua mengetahui hal ini.
Dan agar mereka menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari-
hari yang tertentu atas apa yang (Allah Subhanahu wa Ta'ala)telah rizkikan
kepada mereka berupa hewan ternak. Ini merupakanmanfaat agama dan duniawi.
Maknanya, agar mereka menyebut namaAllah Subhanahu wa Ta'ala ketika
menyembelih sembelihan kurbansebagai tanda syukur kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala atas rizki yangDia limpahkan dan mudahkan untuk mereka. Dan jika
kalian telahmenyembelihnya, maka makanlah darinya dan berilah makan
kepadaorang yang sangat miskin.
Kemudian hendaknya mereka menyelesaikan manasik haji
danmenghilangkan kotoran serta gangguan yang melekat pada diri mereka selama

7
ihram. Hendaklah mereka juga menunaikan nadzar yang mereka wajibkan atas
diri mereka berupa haji, umrah, dan sembelihan.
Hendaklah mereka thawaf di rumah tua (Ka‟bah), masjid yang paling
mulia secara mutlak, yang diselamatkan dari kekuasaan orang-orang yang angkuh.
Ini adalah perintah untuk thawaf secara khusus setelah disebutkan perintah untuk
bermanasik haji secara umum, karenakeutamaan (thawaf) tersebut, kemuliaannya,
dan karena thawaf adalah tujuan. Sedangkan yang sebelumnya adalah sarana
menuju (thawaf) tersebut.Dan tafsir dari ayat 29 yang kesemuanya membahas
tentang haji.

B. QS. Al-Baqarah
1. Al-Baqarah Ayat 158,

‫صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِم ْن َش َع ۤا ِٕى ِر هّٰللا ِ ۚ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ اَ ِو ا ْعتَ َم َر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه اَ ْن يَّطَّوَّفَ بِ ِه َما ۗ َو َم ْن تَطَ َّو َع خَ ْير ًۙا‬َّ ‫اِ َّن ال‬
‫فَا ِ َّن هّٰللا َ َشا ِك ٌر َعلِ ْي ٌم‬

Artinya : “Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama)


Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha
Mengetahui.”

ُ ‫ي َواَل تَحْ لِقُوْ ا ُرءُوْ َس ُك ْم َح ٰتّى يَ ْبلُ َغ ْالهَ ْد‬ ‫هّٰلِل‬


ۗ ٗ‫ي َم ِحلَّه‬ ِ ۚ ‫صرْ تُ ْم فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬ ِ ْ‫َواَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ ِ ۗ فَا ِ ْن اُح‬
‫ك ۚ فَا ِ َذٓا اَ ِم ْنتُ ْم ۗ فَ َم ْن تَ َمتَّ َع بِ ْال ُع ْم َر ِة‬
ٍ ‫ص َدقَ ٍة اَوْ نُ ُس‬
َ ْ‫صيَ ٍام اَو‬ ِ ‫فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َّم ِر ْيضًا اَوْ بِ ٖ ٓه اَ ًذى ِّم ْن َّرْأ ِس ٖه فَفِ ْديَةٌ ِّم ْن‬
َ ‫صيَا ُم ثَ ٰلثَ ِة اَي ٍَّام فِى ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة اِ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْل‬
ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬ ِ ۚ ‫اِلَى ْال َح ِّج فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
ِ َ‫ي فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ َ ِ‫ٰۗذل‬
ِ ‫ض ِرى ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام ۗ َواتَّقُوا َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َش ِد ْي ُ´د ْال ِعقَا‬
‫ب‬ ِ ‫ك لِ َم ْن لَّ ْم يَ ُك ْن اَ ْهلُهٗ َحا‬

Artinya : “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika
kamu terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat,
dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di

8
kepalanya (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa,
bersedekah atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, maka
barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib menyembelih) hadyu
yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib)
berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu
seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang yang keluarganya tidak ada
(tinggal) di sekitar Masjidilharam. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya.”

‫ق َواَل ِجدَا َل فِى ْال َحجِّ ۗ َو َما تَ ْف َعلُوْ ا ِم ْن خَ ي ٍْر‬


َ ْ‫ث َواَل فُسُو‬ َ َ‫ض فِ ْي ِه َّن ْال َح َّج فَاَل َرف‬ َ ‫ت ۚ فَ َم ْن فَ َر‬ ٌ ٰ‫اَ ْل َحجُّ اَ ْشهُ ٌر َّم ْعلُوْ م‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫يَّ ْعلَ ْمهُ ُ ۗ َوتَ َز َّو ُدوْ ا فَا ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق ٰو ۖى َواتَّقُوْ ِن ٰيٓاُولِى ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

Artinya : “(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.


Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah
dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan
ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.
Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan
bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!.”

‫هّٰللا‬
ُ‫ت فَ ْاذ ُكرُوا َ ِع ْن َد ْال َم ْش َع ِر ْال َح َر ِام ۖ َو ْاذ ُكرُوْ ه‬
ٍ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ ْن تَ ْبتَ ُغوْ ا فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ُك ْم ۗ فَا ِ َذٓا اَفَضْ تُ ْم ِّم ْن َع َرفَا‬ َ ‫لَي‬
َ‫َك َما ه َٰدى ُك ْم ۚ َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ِّم ْن قَ ْبلِ ٖه لَ ِمنَ الض َّۤالِّ ْين‬

Artinya : “Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka
apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam.
Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu,
sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.”

‫اض النَّاسُ َوا ْستَ ْغفِرُوا هّٰللا َ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ُ ‫ثُ َّم اَفِ ْيضُوْ ا ِم ْن َحي‬
َ َ‫ْث اَف‬

9
Artinya : “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak
(Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”

2. Tafsiran Ayat
Untuk ayat 158, penafsirannya adalah sebagai berikut: Sesungguhnya dua
bukit yang dikenal dengan nama Safa dan Marwah di dekat Ka'bah itu termasuk
tanda-tanda syariat Islam yang nyata. Maka barangsiapa yang pergi ke Baitullah
untuk menunaikan ibadah haji atau umrah tidak ada dosa baginya untuk
melaksanakan sai di antara kedua bukit tersebut. Pernyataan “tidak ada dosa” di
sini dimaksudkan untuk menenteramkan hati sebagian orang Islam yang segan
melaksanakan sai di sana karena menganggap itu adalah bagian dari ritual
jahiliah. Allah menjelaskan bahwa sai di antara Safa dan Marwah adalah bagian
dari manasik haji. Barangsiapa melaksanakan ibadah-ibadah sunah secara sukarela
dan ikhlas karena Allah, maka Allah akan berterima kasih kepadanya. Dia akan
menerima ibadahnya dan akan memberinya balasan yang setimpal. Dan Dia Maha
Mengetahui siapa yang berbuat baik dan berhak mendapatkan pahala.
Untuk ayat 196, penafsirannya adalah sebagai berikut: “Dan
sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” Laksanakanlahibadah haji
dan umrah dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, hanya
karena Allah semata. Baik secara lahiriah (formalitas)-nya dengan menjalankan
manasik secara sempurna maupun pada batiniyahnya, yakni melaksanakan haji
dan umrah dengan ikhlas hanyakarena Allah semata, bukan dengan maksud untuk
menyombongkan diriatau sekedar mencari popularitas. “ Jika kamu terkepung
(terhalang olehmusuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang
mudahdidapat ”. J ika kamu terhalang untuk menyempurnakan ibadah haji
danumrah, disebabkan sakit atau musuh, sedangkan kamu menghendakitahallul,
maka wajib bagimu menyembelih hewan yang mudah kamudapatkan : seperti
unta, sapi atau kambing. Namun, apabila kamu tidakmemiliki kambing, maka
dapat digantikan dengan membeli makananyang seharga kambing untuk

10
disedekahkan. Jika tidak bisa juga, maka bisa dengan berpuasa satu hari untuk
tiap-tiap mud makanan (sekitar 2,5kg beras).
“ Dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya, ” janganlah kamu melakukan tahallul dari ihram
dengan mencukur rambut sebelum qurban sampai pada tempat penyembelihannya,
yaitu Tanah Suci atau tempat pengepungan. “ Jikaada diantaramu yang sakit atau
ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah,
yaitu: berpuasa ataubersedekah atau berkorban, ” barangsiapa di antara kamu,
wahai orang-orang yang berihram, sedang menderita sakit yang menjadi bahaya
apabila dicukur rambutnya, atau ada gangguan di kepalanya seperti kutu kepala,
lalu dia mencukur rambutnya, maka wajiblah baginya fidyah:yaitu boleh berpuasa
tiga hari,atau bersedekah dengan tiga sha‟ kepada enam orang miskin, atau
menyembelih hewan korban minimal menyembelih kambing.
“Apabila kamu telah (merasa) aman ,” sejak pertama kamu merasa aman,
atau setelah dikepung kamu menjadi aman. “ Maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji),(wajiblah ia menyembelih)
korban yang mudah didapat, ” barangsiapa berumrah di bulan haji, dan bersenang-
senang (tamattu‟) seperti orang bersenang-senang di luar berihram, yaitu dengan
memakai wangi-wangian dan menggauli istri-istrinya, maka wajib baginya
menyembelih kurban yang mudah didapatkan: yaitu menyembelih kambing
sebagai rasa syukur kepada Allah.
“ Tetapi jika ia tidak menemukan (bintang korban atau tidak mampu),
maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu
telah pulang kembali ,” barangsiapa yang tidak mampu membayar harga kurban,
maka wajib baginya berpuasa sepuluh ke tanah airnya. “ Itulah sepuluh (hari)
yang sempurna ,” sepuluh hari yang sempurna sebagai ganti menyembelih, dan
pahalanya seperti pahalamenyembelih tanpa dikurangi.
Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang
keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan
penduduk kota Mekah) .” Tamattu dan membayar fidyah (berkorban) dikhususkan
untuk selain penduduk Makkah.Sedangkan bagi penduduk Makkah, mereka tidak

11
diwajibkan tamattu‟,dan tidak ada pula berkorban, “ Dan bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya .” Takutlah kepada
Allah dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya, dan ketauilah bahwa siksaan-Nya sangatlahlah keras bagi orang
yang menentang perintah-Nya.
Selanjutnya adalah penafsiran dari ayat 197, yaitu: “ Musim haji adalah
beberapa bulan yang dimaklumi. ” Nash ini telah jelas menunjukkan bahwa haji
memiliki waktu yang tertentu. Dan waktunya itu adalah beberapa bulan yang
sudah dimaklumi yaitu, Syawwal, Dzulqa‟dah dan sepuluh hari pertama
Dzulhijjah. Dengan demikian,tidak sah melakukan ihram haji kecuali pada bulan-
bulan ini meskipun sebagian pendapat menganggapnya sah berdasarkan sunnah
yang ada.
Barangsiapa yang telah menetapkan niatnya hendak mengerjakan haji pada
bulan-bulan yang sudah dimaklumi itu dengan mengerjakan ihram, “ Maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik, dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji .” Yang
dimaksud dengan rafats di sini ialah menyebut-nyebut jima ‟ 10 dan segala hal
yang dapat menimbulkan rangsangan, baik secara mutlak maupun di hadapan
perempuan. Jidal adalah berbantah-bantahan atau bertengkar sehingga 8 yang satu
marah kepada yang lain. Fusuq adalah melakukan kemaksiatan baik besar maupun
kecil.
Sesudah dilarangnya melakukan perbuatan yang buruk, maka didoronglah
mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, “ Apa yang kamu
kerjakan merupakan kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya .” Cukup kiranya di
dalam perasaan seorang mukminkalau dia mengingat bahwa Allah mengetahui
dan melihat kebaikan yang dilakukannya. Hal ini menjadi pendorong baginya
untuk mengerjakan kebaikan karena Allah melihat dan mengetahuinya.
Selanjutnya Allah memerintahkan untuk berbekal, “ Bawalah bekal,
karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada-
Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat .” Yang dimaksud bekal di sini
adalah takwa. Takwa merupakan bekal hati dan ruh, yang dengannya ia menjadi
kuat, bersinar, dan bercahaya serta dapat mencapai tujuan dan keselamatan.

12
Selanjutnya adalah penafsiran dari ayat 198, yaitu: Pada musim haji
seseorang tidak dilarang berusaha, seperti berdagang dan lain-lain, asal jangan
mengganggu tujuan yang utama, yaitu mengerjakan haji dengan sempurna. Ayat
ini diturunkan sehubungan dengan keragu-raguan orang Islam pada permulaan
datangnya Islam untuk berusaha mencari rezeki, sehingga banyak di antara
mereka yang menutup toko-toko mereka pada waktu musim haji, karena takut
berdosa. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada zaman
jahiliah ada 3 pasar, yaitu Ukaz, Majannah, dan Zulmajaz.”
Pada waktu musim haji, kaum Muslimin merasa berdosa berdagang di
pasar-pasar itu, lalu mereka bertanya kepada Rasulullah saw, maka turunlah ayat
ini. Berusaha mencari rezeki yang halal selama mengerjakan haji adalah
dibolehkan selama usaha itu dilakukan secara sambilan, bukan menjadi tujuan.
Tujuan utama ialah mengerjakan ibadah haji dengan penuh takwa kepada Allah
dan dengan hati yang tulus ikhlas.
Kemudian dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada setiap orang yang
mengerjakan haji agar berzikir kepada Allah bila telah bertolak dari Padang
Arafah menuju ke Muzdalifah, yaitu bila telah sampai di Masy’aril Haram.
Masy’aril Haram ialah sebuah bukit di Muzdalifah yang bernama Quzah. Bila
telah sampai di tempat itu hendaknya memperbanyak membaca doa, takbir, dan
talbiyah. Berzikirlah kepada Allah dengan hati yang khusyuk dan tawadu, sebagai
tanda bersyukur kepada-Nya atas karunia dan hidayah-Nya yang telah melepaskan
seseorang dari penyakit syirik pada masa dahulu, menjadi orang yang telah
bertauhid murni kepada Allah swt.
Selanjutnya adalah penafsiran dari ayat 199, yaitu: Orang-orang Quraisy
pada masa jahiliah, kalau mereka mengerja-kan haji, mereka mengerjakan wukuf
di Muzdalifah, sedang orang-orang Arab lainnya wuquf di Arafah. Sebabnya ialah
karena orang-orang Quraisy itu merasa dirinya lebih tinggi dan mulia dari yang
lain, tidak pantas berwuquf bersama sama dengan orang-orang biasa di Arafah,
maka turunlah ayat ini. Ayat ini memerintahkan agar bersama-sama wuquf di
Arafah dan kemudian sama-sama bertolak dari Arafah ke Muzdalifah.

13
Tegasnya, dalam masa mengerjakan haji itu tidak ada perbedaan,
semuanya sama-sama makhluk Allah, harus sama-sama mengerjakan wuquf di
Arafah. Semua sama-sama meminta ampun kepada Allah, meninggalkan
bermegah-megah dan bersifat sombong. Siapa yang meminta ampun kepada
Allah, tentu Allah akan mengampuni dosanya, karena Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari Ibnu
Abbas.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, penafsiran dari ayat Al-Baqarah ayat 196-197 menjelaskan tentang
penyempurnaan rukun-rukun islam dengan haji dan diberikannyakeringanan bagi
yang sakit atau dalam keadaan yang sulit maka baginyadapat membayar fidyah
dengan bersedekah, berkorban atau berpuasa. Serta penentuan waktu
diperbolehkannya melaksanakan haji.
Surah Al-Hajj ayat 27-29 menjelaskan tentang kewajiban berhaji serta
tatacara dalam berhaji berjalan kaki, manfaat untuk mereka dan agar
merekamenyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas
rezekiyang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak.

B. Saran
Tentunya kami selaku penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Nantinya
penulis akan melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tentunya kami selaku penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan


makalah di atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Nantinya
penulis akan melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.

16

Anda mungkin juga menyukai