Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, yakni menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Keempat komponen tersebut tidak dapat terpisahkan antara komponen

satu dengan yang lainnya (Dalman, 2018: 8). Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya

dengan proses-proses yang mendasari sebuah bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan

pikirannya. Seseorang yang terampil berbahasa, maka semakin cerah dan jelas pula

pemikirannya. Karena suatu keterampilan dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan

pelatihan. Dengan melatih keterampilan berbahasa maka melatih pula keterampilan berpikirnya

(Tarigan, 2013: 1).

Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan

pihak lain. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil dalam memanfaatkan grafologi,

struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 2013: 3-4). Selain itu, Morsey mengatakan bahwa

menulis dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi maksud serta

tujuan yang dapat dicapai oleh orang-orang yang dapat menyusun gagasan dan mengutarakannya

dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi tulis, pemakaian kata-kata, dan

struktur kalimat (dalam Tarigan, 2013: 4). Menulis merupakan suatu keterampilanberbahasa

yang di masa sekarang ini sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan ini. Selain itu,

menulis juga sangat berpengaruh bagi pendidikan sebab dapat membantu seseorang untuk

berpikir secara kritis serta dapat membantu menjelaskan perasaan atau gagasan atau pikiran-

pikiran seseorang.

Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh dengan sendirinya melainkan dibutuhkan

suatu pengetahuan, yakni pemilihan kata (diksi), struktur kalimat, penguasaan ejaan, tanda baca

dan latihan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang baik. Sejalan dengan pendapat Abbas

(2006: 125) keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan

1
perasaan, kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepaduan pengungkapan gagasan

harus didukung dengan ketepaduan bahasa yang digunakan, kosa-kata dan gramatikal dan

penggunaan ejaan.

Berdasarkan kegiatan prasiklus menulis surat dinas siswa kelas VII SMP Negeri Satu

Atap Talang Kemang yang dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa, 06 September 2022,

diketahui bahwa keterampilan siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang dalam

menulis surat dinas belum baik. Lebih dari 50% siswa yang belum mencapai KKM disebabkan

karena kurang pengetahuan, kurang penguasaan bahasa, sehingga siswa kesulitan menuangkan

ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan. Untuk itu, dengan berlatih/praktik menulis yang terus-

menerus keterampilan siswa dalam menulis meningkat. Menulis salah satu komponen yang

menjadi pembelajaran yang sangat penting di kelas karena menurut Zainurrahman (2011: 2)

menulis merupakan salah satu keterampilan yang tidak dikuasai setiap orang, apalagi menulis

dalam konteks akademik (academic writing), seperti menulis esai, karya ilmiah, laporan

penelitian, dan sebagainya. Oleh karena itu, diadakanlah PTK dalam keterampilan menulis surat

dinas.

Keterampilan menulis yang diajarkan di kelas VII, yaitu menulis deskripsi, narasi,

prosedur, laporan hasil observasi, puisi rakyat, fabel, surat pribadi dan dinas, dan buku fiksi dan

nonfiksi. Kompetensi dasar menulis surat dinas adalah:

Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam 4.14 Menulis surat (pribadi dan dinas) untuk

ranah konkret (menggunakan, mengurai, kepentingan resmi dengan memperhatikan

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan struktur teks, kebahasaan, dan isi.

ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang)

sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan

sumber lain yang sama dalam sudut pandang

atau teori.

2
Surat dinas dijadikan sarana komunikasi tertulis bagi seseorang. Surat dinas adalah surat

yang berisi mengenai masalah kedinasan yang dibuat oleh suatu instansi pemerintah, instansi

swasta, dan organisasi (Nadia dan Sugihastuti, 2018: 8). Selain itu, surat dinas memiliki

beberapa informasi – informasi tertentu yang di dalamnya dapat berupa perintah, pemberitahuan,

tugas, permintaan, dan teguran.

Menurut Soedjito dan Solchan TW pentingnya surat dinas (1) sebagai alat komunikasi

tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis; (2) sebagai alat bukti tertulis dan

merupakan suatu bukti yang sah; dan (3) sebagai alat bukti historis atau penginggat (dalam Nadia

dan Sugihastuti 2018: 11).

Surat dinas yang baik yakni surat yang isinya harus jelas sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki oleh penulisnya. Penggunaan bahasa, ejaan, kosakata, struktur kalimat dan tanda

baca harus cermat sehingga tidak menimbulkan salah tafsir. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Nadia dan Sugihastuti, 2018: 12) mengenai syarat-syarat menulis surat dinas, yaitu (1) surat

disusun dengan menggunakan teknik penyusunan surat yang benar; (2) isi surat dinyatakan

dengan jelas dan ringkas; (3) surat menggunakan bahasa yang baku. Mengingat pentingnya

ketelitian dalam menulis surat dinas, untuk itu menulis surat dinas perlu diajarkan sejak dini di

sekolah, tujuannya agar siswa dapat menulis surat dinas dengan baik dan sesuai dengan

sistematikanya.

Dari kegiatan prasiklus diketahui bahwa permasalahan dalam keterampilan menulis surat

dinas pada siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang tahun pelajaran 2022/2023

masih rendah. Hal tersebut diketahui melalui hasil menulis surat dinas, dari sejumlah 25 siswa

yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 7 orang, sedangkan 18

orang belum mencapai KKM (kalau dipersentase, ada 72% yang belum mencapai KKM). KKM

menulis surat dinas di kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia permasalahan menulis surat

dinas tersebut tidak lepas dari beberapa faktor penyebab, yaitu (1) guru belum menggunakan

model ataupun media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar; (2) model

yang digunakan guru dapat mengakibatkan siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran,

3
sehingga minat dan keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran menjadi berkurang; dan (3)

kreatifitas siswa dalam menulis juga kurang.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut maka salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan

menulis surat dinas, yaitu menggunakan model pembelajaran. Karena dengan model

pembelajaran ini, selain model pembelajaran yang digunakan guru inovatif sehingga tidak

monoton, minat dan motivasi siswa menjadi meningkat kemudian keaktifan siswa dalam belajar

juga meningkat.

Salah satu model pembelajaran untuk mengatasi kesulitan menulis surat dinas, yaitu

dengan menerapkan model problem based learning (PBL). based learning (PBL) merupakan

sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta

didik untuk belajar (Warso, 2017: 57). Menurut Duch problem based learning (PBL) adalah

model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagaikonteks untuk peserta

didik belajar berfikir kritis dan terampil memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan

(dalam Ardiansyah dkk, 2018: 232). Peneliti menggunakan model problem based learning karena

dengan model pembelajaran ini inovatif sehingga tidak monoton, minat dan motivasi siswa

menjadi meningkat kemudian keaktifan siswa dalam belajar juga meningkat khususnya dalam

menulis surat dinas. Selain itu, model problem based learning ini, menyajikan sebuah masalah

kontekstual sehingga dapat merangsang peserta didik untuk belajar aktif dan membangun

pengetahuan dengan berpikir kritis. Diharapkan dengan adanya model problem based learning

dapat membantu siswa dalam menuangkan ide atau gagasan dalam menulis surat dinas.

Selain itu, model problem based learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

untuk meningkatkan keterampilan menulis surat dinas siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap

Talang Kemang. Karena model problem based learning ini mempunyai kelebihan dapat melatih

siswa belajar dengan aktif, dapat berpikir kritis, dan siswa dapat memiliki gambaran untuk

menulis surat dinas dengan baik ketika siswa dapat memecahkan sebuah masalah yang diberikan

oleh guru. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model problem based learning ini untuk

meningkatkan keterampilan menulis surat dinas.

4
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diketahui bahwa kesulitan siswa kelas

VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang ditandai dengan berbagai permasalahan dalam

proses pembelajaran. Dengan adanya model problem based learning dapat memotivasi siswa

dalam mengikutipembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang

diharapkan. Akan tetapi, jika masalah tersebut tidak dapat diatasi dengan sesegera mungkin,

tentunya akan berdampak kurang baik bagi siswa. Dalam hal ini, siswa tidak dapat

mengembangkan tulisan surat dinas dengan baik. Selain itu juga, dapat berakibat rendahnya

mutu dan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam peneltian ini peneliti mengambil judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Dinas dengan Model Pembelajaran Problem Based

Learning pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang Tahun Pelajaran

2022/2023”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru belum menggunakan model

ataupun media pembelajaran yang inovatif sehingga siswa merasa bosan dengan

model pembelajaran yang selalu diterapkan selama ini, yakni model/metode

ceramah.

2. Siswa kesulitan menuangkan ide atau gagasan dalam pembelajaran menulis surat

dinas.

3. Siswa kurang menguasai struktur bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan

ide atau gagasan dalam pembelajaran menulis surat dinas.

4. Hasil menulis surat dinas siswa masih banyak yang belum mencapai KKM, yakni

lebih dari 50% siswa.

5
C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah untuk menghindari perluasan

masalah yang dibahas, agar sesuai dengan permasalahan yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan

hal tersebut, penelitian ini hanya difokuskan pada penerapan model problem based learning

untuk meningkatkan keterampilan menulis surat dinas pada siswa kelas VII SMP Negeri Satu

Atap Talang Kemang tahun pelajaran 2022/2023.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, serta agar dapat

menentukan tujuan yang jelas, perlu mengetahui permasalahan dalam penelitian. Permasalahan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis surat dinas

dengan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas VII SMP

Negeri Satu Atap Talang Kemang tahun pelajaran 2022/2023?

2. Bagaimanakah peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis surat dinas

dengan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas VII SMP

Negeri Satu Atap Talang Kemang tahun pelajaran 2022/2023?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

ini yaitu:

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis surat dinas dengan

model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas VII SMP Negeri

Satu Atap Talang Kemang tahun pelajaran 2022/2023.

2. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis surat dinas dengan

model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas VII SMP Negeri

Satu Atap Talang Kemang tahun pelajaran 2022/2023.

6
F. MANFAAT PENELITIAN

Pengembangan model problem based learning memiliki beberapa manfaat praktis baik

bagi siswa, guru, maupun bagi sekolah.

a. Bagi siswa

1. Dengan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning,

pembelajaran menulis surat dinas pada siswa kelas VII dapat secara

langsung dengan mencermati surat – surat dinas yang ditemui di sekolah

maupun di masyarakat, dan pembelajarannya menjadi optimal.

2. Dengan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning,

siswa kelas VII dibiasakan untuk belajar berpikir kritis dan mandiri.

b. Bagi guru

1. Meningkatkan kinerja guru karena dengan adanya model pembelajaran

problem based learning dapat mengefektivkan waktu pembelajaran.

2. Model pembelajaran problem based learning sebagai sarana bagi Guru

untuk memotivasi siswa supaya lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

menulis.

3. Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga

dapat menarik perhatian dalam memotivasi siswa belajar.

c. Bagi sekolah

1. Sebagai contoh untuk guru lain untuk melaksanakan pembelajaran yang

inovatif.

2. Sebagai inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KETERAMPILAN MENULIS

1. Hakikat Menulis

a. Pengertian menulis

Menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 968) adalah

melahirkan pikiran atau perasaan. Nurgiyantoro(2001: 298) menyatakan bahwa

menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menurut

Tarigan (1986: 21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang

sehingga orang-orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis

merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan

kegiatan yang menuntut adanya kegiatan encoding, yaitu kegiatan untuk

menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui bahasa.

Kegiatan berbahasayang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan,

pikiran, atau perasaan oleh pihak penutur, dalam hal ini adalah penulis, dalam

kegiatan menulis, penulis harus memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan

kosakata melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Aktivitas menulis

merupakan salah satu manisfestasi keterampilan berbahasa paling akhir yang

dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca dan berbicara

(Nurgiyantoro, 2001: 296). Selanjutnya, Nurgiyantoro juga menyatakan jika

dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis

lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa. Hal tersebut karena, keterampilan

berbahasa menghendaki penguasaan berbagai aspek lain diluar bahasa untuk

menghasilkan karangan yang padu dan utuh.Dari beberapa definisi menulis di

atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mentranformasikan

8
pikiran atau gagasan menjadi simbol-simbol yang dapat dibaca dan dipahami oleh

orang lain.

b. Fungsi menulis

Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tak langsung

antara penulis dan pembacanya. Karena, pada prinsipnya tulisan bisa

menyampaikan pesan penulis kepada pembacanya.

Menurut D’angelo dalam Tarigan (1986:22), menulis sangat penting di

bidang Pendidikan untuk memudahkan siswa berpikir secara kritis. Selain itu,

menulis juga memudahkan seseorang untuk merasakan, menikmati,

memperdalam daya tanggap atau persepsi untuk memecahkan masalah-masalah

yang sedang dihadapi.

Karena, tulisan akan membantu seseorang memahami masalah-masalah

yang dihadapinya dengan mudah. Ada pula fungsi lainnya, antara lain:

 Fungsi penataan

Menulis memiliki fungsi penataan terhadap gagasan, pikiran,

pendapat dan imajinasi seseorang. Sehingga tulisan yang dituangkan

oleh penulis bisa menggambarkan dan menjelaskan gagasan, ide pikiran,

pendapat dan imajinasinya dengan jelas.

 Fungsi pengawetan

Menulis juga memiliki fungsi pengawetan untuk mengutarakan

suatu cerita atau gagasan melalui tulisan yang berbentuk dokumen.

Dokumen berisi tulisan inilah yang sangat berharga, karena bisa

menceritakan suatu peristiwa yang sudah lampau, memberikan

informasi hingga hiburan.

 Fungsi penciptaan

Menulis memiliki fungsi penciptaan, karena penulis telah

menggambarkan atau menciptakan suatu peristiwa nyata maupun fiktif

9
melalui tulisan. Sehingga bisa dikatakan karangan sastra memiliki

fungsi penciptaan.

 Fungsi penyampaian

Gagasan, pikiran, pengalaman dan imajinasi yang dituangkan

dalam sebuah tulisan menunjukkan bahwa menulis memiliki fungsi

penyampaian. Karena, melalui tulisan itulah penulis menyampaikan

informasi, pengetahuan dan pesan kepada pembacanya.

c. Tujuan menulis

Menurut Sujanto (1988: 68) secara garis besar tujuan menulis adalah

mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca dan

memberi hiburan. Dalam satu tulisan, tidak menutup kemungkinan memiliki lebih

dari satu tujuan, misalnya saja seorang penulis ingin memberikan informasi

sekaligus ingin mempengaruhi pembaca Menurut Syafie’ie (1988: 52-52)

menyatakan tujuan menulis sebagai berikut :

 Mengubah keyakinan pembaca

 Menanamkan suatu pemahaman kepada pembaca.

 Merangsang proses berpikir pembaca.

 Menyenangkan dan menghibur pembaca.

 Memberitahu pembaca.

 Memotivasi pembaca.

Hugo Harting (Tarigan, 1994: 24-25) mengklasifikasikan beberapa tujuan

penulisan, adalah sebagai berikut :

 Tujuan penugasan (assignment purpose)

Tujuan penugasan ini berarti menulis tidak memiliki tujuan

sama sekali. Penulis menulis karena ditugaskan, bukan atas

kemauannya sendiri.

10
 Tujuan altruistik (aluistric purpose)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, dengan

menghindarkan kedukaan pembaca. Penulis ingin menolong

pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,

penulis ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih

menyenangkan dengan karyanya.

 Tujuan persuasi (persuasive purpose)

Tujuan penulis adalah meyakinkan pembaca akan

kebenaran gagasan yang diutarakan.

 Tujuan informasi (informational purpose)

Tujuan penulis adalah memberikan informasi atau

keterangan penerangan kepada para pembaca.

 Tujuan kreatif (creative purpose)

Tujuan penulis adalah mencapai nilai-nilai artistik dan

nilai-nilai kesenian.

 Tujuan pernyataan diri (self – expressive purpose)

Tujuan penulis adalah menyatakan atau memperkenalkan

diri kepada pembaca.

 Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose)

Tujuan penulis adalah memecahkan permasalahan. Penulis

ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti

secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan penulis sendiri

agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

d. Manfaat menulis

Menulis merupakan kegiatan yang produktif. Suparno dan Mohamad

Yunus (2007: 1.4) menyatakan beberapa manfaat menulis sebagai berikut :

 Peningkatan kecerdasan

 Pengembangan inisiatif dan kreativitas

11
 Penumbuhan keberanian

 Pendorong kemauan dan keterampilan mengumpulkan informasi.

Hairston (Nursisto, 1999: 8) juga mamaparkan beberapa manfaat menulis

sebagai berikut :

 Sarana untuk menemukan sesuatu

 Memunculkan ide baru

 Melatih keterampilan mengorganisasi dan menjernihkan sebagai

konsep atau ide

 Melatih sikap objektif pada diri seseorang

 Membantu menyerap dan memproses informasi

 Melatih untuk berfikir aktif

Menulis juga dapat bermanfaat bagi kesehatan mental anak, sebagaimana

diungkapkan Pennebaker & Janet Seager (niahidayati.net) bahwa orang yang

memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental yang lebih sehat

dari mereka yang tidak memiliki kebiasaan tersebut. Menulis dapat menjadi

tempat penyalur perasaan dan pendapat yang jika disimpan akan berdampak

negatif bagi tubuh dan pikiran secara fisik dan mental.

Menulis juga merupakan kegiatan yang menunjang kegiatan pembelajan

lain. Banyak kegiatan yang berhubungan erat dengan keterampilan menulis

seperti membuat ikhtisar, mencatat pelajaran, menulis laporan, menulis surat,

menulis rancangan kegiatan, menulis karya ilmiah danmembuat karangan.

B. SURAT DINAS

1. Hakikat surat dinas

Surat dinas adalah surat resmi yang dikeluarkan dari sebuah instansi pemerintahan

atau swasta. Surat ini harus dibuat dengan singkat, padat, dan jelas, agar isinya mudah

dipahami pembacanya.

12
a. Pengertian surat dinas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI, surat dinas bisa

diartikan sebagai surat yang dikirim oleh suatu kantor atau pemerintahan.

Surat dinas bisa juga disebut surat resmi. Ditulis sesuai dengan tata bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Selain kantor atau pemerintahan, secara umum

surat dinas dapat dikeluarkan oleh suatu lembaga, pemerintahan ataupun swasta.

Melihat dari definisinya, surat dinas hanya dikeluarkan dalam kondisi atau

waktu tertentu. Sebab untuk membuatnya tentu harus mendapat persetujuan dari

pimpinan instansi tersebut.

b. Fungsi surat dinas

Surat dinas memiliki fungsi sebagai berikut :

 Sebagai pedoman pekerjaan, seperti surat intruksi, surat tugas,

surat pemberian izin atau surat pengambilan keputusan.

 Sebagai alat pengingat karena surat ini dapat dijadikan arsip bagi

instansi.

 Sebagai bukti perkembangan suatu instansi atau lembaga.

 Sebagai alat bukti, terutama surat perjanjian.

c. Bagian – bagian surat dinas

1) Kop surat atau kepala surat

Kepala surat yang lengkap terdiri atas :

 Nama instansi

 Alamat lengkap

 Nomor telepon

 Nomor kotak pos, dan

 Logo identitas lembaga

13
2) Tanggal surat

Dalam surat dinas, tanggal surat ada di sisi kanan atas, kiri atas, atau

kanan bawah. Nama tempat pada tanggal surat dinas tidak perlu lagi

ditulis, karena nama tempat sudah ada di kepala atau kop surat.

Namun, pada surat pribadi atau surat lamaran kerja, nama tempat harus

dicantumkan. Nama bulan dan tahun ditulis lengkap tanpa tanda titik di

akhir.

Contoh : 21 Juli 2020

3) Hal / perihal surat

Hal / perihal surat adalah yang menunjukkan isi atau inti dari surat secara

singkat. Perihal berbentuk frase yang dimulai dengan huruf besar dan

tidak diakhiri tanda titik serta tidak diberi garis bawah.

Contoh : Permohonan Izin Tempat

4) Nomor surat

Surat dinas adalah surat resmi yang harus diberi nomor surat, kode, dan

tahun. Setiap instansi atau lembaga mempunyai kode atau urutan

penulisan kode dalam membuat nomor.

Contoh : 29 /BB/PKBM/2019

5) Lampiran

Lampiran adalah lembar tambahan yang bisa dilampirkan. Lampiran ini

bisa dalam bentuk lembaran atau dokumen lain.

Jika tidak ada lampiran, biasanya ditulis dengan tanda hubung. Lampiran

dapat ditulis singkat atau ditulis semua secara lengkap. Sedangkan

penulisan rinciannya ditulis dengan huruf semua bukan angka.

Contoh :

Lamp : Tiga lembar

Atau

Lampiran : Tiga lembar

14
6) Alamat surat

Dalam menulis alamat surat, ada ketentuan yang harus dipenuhi :

 Alamat surat ditujukan kepada pejabat, dan bukan pada nama

kantor pejabatnya

 Jika sudah menggunakan kata 'Kepada' diikuti jabatan atau

instansi, atau 'Kepada' diikuti kata sapaan dan nama orang yang

dituju maka tidak perlu memakai 'Yth'. Gunakan salah satu saja.

 Penulisan nama sapaan (misalnya : Bapak, Ibu atau Saudara) tidak

perlu diikuti jabatan.

 Dalam menulis kata sapaan, kata sapaan harus digunakan di depan

nama orang yang ditulis dalam alamat surat.

 Penulisan nama jalan tidak boleh disingkat.

 Penulisan alamat tujuan surat tidak diakhiri tanda titik

Contoh :

Yth. Kepala Desa Talang Kemang

Kecamatan BPR Ranau Tengah

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

7) Pembuka surat

Pembuka surat dapat ditulis dalam beberapa variasi, diantaranya yaitu :

 Jika sebagai pemberitahuan atau permintaan :

Dengan ini kami beritahukan ……….., Bersama ini kami

sampaikan …………….

 Jika sebagai surat balasan :

Membalas surat saudara tertanggal ……, sehubungan dengan surat

saudara tertanggal ……., nomor ……., dibeitahukan bahwa …….,

 Surat untuk menunjuk pada dasar surat :

Berdasarkan surat edaran ……, Sehubungan dengan surat ……,

 Surat yang menyatakan sebuah tujuan :

15
Dalam rangka memperingati …., Dalam upaya meningkatkan …,

8) Isi surat

Berisi inti surat atau hal yang akan disampaikan dalam surat, harus sesuai

dengan subjeknya.

9) Penutup

Penulisan penutup pada surat dinas

10) Pengirim surat dinas berisikan tanda tangan, nama terang, nama jabatan,

NIP. Penulisannya pengirim / penulis surat sebagai berikut :

 Nama terang ditulis dengan tanpa kurung

 Penulisan a.n. , diketik pada sebelah kiri nama jabatan

 Ditulis tanpa menggunakan nama kantor

d. Bahasa surat dinas

Bahasa yang digunakan dalam menulis surat dinas adalah bahasa resmi artinya,

tidak ada penggunaan kata sehari – hari yang dianggap tidak begitu formal. Selain

itu, kosa kata yang dipakai biasanya disesuaikan dengan PUEBI atau Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

e. Bentuk surat dinas

Menurut pola umum surat menyurat dikenal 6 (enam) macam bentuk surat dinas

yaitu :

 Surat full block style (Bentuk lurus penuh)

 Semi block style (Bentuk setengah lurus)

 Block style (Bentuk lurus)

 Idented style (Bentuk lekuk)

 Hanging paragraph style (Bentuk alinea menggantung)

 Official style (Bentuk Resmi)

16
C. MODEL PROBLEM BASED LEARNING

1. Pengertian Model Problem Based Learning

Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa

pengertian dari model Problem Based Learning adalah adanya permasalahan nyata

sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan

memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Finkle and Torp (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) menyatakan bahwa PBM

merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan

secara stimulan strategi pemecahan masalah dan dasardasar pengetahuan dan

keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah

permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

Sedangkan menurut Kamdi (2007:77) lajaran yang didalamnya melibatkan siswa

untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah

sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan

masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memilki keterampilan dalam

memecahkan masalah.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan pembelajaran yang

berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai sebuah konteks

bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan mendapatkan

keterampilan dalam pemecahan masalah, serta tak terlupakan untuk mendapatkan

pengetahuan sekaligus konsep yang penting dari materi ajar yang dibicarakan.

2. Karakteristik Model Problem Based Learning

Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam Aris Shoimin

(2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:

17
a. Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai

orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme

dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.

b. Autenthic problems from the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang autentik sehingga

siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

c. New information is acquired through self-directed learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum mengetahui dan

memahami semua pengetahuan prasayaratnya sehingga siswa berusaha untuk

mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.

d. Learning occurs in small group

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha mengembangkan

pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil.

Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan

tujuan yang jelas.

e. Teachers act as facilitators

Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begitu

guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong

mereke agar mencapai target yang hendak dicapai.

3. Langkah – langkah Model Problem Based Learning

Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam model

pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.

Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

18
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,

hipotesis, dan pemecahan masalah.

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai

seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sedangkan langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem Based learning yang

diakses pada tanggal 12 Juni 2016 dari

http://www.infoduniapendidikan.com/2015/06/pengertian-dan-langkah-model-

pembelajaran-problem-based-learning.html?m=1 menyatakan bahwa langkah – langkah

pembelajarannya adalah:

a. Orientasi siswa kepada masalah

Kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah dijelaskannya tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru, selanjutnya disampaikannya terkait

logistik yang dibutuhkan, diajukannya suatu masalah yang harus dipecahkan

siswa, memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk

melakukan aktivitas pemecahan masalah yang menjadi pilihannya.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru dapat melakukan perannya untuk membantu siswa dalam mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan masalah yang disajikan.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru melakukan usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi

yang relevan, mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, dan untuk

mendapat pencerahan dalam pemecahan masalah.

19
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu para siswa-siswinya dalam melakukan perencanaan dan

penyiapan karya yang sesuai misalnya laporan, video atau model, serta guru

membantu para siswa untuk berbagi tugas antar anggota dalam kelompoknya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dalam setiap proses yang mereka gunakan.

4. Kelebihan Model Problem Based Learning

Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa kelebihan model Problem Based Learning

diantaranya:

a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi

nyata.

b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui

aktivitas belajar.

c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada

hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa

dengan menghafal atau menyimpan informasi.

d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.

e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari

perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.

f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.

g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan

diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.

h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok

dalam bentuk peer teaching.

20
5. Kelemahan Model Problem Based Learning

Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa selain memiliki kelebihan, model Problem

Based Learning juga memilki kelemahan, diantaranya sebagai berikut:

a. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru

berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran

yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.

b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan

terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang

Kecamatan BPR Ranau Tengah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera

Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2022 semester I pada tahun pelajaran

2022/2023. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 32 orang. Jumlah siswa

laki-laki 13 orang, perempuan 19 orang.

B. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester 1 dengan

kompetensi menulis surat dinas dengan bahasa yang baik dan benar dan memperhatikan

penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll) dengan indicator sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan bagian – bagian surat dinas

2. Mengidentifikasi ciri – ciri dari surat dinas

3. Menulis surat dinas dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan ejaan dan

tanda baca

C. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat

tahapan-tahapan seperti: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pangamatan/obsevasi,

dan (4) analisis dan refleksi.

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas, antara lain; (1) melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang sesuai digunakan. (2) Menyusun perangkat pembelajaran (3)

Menyiapkan format pengumpulan data.

22
Pelaksanaan tindakan yaitu uraian yang berisi gambaran tindakan yang akan dilakukan,

skenario kerja tindakan, perbaikan yang akan dikerjakan dan prosedur tindakan yang diterapkan.

Pengamatan atau observasi yaitu prosedur perekaman data mengenai proses dan produk

dari implementasi tindakan yang dirancang. Penggunaan instrumen yang disiapkan sebelumnya.

Analisis dan refleksi yaitu berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil

pengamatan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang

dilaksanakan, serta kriteria dan rancangan bagi tindakan siklus selanjutnya.

D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang di awal

semester 1 selama 1 bulan dari minggu 1 bulan September sampai dengan minggu 4 Bulan

September.

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.

Arikunto (2010: 169) menyatakan bahwa “variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan menulis surat dinas bahasa

Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang Tahun Ajaran 2022/2023.

Dengan kata lain peneliti ingin mengetahui dan mendeskripsikan variabel terikat yaitu

kemampuan menulis surat dinas bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang

Kemang Tahun Ajaran 2022/2023.

F. DATA DAN SUMBER DATA

Data dalam penelitian ini adalah hasil surat dinas siswa yang diajar dengan menggunakan

model problem based learning dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kegiatan

pembelajaran berlangsung di kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang Kemang. Sumber data

23
yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas VII dan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung

dan tes. Menurut Amirul (2005:129) teknik observasi langsung adalah pengamatan dan

pencatatan terhadap objek di tempat terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer

berada bersama objek yang diselidiki.

H. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis data. Langkah-

langkah yang akan digunakan dalam analisis data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengelompokkan aspek-aspek yang diamati dalam proses pembelajaran menulis surat

dinas dengan menggunakan model problem based learning.

2. Menganalisis terlaksana atau tidaknya aspek yang diamati pada setiap siklus terhadap

pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, dan sikap

siswa dalam pembelajaran.

3. Menentukan aspek yang dinilai dalam menulis surat dinas.

4. Menganalisis hasil belajar siswa dalam menulis naskah drama pada setiap siklus.

5. Mengelompokkan aspek-aspek yang diamati berdasarkan sikap siswa dalam mengikuti

pembelajaran pada setiap siklus.

6. Mengadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh pada setiap siklus.

7. Menyimpulkan hasil yang diperoleh pada setiap siklus. Dari data-data yang telah

diperoleh dari teknik analisis data, kemudian dapat ditarik kesimpulan apakah tindakan

yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Dari penarikan kesimpulan dalam teknik analisis

data, maka selanjutnya akan disajikan ke dalam hasil dan pembahasan.

24
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Descriptive hasil penelitian akan diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus

penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran keterampilan

menulis paragraf descriptive dengan menggunakan lingkungan kelas sebagai media

pembelajaran dilakukan dalam dua siklus.

1. Siklus 1

a) Perencanaan

Perencanaan ini meliputi kegiatan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan model problem based learning. Sebagai penunjang

peneliti menggunakan LKS yang menekankan pada aktivitas mengamati,

menganalisis, menyimpulkan serta membuat lembar observasi untuk memantau

kegiatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

b) Pelaksanaan

Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti mensosialisasikan pembelajaran Bahasa

Indonesia sesuai RPP menggunakan model problem based learning . Saat proses

pembelajaran guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok beranggotakan 4

atau 5 orang secara heterogen, guru menyampaikan materi pembelajaran,

selanjutnya memberikan tugas kepada tiap kelompok untuk dikerjakan. Anggota

kelompok yang sudah menguasai diminta menjelaskan pada anggota

kelompoknya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti atau memahami, guru

berkeliling membimbing, mengawasi dan langsung menilai proses pembelajaran

terhadap siswa. Setelah selesai, melalui juri bicara setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lainnya memberikan

tanggapan, guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep

dan memberikan kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan evaluasi.

25
c) Observasi

Selama berlangsungnya proses pembelajaran, observasi dilaksanakan secara

kolaborasi oleh pengamat, yakni rekan guru yang sama mengampu mata pelajaran

Bahasa Indonesia dan peneliti dengan menggunakan instrumen yang meliputi:

aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran

pada siklus I adalah diuraikan sebagai berikut :

1) Aktivitas guru

Diawali dengan pertanyaan (questioning) tentang “Menulis Surat”,

dilanjutkan dengan pembahasan tentang Jenis-jenis Surat. Siswa

memperhatikan uraian guru tentang surat, jenis-jenis surat, dan

bagaimana cara menulis surat dinas.

Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL)

dengan metode cooperative learning dan alat pemusat perhatian berupa

“lembar pertanyaan” mulai dilaksanakan dengan cara :

 Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok, masing-masing

kelompok beranggotakan 4 dan 5 orang siswa, setiap kelompok

diberi lembar pertanyaan yang berisi 3 pertanyaan tentang surat,

penggolongan, dan bagaimana cara menulis surat dinas.

 Siswa bekerja di dalam kelompok, akan tetapi setiap anggota

menuliskan pekerjaannya masing-masing, dan di antara kelompok

terjadi suasana yang kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk

menyelesaikan pekerjaan paling cepat atau lebih dulu dan terbaik

dalam menjawab.

 Siswa bekerja di dalam kelompok, akan tetapi setiap anggota

menuliskan pekerjaannya masing-masing, dan di antara kelompok

terjadi suasana yang kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk

26
menyelesaikan pekerjaan paling cepat atau lebih dulu dan terbaik

dalam menjawab.

 Guru menuliskan kriteria/format penilaian di papan tulis terhadap

hasil kerja kelompok. (A = Baik Sekali, B = Baik, C = Cukup, dan

K = Kurang)

 Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menilai hasil kerja

kelompoknya dan hasil kerja kelompok lain disertai dengan alasan-

alasan yang kuat terhadap penilaiannya.

 Guru memberikan penilaian akhir terhadap hasil kerja kelompok

disertai alasannya.

Kegiatan pembelajaran diakhiri guru dengan menyimpulkan materi

pembelajaran Menulis tentang “Menulis Surat Dinas ”. Guru memberikan

tes lisan tentang materi tersebut, beberapa orang siswa menjawab,

selanjutnya guru menugaskan siswa untuk mengerjakan Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang harus dikumpulkan minggu berikutnya. Guru juga

melakukan refleksi bersama siswa dengan cara mengajukan pertanyaan

apakah para siswa merasa senang belajar dengan cara berkelompok seperti

itu, apakah materi mudah atau sulit dipahami dan berikan alasannya. Hasil

observasi pada pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 1 tampak pada table

berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kriteria Ket

No Aspek Yang Diobservasi Penilaian

B C K

1 Membuat skenario pembelajaran berbasis V

CTL

27
2 Menggunakan alat pemusat perhatian V

sebagai stimulus

3 Mendorong siswa bertamasya mental V

(round trip) mengenai stimulus

4 Mengaitkan materi dengan kehidupan V

nyata siswa sehari-hari

5 Memberikan kesempatan siswa bertanya V

6 Memberikan kebebasan siswa untuk V

mengemukakan pendapat

7 Mendorong siswa menemukan sendiri V

materi

8 Mendorong siswa berpikir kritis dan V

memecahkan masalah

9 Menciptakan “masyarakat belajar” atau V

Belajar kelompok

10 Mendorong siswa mempraktekkan V

pengetahuan yang telah dipelajari

11 Membagi perhatian yang sama kepada V

seluruh siswa

12 Menciptakan suasana belajar yang V

menyenangkan

13 Mendorong seluruh siswa berpartisipasi V

aktif dalam pembelajaran

14 Memberikan contoh atau model dalam V

pembelajaran

15 Memberikan penghargaan (reward) V

kepada siswa yang berprestasi

16 Menyimpulkan materi pembelajaran V

bersama siswa

17 Memberikan penilaian terhadap siswa V

28
selama proses pembelajaran

18 Memberikan kesempatan kepada siswa V

untuk menilai diri dan saling menilai di

antara teman selama pembelajaran

19 Memberikan tes formatif untuk menilai V

hasil belajar siswa

20 Melaksanakan refleksi bersama siswa V

tentang proses dan materi pembelajaran

10 8 2
Jumlah

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I

tampak pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalan Pelaksanaan Tindakan

Siklus 1

No Kriteria Ket

Aspek Yang Diobservasi Penilaian

B C K

1 Terlibat aktif dalam proses pembelajaran V

2 Konsentrasi pada kegiatan pembelajaran V

3 Ikut serta mengomentari topik V

pembelajaran

4 Aktif bertanya, menjawab, dan V

mengemukakan pendapat

5 Cepat merespon topik pembelajaran V

6 Terjadi sharing pembelajaran diantara V

siswa

7 Menemukan sendiri materi dari berbagai V

sumber

29
8 Berpikir kritis dalam memecahkan V

masalah

9 Kerjasama dalam kelompok V

10 Semangat dan antusias mengikuti proses V

pembelajaran

11 Melaksanakan tugas kelompok dengan V

penuh tanggung jawab

12 Menganalisis dan menyajikan hasil karya V

13 Menilai diri sendiri dalam pembelajaran V

14 Saling menilai di antara siswa dalam V

proses pembelajaran

15 Melakukan refleksi terhadap proses dan V

hasil belajar

5 9 1
Jumlah

Tabel 4.3.Hasil penilaian Kompetensi Siswa dalam Tindakan Siklus I

Aspek Yang Dinilai

Sikap ** Keterampilan

No Nama siswa Pengetahuan* ***

B C K B C K

1 Adelia Citra Sari 80 V V

2 Alda Febrianti 80 V V

3 Ayu Wandira 70 V V

4 Ayu Wulandari 70 V V

5 Budiwan 78 V V

6 Dodi Andika 70 V V

7 Doni Samudra Purba 80 V V

8 Gusti Randa 78 V V

30
9 Helmi 75 V V

10 Irna Sari 70 V V

11 Jodi Setiawan 75 V V

12 Kautsar 78 V V

13 Lia Novita Sari 80 V V

14 Muhammad Iqbal 78 V V

15 Mei Meliyani 80 V V

16 M. Jimmi Yuda 75 V V

Pratama

17 Nopi Safitri 75 V V

18 Pita Pratiwi 78 V V

19 Pahrul Iman 80 V V

20 Rio Pratama Putra 75 V V

21 Rusnadi 80 V V

22 Ria Gusdiana 70 V V

23 Siti Nurhasanah 78 V V

24 Satria 80 V V

25 Tina Mayasari 75 V V

26 Ucok Derian 80 V V

Nilai Rata-rata Kelas 1988:26=76,5 9 14 3 9 13 4

d) Refleksi pelaksanaan tindakan 1

Dalam tahap refleksi ini, hasil observasi dianalisis bersama guru mitra. Dari hasil

refleksi terhadap pelaksanaan tindakan, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan

kompetensi siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) diperoleh bebarapa

kesimpulan sebagai berikut :

 Pelaksanaan tindakan 1

Guru sudah melaksanakan tindakan I sesuai dengan skenario pembelajaran

dengan model Problem Based Learning (PBL) dengan metode

31
Cooperative Learning yang telah disusun pada tahap perencanaan. Secara

garis besar dalam pelaksanaan telah menampilkan komponen

pembelajaran PBL yakni pada komponen questioning, modeling, learning

community, reflection, dan authentic assessment, akan tetapi masih kurang

tergali komponen constructivism dan inquiry.

Pada komponen questioning, peneliti pertanyaan tentang materi di awal,

inti, dan penutup kegiatan pembelajaran, juga dalam bentuk lembar

pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara kelompok. Hanya

peneliti kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

sehingga suasana tanya jawab timbal balik guru dengan siswa agak kurang

terjalin baik.

Komponen modeling peneliti tampilkan dengan cara memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok,

kemudian peneliti memberikan contoh mana di antara kelompok yang

tampil yang paling baik baik hasil kerja kelompok dan cara

mempresentasikannya.

Komponen learning community, ditampilkan secara dominan pada proses

pembelajaran, karena pembelajaran menggunakan Cooperative Learning

adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa belajar melalui

kerjasama dalam kelompok dan berkompetisi di dalam kelompok dan

antar kelompok.

Komponen reflection dilaksanakan melalui refleksi siswa di akhir

pembelajaran terhadap proses pembelajaran dan pengaruhnya terhadap

komponen Menulis yang harus dikuasainya dalam menulis surat dinas.

Komponen authentic assessment dimunculkan melalui penilaian dalam

proses pembelajaran dalam bentuk format penilaian kerja kelompok dan

presentasi setiap kelompok yang ditulis oleh peneliti bentuk format dan

hasilnya pada papan tulis (white board) sehingga diketahui oleh seluruh

32
siswa. Di samping itu terdapat format penilaian anggota kelompok oleh

kelompoknya yang dikumpulkan untuk direkap oleh peneliti.

Terdapat dua komponen yang kurang tergali, yaitu komponen

Constructivism dan Inquiry, karena dalam proses pembelajaran peneliti

kurang mengajak siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah,

membangun dan menemukan sendiri materi yang harus dipelajari, serta

kurang mendorong siswa bertamasya mental (mental round trip) mengenai

stimulus.

Salah satu hal yang membuat pembelajaran kurang mampu mengajak

siswa untuk bertamasya mental/round trip tentang materi, kurang berpikir

kritis dan memecahkan masalah adalah karena tidak ada media penarik

dan pemusat perhatian yang berupa contoh jenis-jenis surat.

Dalam pelaksanaan tindakan I media hanya sebatas lembar pertanyaan

yang harus dijawab siswa dalam kelompok.

 Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi aktivitas siswa dalam

tindakan I diperoleh gambaran bahwa aktivitas siswa sebagai “student

centered” sebagaimana diposisikan dalam pendekatan CTL, ternyata 33,3

% sudah baik/nampak, 60 % cukup nampak, dan 6,7 % kurang nampak

dalam pembelajaran menulis pada pelaksanaan tindakan.

Dalam pelaksanaan tindakan I, siswa belajar di dalam kelompok-

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 dan 5 orang siswa. Sebagian

besar siswa aktif bekerjasama di dalam kerja kelompok, karena di samping

harus membuat laporan kelompok juga membuat laporan setiap individu

anggota kelompok. Sebagian kecil siswa aktif menjawab pertanyaan guru,

akan tetapi tidak aktif bertanya, karena mungkin tidak diberi kesempatan

oleh guru untuk bertanya. Tetapi terdapat satu kelompok yang nampaknya

tidak begitu aktif dan penyajian/presentasi hasil pekerjaan dinilai kurang

33
oleh kelompok lain. Siswa menemukan sendiri materi pelajaran yang

dipertanyakan guru dalam lembar pertanyaan kelompok, akan tetapi hanya

menggunakan satu sumber buku teks.

 Peningkatan kompetensi siswa

Kompetensi siswa dalam pelajaran menulis terdiri dari pengetahuan


tentang menulis, yang berdasarkan hasil tes formatif pada tindakan I
diperoleh nilai tertinggi 80 dan terendah 70, sedangkan nilai rata-rata kelas
76,5. Dalam aspek sikap 34,6 % baik, 53,8% cukup, dan 11,6% kurang.
Sedangkan aspek keterampilan 34,6 % baik, 50 % cukup, dan 15,4 %
kurang.
Kenyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan siswa tentang

menulis surat dinas, siswa masih banyak kesulitan memahami materi.

Sikap siswa dominan pada kategori cukup, karena siswa nampak sudah

menghargai pendapat orang lain dan bertanggung jawab terhadap diri dan

kelompoknya dalam kompetisi antar kelompok, akan tetapi hanya

sebagian kecil yang memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat

dan bertanya di kelas. Demikian pula pada keterampilan siswa dominan

pada kategori cukup, karena siswa sudah nampak mampu bekerjasama

dalam kelompok, membuat karya kelompok dan mempresentasikannya,

akan tetapi masih terbatas membuat laporan saja tidak sampai

menganalisisnya dan mempertanyakan apa yang dipresentasikan

kelompok lain.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut di atas dapat disimpulkan aspek

keberhasilan dan kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan tindakan I

sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Keberhasilan dan Kelemahan Pelaksanaan Tindakan I


Rencana Tindak
No Aspek Keberhasilan Kelemahan Lanjut

1 Pelaksanaan Guru telah Guru kurang 1.Guru memberi


Tindakan menampilkan menampilkan kesempatan pada
komponen komponen siswa untuk ber-

34
pembelajaran constructivism dan tanya.
dengan model inquiry, karena 2.Guru
PBL pada dalam proses menggunakan
komponen qu pembelajaran guru media gambar
estioning,learning kurang mengajak untuk dianalisis.
community, siswa untuk 3.Guru mengajak
reflection dan berpikir kritis dan siswa menganalisis
authentic memecahkan ma- kasus/masalah dan
assessment salah, membangun upaya pemecahan
dan menemukan masalah.
sendiri materi,
kurang mendorong
siswa bertamasya
mental/round trip
mengenai stimulus.
Tidak ada media
penarik dan
pemusat perhatian
yang berupa media
gambar,
cerita/artikel
2 Aktivitas Sebagian besar Hanya sebagian 1.Siswa diberi
Siswa siswa aktif kecil siswa yang kesempatan
bekerjasama di aktif menjawab bertanya
dalam kerja pertanyaan guru, 2.Pendampingan
kelompok, karena dan tidak ada yang terhadap kelompok
di samping harus aktif bertanya, yangtidak aktif /
menulis laporan karena mungkin presentasi kurang
kelompok, juga tidak diberi baik.
setiap individu kesempatan untuk 3.Siswa dianjurkan
anggota ke- bertanya. tidak hanya
lompok. Terdapat satu memahami materi
kelompok yang dari buku teks
nampaknya tidak tetapi dari berbagai
begitu aktif dan sumber.
penyajiannya 4.Mengatur tempat
dinilai kurang oleh duduk kelompok
kelompok lain. (meja & kursi)
Mobilitas/ruang sedemikian
geraksiswa dalam rupa,sehingga ada
kelompok belajar jalan untuk

35
sangat terbatas, mobilitas individu
karena fator dan kelompok
fasilitas ruangan
yang sempit.
3 Kompetensi Pengetahuan Hanya sebagian Memberikan
Siswa siswa cukup, rata- kecil yang memiliki kesempatan kepada
rata kelas 6,8. keberanian untuk siswa untuk
Siswa mengem- mengemukakan bertanya kepada
bangkan sikap pendapat dan kelompok yang
menghargai pen- bertanya di kelas sedang
dapat orang lain Keterampilan siswa mempresentasikan
dan bertanggung masih sebatas karya kelompok
jawab terhadap membuat laporan, dan
diri dan kelom- tidak sampai dijawab/dijelaskan
poknya dalam menganalisisnya, oleh kelompok
kompetisi antar mempertanyakan yang
kelompok. dan menjawab apa mempresentasikan
Siswa sudah nam- saja yang
pak mampu be- dipresentasikan
kerjasama dalam kelompoknya dan
kelompok, mem- kelompok lain
buat karya kelom-
pok dan mempre-
sentasikannya
Sikap siswa
mampu bekerja
sama dalam
kelompok dan
berkompetisi
sehat dengan ke-
lompok lain

Pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama pembelajaran siklus I

dilakukan selama 2 x 40 menit. Dalam praktik pembelajaran waktu yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran berlangsung selama 65 menit, dan

sisa waktu digunakan untuk resitasi dan refleksi.

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus I tampak pada

tabel di bawah ini :

36
Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual Siklus 1
KEMUNCULAN
NO AKTIVITAS GURU
YA TIDAK
1. Menyampaikan pendahuluan V
2. Menjelaskan Tujuan pembelajaran V
3. Memotivasi siswa belajar V
4. Memberi latihan terbimbing V
5. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan V
umpan balik bagi siswa yang bertanya dan
mengklarifikasi materi yang kurang jelas
6 Resitasi/tanya jawab V
7. Membimbing siswa melakukan refleksi V

2) Aktivitas siswa

Aktivitas siswa sebagai indikator motivasi belajar ditetapkan :

memperhatikan penjelasan guru, bertanya, bekerja dalam kelompok,

mengemukakan pendapat, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok, berdiskusi/bertanya jawab antara guru dan siswa, dan

melakukan refleksi. Penulis berasumsi bahwa apabila ketujuh aktivitas itu

muncul secara maksimal maka suasana pembelajaran yang diharapkan

akan terwujud. Data aktivitas siswa dapat ditunjukkan pad tabel berikut :

Tabel 4.6. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus 1

KEMUNCULAN
NO AKTIVITAS SISWA JML %
YA KRNG TDK
Memperhatikan penjelasan
1. V 24 76,9
guru
2. Bertanya V 5 19,23
3. Bekerja dalam kelompok V 14 53,8
4. Mengemukakan pendapat V 4 15,4
Menyajikan hasil diskusi
5. V 9 34,6
kelompok
Berdiskusi/bertanya jawab
6. V 7 26,9
antara guru dan siswa
7. Melakukan refleksi V 4 15,4

37
2. Siklus 2

a. Perencanaan

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasalahan pada

siklus I adalah : (a) guru berusaha menyampaikan tujuan pembelajaran dengan

lebih variatif; (b) guru berusaha membiasakan siswa bekerja dalam kelompok

dan memotivasi siswa; (c) guru berusaha memberi latihan terbimbing dan lebih

banyak memberika kesempatan siswa untuk berinisiatif dan menemukan konsep;

dan (d) guru akan lebih banyak memberik contoh yang aplikatif dengan

kehidupan nyata siswa agar terbiasa bersikap positif.

b. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran melalui apersepsi dengan mengajukan

pertanyaan kepada siswa tentang materi minggu yang lalu. Menyampaikan tujuan

pembelajaran, meminta siswa duduk dalam kelompok, membagikan lembar kerja

dan meminta siswa mengerjakan sambil mengingatkan pentinya bekerja

kooperatif. Waktu untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Meminta

beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di papan tulis, dilanjutkan

diskusi dan tanya jawab. Setelah selesai, guru membantu siswa melakukan

refleksi.

c. Observasi

Data Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Kelompok

Adalah Sebagai Berikut :

1) Aktivitas Guru

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus II ditunjukkan

pada tabel berikut :

Tabel 4.7.Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual Siklus II

NO AKTIVITAS GURU KEMUNCULAN

YA TIDAK

38
1. Menyampaikan pendahuluan V

2. Menjelaskan Tujuan pembelajaran V

3. Memotivasi siswa belajar V

4. Memberi latihan terbimbing V

5. Memeriksa pemahaman siswa dan V

memberikan umpan balik bagi siswa yang

bertanya dan mengklarifikasi materi yang

kurang jelas

6 Resitasi/tanya jawab V

7. Membimbing siswa melakukan refleksi V

2) Aktivitas siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk mengikuti

kegiatan belajar. Hal ini tampak pada antusiasme siswa dalam menjawab

pertanyaan apersepsi yang dikemukakn guru, selain itu banyak siswa yang

mengajukan pertanyaan berkenaan dengan materi pelajaran.

Tabel 4.8. Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Siklus II

KEMUNCULAN
NO AKTIVITAS SISWA JML %
YA KRNG TDK

Memperhatikan
1. V 24 92,3
penjelasan guru

2. Bertanya V 11 42,3

Bekerja dalam
3. V 25 96,1
kelompok

Mengemukakan
4. V 12 46,1
pendapat

Menyajikan hasil
5. V 12 46,1
diskusi kelompok

6. Berdiskusi/bertanya V 22 84,6

jawab antara guru dan

39
siswa

7. Melakukan refleksi V 7 76,9

Tabel 4.9 Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Kriteria Ket

No Aspek Yang Diobservasi Penilaian

B C K

1 Membuat skenario pembelajaran berbasis V

CTL

2 Menggunakan alat pemusat perhatian V

sebagai stimulus

3 Mendorong siswa bertamasya mental V

(round trip) mengenai stimulus

4 Mengaitkan materi dengan kehidupan V

nyata siswa sehari-hari

5 Memberikan kesempatan siswa bertanya V

6 Memberikan kebebasan siswa untuk V

mengemukakan pendapat

7 Mendorong siswa menemukan sendiri V

materi

8 Mendorong siswa berpikir kritis dan V

memecahkan masalah

9 Menciptakan “masyarakat belajar” atau V

Belajar kelompok

10 Mendorong siswa mempraktekkan V

pengetahuan yang telah dipelajari

11 Membagi perhatian yang sama kepada V

seluruh siswa

12 Menciptakan suasana belajar yang V

menyenangkan

40
13 Mendorong seluruh siswa berpartisipasi V

aktif dalam pembelajaran

14 Memberikan contoh atau model dalam V

pembelajaran

15 Memberikan penghargaan (reward) V

kepada siswa yang berprestasi

16 Menyimpulkan materi pembelajaran V

bersama siswa

17 Memberikan penilaian terhadap siswa V

selama proses pembelajaran

18 Memberikan kesempatan kepada siswa V

untuk menilai diri dan saling menilai di

antara teman selama pembelajaran

19 Memberikan tes formatif untuk menilai V

V hasil belajar siswa

20 Melaksanakan refleksi bersama siswa V

tentang proses dan materi pembelajaran

14 6 0
Jumlah

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II

tampak pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalan Pelaksanaan Tindakan

Siklus II

No Kriteria Ket

Aspek Yang Diobservasi Penilaian

B C K

1 Terlibat aktif dalam proses pembelajaran V

2 Konsentrasi pada kegiatan pembelajaran V

3 Ikut serta mengomentari topik V

41
pembelajaran

4 Aktif bertanya, menjawab, dan V

mengemukakan pendapat

5 Cepat merespon topik pembelajaran V

6 Terjadi sharing pembelajaran diantara V

siswa

7 Menemukan sendiri materi dari berbagai V

sumber

8 Berpikir kritis dalam memecahkan V

masalah

9 Kerjasama dalam kelompok V

10 Semangat dan antusias mengikuti proses V

pembelajaran

11 Melaksanakan tugas kelompok dengan V

penuh tanggung jawab

12 Menganalisis dan menyajikan hasil karya V

13 Menilai diri sendiri dalam pembelajaran V

14 Saling menilai di antara siswa dalam V

proses pembelajaran

15 Melakukan refleksi terhadap proses dan V

hasil belajar

9 6 0
Jumlah

Tabel 4.11.Hasil penilaian Kompetensi Siswa dalam Tindakan Siklus II

Aspek Yang Dinilai

Sikap ** Keterampilan

No Nama siswa Pengetahuan* ***

B C K B C K

1 Adelia Citra Sari 87 V V

42
2 Alda Febrianti 84 V V

3 Ayu Wandira 78 V V

4 Ayu Wulandari 78 V V

5 Budiwan 78 V V

6 Dodi Andika 79 V V

7 Doni Samudra Purba 82 V V

8 Gusti Randa 80 V V

9 Helmi 78 V V

10 Irna Sari 78 V V

11 Jodi Setiawan 79 V V

12 Kautsar 79 V V

13 Lia Novita Sari 83 V V

14 Muhammad Iqbal 79 V V

15 Mei Meliyani 82 V V

16 M. Jimmi Yuda 78 V V

Pratama

17 Nopi Safitri 78 V V

18 Pita Pratiwi 80 V V

19 Pahrul Iman 83 V V

20 Rio Pratama Putra 79 V V

21 Rusnadi 82 V V

22 Ria Gusdiana 78 V V

23 Siti Nurhasanah 78 V V

24 Satria 85 V V

25 Tina Mayasari 79 V V

26 Ucok Derian 83 V V

Nilai Rata-rata Kelas 2087:26=70,3 14 12 0 15 13 0

43
d. refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II menunjukkan kemajuan dengan temuan

adanya peningkatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran serta usaha untuk

memotivasi siswa agar mereka dapat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, di mana materi

pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata yang dialami atau ditemukan

siswa, memberikan kontribusi pada motivasi belajar siswa. Namun pada siklus ini

ternyata masih belum seluruh siswa menunjukkan aktivitas dan partisipasinya

sebagaimana yang diharapkan.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada siklus I, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah

menyampaikan pendahuluan, di dalamnya terdapat beberapa sub aktivitas operasional, yaitu :

identifikasi kemampuan awal siswa, pemberian apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran,

dan penjelasan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik

bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. Hanya saja dalam

mengklarifikasi materi yang kurang jelas guru tampak memaksakan pemahaman kepada siswa

sejalan dengan kegiatan guru dalam pembelajaran, siswa aktif dalam mendengarkan penjelasan

guru. Penjelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode cermah

langsung melainkan perpaduan penjelasan metode diskusi, demonstrasi dan tanya jawab. Siswa

aktif dalam melakukan kegiatan sebagaimana terdapat dalam lembar kerja.

Siswa mengerjakan lembar kerja dengan cara berkelompok dengan kemampuan yang

berbeda. Yang menjadi kendala dalam pembentukan kelompok adalah pada saat siswa diminta

duduk dalam kelompok diskusi, siswa masih kebingungan duduk di bangkunya dan beberapa

siswa lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya sehingga bertanya kepada guru.

Hasil dari lembar kerja disajikan oleh beberpa kelompok. Beberapa siswa secara

bergantian menuliskan hasil pengamatannya, dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini

44
berlangsung dalam keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif dalam kegiatan

tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan pendapatnya meskupun jawaban

tersebut ternyata mirip dengan kelompok sebelumnya. Hanya kelemahannya keaktifan siswa

tersebut masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Hal ini

dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa untuk bersikap kooperatif dan

kurangnya guru memberi latihan terbimbing dalam kelompok.

Pada siklus II, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah

menyampaikan pendahuluan, di dalamnya terdapat sub aktivitas operasional sebagaimana

dikemukakan pada siklus I. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum

menunjukkan peningkatan dari siklus I. Langkah guru memberi persepsi sesuai ciri pembelajaran

kontekstual, yaitu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.

Aktivitas dominan guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan memberi

umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. Guru

berusaha agar contoh yang diberikan termasuk dalam konteks yang digunakan siswa dan dapat

mengembangkan sikap positif siswa. Terdapat peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa

dalam kelompok diskusi dan memberi bimbingan dalam kelompok.

Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa aktif

menyajikan hasil pengamatan pada kelompok. Dalam hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu

keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil dikusi kelompok di depan kelas. Setiap

kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah, serta cara

melaporkan hasil kerja kelompoknya masih kurang jelas.

Perbandingan aktivitas dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual setiap siklus yang merupakan indikator motivasi belajar

siswa dapat dilihat dalam tabel berikut :

45
Tabel 4.4. Perbandingan Aktivitas Dan Partisipasi Siswa Kelas VII Dalam Proses Pembelajaran

Kontekstual Pada Siklus I Dan Siklus II

SIKLUS I SIKLUS II
NO AKTIVITAS SISWA
JML % JML %

1. Memperhatikan penjelasan guru 24 92,30 25 96,15

2. Bertanya 5 19,23 11 42,30

3. Bekerja dalam kelompok 14 53,84 26 100

4. Mengemukakan pendapat 4 15,38 7 26,92

5. Menyajikan hasil diskusi kelompok 9 34,61 12 46,15

6. Berdikusi/ tanya jawab antara guru dan siswa 7 26,92 22 84,61

7. Melakukan refleksi 4 15,38 7 26,92

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa melalui pembelajaran kontekstual

ternyata dapat memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi belajar siswa, hal ini

ditunjukkan oleh aktivitas dan partisipasi mereka dalam proses pembelajaran.

46
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat simpulkan

bahwa :

1. Model problem based learning dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran menulis surat dinas pada siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Talang

Kemang tahun pelajaran 2022/2023. Setelah dilakukan tindakan pada pembelajaran

menulis surat dinas, dapat diperoleh penigkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran

menulis surat dinas. Hal ini dapat dilihat dari uraian peningkatan kualitas proses dan hasil

pembelajaran menulis surat dinas berikut.

2. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,

dapat dilakukan melalui berbagai upaya guru. Salah satunya adalah melalui proses

pembelajaran kontekstual, yakni mengaitkan materi pembelajaran dengan fakta dan

kehidupan nyata yang dihadapi atau ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

3. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajatan Bahasa Indonesia dapat ditingkatkan

melalui pembelajaran kontekstual. Hal ini ditunjukkan adanya aktivitas dan keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran yang cenderung meningkat terutama setelah dilakukan

pada Siklus II. Walaupun prosentase keterlibatan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

tersebut masih relatif kecil. Namun demikian, penggunaan pembelajaran kontekstual

telah memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

B. SARAN

1. Bagi siswa

Siswa seharusnya fokus pada pembelajaran dan memperhatikan yang dijelaskan

guru. Sehingga pembelajaran menjadi efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang

dikehendaki. Selain itu, keterampilan menulis siswa tidak rendah jika siswa berlatih

47
menulis dan bertanya jika tidak mengerti, bisa bertanya kepada guru atau sesorang yang

lebih mengerti mengenai menulis.

2. Bagi guru

Kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menggunakan model, metode atau media

pembelajaran yang tepat. Sehingga pembelajaran menjadi efektif dan mencapai tujuan

pembelajaran yang dikehendaki, khususnya pada pembelajaran menulis surat dinas.

3. Bagi sekolah

Pihak sekolah sebaiknya mengupayakan penggunaan model, media atau media

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Salah satunya model

problem based learning tepat digunakan pada pembelajaran, khususnya menulis surat

dinas.

48
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional.

Adi, D. K. 2001. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya.

Aji, Wisnu Nugroho. 2016. “ Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi dengan Metode

Inquiry Discovery Learning dan Penggunaan Media Video Pada Siswa Kelas VII G SMP

Negeri 3 Colomadu”. Magistra. ISSN 02159511.No 95.

Akhadiah, Sabarti. 2001. Materi Pokok Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Ardiyansyah, Fitri dkk. 2018. “Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantu Peta Pikiran

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMA Malahayati Jakarta”. P-ISSN 2476-

8898, E-ISSN 2477-4812. Vol. 01.

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan Metode dan Pradigma Baru. Bandung: Rosda.

Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asriningtyas, Anastasia Nandhita dkk. 2018. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas 4 SD”. e-ISSN 2549-8401, p ISSN 2339-2444. Vol. 5, No 1.

Buda, Chinda Hibatul dkk. 2018. “Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantu Media

Konkret dalam Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Muatan IPA Tema 7

49
Subtema 1 Kelas 4”. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. P-ISSN: 1858-4543 E-

ISSN: 2615-6091. Vol. 2, No 2.

Dalman. 2018. Keterampilan Menulis. Depok. PT Raja Grafindo Persada.

Iverson, 2001. Memahami Keteramplan Pribadi. Bandung: CV. Pustaka.

Mahmud, Teuku. 2017. “Tingkat Kemampuan Keterampilan Menulis Surat Dinas pada Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 16 Banda Aceh”. ISSN 23380306. Vol. 5, No 2.

Majid, Abdul. 2015. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

M.N., Fajar. 2009. Terampil Menulis Surat. Bandung: Puri Delco.

Mulyasa, E. 2015. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nadia, Faizatun dan Sugihastuti. 2018. Surat Dinas: Teori dan Praktik. Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.

Yogyakarta: BPFE.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa: Bandung:

Angkasa.

Soedjito dan Solchan TW. 2014. Surat-Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

50
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Proses dan Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Warso, Agus Wasisto Dwi Doso. 2014. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Pengembagan Diri Publikasi Ilmiah & Karya Inovatif. Yogyakarta: Graha Cendikia.

2017. Proses Pembelajaran dan Penilaian. Klaten: WIDYA PUSTAKA Publisher.

Yuwanita, Mia Desi Tri dkk. 2016. “Model Pembelajaran Student Teams Achhievement

Devisions untuk Mengingkatkan Keaktifan dan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Sekolah

Menengah Pertama”. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan

Pengajarannya. ISSN 12302-6405. Vol.4,No 1.

Zainurrahman. 2011. Menulis: dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme).

Bandung: ALFABETA,cv.

51

Anda mungkin juga menyukai