Anda di halaman 1dari 7

Majlis Ilmu

Kajian tentang Haji dan umroh


Hari Kamis 29 September 2022 M/3 Rabiul Awwal 1444H
Oleh: H.Firdaus Maulana Akbar, S.Th.I, Lc
Di mushola Baitul Karim

1. Pengertian Haji dan umroh

‫َواَمِت ُّوا احْلَ َّج َوالْعُ ْمَر َة لِٰلّ ِه‬


“Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”

ۗ ‫اع اِلَْي ِه َسبِْياًل‬ ِ ِ ِ ‫ولِٰلّ ِه علَى الن‬


ْ ‫َّاس ح ُّج الَْبْيت َم ِن‬
َ َ‫استَط‬ َ َ
Kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, bagi orang yang mampu )sanggup mendapatkan perbekalan,
alat transportasi, sehat jasmani, perjalanan aman, dan keluarga yang
ditinggalkan terjamin kehidupannya)  mengadakan perjalanan ke sana.
Haji adalah menyengaja berkunjung ke Baitullah/ke ka'bah atau ke
tanah suci Mekkah untuk melakukan ibadah pada waktu dan cara
tertentu serta dilakukan dengan tertib. Haji merupakan rukun Islam
kelima, serta ibadah yang diserap dari syariat para nabi terdahulu
Di lain sisi, haji diartikan pula sebagai bentuk ziarah Islam tahunan ke
Makkah. Hal ini merupakan kewajiban bagi umat Islam dan harus
dilakukan bila mampu. Setidaknya ditunaikan sekali seumur hidup oleh
semua orang Muslim dewasa, yang secara fisik dan finansial mampu
melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga selama
ketidakhadiran mereka. Jadi, pengertian haji adalah berniat melakukan
perjalanan ke Mekkah.

Sedangkan, menurut istilah pengertian haji adalah menyengaja


pergi ke tanah suci (Mekkah) untuk beribadah niat di muzdalifah,
menjalankan thawaf, sa’i, tahalul, mabit di mina, muzdafilah, serta
wukuf di Arafah. Maupun menjalankan seluruh ketentuan ibadah haji
di waktu yang telah ditentukan serta dilakukan dengan tertib.

Allah Swt berfirman:

‫وق َواَل ِج َد َال يِف احْلَ ِّج‬ $َ َ‫ض فِي ِه َّن احْلَ َّج فَاَل َرف‬
َ ‫ث َواَل فُ ُس‬ َ ‫ات فَ َم ْن َفَر‬ َ ُ‫احْلَ ُّج َأ ْش ُهٌر َم ْعل‬
ٌ ‫وم‬

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa


yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji,
maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji…” (QS al-Baqarah: 197

2.  umroh adalah menyengaja menuju Ka’bah untuk melaksanakan


ibadah tertentu yaitu Niat di muzdalifah, Thawaf, sa’yi dan tahalul

umroh adalah berkunjung ke Baitullah atau (Masjidil Haram)


dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik yakni
Allah SWT dengan memenuhi seluruh syarat-syaratnya, serta
waktu tak ditentukan seperti pada ibadah haji.
ِ ‫و َل‬$‫ مَسِ عت رس‬: ‫ال‬$
‫اهلل‬ َ $َ‫ق‬ ‫ا‬$
‫م‬$ ‫ه‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬ ‫اهلل‬ ‫ي‬ $ ِ ‫اب ر‬
‫ض‬ ِ ‫د‬$ِ $‫رَّمْح ِن عب‬$$‫د ال‬$ِ $‫عن َأيِب عب‬
ِ َّ‫ر بْ ِن اخْلَط‬$‫م‬$ ُ‫اهلل بْ ِن ع‬
ُْ َ ُ ْ َ
َُ ُ َ َ ََ َْ َ َْ ْ َ
َّ ‫هَ ِإالَّ اهللُ َو‬$$َ‫ َه َاد ِة َأ ْن الَ ِإل‬$ ‫ َش‬: ‫س‬
ً‫َأن حُمَ َّمدا‬ ٍ ْ‫الَ ُم َعلَى مَخ‬$ ‫ بُيِن اِْإل ْس‬: ‫و ُل‬$ْ $‫لَّ َم َي ُق‬$ ‫ه َو َس‬$ِ $‫لَّى اهللُ َعلَْي‬$ ‫ص‬
َ
َ
‫لِ ٌم‬$‫ي َو ُم ْس‬ ِ ‫تو‬ ِ ِ َّ ‫اء‬$ِ $‫الصالَِة وِإيت‬ ِ ‫رسو ُل‬
ُّ ‫ا ِر‬$‫خ‬
$َ ُ‫ا َن ” َر َواهُ الب‬$‫ض‬ َ ‫ ْوم َر َم‬$‫ص‬ َ َ ‫اة َو َح ِّج الَْبْي‬$‫ك‬$َ ‫الز‬ َْ َ َّ ‫اهلل َوِإقَ ِام‬ ُْ َ

Dari Abu  ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-
Khattab radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang
berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji (ke
Baitullah); dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR.
Bukhari, no. 8; Muslim, no. 16]

Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda:

َ َّ‫ر ِة كف‬..‫العمرةُ إلى العم‬ :‫هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬ ‫أبي‬ ‫عن‬
ٌ‫ارة‬
ُ‫ليس لهُ جزا ٌء إال الجنَّة‬
َ ‫والحج المبرو ُر‬
ُّ ، ‫ل َما بينَه َما‬
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda, “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya
adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur
tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga” (HR al-Bukhari dan
Muslim)

dalil yang menunjukkan keatamaan mempersering dan memperbanyak


umrah adalah hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫د‬$ِ $ ‫ث احلدي‬ ِ ِّ ‫ابِعُوا بني‬$$ َ‫ت‬
َ $ ‫ر وال‬$َ $ ‫ان الفق‬$$ ‫ ينفي‬$‫ا‬$ $‫ فإهَّن م‬، ‫ر ِة‬$$ ‫احلج والعم‬
َ َ‫ريُ َخب‬$$ ‫ا يَنفي الك‬$$ ‫ كم‬، ‫ذنوب‬$
ِ $ِ
ٌ ‫ وليس للحجة املربور ِة‬، ‫والفضة‬
ُ‫ثواب إال اجلنة‬ $ِ
‫والذهب‬

“Iringilah ibadah haji dengan (memperbanyak) ibadah umrah


(berikutnya), karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan
kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana alat peniup besi panas
menghilangkan karat pada besi, emas dan perak. Dan tidak ada
(balasan) bagi (pelaku) haji yang mabrur melainkan surga

Dan Allah juga berfirman:

ِ ُ‫ك ومن يعظِّم َشعاِئر اللَّ ِه فَِإنَّها ِمن َت ْقوى الْ ُقل‬
‫وب‬ ِ
َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ‫َذل‬

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-


syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS al
Hajj: 32).

Dan yang dimaksud dengan hurumatullah (hal-hal terhormat di sisi


Allah) adalah segala sesuatu yang memiliki kehormatan di sisi Allah,
yang Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk
mengagungkannya, baik berupa ibadah dan yang lainnya. Dan di
antaranya adalah manasik (tata cara ibadah haji) ini, tanah-tanah haram,
dan ber-ihram.
Adapun sya’a-irullah (syi’ar-syi’ar Allah), maka maksudnya adalah
lambang-lambang agama yang tampak jelas, yang di antaranya juga
manasik (tata cara ibadah haji) inSebagaimana firman-Nya:

‫الص َفا َوالْ َم ْر َو َة ِم ْن َش َعاِئِر اللَّ ِه‬


َّ ‫ِإ َّن‬

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar-


syi’ar Allah…” (QS al-Baqarah: 158).

Dan sungguh Allah Ta’ala telah menjadikan pengagungan


terhadap syi’ar-syi’ar-Nya sebagai salah satu rukun dari rukun-
rukun ketakawaan, dan salah satu syarat pengabdian dan
penghambaan kepada-Nya. Allah pun jadikan pengagungan
terhadap hurumatullah (hal-hal terhormat di sisi Allah) sebagai
sebuah jalan bagi hamba-Nya untuk meraih pahala dan
pemberian karunia dari-Nya.

Keutamaan Membangun Masjid


Bangun Masjid Walau Hanya Menyumbang Satu Bata
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ص قَطَا ٍة َأوْ َأصْ غ ََر بَنَى هَّللا ُ لَهُ بَ ْيتًا فِى ْال َجنَّ ِة‬
ِ ‫ْجدًا هَّلِل ِ َك َم ْف َح‬
ِ ‫َم ْن بَنَى َمس‬
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya
selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah
bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah
no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih)

bnu Hajar dalam Al-Fath (1: 545) menyatakan,


‫ َو َوقَ َع فِي ِر َوايَ ِة َأنَس ِع ْن َد‬، ‫ص ِغير‬
َّ ‫ُوع فَيَ ْد ُخ ُل فِي ِه ْال َكبِير َوال‬
ِ ‫ْجدًا) التَّ ْن ِكير فِي ِه لِل ُّشي‬
ِ ‫( َم ْن بَنَى َمس‬
‫ص ِغيرًا َأوْ َكبِيرًا‬
َ ِّ‫التِّرْ ِم ِذي‬
“Maksud dari “siapa yang membangun masjid” digunakan isim nakirah
yang menunjukkan keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa
yang membangun masjid besar maupun kecil. Dalam riwayat Anas yang
dikeluarkan oleh Tirmidzi yang mendukung yang menyatakan dengan
masjid kecil atau besar.”

Yang Penting Ikhlas Ketika Menyumbang


Berapa pun besar sumbangan untuk masjid harus didasari niatan ikhlas
karena Allah. Karena yang dimaksud lillah, kata Ibnu Hajar adalah
ikhlas (karena Allah). (Fath Al-Bari, 1: 545). Jadi, pahala besar
membangun masjid yang disebutkan dalam hadits yang kita kaji bisa
diraih ketika kita ikhlas dalam beramal, bukan untuk cari pujian atau
balasan dari manusia

Maksud Dibangunkan Bangunan Semisal di Surga


Hadits tentang keutamaan membangun masjid juga disebutkan dari
hadits Utsman bin Affan. Di masa Utsman yaitu tahun 30 Hijriyah
hingga khilafah beliau berakhir karena terbunuhnya beliau, dibangunlah
masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman katakan pada
mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka
terlalu bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ُ‫ْجدًا هَّلِل ِ بَنَى هَّللا ُ لَهُ فِى ْال َجنَّ ِة ِم ْثلَه‬
ِ ‫َم ْن بَنَى َمس‬
“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan
membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari no. 450 dan
Muslim no. 533).
Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya
semisal itu di surga ada dua tafsiran:
1- Allah akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut
bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu
punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah
dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah
terbetik dalam hati akan indahnya.
2- Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan
rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia
dibanding dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh Shahih Muslim, 5: 14)
 

Anda mungkin juga menyukai