Anda di halaman 1dari 7

28 Tuntunan Penting Manasik Haji Yang Wajib Anda Ketahui

Kita sering dihadapkan pada ragam ibadah yang berbeda satu dengan lainnya. Namun ketika telah
mengikrarkan syahadat Muhammadarrasulullah, maka yang semestinya terpatri di benak kita adalah
meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segenap aspek dan tata cara ibadah, termasuk
berhaji.

Pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
menjadi dambaan setiap muslim. Predikat ‘Haji Mabrur’ yang tiada balasan baginya kecuali Al-Jannah
(surga) tak urung menjadi target utama dari kepergiannya ke Baitullah. Namun, mungkinkah semua yang
berhaji ke Baitullah dapat meraihnya? Tentu jawabannya mungkin, bila terpenuhi dua syarat:
1. Di dalam menunaikannya benar-benar ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena mencari
pamor atau ingin menyandang gelar ‘Pak haji’ atau ‘Bu haji/hajjah’.

2. Ditunaikan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Para pembaca, sebagaimana disebutkan dalam bahasan yang lalu bahwa ibadah haji ada tiga jenis;
Tamattu’, Qiran, dan Ifrad. Bagi penduduk Indonesia, haji yang afdhal adalah haji Tamattu’. Hal itu
dikarenakan mayoritas mereka tidak ada yang berangkat haji dengan membawa hewan kurban.
Walhamdulillah, selama ini mayoritas jamaah haji Indonesia berhaji dengan jenis haji tersebut. Maka dari
itu akan sangat tepat bila kajian kali ini lebih difokuskan pada tatacara menunaikan haji Tamattu’.

Saudaraku, jamaah haji Indonesia –menurut kebiasaan– terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama akan berangkat ke kota Madinah terlebih dahulu, dan setelah tinggal beberapa hari di sana,
barulah berangkat ke kota suci Makkah. Sehingga untuk jamaah haji kelompok pertama ini, start ibadah
hajinya dari kota Madinah dan miqatnya adalah Dzul Hulaifah. Adapun kelompok kedua, mereka akan
langsung menuju kota Makkah, dan miqatnya adalah Yalamlam yang jarak tempuhnya sekitar 10 menit
sebelum mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Sehingga start ibadah hajinya (niat ihramnya)
sejak berada di atas pesawat terbang.
Adapun manasik haji Tamattu’ yang dituntunkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah sebagai berikut:
1. Bila anda telah berada di miqat, maka mandilah sebagaimana mandi janabat, dan pakailah wewangian
pada tubuh anda bila memungkinkan. Mandi tersebut juga berlaku bagi wanita yang haidh dan nifas.
Untuk kelompok kedua yang niat ihramnya dimulai ketika di atas pesawat terbang, maka mandinya bisa
dilakukan di tempat tinggal terakhirnya menjelang penerbangannya.

2. Kemudian pakailah kain ihram yang terdiri dari dua helai (yang afdhal berwana putih); sehelai
disarungkan pada tubuh bagian bawah dan yang sehelai lagi diselempangkan pada tubuh bagian atas .
Untuk kelompok kedua yang niat ihramnya dimulai ketika di atas pesawat terbang, maka pakaian
ihramnya bisa dikenakan menjelang naik pesawat terbang atau setelah berada di atas pesawat terbang,
dengan jeda waktu yang agak lama dengan miqatnya agar ketika melewati miqat dalam kondisi telah
mengenakan pakaian ihramnya. Adapun wanita, tidaklah mengenakan pakaian ihram tersebut di atas,
akan tetapi mengenakan pakaian yang biasa dikenakannya dengan kriteria menutup aurat dan sesuai
dengan batasan-batasan syar’i.
3. Kemudian (ketika berada di miqat) berniatlah ihram untuk melakukan umrah dengan
mengatakan:
‫م َر ًة‬
ْ ‫ع‬ َ ‫لَبَّ ْي‬
ُ ‫ك‬
“Kusambut panggilan-Mu untuk melakukan umrah .”
Kemudian dilanjutkan dengan ucapan talbiyah:

َ َ‫ك ل‬
‫ك‬ َ ‫م ْل‬
َ َ ‫ك ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ ُ ‫وا ْل‬ َ َ‫ة ل‬
َ ‫ك‬ َ ‫م‬
َ ‫والنِّ ْع‬
َ ‫د‬
َ ‫م‬
ْ ‫ح‬ َ ‫ك لَبَّ ْي‬
َ ‫ ِإنَّ ا ْل‬،‫ك‬ َ َ‫ك ل‬ َ ‫ لَبَّ ْي‬،‫ك‬
َ َ ‫ك ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫م لَبَّ ْي‬ َ ‫لَبَّ ْي‬
َّ ‫ك اللَّ ُه‬
“Kusambut panggilan-Mu Ya Allah, kusambut panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu, kusambut panggilan-
Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan hanyalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu .”
Perbanyaklah bacaan talbiyah (umrah) ini dengan suara yang lantang1 sepanjang perjalanan ke Makkah,
dan berhentilah dari talbiyah ketika menjelang thawaf. Hindarilah talbiyah secara bersama-sama
(berjamaah), karena yang demikian itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum.

Di antara hal-hal yang harus diperhatikan ketika berihram adalah sebagai berikut:

-Menjalankan segala apa yang telah diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti shalat lima waktu
dan kewajiban-kewajiban yang lainnya.
-Meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di antaranya; kesyirikan,
perkataan kotor, kefasikan, berdebat dengan kebatilan, dan kemaksiatan lainnya.
-Tidak boleh mencabut rambut atau pun kuku, namun tidak mengapa bila rontok atau terkelupas tanpa
sengaja.
-Tidak boleh mengenakan wewangian baik pada tubuh ataupun kain ihram. Dan tidak mengapa adanya
bekas wewangian yang dikenakan sebelum melafazhkan niat ihram.
-Tidak boleh berburu atau pun membantu orang yang berburu.
-Tidak boleh mencabut tanaman yang ada di tanah suci, tidak boleh meminang wanita, menikah, atau
pun menikahkan.
-Tidak boleh menutup kepala dengan sesuatu yang menyentuh (kepala tersebut) dan tidak mengapa
untuk memakai payung, berada di bawah pohon, ataupun atap kendaraan.
-Tidak boleh memakai pakaian yang sisi-sisinya melingkupi tubuh (baju, kaos), imamah (sorban), celana,
dan lain sebagainya.
-Diperbolehkan untuk memakai sandal, cincin, kacamata, walkman, jam tangan, sabuk, dan tas yang
digunakan untuk menyimpan uang, data penting dan yang lainnya.
-Diperbolehkan juga untuk mengganti kain yang dipakai atau mencucinya, sebagaimana pula
diperbolehkan membasuh kepala dan anggota tubuh lainnya.
-Tidak boleh (bagi yang sudah berniat haji) melewati miqatnya dalam keadaan tidak mengenakan
pakaian ihram.
Apabila larangan-larangan ihram tersebut dilanggar, maka dikenakan dam (denda) dengan menyembelih
hewan kurban (seekor kambing/sepertujuh unta/sepertujuh sapi).

4. Bila telah tiba di Makkah (di Masjidil Haram) maka pastikan telah bersuci dari hadats (sebagai syarat
thawaf, menurut madzhab yang kami pilih).

5. Lalu selempangkanlah pakaian atas ke bawah ketiak kanan, dengan menjadikan pundak kanan
terbuka dan pundak kiri tetap tertutup.
6. Kemudian lakukanlah thawaf sebanyak 7 putaran . Dimulai dari Hajar Aswad dengan memosisikan
Ka’bah di sebelah kiri anda, sambil mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar.” Dari Hajar Aswad sampai ke
Hajar Aswad lagi, terhitung 1 putaran.
-Disunnahkan berlari-lari kecil (raml) pada putaran ke-1 hingga ke-3 pada thawaf qudum.
-Disunnahkan pula setiap kali mengakhiri putaran (ketika berada di antara 2 rukun: Yamani dan Hajar
Aswad) untuk membaca:
‫اب ال َّنا ِر‬
َ ‫ذ‬َ ‫ع‬
َ ‫وقِ َنا‬ ً ‫س َن‬
َ ‫ة‬ َ ‫ح‬ ِ ‫وفِي ْاآل‬
َ ‫خ َر ِة‬ ً ‫س َن‬
َ ‫ة‬ َ ‫ح‬ ُّ ‫َربَّ َنا آتِ َنا فِي ال‬
َ ‫د ْنيَا‬
“Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat, serta jagalah kami
dari adzab api neraka.”
-Disunnahkan pula setiap kali tiba di Hajar Aswad untuk mencium atau memegangnya lalu mencium
tangan yang digunakan untuk memegang tersebut, atau pun berisyarat saja dengan tangan (tanpa
dicium), sambil mengucapkan: “Allahu Akbar”2 atau “Bismillahi Allahu Akbar”3.
-Disunnahkan pula setiap kali tiba di Rukun Yamani untuk menyentuh/ mengusapnya tanpa dicium dan
tanpa bertakbir. Dan bila tidak dapat mengusapnya maka tidak disyariatkan mengusapnya.
-Bila terjadi keraguan tentang jumlah putaran Thawaf, maka ambillah hitungan yang paling sedikit.

7. Seusai Thawaf, tutuplah kembali pundak kanan dengan pakaian atas anda, kemudian lakukanlah
shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (tempat berdirinya Nabi Ibrahim ketika membangun
Ka’bah) walaupun agak jauh darinya. Dan bila kesulitan (tidak memungkinkan) mendapatkan tempat di
belakang Maqam Ibrahim maka tidak mengapa shalat di bagian mana saja dari Masjidil Haram.
Disunnahkan pada rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dan Al-Kafirun, sedangkan pada rakaat
kedua membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlash.

8. Kemudian minumlah air zam-zam dan siramkan sebagiannya pada kepala .

9. Lalu ciumlah/peganglah Hajar Aswad bila memungkinkan, dan tidak dituntunkan untuk berisyarat
kepadanya.4

10. Setelah itu pergilah ke bukit Shafa untuk bersa’i. Setiba di Shafa bacalah :
ِ‫عاِئ ِرهللا‬ َ ‫و َة مِن‬
َ ‫ش‬ َ ‫وا ْل‬
َ ‫م ْر‬ َّ ‫ِإنَّ ال‬
َ ‫صفَا‬
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu termasuk dari syi’ar-syi’ar Allah .” (Al-Baqarah: 158)
‫ه‬
ِ ِ‫هللا ب‬ ‫دَأ‬
َ َ‫ما ب‬ َ ‫َأ ْب‬
َ ِ‫دُأ ب‬
ُ
“Aku memulai (Sa’i) dengan apa yang dimulai oleh Allah (yakni Shafa dahulu kemudian Marwah , pen.).”

11. Kemudian menghadaplah ke arah Ka’bah (dalam keadaan posisi masih di Shafa), lalu ucapkanlah:
‫هللا َأ ْكبَ ُر‬
ُ ،‫هللا َأ ْكبَ ُر‬
ُ ،‫هللا َأ ْكبَ ُر‬
ُ
َ ‫د ْي ٌر ال‬ َ ‫ي ٍء‬
ِ ‫ق‬ ْ ‫ش‬ َ ‫ل‬ ِّ ‫ك‬ُ ‫علَى‬ َ ‫و‬ َ ‫ه‬ُ ‫و‬َ ‫ت‬
ُ ‫و ُيم ِْي‬َ ‫حيِي‬ ْ ‫م ُد ُي‬ْ ‫ح‬ ُ َ‫ول‬
َ ‫ه ا ْل‬ َ ‫ك‬ ُ ‫م ْل‬ ُ َ ‫ ل‬،‫ه‬
ُ ‫ه ا ْل‬ ُ َ‫ك ل‬ َ َ ‫د ُه ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫ح‬
ْ ‫و‬
َ ‫هللا‬
ُ َ ‫ال َ ِإل‬
َّ ‫ه ِإال‬
‫د ُه‬ َ ‫ح‬ ‫و‬
ْ َ َ َ ْ‫اب‬ ‫ز‬ ‫ح‬ ‫َأل‬‫ا‬ْ ‫م‬ ‫ز‬ َ
‫ه‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫د‬
َ
َ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ‫ب‬ َ‫ع‬ ‫ر‬ ‫ص‬ َ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬ ‫د‬
َ ْ‫ع‬ ‫و‬ ‫ز‬ ‫ج‬
َ َ َ ‫ن‬
ْ ‫َأ‬ ‫ه‬ ‫د‬
َ ‫ح‬
ُ ْ َ ُ ‫و‬ ‫هللا‬ َّ ‫ال‬ ‫ه‬
َ
‫ِإ ِإ‬ ‫ل‬
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah
tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan dan pujian, Dzat yang Maha Menghidupkan dan
Maha Mematikan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah
semata, yang telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya dan menghancurkan orang-orang bala
tentara kafir tanpa bantuan siapa pun.”
Ini dibaca sebanyak 3 kali. Setiap kali selesai dari salah satunya, disunnahkan untuk berdoa memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala apa yang kita inginkan.
12. Setelah itu berangkatlah menuju Marwah, dan ketika lewat di antara dua tanda hijau percepatlah
jalan anda lebih dari biasanya. Setiba di Marwah lakukanlah seperti apa yang dilakukan di Shafa
(sebagaimana yang terdapat pada point ke-11 di atas). Dengan demikian telah terhitung satu putaran.
Lakukanlah yang seperti ini sebanyak 7 kali (dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah).

13. Seusai Sa’i, lakukanlah tahallul dengan mencukur rambut kepala secara merata (bagi pria) dan bagi
wanita dengan memotong sepanjang ruas jari dari rambut yang telah disatukan . Dengan bertahallul
semacam ini, maka anda telah menunaikan ibadah umrah dan diperbolehkan bagi anda segala sesuatu
dari mahzhuratil Ihram (hal-hal yang dilarang ketika berihram).

14. Tanggal 8 Dzul Hijjah (hari Tarwiyah), merupakan babak kedua untuk melanjutkan rangkaian ibadah
haji anda. Maka mandilah dan pakailah wewangian pada tubuh serta kenakan pakaian ihram.

15. Setelah itu berniatlah ihram untuk haji dari tempat tinggal anda di Makkah, seraya mengucapkan :
‫جا‬
ًّ ‫ح‬ َ ‫لَبَّ ْي‬
َ ‫ك‬
“Kusambut panggilan-Mu untuk melakukan ibadah haji.”
Kemudian lantunkanlah ucapan talbiyah5:

َ َ‫ك ل‬
‫ك‬ َ ‫م ْل‬
َ َ ‫ك ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ ُ ‫وا ْل‬ َ َ‫ة ل‬
َ ‫ك‬ َ ‫م‬
َ ‫والنِّ ْع‬
َ ‫د‬
َ ‫م‬
ْ ‫ح‬ َ ‫ك لَبَّ ْي‬
َ ‫ ِإنَّ ا ْل‬،‫ك‬ َ َ‫ك ل‬ َ ‫ لَبَّ ْي‬،‫ك‬
َ َ ‫ك ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫م لَبَّ ْي‬ َ ‫لَبَّ ْي‬
َّ ‫ك اللَّ ُه‬
“Kusambut panggilan-Mu Ya Allah, kusambut panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu, kusambut panggilan-
Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan hanyalah milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu .”
Dengan masuknya ke dalam niat ihram haji ini, berarti anda harus menjaga diri dari segala mahzhuratil
ihram sebagaimana yang terdapat pada point ke-3.

16. Kemudian berangkatlah menuju Mina untuk mabit (menginap) di sana. Setiba di Mina kerjakanlah
shalat-shalat yang 4 rakaat (Dzuhur, Ashar, dan ‘Isya) menjadi 2 rakaat (qashar) dan dikerjakan pada
waktunya masing-masing (tanpa dijama’).

17. Ketika matahari telah terbit di hari 9 Dzul Hijjah, berangkatlah menuju Arafah (untuk wukuf).
Perbanyaklah talbiyah, dzikir dan istighfar selama perjalanan anda menuju Arafah.

18. Setiba di Arafah (pastikan bahwa anda benar-benar berada di dalam areal Arafah), manfaatkanlah
waktu anda dengan memperbanyak doa sambil menghadap kiblat dan mengangkat tangan, serta
dzikrullah. Karena saat itu anda sedang berada di tempat yang mulia dan di waktu yang mulia (mustajab)
pula. Sebaik-baik bacaan yang dibaca pada hari itu adalah:
‫د ْي ٌر‬ َ ‫ي ٍء‬
ِ ‫ق‬ ْ ‫ش‬
َ ‫ل‬ ُ ‫و عَ لَى‬
ِّ ‫ك‬ َ ‫ه‬
ُ ‫و‬
َ ‫م ُد‬
ْ ‫ح‬ ُ َ‫ول‬
َ ‫ه ا ْل‬ ُ ‫م ْل‬
َ ‫ك‬ ُ َ ‫ ل‬،‫ه‬
ُ ‫ه ا ْل‬ ُ َ‫ك ل‬ َ َ ‫د ُه ال‬
َ ‫ش ِر ْي‬ َ ‫ح‬
ْ ‫و‬
َ ‫هللا‬
ُ َ َ‫ال َ ِإل‬
َّ ‫ه ِإال‬
“Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan
dan pujian, dan Dia adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu .” (HR. At-Tirmidzi no. 3585, dari
hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits
Ash-Shahihah no.1503)
Untuk selebihnya anda bisa membaca tuntunan doa-doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang anda
kehendaki. Lakukanlah amalan-amalan mulia di atas hingga matahari terbenam. Adapun shalat Dzuhur
dan Ashar di Arafah, maka keduanya dikerjakan di waktu Dzuhur (jama’ taqdim) 2 rakaat – 2 rakaat
(qashar), dengan satu adzan dan dua iqamat.
19. Ketika matahari terbenam, berangkatlah menuju Muzdalifah dengan tenang sambil selalu
melantunkan talbiyah. Setiba di Muzdalifah, kerjakanlah shalat Maghrib dan ‘Isya di waktu ‘Isya (jama’
ta`khir) dan diqashar (Maghrib 3 rakaat, ‘Isya 2 rakaat), dengan satu adzan dan dua iqamat . Kemudian
bermalamlah di sana hingga datang waktu shubuh. Seusai mengerjakan shalat shubuh, perbanyaklah doa
dan dzikir sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan, hingga hari nampak mulai terang
(sebelum matahari terbit).

20. Kemudian (sebelum matahari terbit), berangkatlah menuju Mina sambil terus bertalbiyah. Bila ada
para wanita atau pun orang-orang lemah yang bersama anda, maka diperbolehkan bagi anda untuk
mengiringi mereka menuju Mina di pertengahan malam. Namun melempar jumrah tetap dilakukan
setelah matahari terbit.

21. Ketika tiba di Mina (tanggal 10 Dzul Hijjah) kerjakanlah hal-hal berikut ini:
-Lemparlah jumrah Aqabah dengan 7 batu kerikil (sebesar kotoran kambing) dengan bertakbir pada tiap
kali lemparan. Pastikan setiap lemparan yang anda lakukan mengenai sasarannya.
-Sembelihlah Hadyu (hewan kurban), makanlah sebagian dagingnya serta shadaqahkanlah kepada orang-
orang fakir yang ada di sana. Boleh juga penyembelihan ini diwakilkan kepada petugas resmi dari
pemerintah Saudi Arabia yang ada di Makkah dan sekitarnya. Bila tidak mampu membeli atau
menyembelih hewan kurban, maka wajib puasa tiga hari di hari-hari haji (boleh dilakukan di hari-hari
Tasyriq, namun yang lebih utama dilakukan sebelum tanggal 9 Dzul Hijjah/hari Arafah6) dan tujuh hari
setelah pulang ke kampung halaman.
-Potong atau cukurlah seluruh rambut kepala anda secara merata, dan mencukur habis lebih utama.
Adapun wanita cukup memotong sepanjang ruas jari dari rambut kepalanya yang telah disatukan.
Demikianlah urutan paling utama dari sekian amalan yang dilakukan di Mina pada tanggal 10 Dzul Hijjah
tersebut, namun tidak mengapa bila didahulukan yang satu atas yang lainnya.

22. Bila anda telah melempar jumrah Aqabah dan menggundul (atau mencukur rambut), maka berarti
anda telah bertahallul awal. Sehingga diperbolehkan bagi anda untuk melakukan hal-hal yang
sebelumnya dilarang ketika berihram, kecuali satu perkara yaitu menggauli isteri.

23. Pakailah wewangian, kemudian pergilah ke Makkah untuk melakukan thawaf ifadhah/thawaf haji
(tanpa lari-lari kecil pada putaran ke-1 hingga ke-3), berikut Sa’i-nya. Dengan selesainya amalan ini,
berarti anda telah bertahallul tsani dan diperbolehkan kembali bagi anda seluruh mahzhuratil ihram.
Catatan Penting: Thawaf ifadhah boleh diakhirkan, dan sekaligus dijadikan sebagai thawaf wada’
(thawaf perpisahan) yang dilakukan ketika hendak meninggalkan kota suci Makkah .

24. Setelah melakukan thawaf ifadhah pada tanggal 10 Dzul Hijjah tersebut, kembalilah ke Mina untuk
mabit (bermalam) di sana selama tanggal 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah (hari-hari tasyriq). Tidak mengapa
bagi anda untuk bermalam 2 malam saja (tanggal 11 dan 12-nya/nafar awal).

25. Selama 2 atau 3 hari dari keberadaan anda di Mina tersebut, lakukanlah pelemparan pada 3 jumrah
yang ada; Sughra, Wustha, dan Aqabah (Kubra). Pelemparan jumrah pada hari-hari itu dimulai setelah
tergelincirnya matahari (setelah masuk waktu Dzuhur), hingga waktu malam.
Caranya: Sediakan 21 butir batu kerikil (sebesar kotoran kambing). Kemudian pergilah ke jumrah
Sughra dan lemparkanlah ke arahnya 7 butir batu kerikil (satu demi satu) dengan bertakbir pada setiap
kali pelemparan. Pastikan lemparan tersebut masuk ke dalam sasaran. Bila ternyata tidak masuk, maka
ulangilah lemparan tersebut walaupun dengan batu yang didapati di sekitar anda. Setelah selesai,
majulah sedikit ke arah kanan, lalu berdirilah menghadap kiblat dan angkatlah kedua tangan anda untuk
memohon (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala apa yang diinginkan. Lalu pergilah menuju
jumrah Wustha. Setiba di jumrah Wustha, lakukanlah seperti apa yang anda lakukan di jumrah Sughra.
Setelah selesai, majulah sedikit ke arah kiri, berdirilah menghadap kiblat, dan angkatlah kedua tangan
anda untuk memohon (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala apa yang diinginkan. Lalu
pergilah menuju jumrah Aqabah. Setiba di jumrah Aqabah, lakukanlah seperti apa yang anda lakukan di
jumrah Sughra dan Wustha. Setelah itu, tinggalkanlah jumrah Aqabah tanpa melakukan doa padanya.

26. Bila anda ingin mabit 2 malam saja di Mina (tanggal 11 dan 12 Dzul Hijjah), maka keluarlah dari Mina
sebelum terbenamnya matahari tanggal 12 Dzul Hijjah, tentunya setelah melempar 3 jumrah yang ada.
Namun jika matahari telah terbenam dan anda masih berada di Mina, maka wajib untuk bermalam lagi
dan melempar 3 jumrah di hari ke-13-nya (yang afdhal adalah mabit 3 malam di Mina/nafar tsani).
Diperbolehkan bagi orang yang sakit atau pun lemah yang benar-benar tidak mampu melakukan
pelemparan untuk mewakilkan pelemparannya kepada yang dapat mewakilinya. Sebagaimana
diperbolehkan pula bagi orang yang mewakili, melakukan pelemparan untuk dirinya kemudian untuk
orang yang diwakilinya diwaktu dan tempat yang sama (dengan batu yang berbeda).

27. Dengan selesainya anda dari kegiatan melempar 3 jumrah pada hari-hari tersebut (baik mengambil
nafar awwal atau pun nafar tsani), berarti telah selesai pula dari kewajiban mabit di Mina. Sehingga
diperbolehkan bagi anda untuk meninggalkan kota Mina dan kembali ke hotel atau maktab masing-
masing yang ada di kota Makkah.

28. Bila anda hendak meninggalkan kota Makkah (baik yang akan melanjutkan perjalanan ke kota
Madinah atau pun yang akan melanjutkan perjalanan ke tanah air), maka lakukanlah thawaf wada’
dengan pakaian biasa saja/bukan pakaian ihram dan tanpa Sa’i, kecuali bagi anda yang menjadikan
thawaf ifadhah sebagai thawaf wada’nya maka harus bersa’i .
Demikianlah bimbingan manasik haji Tamattu’ yang kami ketahui berdasarkan dalil-dalilnya yang shahih
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keterangan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Semoga taufiq dan hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengiringi kita semua, sehingga diberi
kemudahan untuk meraih predikat haji mabrur, yang tiada balasan baginya kecuali Al-Jannah. Amin Ya
Mujibas Sa`ilin.

Sumber Bacaan:
1. At-Tahqiq wal-Idhah Lilkatsir Min Masa`ilil Hajji wal Umrah waz Ziyarah, Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
2. Hajjatun Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam Kama Rawaha ‘Anhu Jabir radhiyallahu ‘anhu, karya Asy-
Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani.
3. Manasikul Hajji Wal ‘Umrah, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
4. Al-Manhaj limuridil ‘Umrah wal Hajj, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
5. Shifat Hajjatin Nabi, karya Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu.
6. Dalilul Haajji wal Mu’tamir wa Zaa‘iri Masjidir Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Majmu’ah minal
‘Ulama, terbitan Departemen Agama Saudi Arabia.
1 Para ulama sepakat bahwasanya kaum wanita tidak diperbolehkan (makruh) mengeraskan talbiyahnya,
sebagaimana yang dinukilkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi. Lihat Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
hal. 51, catatan kaki no. 10.

2 Ini merupakan pendapat Asy-Syaikh Al-Albani. Lihat Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal.57,
catatan kaki no. 23.

3 Ini merupakan pendapat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Lihat At-Tahqiq wal-Idhah hal. 39.

4 Sebagaimana penjelasan Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Utsaimin dalam Manasikul Hajji wal ‘Umrah.

5 Perbanyaklah bacaan talbiyah ini selama perjalanan haji anda, hingga akan melempar jumrah Aqabah
pada tanggal 10 Dzul Hijjah (hari Idul Adha)

6 Berdasarkan riwayat Al-Bukhari, dari ‘Aisyah dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhum bahwasanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membolehkan bershaum di hari Tasyriq kecuali bagi seseorang yang
berhaji (Tamattu’/Qiran, pen.) dan tidak mampu menyembelih hewan kurban. (Lihat Irwa`ul Ghalil, juz 4
hal. 132, dan keterangan Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Manasik Al-Hajji wal ‘Umrah)

Dikutip dari www.asysyariah.com offline Penulis: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc. Judul: Manasik Haji
Untuk Anda

Anda mungkin juga menyukai