RPP LURING
A. Kompetensi Inti
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
3. 3.7 Mengidentifikasi unsur-unsur3.7.1 3.7.2 Peserta didik dapat memahami
pembangun teks puisi yang Pengertian unsur-unsur pembangun
diperdengarkan atau dibaca. puisi
3.7.2 3.7.3 Peserta didik dapat
mengidentifikasi Unsur-unsur
pembangun teks puisi
4.74.7 Menyimpulkan unsur-unsur
pembangun makna puisi yang 4.7.1 .4.1.2 Peserta didik dapat
diperdengarkan atau dibaca menyimpulkan unsur-unsur
pembangun puisi
4.7.2 4.1.3 Peserta didik dapat
menyimpulakan makna puisi
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Puisi
2. Unsur pembangun puisi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
H. Penilaian
A. Teknik Penilaian
a. Sikap (Observasi/jurnal)
b. Pengetahuan
- Tes tertulis
c. Keterampilan
- Produk
- Praktik
Remedial
1. Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
dan pengayaan diberikan kepada peserta didik yang sudah melampaui
KKM. Remedial terdiri atas dua bagian: remedial karena belum mencapai
KKM dan remedial karena belum mencapai Kompetensi Dasar.
2. Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas bagi peserta
didik yang belum mencapai KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal).
Pengayaa
n
1. Pengayaan diberikan dalam bentuk penugasan menulis pantun secara
individu kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai KKM atau
mencapai Kompetensi Dasar.
2. Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan
dengan peserta didik.
3. Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang
membutuhkan pengembangan lebih luas.
MATERI PEMBELAJARAN
2. Diksi
Unsur diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra (Abrams, 1981). Setiap
penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan maksud yang ingin
diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Diksi juga sering menjadi ciri khas
seorang penyair atau zaman tertentu. Aspek leksikan sangatlah penting dalam karya
sastra. Aspek leksikal adalah satuan bentuk terkecil dalam konteks struktur sintaksis
dan wacana (Nurgiyantoro, 2014: 172). Aspek leksikal ini sama pengertiannya
dengan diksi. Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan (KBBI, 2005: 264). Aspek leksikal dalam karya sastra dapat
berupa penggunaan bahasa lain atau percampuran bahasa, kolokial, munculnya
bentuk baru, makna khusus, ragam kata, kata menyimpang, dan lain sebagainya.
4. Citraan Puisi
Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang mampu membangkitkan
kesan yang konkret terhadap suatu objek, pemandangan, aksi, tindakan, atau
pernyataan yang dapat membedakannya dengan pernyataan atau ekspositori yang
abstrak dan biasanya ada kaitannya dengan simbolisme (Baldic, via Nurgiyantoro,
2014:276). Unsur ciraan merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang
ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1978). Ada berbagai macam jenis citraan
diantarannya:
a. citraan penglihatan (visual imagery)
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek yang dapat
dilihat oleh mata, dapat dilihat secara visual.
b. citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran (auditif) adalah pengonkretan objek bunyi yang didengar oleh
telinga. (Nurgiyantoro, 2014:281).
c. citraan rabaan (thermal imagery)
Citraan gerak (kinestetik) adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek
gerak yang dapat dilihat oleh mata. (Nurgiyantoro, 2014:282).
d. citraan pengecapan (tactile imagery)
Citraan rabaan (taktil termal) menunjuk pada pelukisan rabaan secara konkret walau
hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca. (Nurgiyantoro, 2014:283).
e. citraan penciuman (olfactory imagery)
Citraan penciuman (olfaktori) menunjuk pada pelukisan penciuman secara konkret
walau hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca. (Nurgiyantoro, 2014:283).
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung
dalam penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
A. Kompetensi Inti
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
3. 3.7 Mengidentifikasi unsur-unsur3.7.1 3.7.2 Peserta didik dapat
pembangun teks puisi yang memahami Pengertian unsur-unsur
diperdengarkan atau dibaca. pembangun puisi
4.7.1
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan atau membaca puisi, peserta didik dapat mengetahui
struktur pembangun puisi:
a. Dengan mendengarkan atau membaca teks puisi, Peserta didik dapat
menentukan bunyi dalam puisi yang didengar dan yang dibaca.
b. Dengan mendengarkan atau membaca teks puisi, Peserta didik dapat
menentukan diksi dan suasana dalam puisi yang didengar dan yang dibaca.
c. Dengan mendengarkan atau membaca teks puisi, Peserta didik dapat
mengungkapkan bahasa kiasan dalam puisi yang didengar dan yang dibaca.
d. Dengan mendengarkan atau membaca teks puisi, Peserta didik dapat
menentukan citraan dalam puisi yang didengar dan yang dibaca.
e. Dengan mendengarkan atau membaca teks puisi, Peserta didik dapat
menentukan tipografi dalam puisi yang didengar dan yang dibaca.
D. Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Peserta didik dibagi LKPD.
2. Peserta didik diberikan contoh teks puisi.
3. Peserta didik mengerjakan tugas.
Tugas!
Nama :
Kelas :
EVALUASI PEMBELAJARAN
A. Kompetensi Inti
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
3. 3.7 Mengidentifikasi unsur-unsur3.7.1 3.7.2 Peserta didik dapat
pembangun teks puisi yang memahami Pengertian unsur-unsur
diperdengarkan atau dibaca. pembangun puisi
4.7.1
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Puisi
2. Unsur pembangun puisi
E. Penilaian
a. Sikap (Observasi/jurnal)
b. Pengetahuan
- Tes tertulis
c. Keterampilan
- Produk
- Praktik
Rubrik Skor
Menunjukkan perilaku yang selalu sungguh-sungguh dalam melakukan 4
kegiatan pembelajaran.
Menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan 3
pembelajaran.
Mulai menunjukkan kadang-kadang ada usaha sungguh-sungguh perilaku 2
dalam kegiatan pembelajaran.
Sama sekali tidak menunjukkan perilaku yang diamati dalam kegiatan 1
pembelajaran.
1. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang pandai, akan mengalami kesulitan.
2. Berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
3. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan
masalah lainnya.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
5. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan.