Anda di halaman 1dari 24

Dana bantuan inklusif anak di Papua:

pembelajaran dari penerapan bantuan


langsung tunai di daerah terpencil

Karishma Huda1 , Fernando Carrera2 , Héctor Salazar Salame3 , Anton Tarigan4 , Shez Farooq5
Dana bantuan inklusif anak di Papua: pembelajaran dari
penerapan bantuan langsung tunai di daerah terpencil

© 2020 MAHKOTA

Penulis:
1
Karishma Huda
Spesialis Perlindungan Sosial dan Pasar Tenaga Kerja, MAHKOTA
2
Fernando Carrera
Chief of Social Policy, UNICEF Indonesia
3
Héctor Salazar Salame
Ketua Tim, MAHKOTA
4
Anton Tarigan
Pimpinan Operasi BANGGA Papua, MAHKOTA
5
Shez Farooq
Pakar Sistem Informasi Manajemen, MAHKOTA

Foto sampul:
Firdaus Syahril
Daftar isi
Ringkasan 5
Bagian 1: Pendahuluan 7
Bagian 2: Konteks Papua 9
• Kondisi sosial ekonomi di Papua 9
• Perlindungan sosial di Papua 9
Bagian 3: BANGGA Papua dan dasar pemikiran untuk 'tidak melakukan bisnis
seperti biasanya' 11
Bagian 4: Karakteristik desain utama BANGGA Papua 13
• Membangun legitimasi melalui peraturan gubernur 13
• Pengaturan kelembagaan yang inovatif 14
• Mengidentifikasi penyedia layanan pembayaran yang sesuai
dengan kondisi Papua 15
• Mendaftarkan populasi daerah terpencil: berpikir di luar kebiasaan 15
• Sistem informasi manajemen BANGGA Papua: pelayanan terpadu satu pintu 15
• Mengirimkan pembayaran untuk penerima manfaat: titik pengiriman
paling akhir 16
• Bantuan teknis BANGGA Papua: dukungan dari mitra pembangunan 18
Bagian 5: Tantangan, pencapaian, dan pelajaran yang didapat sampai saat ini 19
Referensi 21
Photo: Yayasan BaKTI

4
Ringkasan

Pada tahun 2017, Pemerintah Provinsi Papua (Pemprov Papua) meluncurkan hibah anak inklusif
untuk semua anak-anak asli Papua di bawah usia empat tahun. Program yang disebut BANGGA Papua
tersebut telah diterapkan di tiga kabupaten dan akan dikembangkan di seluruh wilayah provinsi.
Program ini dikembangkan oleh Pemprov Papua dengan bantuan teknis dari mitra pembangunan dan
didanai dengan dana otonomi khusus provinsi.

Papua memiliki tingkat kemiskinan tertinggi dan perkembangan anak terendah di Indonesia. Di
provinsi ini, program perlindungan sosial nasional memiliki cakupan yang terbatas dan mendapatkan
tantangan implementasi yang signifikan. Sebagai tanggapannya, Pemprov meluncurkan BANGGA
Papua dengan tujuan untuk mewujudkan Generasi Emas Papua. Desain dan implementasi BANGGA
Papua—mengingat kendala geografisnya, keterbatasan infrastruktur, dan kompleksitas politiknya—
tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia sebagai contoh inovatif perlindungan sosial inklusif, tetapi juga
bagi negara lain yang menerapkan program perlindungan sosial di daerah terpencil dan menantang.

Laporan evaluasi ini meletakkan BANGGA Papua dalam lanskap perlindungan sosial yang lebih luas di
Indonesia dan membahas pengalaman implementasi BANGGA Papua hingga saat ini. Bagian pertama
memperlihatkan situasi kemiskinan anak dan sistem perlindungan sosial secara lebih luas di Indonesia.
Dua bagian berikutnya membahas konteks Papua dan dasar pemikiran BANGGA Papua. Bagian
keempat menjelaskan implementasi BANGGA Papua. Bagian kelima merangkum pelajaran utama yang
didapat dari skema tersebut sejauh ini dan tantangan utama ke depan.

5
Photo: Firdaus Syahril, 2020

6
Bagian 1:
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih Langkah cepat pemerintah Indonesia memperluas
dari 13.000 pulau berpenghuni, berpenduduk paling program perlindungan sosial dan dan belanja telah
padat keempat di dunia, serta memiliki perekonomian berkontribusi terhadap hasil-hasil ini (lihat Kotak 1).9
terbesar ke-16 secara global. Dengan luas dan makin
besar pengaruh negeri ini sebagai kekuatan global, Terlepas dari tren yang positif ini, tantangan kritis tetap
kemajuan pembangunan Indonesia akan sangat penting ada dan makin diperburuk dengan adanya pandemi
untuk memastikan kemakmuran ekonomi dan stabilitas Covid-19. Dalam proyeksi terbaru, sebanyak 1,2 juta
yang berkelanjutan di kawasan Asia-Pasifik. penduduk diperkirakan akan terinfeksi.10 Sebelum
pandemi, lebih dari 23 persen (61 juta penduduk
Sejak krisis keuangan Asia pada 1997 dan reformasi Indonesia) hidup di bawah garis kemiskinan moderat
pada 1998, Indonesia meraih hasil pembangunan yang yang dibuat Bank Dunia sebesar US$3,20 dan
mengesankan. Dari 1999 hingga 2019, Indonesia berhasil ketimpangan pendapatan meningkat dari koefisien Gini
mengurangi tingkat kemiskinan lebih dari setengah mendekati 0,3 pada 1997 menjadi 0,38 pada 2018.11
menjadi 9,2 persen dan meningkatkan lebih dari dua kali Selanjutnya, sebanyak 37 persen anak balita mengalami
lipat PDB per kapita dari US$2.071 menjadi US$4.131,6.6 stunting (tinggi badan yang pendek berdasarkan usia)
Kesejahteraan anak juga mengalami peningkatan. Antara yang berhubungan dengan gangguan kemampuan
2000 dan 2017, Indonesia berhasil mengurangi separuh kognitif, tingkat pendidikan yang rendah, berkurangnya
angka kematian bayi dari 41 menjadi 21 per 1.000 produktivitas dan potensi penghasilan, dan risiko
kelahiran.7 Dalam periode ini, negara ini juga mencapai kemiskinan yang tinggi.12
angka pendidikan yang hampir universal di tingkat
sekolah dasar (dari 69 persen menjadi 95 persen), serta Proyeksi nasional yang ringan memperkirakan bahwa
peningkatan pada tingkat pendidikan menengah dari 55 pandemi Covid-19 dapat meningkatkan angka kemiskinan
persen menjadi 86 persen.8 menjadi 9,7 persen serta mendorong 1,3 juta penduduk

Kotak 1: Tinjauan umum sistem perlindungan sosial nasional Indonesia13

Sistem perlindungan sosial nasional Indonesia terdiri dari:

• Skema kontribusi seperti asuransi kesehatan dan program asuransi kerja yang dibiayai oleh iuran individu dan/
atau perusahaan. Mengingat tingginya angka tenaga kerja informal di Indonesia, cakupan sistem iuran masih
terbatas.

• Skema nonkontribusi yang menargetkan masyarakat termiskin dan dibiayai oleh pemerintah dari pendapatan
pajak umum. Skema nonkontribusi utama meliputi:
1) Bantuan Pangan Non-Tunai (Sembako) yang menyediakan e-voucher pangan untuk 10,2 juta rumah tangga;
2) Bantuan Sosial Beras untuk Keluarga Prasejahtera (Bansos Rastra) untuk 5,3 juta rumah tangga;
3) Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan langsung tunai bersyarat untuk ibu hamil dan anak usia sekolah
yang mencapai 10 juta keluarga miskin;
4) Program Indonesia Pintar (PIP), bantuan langsung tunai untuk siswa dari keluarga miskin dan rentan yang
mencapai 19,7 juta siswa; dan
5) Pemerintah memberikan subsidi Jaminan Kesehatan Nasional untuk 40 persen penduduk termiskin, atau
sekitar 92,3 juta penerima manfaat.

6
http://data.worldbank.org.
7
World Bank (2019).
8
TNP2K (2018).
9
McCarthy dan Sumarto (2018).
10
Shiddiq (2020).
11
ibid.
12
TNP2K (2018).
13
Lihat TNP2K (2018) dan World Bank (2017) untuk analisis komprehensif sistem perlindungan sosial Indonesia pra-pandemi. Pengeluaran Indonesia
untuk perlindungan sosial sebagai respons Covid-19 sangat signifikan dan program nasional yang disebutkan di sini telah menyediakan mekanisme
penting untuk menyalurkan bantuan tunai dan dukungan dalam bentuk barang kepada jutaan masyarakat Indonesia yang rentan. Perlindungan sosial
pemerintah Indonesia sebagai respons Covid-19 mencakup pembayaran di muka Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk penerima manfaat PKH; perluasan
Bantuan Pangan Non-Tunai; subsidi listrik untuk masyarakat miskin; pelatihan keterampilan dengan insentif bagi mereka yang kehilangan pekerjaan;
subsidi perumahan; dan BLT tanpa syarat.
7
menuju garis kemiskinan pada tahun 2020, meskipun usia enam tahun dari 40 persen rumah tangga termiskin,
beberapa proyeksi yang lebih parah memperkirakan dan hanya 8 persen anak dari seluruh populasi yang
bahwa tingkat kemiskinan dapat meningkat hingga memiliki akses ke sistem perlindungan sosial.19
12,4 persen sehingga akan memunculkan 8,5 juta orang
miskin baru.14 Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk semakin
memperkuat dan memperluas sistem perlindungan sosial
Selain itu, adanya kesenjangan geografis yang nasional yang tercermin dalam Rencana Pembangunan
signifikan di 34 provinsi Indonesia. Pada 2018, tingkat Jangka Panjang 2005-2025. Selain itu, pemerintah
kemiskinan resmi bervariasi dari 3,3 persen di DKI daerah sedang berinovasi untuk menambahkan program
Jakarta hingga lebih dari 27,4 persen di Papua.15 nasional dengan skema daerah. Misalnya, Kabupaten
Sebagaimana digambarkan dalam Kotak 2, kemiskinan Aceh Jaya di Aceh dan DKI Jakarta menerapkan program
yang terkonsentrasi secara geografis tetap menjadi dana bantuan lansia non-iuran yang ditujukan untuk
masalah utama dan memiliki implikasi negatif yang besar lansia miskin. Provinsi Papua juga menjalankan salah satu
terhadap pembangunan anak-anak Indonesia. program dana bantuan inklusif anak di negara ini,20 yang
akan dibahas lebih lanjut di bagian selanjutnya. Inovasi-
Meningkatkan efektivitas dan cakupan sistem inovasi ini mempertimbangkan konteks daerah dan
perlindungan sosial sangat penting untuk mengatasi membantu mengisi kesenjangan kritis dalam cakupan
tantangan ini. Meskipun investasi Indonesia dalam perlindungan sosial yang ada.
perlindungan sosial tumbuh sepuluh kali lipat pada 2005
hingga 2017, anggaran saat ini sebesar 0,55 persen dari Pemerintah daerah saat ini memiliki peran penting dalam
PDB16 (dengan 0,35 persen dialokasikan dalam skema mengidentifikasi orang-orang yang tidak terdaftar dalam
tanpa iuran) tetap rendah dibandingkan dengan negara- skema perlindungan sosial nasional, sehingga mereka
negara berpenghasilan menengah lainnya,17 dengan dapat memperoleh manfaat dari paket stimulus fiskal
pengecualian untuk skema nasional, terutama PKH dan nasional dan daerah.
PIP, yang tetap tinggi.18 Hanya 18 persen anak di bawah

Kotak 2: Kemiskinan anak – tinjauan umum dan pendekatan multidimensi21

• Pada 2016, sebanyak 13 persen anak dan remaja Indonesia mengalami kemiskinan dari segi pendapatan.
Kesenjangan geografis pada kemiskinan anak merupakan hal yang signifikan. Bali, DKI Jakarta, dan Kalimantan
Selatan memiliki tingkat kemiskinan anak terendah (masing-masing 5,4 persen, 5,5 persen, dan 6,1 persen).
Sebaliknya, Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur memiliki tingkat kemiskinan anak 5-7 kali lebih
tinggi (masing-masing 35,4 persen, 31,0 persen, dan 26,4 persen).

• Hasil analisis kemiskinan multidimensi UNICEF, yang mempertimbangkan enam dimensi deprivasi—kesehatan,
gizi, pendidikan, tempat tinggal, perlindungan anak, dan utilitas—mencerminkan bahwa dua per tiga anak di
Indonesia mengalami kekurangan dan/atau hidup dalam kemiskinan. Secara khusus:
• Deprivasi kesehatan, terkait dengan kurangnya asuransi kesehatan dan vaksinasi yang tidak lengkap,
berdampak pada 53 persen anak.

• Deprivasi gizi, sejalan dengan indikator stunting, berdampak pada 34 persen anak.

• Deprivasi pendidikan: 30 persen anak nasional (dan sekitar 50 persen di Papua) memiliki tingkat kehadiran
prasekolah yang rendah dan/atau tidak bersekolah di kelas yang sesuai dengan usia mereka.
• Deprivasi tempat tinggal: 20 persen anak nasional (dan sekitar 60 persen di Papua) tinggal di lantai yang terbuat
dari tanah dan/atau dalam kondisi padat.

• Perlindungan anak: 20 persen anak nasional (dan sekitar 61 persen di Papua) tidak memiliki perlindungan anak
yang memadai—mereka tidak memiliki akta kelahiran—dan/atau terlibat dalam pernikahan anak dan/atau
pekerja anak.

• Utilitas: 57 persen anak Indonesia tidak memiliki akses ke fasilitas air dan sanitasi yang baik di rumah dan/atau
keluarga mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak.

14
SMERU (2020).
15
Data yang disajikan dalam kotak ini berasal dari UNICEF (2017).
16
Angka ini tidak termasuk investasi dalam asuransi kesehatan bersubsidi.
17
TNP2K (2018).
18
ibid.
19
ibid. Angka-angka ini mencerminkan tingkat cakupan pada 2018, yang meningkat sejak saat itu.
20
Kota Sabang di Aceh menerapkan dana bantuan anak universal untuk semua anak usia 0-6 tahun dengan dukungan teknis dari UNICEF Indonesia.
21
Data yang disajikan dalam kotak ini berasal dari UNICEF (2017).

8
Bagian 2:
Konteks Papua
Kondisi sosial ekonomi di Papua

Papua adalah provinsi Indonesia paling timur dengan Berdasarkan kondisi tersebut, Pemprov Papua pada
populasi 3,5 juta orang yang terdiri dari 26 kelompok 2017 memutuskan meningkatkan alokasi anggaran (juga
etnis dengan lebih dari 261 bahasa. Keragaman dikenal sebagai dana Otsus—lihat Kotak 3 tentang status
geografisnya, termasuk daerah pegunungan dan otonomi khusus) untuk meluncurkan program Bangun
hutan, membuat infrastruktur dan akses terhadap Generasi dan Keluarga Papua Sejahtera (BANGGA
layanan menjadi tantangan tersendiri. Faktor-faktor Papua),27 dana bantuan inklusif anak untuk semua anak
ini menyebabkan Papua mengalami tingkat kemiskinan asli Papua di bawah usia empat tahun. Menurut pejabat
dan ketidaksetaraan tertinggi di negara ini (tingkat Pemprov Papua, dana bantuan inklusif anak lebih
kemiskinan 27,6 persen dan koefisien Gini 41,1) meskipun sesuai dengan norma budaya Papua, serta mendukung
sumber daya alamnya melimpah.22 Anak-anak di Papua komitmen Pemprov Papua dalam menghasilkan Generasi
sangat rentan, dengan lebih dari 35 persen anak hidup Emas Papua. BANGGA Papua memberikan transfer
di bawah garis kemiskinan nasional dan 59 persen anak bulanan sebesar Rp200.000 (atau US$14,20) per bulan
hidup di bawah dua kali dari garis kemiskinan nasional.23 tiap orang kepada para ibu (atau wali sah perempuan)
Lebih dari 40 persen balita di Papua mengalami stunting, yang memenuhi syarat melalui rekening bank perorangan.
yang mencerminkan meluasnya kasus gizi buruk kronis, Seperti dibahas di bawah ini, saat ini program tersebut
yang pada akhirnya akan memberikan dampak seumur mencakup 32.000 anak di tiga kabupaten dengan
hidup bagi perkembangan manusia dan produktivitas rencana pengembangan di seluruh provinsi.
mereka.24
BANGGA Papua berhasil menyelesaikan tiga
Perlindungan sosial di Papua kali pencairan dana. Meskipun Pemprov Papua
mengantisipasi agar pembayaran dilakukan setiap
Program perlindungan sosial nasional, termasuk BPNT, triwulan, tingginya biaya pengiriman dan akses uang
PIP, dan PKH, diterapkan di Papua, tetapi program- tunai di Papua menyebabkan Pemprov Papua mencairkan
program tersebut menghadapi tantangan yang berarti pembayaran setiap enam bulan. Pada Januari 2020,
dalam implementasi dan cakupannya. Baru-baru ini Pemprov Papua menangguhkan sementara pembayaran
pada 2019, pemerintah Indonesia memperluas program untuk mendukung pembiayaan prioritas nasional dan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) nasional bersyarat, PKH, provinsi. Namun, Pemprov Papua optimistis bahwa
untuk menjangkau 63.000 keluarga Papua.25 Meskipun pembayaran akan dilanjutkan pada paruh kedua 2020,
PKH merupakan program nasional yang patut dipuji terutama mengingat perlunya respons terhadap pandemi
dengan serangkaian dampak positifnya, namun desain Covid-19.
tertentu dalam PKH tidak mengindahkan kondisi
Papua yang unik. Misalnya, tingkat manfaat PKH saat BANGGA Papua memiliki peran penting dalam
ini tidak memenuhi biaya hidup yang tinggi di provinsi mengurangi dampak ekonomi akibat Covid-19 di
tersebut, dan cakupan penerima manfaat yang terbatas Papua, yang telah mengalami tingkat kemiskinan parah
memberikan dampak yang kecil pada tingkat kemiskinan sebelum pandemi. Secara umum, BLT dianggap sebagai
Papua yang sangat tinggi. Oleh karena itu, penargetan respons ekonomi karena bertujuan mengurangi tingkat
masyarakat termiskin menjadi tantangan mengingat keparahan kemiskinan, membantu mendorong kegiatan
tingginya tingkat kemiskinan di provinsi tersebut dan ekonomi, serta mendorong solidaritas sosial di masa-
karena dianggap bertentangan dengan struktur sosial masa sulit, terutama jika didistribusikan secara luas.
yang terjalin erat dan merata di Papua. Faktanya, banyak Mengingat bahwa BANGGA Papua merupakan salah satu
rumah tangga yang tidak mendapatkan manfaat dari dari skema BLT universal di Indonesia, program ini dapat
program perlindungan sosial nasional yang ditargetkan dimanfaatkan untuk memberikan dukungan ekonomi
untuk mengatasi kemiskinan akibat konflik sosial di langsung kepada ribuan orang Papua yang terdampak
beberapa kelompok masyarakat di Papua.26 krisis.

22
BPS (2017).
23
UNICEF (2017).
24
TNP2K (2018).
25
Sebagai bagian dari peluncuran perdana di Papua, pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa penyesuaian terhadap program PKH. Misalnya,
pembayaran dilakukan setahun sekali, bukan triwulanan, untuk mengatasi tantangan distribusi transfer PKH. Persyaratan yang terkait dengan transfer juga
sedang ditinjau dengan mempertimbangkan konteksnya.
26
Hossain, N. et al. (2012).
27
Membangun Keluarga dan Generasi Papua Sejahtera.

9
Kotak 3: Status Otonomi Khusus Papua dan akses ke 'pembiayaan otonomi khusus'

Pemerintah pusat menerapkan status Otonomi Khusus Papua melalui UU 21/2001. Status ini memberikan
tingkat pendanaan per kapita yang lebih tinggi kepada Papua daripada provinsi lain di Indonesia dan
memberikan kewenangan kepada pemerintah provinsi dalam pengambilan keputusan lintas sektor
pembangunan utama.

Undang-undang ini juga memungkinkan dana otonomi khusus–sekarang dikenal sebagai dana Otsus–untuk
membiayai pembangunan sosial dan ekonomi Papua dengan cepat. Dana Otsus, yang disediakan oleh
pemerintah pusat dan dikelola oleh pemerintah provinsi, harus memberikan manfaat bagi penduduk asli
Papua (sekitar setengah dari populasi yang tinggal di Papua adalah penduduk asli). Pada 2017, dana Otsus
mencapai Rp5,62 triliun (sekitar US$400,2 juta).

Foto: Firdaus Syahril, 2020

10
Bagian 3:
BANGGA Papua dan dasar pemikiran untuk
'tidak melakukan bisnis seperti biasa'
Bukti menunjukkan bahwa hasil pembangunan dari 1.000 Hari Pertama” Pemprov Papua untuk mengurangi
inisiatif yang dibiayai dana Otsus pada masa lalu sangat stunting.
minim dan sering terkonsentrasi di daerah yang kaya
sumber daya dan daerah perkotaan, tidak menyasar Pemprov Papua memutuskan untuk melaksanakan
sebagian besar penduduk asli Papua.28 Pada 2017, BANGGA Papua di kabupaten termiskin dan paling
Pemprov Papua berupaya mengidentifikasi program sulit dijangkau terlebih dahulu karena pengalaman
inovatif yang akan lebih memastikan bahwa dana Otsus penerapan di sana akan memberikan pelajaran penting
menjangkau penduduk asli Papua yang rentan, dan untuk peningkatan program. Program ini diluncurkan di
menghasilkan capaian pembangunan yang lebih kokoh. kabupaten Lanny Jaya, Paniai, dan Asmat, yang dipilih
Ide program BLT menarik bagi Pemprov Papua karena berdasarkan tingkat kemiskinan yang tinggi (di atas
memiliki potensi yang signifikan dalam mengurangi 35 persen); indeks pembangunan manusia rendah;
kemiskinan, relatif mudahnya pelaksanaan, dan populer konsentrasi anak-anak di bawah usia empat tahun;
secara politik. komitmen politik yang kuat dari pemerintah kabupaten
pelaksana; dan perwakilan dari tiga wilayah adat yang
Pada Juni 2017, Gubernur Papua secara terbuka paling menonjol di Papua (lihat Gambar 1).
mengumumkan bahwa skema BLT provinsi pertama
akan dilaksanakan dan akan mencakup hibah anak dan Pemprov Papua awalnya berencana untuk memperluas
lansia. Pemprov Papua akhirnya memilih untuk memulai BANGGA Papua untuk menjangkau 39 kabupaten pada
dengan hibah anak kepada semua anak asli Papua di 2021 (pada titik itu akan mencakup sekitar 26 persen dari
bawah usia empat tahun. Keputusan itu berdasarkan semua rumah tangga yang tinggal di Papua), meskipun
pada pertimbangan ruang fiskal, fakta bahwa sekitar 10 perluasan tersebut hingga saat ini lebih lambat daripada
persen populasi Papua berusia di bawah lima tahun,29 dan yang diperkirakan.
bahwa BLT untuk anak-anak akan melengkapi “Program

Gambar 1: Peta adat BANGGA Papua, menunjukkankabupaten pelaksana BANGGA Papua

PROVINSI PAPUA

PAPUA BARAT

MAMTA
Lanny Jaya
Paniai
LAPAGO

HAANIM

Asmat MEEPAGO

SAERERI

Sumber: Pemerintah Provinsi Papua (2017)

28
Resosudarmo, B. et al. (2014).
29
Susenas (2017).
11
Foto: Firdaus Syahril, 2020

12
Bagian 4:
Karakteristik desain utama BANGGA Papua
Pemprov Papua merancang BANGGA Papua selama Membangun legitimasi melalui peraturan gubernur
tiga bulan (antara April hingga Juni 2017) dengan
didukung tim konsultan teknis dari program yang didanai Sistem perlindungan sosial Indonesia diatur oleh
pemerintah Australia, MAHKOTA dan KOMPAK.30 seperangkat peraturan dan undang-undang yang
Pemprov Papua menggunakan sisa tahun 2017 dengan ditentukan dengan sangat ketat. Undang-undang yang ada
meletakkan dasar pelaksanaan program, yang termasuk menyatakan bahwa semua skema BLT harus ditargetkan
menetapkan kerangka kerja peraturan program; kepada orang miskin dan pemerintah daerah dilarang
mengatur mekanisme koordinasi pemerintah; dan memberikan BLT secara berkelanjutan. Oleh karena
mengidentifikasi penyedia layanan pembayaran yang itu, untuk mengalokasikan dana Otsus ke dalam skema,
tepat. Pada 2018, sekretariat pr ovinsi dan kabupaten Pemprov Papua harus membuat peraturan gubernur
mulai melaksanakan proses bisnis BANGGA Papua (lihat untuk BANGGA Papua sebelum memulai pelaksanaan
Gambar 2). program tersebut. Proses untuk mendapatkan dukungan
dari instansi pemerintah provinsi terkait dan menyusun
Fondasi BANGGA Papua didasarkan pada karakteristik peraturan tersebut memerlukan waktu lebih dari
desain kelembagaan dan operasional yang inovatif yang setahun. Meskipun menunda peluncuran program,
akan dibahas lebih lanjut di bagian ini. Bantuan teknis hal tersebut memantapkan legitimasi mendasar dan
dari mitra pembangunan telah menjadi ciri penting dalam penerimaan di tingkat tertinggi dari pemerintah provinsi
pengembangan dan pelaksanaan BANGGA Papua, dan
oleh karena itu, juga akan dibahas dalam dokumen ini.

Gambar 2: Proses bisnis BANGGA Papua

Pemrosesan Penerimaan,
Banding untuk permintaan investasi dan
Memperoleh Pengecualian untuk perubahan penyelesaian
Sistem
Nomor Induk catatan penerima keluhan
Pencatatan
Kependudukan
Sipil
(NIK)

Pendaftaran
Pembukaan Keluar saat tidak
(termasuk Pembuatan Pengisian Penarikan dana
Pendaftran Rekening lagi memenuhi
penyerahan Daftar Gaji di Rekening Penerima/
Program Bank untuk persyaratan /
detail SIM Penerima Perwakilan Resmi
Penerima penghentian
rekening
bank) manfaat

Komunikasi Publik dan Kegiatan Sosialisasi Pelatihan Pegawai Pemerintah Setempat

Sumber: Dokumen Desain BANGGA Papua, 2017

30
Program KOMPAK dan MAHKOTA berjalan di bawah naungan kemitraan kerja sama pembangunan antara—dan dengan pengawasan—pemerintah
Australia dan Indonesia. KOMPAK bekerja dengan pemerintah Indonesia di tingkat nasional dan daerah untuk membantu memperkuat sistem
pemerintahan Indonesia yang terdesentralisasi dan telah menjadi penasihat jangka panjang bagi Pemerintah Provinsi Papua. MAHKOTA bekerja
dengan pemerintah Indonesia di tingkat nasional untuk membantu memperkuat sistem perlindungan sosial. Kedua program tersebut berkolaborasi
untuk memberikan bantuan teknis yang berkualitas kepada Pemprov Papua dalam desain dan pelaksanaan BANGGA Papua.

13
Pengaturan kelembagaan yang inovatif bertanggung jawab untuk melaksanakan program ini,
termasuk: mengomunikasikan program kepada para
Mengingat bahwa sebagian besar program di Papua pemimpin dan masyarakat setempat; mencatat dan
diperhadapkan dengan kapasitas pemerintah daerah mendaftarkan penerima ke dalam SIM; pencairan utama
yang terbatas dan struktur tata kelola yang lemah, di titik-titik pembayaran lokal; dan mengelola keluhan
Pemprov Papua mengambil langkah inovatif untuk dan banding. Sekretariat kabupaten membuat laporan
membentuk sekretariat bersama yang dipimpin oleh kemajuan bulanan kepada sekretariat provinsi dan
Gubernur dan Panitia Pengarah (Steering Committee atau mengadakan pertemuan tiap tiga bulan sekali.
SC) untuk mengoordinasikan dan mengelola program
(lihat Gambar 2). SC terdiri dari sejumlah instansi Meskipun koordinasi antarlembaga mengalami
pemerintah setempat, termasuk Badan Perencanaan sejumlah tantangan, struktur tata kelola BANGGA
Pembangunan Daerah, Dinas Sosial, Dinas Komunikasi Papua tingkat kabupaten memainkan peran penting
dan Informatika, Dinas Kependudukan dan Pencatatan dalam membangun rasa kepemilikan program di seluruh
Sipil, Biro Hukum, dan Badan Pengelolaan Keuangan dan pemerintah Kabupaten. Juga, fakta bahwa setiap instansi
Aset Daerah. mendedikasikan sumber daya untuk BANGGA Papua
berarti program ini dianggarkan dengan baik dan dikelola
Sekretariat bersama provinsi bertanggung jawab untuk oleh staf masing-masing instansi. Selain itu, BANGGA
melatih dan mengoordinasikan kabupaten pelaksana; Papua adalah bagian dari mandat kelembagaan setiap
perencanaan dan penganggaran; mengembangkan instansi dan, oleh karena itu, dapat berfungsi di beberapa
pedoman pelaksanaan; menjalankan sistem informasi bidang yang saling melengkapi. Hal ini merupakan
manajemen (SIM); mencairkan penyaluran bantuan perbedaan mendasar BANGGA Papua dengan skema
ke rekening bank penerima; dan memantau kemajuan perlindungan sosial nasional yang biasanya dilaksanakan
program. Struktur kelembagaan sekretariat provinsi juga di daerah oleh satu instansi tunggal (umumnya
tercermin di tingkat kabupaten. Sekretariat kabupaten dinas sosial).

Gambar 3: Pengaturan kelembagaan (sekretariat tingkat provinsi dan kabupaten)

Gubernur

Panitia Pengarah:
Bupati Lanny Jaya & Asisten
Gubernur II Paniai, Sekretaris
Daerah Provinsi, Bappeda,
Urusan Sosial dan Keuangan

Dinsos Disdukcapil Bappeda Dinas Kominfo Biro Hukum Keuangan

Koordinator:
Bappeda Provinsi

Komunikasi, Gender, Pembangunan Perencanaan dan Sistem Informasi


Operasi dan Penanganan Pencatatan Sipil Pembayaran BLT
Kapasitas M&E Manajemen
Pengaduan

Sumber: Dokumen Desain BANGGA Papua, 2017

14
Mengidentifikasi penyedia layanan pembayaran terkesan praktis, pendekatan ini memiliki tantangan
yang sesuai dengan kondisi Papua tersendiri. Banyak kepala desa yang kurang percaya
bahwa pemerintah akan memenuhi janjinya memberikan
Pemprov Papua melakukan penilaian terhadap penyedia BLT sehingga memilih untuk tidak ikut serta dalam
layanan pembayaran potensial dan mengidentifikasi proses ini. Pemerintah kabupaten juga hanya mampu
hanya ada tiga penyedia layanan keuangan skala besar memvalidasi keakuratan data di desa-desa yang “mudah
yang beroperasi di kabupaten penerima program, yakni dijangkau” sehingga menyebabkan kesenjangan yang
Bank Papua, BRI, dan PT Pos. Meskipun BRI adalah besar pada kualitas data. Akibatnya, banyak penerima
penyedia pembayaran yang ditunjuk pada skema manfaat yang memenuhi syarat di Lanny Jaya dan Paniai
perlindungan sosial nasional di Papua, BRI memiliki terabaikan ataupun terdapat kesalahan pada data
jangkauan cabang yang sangat terbatas di provinsi mereka. Pemprov Papua perlu mengatasi permasalahan
Papua. Adapun PT Pos memiliki jangkauan kantor yang ini ketika program siap dijalankan.
sangat baik di seluruh Papua. Penyaluran bantuan ini
sendiri akan lebih mengandalkan pengiriman tunai Kabupaten Asmat menggunakan pendekatan
secara manual daripada transfer elektronik ke rekening yang berbeda dan menugaskan enumerator untuk
bank (dengan Pemprov Papua sangat mendukung yang mengumpulkan semua data penduduk asli Papua
terakhir). Perlu juga dicatat bahwa potensi lembaga di kabupaten ini. Pendekatan sensus terlihat paling
perbankan atau mobile banking di tiga kabupaten awal efektif dalam menjangkau penduduk yang memenuhi
cukup terbatas mengingat kurangnya infrastruktur syarat, yang terlihat dari keberhasilan Kabupaten
telekomunikasi dan jangkauan jaringan internet. Asmat mendaftarkan 15.365 anak ke program tersebut,
sedangkan Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten
Pemprov Papua mengidentifikasi Bank Papua sebagai Paniai masing-masing hanya mendaftarkan 4.610 dan
penyedia pembayaran yang paling tepat, mengingat: 11.942. Meskipun mengalokasikan anggaran yang
jauh lebih besar untuk pendaftaran dibandingkan
• jangkauan cabang yang luas (meskipun terdapat dengan kabupaten lainnya, Asmat masih belum dapat
banyak desa yang masih kesulitan mendapatkan menjangkau daerah yang sangat terpencil.
akses);
• kemampuan melayani penduduk melalui rekening Sistem Informasi Manajemen Bangga Papua:
bank, secara substansial meningkatkan inklusi pelayanan terpadu satu pintu
keuangan di beberapa daerah paling terpencil di
Papua; dan BANGGA Papua mengharuskan semua penerima
• pengalaman sebelumnya dalam mendistribusikan manfaat (ibu dan wali sah lainnya) memiliki Nomor Induk
uang tunai kepada kelompok tertinggal untuk rencana Kependudukan (NIK) untuk menerima pembayaran
pemerintah provinsi lainnya. program ini. Meskipun hal ini sering menjadi hambatan
bagi keluarga kurang mampu untuk mendaftar ke
Mendata populasi daerah terpencil: berpikir di skema perlindungan sosial nasional, Pemprov Papua
luar kebiasaan memanfaatkan BANGGA Papua sebagai kesempatan
untuk menyediakan pencatatan sipil pada ribuan warga
Semua desa di tiga kabupaten pelaksana dibagi menjadi Papua.
tiga kelompok, yaitu mudah dijangkau, akses sedang, dan
sulit dijangkau. Desa yang sulit dijangkau dapat memakan Pemprov Papua menyadari besarnya biaya mengunjungi
waktu hingga tiga hari berjalan kaki (Kabupaten Paniai); keluarga secara berulang sehingga mengembangkan
membutuhkan lebih dari US$150 perjalanan pulang- sistem informasi manajemen yang komprehensif
pergi dengan kapal (Kabupaten Asmat); dan risiko (dengan dukungan dari MAHKOTA) untuk mendaftarkan
keselamatan penduduk saat bepergian (Kabupaten penerima manfaat ke program BANGGA Papua,
Lanny Jaya). Mengingat segi geografis yang menantang mendapatkan NIK melalui sistem Pencatatan Sipil dan
ini, ketiga sekretariat kabupaten harus berpikir kreatif Statistik Hayati (PS2H), dan membuat rekening bank
mengenai cara mendaftarkan mereka yang berhak melalui Bank Papua. Selain data pendaftaran dasar,
menerima manfaat namun tidak dapat mengunjungi formulir pendaftaran BANGGA Papua memasukkan
kantor bupati setempat untuk mendaftar program aspek-aspek dari formulir pencatatan sipil nasional dan
BANGGA Papua. formulir pembukaan rekening Bank Papua.

Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten Paniai Sistem Informasi Manajemen BANGGA Papua
memanfaatkan perangkat desa setempat (misalnya, merupakan layanan terpadu satu pintu untuk mengelola
kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa) untuk informasi dan layanan data penerima manfaat, serta
memverifikasi serta mendaftarkan calon penerima digunakan untuk mengisi sistem PS2H yang menarik
manfaat, dan secara manual mengirimkan formulir perhatian para pembuat kebijakan nasional (lihat Kotak
yang telah diisi ke kantor sekretariat kabupaten. Meski 4 untuk tinjauan umum SIM BANGGA Papua).

15
KOTAK 4: SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) BANGGA PAPUA

The BANGGA Papua MIS administers the beneficiary information for the program, manages the fulfilment of
all key business processes, and enables reporting on beneficiary status. The MIS is maintained by the Province,
although District staff are responsible for entering data. Key features of the MIS include:

SIM BANGGA Papua mengelola informasi penerima manfaat program ini dan pemenuhan semua proses bisnis,
serta memungkinkan pelaporan status penerima manfaat. SIM diawasi oleh pemerintah provinsi, meskipun
pegawai kabupaten bertanggung jawab memasukkan data. Fitur utama SIM meliputi:

• Pendaftaran: SIM mendigitalisasi data aplikasi calon penerima manfaat (didapat dari kertas formulir yang
dicetak melalui modul pendaftaran SIM). Sistem ini memiliki sejumlah “check and balance” yang dibangun ke
dalam proses pemasukan dan persetujuan data. Informasi yang dikumpulkan juga digunakan untuk mengisi
catatan sipil bagi pelamar yang belum mendapatkan nomor identifikasi nasional.
• Pendaftaran (pembukaan rekening bank): Bank Papua mengunduh daftar penerima manfaat yang telah
disetujui dari SIM dan membuat rekening bank untuk semua pemohon yang diotorisasi untuk pendaftaran
secara offline. Tim SIM dan divisi teknologi dan informasi Bank Papua telah bekerja sama dalam protokol
penyaluran bantuan ini, tetapi prosesnya masih dikerjakan secara manual dan harus diotomatisasi sebelum
skalanya ditingkatkan.
• Pembayaran elektronik: SIM memungkinkan pemerintah provinsi menjalankan audit sebelum pembayaran
untuk meninjau jumlah pembayaran, informasi penerima manfaat yang belum terselesaikan, keluhan yang
belum terselesaikan, dan kasus-kasus lainnya. Setelah ditinjau, SIM mengeluarkan permintaan pembayaran
untuk disetujui oleh pemerintah provinsi. Bank Papua mengunduh permintaan pembayaran yang telah
disetujui dari SIM dan memproses pembayaran secara offline.
• Rekening bank harian dan aktivitas pembayaran: SIM berfungsi menampilkan aktivitas rekening bank untuk
pengguna, termasuk jumlah debit, kredit, dan saldo akhir untuk catatan penerima manfaat. Berkas rekonsiliasi
triwulanan dipertukarkan dengan Bank Papua untuk menjaga integritas dan kualitas data, meskipun proses
produksi lambat.
• Keluhan, pembaruan, dan manajemen kasus: SIM memiliki mekanisme alur kerja bawaan untuk mencatat
banding dan pengaduan serta memungkinkan pengunggahan dokumen pendukung. Hal ini memungkinkan
pengguna memperbarui status dan menulis komentar tambahan, tetapi belum memiliki alur kerja yang
berfungsi untuk melacak penanganan keluhan atau mencatat jawabannya.
• Rangkaian dan dasbor pelaporan yang komprehensif: SIM memiliki modul pelaporan yang memiliki banyak
fitur untuk dapat menggunakan fungsi filter dan pencari di berbagai tingkatan dalam himpunan data (dataset).
Terdapat fleksibilitas bagi pengguna untuk menulis laporan khusus–biasanya ditulis dengan berbagai filter
seperti status (aktif/tidak aktif), jenis kelamin, lokasi, periode, karakteristik lainnya, dll. SIM juga memungkinkan
laporan yang dibuat oleh seseorang untuk dibagikan kepada pengguna lain. Dasbor yang secara terperinci
menyajikan informasi dalam format ringkas dan grafis, namun fungsi pemantauan perlu dikembangkan lebih
lanjut.
• Pendaftaran penerima manfaat: SIM menampilkan informasi penerima manfaat secara menyeluruh. Selain
mengelola proses operasional utama program, informasi penerima manfaat dihubungkan dengan semua
catatan pendaftaran, pembayaran, aktivitas dan saldo rekening bank, manajemen kasus, serta catatan terkait
lainnya untuk menampilkan ringkasan informasi penerima manfaat.

Selama program berjalan, penting untuk mengintegrasikan SIM BANGGA Papua dengan Bank Papua dan sistem
manajemen data kependudukan dan pencatatan sipil agar dapat menulis laporan rutin secara otomatis jika
memungkinkan.

Pendekatan bersinergi ini mendorong penerbitan NIK rekening individu melalui pembayaran yang secara
untuk seluruh Pendekatan bersinergi ini mendorong otomatis dikirimkan melalui SIM BANGGA Papua
penerbitan NIK untuk seluruh penerima manfaat, (lihat Kotak 5 untuk profil penerima manfaat BANGGA
termasuk akta kelahiran untuk 11.000 anak-anak Papua). Meskipun hal ini merupakan suatu pencapaian,
BANGGA Papua di Asmat, dan menjadi berita utama “pengiriman terakhir” dari pembayaran menjadi
nasional.31 tantangan terbesar karena banyak penerima manfaat
yang tidak mampu mengeluarkan biaya langsung (dan
Mengirimkan pembayaran untuk penerima lepas) perjalanan untuk mendatangi cabang yang ada32
(Lihat Kotak 5 untuk profil Penerima BANGGA Papua).
manfaat: titik pengiriman terakhir
Menanggapi hal tersebut, sekretariat kabupaten dan
Bank Papua menetapkan titik-titik distribusi pembayaran
Setelah rekening bank semua penerima manfaat program
di berbagai cabang Bank Papua, serta beberapa lokasi
dibuka dengan menggunakan data SIM BANGGA Papua,
tambahan di pedalaman terpencil di tiga kabupaten
sekretariat gabungan provinsi mengkredit semua
tersebut.
31
"BANGGA Papua Memperbaiki Data Kependudukan", Harian Kompas hal. 11, 16 Desember 2018.
32
TNP2K 2014; Hossain, N. et al. (2012).
16
Kotak 5: Profil penerima manfaat BANGGA Papua (data dari program SIM)33
Total wali hukum (pemegang rekening) Total anak yang dilayani oleh Jumlah anak per keluarga penerima
yang dilayani oleh BANGGA Papua BANGGA Papua manfaat BANGGA Papua

15,960 penerima manfaat dengan 1 anak


11,942
8,270
15,365 7,721 penerima manfaat dengan 2 anak
11,220 4,610
3,935 1,038 penerima manfaat dengan 3 anak

83 penerima manfaat dengan 4 anak


Asmat Lanny Jaya Paniai

7 penerima manfaat dengan 5 anak


% anak dalam setiap kelompok usia

4%
0-1
36% 1-2
28%
2-3

3-4
98,9% 1,1% 32%

= 23.425 wali sah = 31.917 anak-anak

Pada kasus Kabupaten Paniai, misalnya, dari perencanaan Identifikasi penerima manfaat diverifikasi di pos pertama;
enam titik distribusi pembayaran, pemerintah hanya slip penarikan diselesaikan di pos kedua; pos ketiga
berhasil menerapkan program di tiga titik karena digunakan sebagai jendela kasir, pencairan bantuan
masalah keamanan. Titik distribusi yang melayani desa pembayaran; pos keempat digunakan sebagai “meja
dengan akses mudah menyediakan pembayaran bagi komunikasi” yang memberi penjelasan kepada penerima
sekitar 1.000 ibu yang harus menempuh jarak sejauh manfaat bagaimana uang itu harus dibelanjakan; dan pos
25 kilometer dengan kendaraan roda empat. Sedangkan terakhir digunakan untuk pembaruan data, banding, dan
titik pembayaran yang melayani daerah yang “sulit pengaduan (lihat Kotak 6 tentang strategi komunikasi
dijangkau” mencakup sekitar 60 ibu, dengan uang publik). Karena kurangnya pasar untuk membeli makanan
tunai yang diangkut ke titik pembayaran menggunakan bergizi dan barang-barang lain yang diperlukan untuk
helikopter.34 Dalam kasus selanjutnya, biaya distribusi
uang tunai adalah sekitar US$200 per penerima manfaat
yang senilai dengan penyaluran bantuan satu tahun
untuk keluarga dengan satu anak. Hal tersebut tidak
hanya menyoroti sumber daya intensif yang dibutuhkan
untuk mencapai titik terakhir pengiriman pembayaran
di daerah terpencil, tetapi juga komitmen kabupaten
untuk memastikan bahwa uang tunai benar-benar
diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Foto: Firdaus Syahril, 2020

Namun, mengingat kurangnya pasar dan terbatasnya Penerima manfaat di titik pembayaran Kabupaten Asmat mendapat
penggunaan uang tunai di daerah terpencil, Pemprov saran bagaimana menggunakan dana Bangga Papua.
Papua mempertimbangkan untuk bergerak maju dengan anak-anak, pemerintah kabupaten mendirikan “toko”
memobilisasi penerima manfaat ke titik pembayaran sementara di beberapa titik pembayaran bagi penerima
dengan “akses mudah”, sehingga masyarakat memiliki manfaat membeli berbagai barang (yang paling laris
akses yang lebih baik ke pasar dan layanan titik adalah beras, telur, susu, dan pakaian anak-anak).
pembayaran lainnya.
Inisiatif ini menarik banyak perhatian media, baik lokal
Selama distribusi pembayaran, Bank Papua dan maupun nasional. Di Kabupaten Asmat, titik pembayaran
sekretariat kabupaten bekerja sama untuk memberikan juga merupakan pusat bagi kader kesehatan dari dinas
layanan berkualitas dan efisien kepada penerima kesehatan setempat untuk mengimunisasi anak-anak
manfaat di daerah terpencil tersebut. Berdasarkan dan menyediakan layanan kesehatan lainnya.
desainnya, titik pembayaran dilengkapi dengan lima pos
yang memiliki fungsi berbeda.
33
Hal ini mencerminkan distribusi pembayaran pertama pada bulan Januari-Maret 2019. Selama pembayaran berikutnya, Pemprov Papua membuat efisiensi dan tidak lagi membagikan
uang tunai.
34
Data dikutip dari BANGGA Papua Sistem Informasi Manajemen (SIM) pada Februari 2020.
17
Kotak 6: Strategi komunikasi BANGGA Papua

Strategi komunikasi yang kuat mendasari pemahaman masyarakat mengenai program, cara mendaftar, dan
cara terbaik bagi mereka untuk memanfaatkan dana bantuan. Sejumlah materi komunikasi yang menjelaskan
program ini dikembangkan dengan dukungan KOMPAK dan mitra komunikasi lokal mereka, yaitu BaKTI. Media
komunikasi berbentuk spanduk yang digunakan staf sekretariat kabupaten untuk menangani kerumunan
besar; poster yang digantung di kantor Bank Papua setempat, dinas kesehatan, gereja, dan area publik lainnya;
video yang akan ditampilkan dalam kebaktian hari Minggu; dan publikasi pertanyaan yang sering diajukan yang
diterima pemerintah selama pembayaran. Pejabat utama pemerintah provinsi hingga pionir dari desa setempat
dilatih menggunakan berbagai alat dan pesan utama tersebut.

Mengingat terbatasnya staf pemerintah di pedalaman terpencil di kabupaten tersebut, sangat penting untuk
memberdayakan para pionir dan tokoh desa di tingkat daerah untuk berperan sebagai agen komunikasi. Beberapa
kabupaten mulai mencoba melatih petugas kesehatan, pemimpin budaya, dan lainnya untuk menyebarluaskan
pesan-pesan utama kepada masyarakat guna memperluas kesadaran program ke desa-desa di luar jangkauan
pemerintah.

Pengalaman membuktikan bahwa titik pembayaran Bersamaan dengan tersebut, UNICEF Indonesia
bukan hanya tempat untuk mendistribusikan uang tunai, membiayai dan melaksanakan evaluasi dampak program
tetapi juga sebagai akses tunggal untuk berbagai layanan yang akan mengawasi dampak dan efektivitas program
penting, termasuk mendata penerima manfaat yang yang dimaksud serta mengantisipasi konsekuensi yang
memenuhi syarat tetapi kehilangan kesempatan pada tidak diinginkan.
pendaftaran awal, dan memperluas layanan dasar yang
tidak selalu diakses. Prinsip utama bantuan teknis adalah membangun
kapasitas Pemprov Papua di bidang operasional utama
Bantuan teknis BANGGA Papua: dukungan dari dan manajemen program, sehingga sekretariat provinsi
mitra pembangunan dapat secara mandiri meningkatkan program di seluruh
provinsi. Walaupun memiliki peran yang krusial, penting
Karena perancangan dan penerapan bantuan langsung untuk dicatat bahwa mitra pembangunan menyadari
tunai skala besar merupakan hal baru di wilayah bahwa mereka bekerja di belakang layar, dan bahwa
Papua, Pemprov Papua membutuhkan dukungan kontribusi mereka kepada BANGGA Papua hanyalah
untuk membangun struktur tata kelola program sebagian kecil dari apa yang Pemprov Papua investasikan
dan mengembangkan sistem pengiriman yang kuat. ke dalam implementasi program
Selama tahap desain, Pemprov Papua mengidentifikasi
serangkaian prioritas untuk bantuan teknis.
Pemerintah Australia, sebagai mitra jangka panjang
dalam pembangunan Papua, bersedia mendukung
upaya ini melalui dua programnya, yaitu MAHKOTA
dan KOMPAK. MAHKOTA menyediakan bantuan
teknis di semua bidang operasional, termasuk desain
program, pengembangan SIM (sistem informasi
manajemen), pengaturan dan distribusi pembayaran,
serta pemantauan dan evaluasi. KOMPAK bekerja sama
dengan mitra lokal untuk memberikan bantuan teknis
berupa manajemen keuangan publik, kerangka kerja
peraturan, pencatatan sipil, dan komunikasi publik.35
Foto: Firdaus Syahril, 2020
Bantuan teknis KOMPAK dan MAHKOTA sangat penting
untuk membentuk dan menerapkan BANGGA Papua di
Sosialisasi tentang program Bangga Papua di salah satu rumah
tiga kabupaten percontohan. penerima manfaat.

3
Komunikasi publik didukung melalui mitra subkontrak KOMPAK, BaKTI.

18
Bagian 5:
Tantangan, pencapaian, dan pelajaran yang
didapat hingga saat ini
Pemprov Papua telah menunjukkan komitmen yang di Papua, juga tidak kalah luar biasa. Meskipun BANGGA
kuat dalam uji coba BANGGA Papua meskipun harus Papua masih dalam tahap awal, beberapa pelajaran
menghadapi beberapa tantangan yang tak terelakkan. berharga dapat diambil hingga sejauh ini. Sebagai
Pertama, mekanisme koordinasi antara provinsi dan contoh, BANGGA Papua menunjukkan bahwa program
kabupaten tidak selalu berjalan dengan lancar. Kedua, nasional dan daerah dapat saling melengkapi dengan
lamanya waktu yang diperlukan untuk penyusunan tujuan membangun sistem perlindungan sosial yang
peraturan gubernur berarti banyak proses penting komprehensif. Skema nasional meletakkan pondasi
yang dilakukan dengan terburu-buru karena tidak untuk menyediakan keamanan ekonomi bagi penduduk,
dapat dilaksanakan tanpa mendapat landasan hukum sedangkan program-program pemerintah daerah
terlebih dahulu, seperti pendaftaran program dan dapat menggunakan inovasi lokal untuk mengatasi
pembuatan rekening bank individu. Ketiga, pendaftaran kesenjangan cakupan serta menambah besaran manfaat
jarak jauh dan pengiriman pembayaran terakhir tetap yang relatif rendah.
menjadi tantangan— memanfaatkan staf aparatur desa
untuk pendaftaran penerima manfaat menyebabkan Walaupun demikian, peraturan di tingkat nasional dapat
kesenjangan kualitas data dan jangkauan, serta ratusan menghambat inovasi perlindungan sosial di daerah.
penerima manfaat masih kesulitan mencapai titik Ketidakmampuan pemerintah daerah menyediakan
distribusi pembayaran. BLT secara terus-menerus menciptakan masalah
keberlanjutan dan menghalangi pemerintah daerah
Selain itu, terdapat perbedaan besar dalam implementasi mengatasi kesenjangan cakupan melalui program
di ketiga kabupaten pelaksana. Kabupaten Asmat inovatif mereka sendiri.36 BANGGA Papua berhasil
menunjukkan kepemimpinan lokal dan inovasi yang mengatasi masalah ini melalui beberapa peraturan
sangat kuat, yang memberikan contoh jelas dalam yang terkait dengan status otonomi khusus Papua. Bagi
mencapai proses di atas secara efektif. Kabupaten Paniai pemerintah daerah lainnya yang tertarik mengikuti dan
mengalami gejolak politik yang cukup signifikan selama memperkenalkan skema inovatif, seperti dana bantuan
fase persiapan. Hal ini berakibat pada pembekuan untuk anak, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.
sementara pembayaran oleh pemerintah kabupaten
serta Bank Papua serta tingginya risiko keamanan BANGGA Papua memiliki rancangan dan pelaksanaan
yang memperlambat kemajuan program. Sedangkan praktik-praktik yang dapat dipelajari oleh program-
kepemimpinan daerah di Kabupaten Lanny Jaya program tingkat nasional. Misalnya, struktur
lebih lemah dalam program ini yang menyebabkan sekretariat bersama BANGGA Papua yang dibangun
terlambatnya pergantian kepala sekretariat bersama telah menciptakan rasa kepemilikan lintas lembaga
hingga saat proses persiapan dan juga menyebabkan terhadap program dan menghasilkan koordinasi
Sekber kabupaten perlu mengejar ketertinggalan yang efektif. Demikian pula, keputusan Pemprov
pelaksanaan kegiatan pada tahap persiapan penting Papua untuk penargetan per kategori menyebabkan
hanya beberapa bulan sebelum pembayaran pertama biaya administrasi yang relatif rendah dan dukungan
dilakukan. masyarakat yang kuat terhadap skema tersebut.
Selain itu, keputusan memberdayakan aparatur desa
Terlepas dari perbedaan konteks dan kinerja, pencapaian untuk melakukan kegiatan komunikasi dan registrasi
Pemprov Papua patut dipuji. Dalam waktu kurang dari menggantikan kebutuhan perekrutan staf lapangan yang
18 bulan sejak menyatakan minatnya dalam program cukup besar, sehingga menurunkan biaya administrasi
bantuan langsung tunai, Pemprov Papua memberikan dan menciptakan dukungan masyarakat.
pembayaran (dan berbagai layanan lainnya) kepada
komunitas adat terpencil. Periode implementasi yang
cepat di tengah tantangan kondisi, peraturan, dan tata
kelola

36
TNP2K (2018)

19
Foto: Firdaus Syahril, 2020

Pemerintah Kabupaten Asmat mendirikan pasar swalayan kecil bagi penerima manfaat untuk membeli makanan pokok, pakaian anak-
anak, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Di Kabupaten Asmat, pendekatan sensus pemerintah Ke depan, BANGGA Papua memiliki tantangan utama
kabupaten untuk pendaftaran bersifat sistematis, untuk dihadapi. Pertama, karena BANGGA Papua hanya
inklusif, dan dapat direplikasi oleh kabupaten lain. Selain menargetkan penduduk asli Papua, maka Pemprov
itu, keputusan pemerintah provinsi untuk bermitra Papua juga harus segera menangani kesenjangan yang
dengan bank yang dikelola secara provinsi daripada bank berpotensi terjadi di daerah-daerah dengan populasi
nasional besar memungkinkan mekanisme pengiriman penduduk non-asli Papua sangat tinggi. Kedua, pendanaan
pembayaran yang fleksibel dan inovatif Otsus akan berakhir pada 2021. Tanpa pendanaan
BANGGA Papua telah menetapkan preseden bahwa tersebut, pemerintah provinsi harus mengidentifikasi
perundang-undangan (atau ketiadaan peraturan) sumber pendanaan lain untuk keberlanjutan jangka
tidak boleh menjadi hambatan bagi penerima manfaat panjang program. Ketiga, mengingat kesulitan dalam
yang memenuhi syarat untuk mendaftar program mengidentifikasi dan melayani pembayaran kepada
perlindungan sosial. Skema perlindungan sosial inklusif masyarakat terpencil di Papua, inovasi berkelanjutan
yang memotivasi penerima yang memenuhi syarat untuk diperlukan untuk memastikan bahwa mereka yang
mendaftar dapat mendorong mereka mendapatkan NIK. paling sulit dijangkau dapat memperoleh manfaat dari
Selain sistem informasi manajemen yang komprehensif program sebagaimana yang diharapkan. Keempat,
dan koordinasi data yang efektif, program inklusif seiring dengan perluasan program, Sistem Informasi
dapat menciptakan sarana untuk memberikan Manajemen BANGGA Papua harus terus meningkatkan
“kewarganegaraan” kepada mereka yang kehilangan fungsinya, berintegrasi dengan Bank Papua dan sistem
haknya. kependudukan dan pencatatan sipil, menjaga keamanan
data, serta meningkatkan kapasitas dan kepemilikan
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, Pemprov Papua pengguna.
memiliki peluang untuk memanfaatkan BANGGA Papua
sebagai respons dalam hal ekonomi. Kriteria kelayakan Kelima, pemantauan dan adaptasi yang berkelanjutan
program yang sederhana, mekanisme pendaftaran untuk memastikan program dapat bermanfaat. Terakhir,
berbasis masyarakat, dan sistem pengiriman pembayaran uang tunai saja tidak cukup. Meningkatkan akses ke
lokal menjadikannya sarana yang efektif untuk layanan dasar dan intervensi pelengkap sangat penting
menyalurkan uang tunai kepada mereka yang paling untuk menangani masalah kesehatan yang dialami anak-
terkena dampak. Pemprov Papua tidak hanya memiliki anak Papua secara komprehensif, serta menguatkan
kesempatan untuk menyalurkan pembayaran tahun ini, kampanye komunikasi dan pesan sehingga keluarga
tetapi untuk meningkatkan program agar mencakup makin sadar untuk mengoptimalkan pengeluarannya
kelompok rentan lainnya yang terkena dampak krisis bagi kesejahteraan anak-anak mereka
(misalnya lansia seperti rencana semula). BANGGA
Papua juga dapat digunakan untuk menambah tingkat
manfaat agar rumah tangga dapat mengatasi kehilangan
penghasilan dan tantangan merugikan lainnya, serta
menerapkan program ini di semua kabupaten yang
terkena dampak krisis paling parah.

20
Referensi
Badan Pusat Statistik. (2019). “Gini Ratio September 2018 tercatat sebesar 0,384” [Siaran Pers]. Diakses dari https://
www.bps.go.id/pressrelease/2019/01/15/1548/gini-ratio-september-2018-tercatat-sebesar-0-384. html

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017. Diakses dari https://www.bps.go.id/publi cation/2
017/12/28/5dc3593b43f3d4ac1fb77324/statistik-kesejahteraan-rakyat-2017.html

Costa, Fabio. (16 Desember, 2018). “BANGGA Papua Memperbaiki Data Kependudukan”. Kompas, hlm. 11.

Hossain, Naomi., Brook, S., Garbarino, S., Notosusanto, S., Noor, I. R., Seda, F. (2012). Qualitative Assessment: The Social
Impacts of Cash Transfer Programmes in Indonesia. PRSF, Australian Aid.

MAHKOTA. (2017). BANGGA Papua: Social Protection for Papua’s Children and Older People. Tidak diterbitkan.

McCarthy dan Sumarto. (2018). “Distributional Politics and Social Protection in Indonesia: Dilemma of Layering,
Nesting and Social Fit in Jokowi’s Poverty Policy”. Journal of Southeast Asian Economies, (35)2, 223-236

Resosudarmo, Budy., Mollet, J.A., Raya, Umbu., & Kaiwai, H. (2014). “Development in Papua after special autonomy”. 433-
459.

Shidiq, Ahmad Rizal. (2020). “Our Health System Capacity vs the Demand from a Large-Scale Social Distancing Policy”. CSIS
Commentaries DMRU-041-EN. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies

TNP2K. (2014). Qualitative Survey of Current and Alternative G2P Payment Channels in Papua and Papua Barat. Jakarta:
Kantor Wakil Presiden.

TNP2K. (2018). The Future of The Social Protection System in Indonesia: Social Protection for All. Jakarta: Kantor Wakil
Presiden.

UNICEF. (2017). Children in Indonesia: An analysis of poverty, mobility and multidimensional deprivation. Jakarta: UNICEF.

World Bank. (2017). Indonesia Social Assistance PER Update: Towards a comprehensive, integrated, and effective social
assistance system in Indonesia. Washington D.C.: World Bank Group.

World Bank. (2018). Aiming High, Indonesia’s Ambition to Reduce Stunting. Washington D.C.: World Bank Group.

World Bank. (2019). World Bank Development Database. Diakses dari https://data.worldbank.org/country/indonesia

21
Photo: Firdaus
Foto: Firdaus Syahril,
Syahril, 20202020

22
23
Laporan ini didanai oleh pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan. Pendapat yang tercantum
dalam publikasi ini merupakan pendapat penulis sepenuhnya dan belum tentu merupakan pendapat pemerintah Australia.

Program MAHKOTA

Lantai 8, Grand Kebon Sirih


Jalan Kebon Sirih 35
Jakarta Pusat 10110, Indonesia

e-mail: communications@mahkota.or.id

24

Anda mungkin juga menyukai