Anda di halaman 1dari 143

Komunikasi Terapeutik pada LANSIA

Oleh : RAHAYU NININGASIH


PENDAHULUAN

Komunikasi yang baik akan sangat


membantu dalam keterbatasan
kapasitas fungsional, sosial, ekonomi,
perilaku emosi yang labil pada pasien
lanjut usia (William et al., 2007)
Tujuan Berkomunikasi

 Komunikasi berguna untuk pertukaran


informasi
 Membina hubungan dengan orang lain
atau dengan kata lain komunikasi
merupakan aspek dasar pada hubungan
antar manusia dan merupakan sarana
untuk berhubungan dengan orang lain
Komponen pada proses komunikasi

1. Pembicara : Orang yang menyampaikan pesan.


2. Pendengar : Orang yang menerima pesan.
3. Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual
diucapkan atau disampaikan.
4. Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat kata
kata tersebut diucapkan termasuk ekspresi
wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan
pilihan kosa kata yang digunakan.
Teknik Umum untuk Berkomunikasi
dengan Pasien lanjut usia

Menunjukkan Memastikan bahwa


Hormat dan Pasien Didengar dan
Keprihatinan Dipahami
(Adelman et al., 2000) (Adelman et al., 2000)

Menghindari Ageism Mengenal Kultur dan


(Butler, 1969) Budaya
(Ong et al., 1995)
Mempertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa

Membiarkan pasien lanjut usia untuk


berbicara beberapa menit tentang
masalahnya tanpa interupsi akan
memberikan lebih banyak informasi
(Adelman et al., 2000)
Mempertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa

Berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa


berteriak, menggunakan bahasa dan
kalimat yang singkat dan sederhana.
Karena pasien lanjut usia umumnya lebih
sedikit bertanya dan menunggu untuk
ditanya (Adelman et al., 2000;Robinson et al.,
2006)
Menghindari Ageism

Ageism, suatu istilah yang pertama


disampaikan oleh Robert Butler, berupa
systematic stereotyping dan diskriminasi
terhadap seseorang karena mereka
berusia lanjut (Butler, 1969)
Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan
kesehatan dan dapat direfleksikan berupa

Meremehkan masalah medis


Menggunakan bahasa yang bersifat
merendahkan
Sedikit edukasi tentang regimen preventif
Menggunakan panggilan yang bernada menghina
Menghabiskan lebih sedikit masalah psikososial
Membuat stereotype orang tua (Ory et al., 2003)
 Mengenal Kultur dan Budaya

 Mengenal latar belakang kultur dan


budaya pasien akan mempengaruhi
persepsi pasien terhadap baik dan
berkualitasnya pelayanan kesehatan yang
diberikan dokter. (Ong et al., 1995)
Hambatan Komunikasi pada Lansia

Pasien dengan Defisit Sensorik


Pasien dengan Demensia
Pasien yang Ditemani oleh orang
ketiga
Pasien dengan Defisit Sensorik
Pendengaran

16% - 24% individu berusia lebih dari 65


tahun mengalami pengurangan
pendengaran yang mempengaruhi
komunikasi (Crews & Campbell)
Sedangkan pasien yang berusia diatas 80
tahun, jumlah gangguan sensorik akan
meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia et
al., 2006)
Pasien dengan Defisit Sensorik
Pendengaran

Penurunan fungsi pendengaran yang


dikenal sebagai presbyacussis
Berhubungan dengan suara berfrekuensi
tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah
suara konsonan yang berdampak pada
pemahaman pasien diawal dan akhir kata
(Fook & Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Pendengaran
Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes,
atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya
kepada pasien apakah dia mengerti
Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan
menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka
belum mendengar apapun atau salah memahami
beberapa informasi (Adelman et al., 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Visual
Lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan
memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-
warna kontras untuk membuat objek lebih jelas
(mis. kerangka pintu, kursi)
Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling
tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas
berwarna (Roter, 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada gangguan
Sensorik Visual
Pasien yang mengalami kesulitan memastikan dosis
insulin dapat diinstruksikan untuk menera dosis
pada dasar warna merah diatas meja
Kertas kontak berwarna merah dapat dibalutkan
pada pegangan untuk berjalan, tongkat atau
tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut usia
untuk mengambilnya (Adelman et al., 2000)
 Pasien dengan Demensia

Demensia memiliki efek yang merugikan pada


penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien
Pasien mengalami kehilangan memori
Kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi
Memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat
Sulit untuk tetap berada dalam satu topik
tertentu (Miller, 2008)
 Pasien dengan Demensia

Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki


berbagai kesulitan komunikasi
pada stadium awal sering mengalami masalah untuk
menemukan kata yang ingin disampaikan
Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan
jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya
berdiam diri (Orange & Ryan, 2000)
Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Akan sangat membantu bila melibatkan caregiver


(Roter, 2000)
Yang paling penting adalah merawat pasien
demensia dengan penuh martabat dan hormat
Ada kecenderungan untuk memperlakukan &
berbicara pada pasien demensia sepertinya
mereka adalah anak-anak (Smith et al., 2006 ; Miller, 2008)
Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Harus diingat bahwa pasien demensia kehilangan


kemampuannya untuk berkomunikasi, bukan
kehilangan kepandaiannya. Mereka adalah orang
dewasa yang hidup produktif dan layak
mendapatkan penghormatan(Smith et al., 2006 ; Miller,
2008)
Pendekatan berkomunikasi pada Demensia

Pasien demensia juga sangat sensitif


terhadap emosi orang lain. Pada umumnya
pasien tersebut, lebih merespon kepada
bagaimana cara seseorang berbicara kepada
mereka daripada apa yang sebetulnya
dikatakan (Smith et al., 2006 ; Miller, 2008)
Tehnik tambahan berkomunikasi pada Demensia
Perkenalkan diri anda
Mengobrol sejenak, ini akan membangkitkan
memori& kilas balik, serta mengurangi ketegangan
(Puentes, 1998)
Isyarat tubuh yang sederhana dapat membantu
(Miller, 2008)
Repetisi akan menyebabkan frustasi(Smith et al., 2006)
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, lebih disukai
untuk memberikan instruksi satu persatu (Miller,
2008)
Pasien dengan orang ketiga
(Caregiver)

Caregiver memudahkan komunikasi antara dokter


& pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien
dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al., 2005 ;
Wolff & Roter, 2008).
Penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia
dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya
agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya
(Griffith et al., 2004)
Pendekatan berkomunikasi

Pada kunjungan I, untuk privacy pasien, paling


baik untuk menemui pasien sendirian dan
kemudian meminta ijin kepada pasien untuk
berbicara dengan caregiver sendirian
 Pada kunjungan berikutnya, jika disetujui pasien,
caregiver dapat bergabung dengan pasien selama
perjanjian (Silliman, 2000)
Kesimpulan

Teknik komunikasi yang baik akan


memperbaiki Outcome pasien lanjut
Outcome perawatan kesehatan pada lansia
tidak hanya tergantung pada perawatan
kebutuhan biomedis tetapi juga
tergantung pada hubungan perawatan yang
diciptakan melalui komunikasi yang efektif
PENGENALAN
TENTANG
INTERPROFESSIONA
L EDUCATION
rahayu
TUJUAN
PEMBELAJARAN
• Memahami konsep pendidikan
interprofessional (IPE)
• Mengetahui berbagai pendekatan
dalam penerapan IPE
KASUS
 Mahasiswa ketika berkunjung ke rumah
penduduk mendapatkan seorang bapak,
berusia sekitar 35 tahun, yang merupakan
pasien Puskesmas Rajeg yang sedang
dalam pengobatan TBC. Bapak tersebut
tinggal bersama istri dan 2 orang anaknya
(yang berusia 3 tahun dan 9 tahun).

 Profesi apa saja yang akan terlibat 28


Karena
--
Kebutuhan pasien saat ini menjadi lebih:

9/12/2022 29
IPE sebagai penguat
Soft Skills
TANGIBL
E

HARD Technical
SKILL Specialized
S Soft Hard
Ciri-ciri karakter
Skills Skills
dan keterampilan
SOFT interpersonal yang
SKILL menjadi ciri
S hubungan
seseorang
dengan orang
lain
Work Place Skills
INTANGIB
9/12/2022LE 31
TANGIBL
E

HARD
Clinical
SKILL
Competencies
S Hard
• Communication IPE Skills
Interprofessional
Skills
IPE • Teamwork Skills
(SOFT • Role Profession
SKILLS)
Adaptation
• Ethic/Norm
Interprofessional
Understanding
INTANGIB
QUALIFIED
9/12/2022LE
PROFESSIONALS 32
DEFINISI
When two or more professions

Bila dua atau lebih profesi


34
LEARN EACH
OTHER

about from with

BELAJAR TENTANG, DARI,


DENGAN satu sama lain 35
Apa
tujuannya?

Untuk meningkatkan
kualitas layanan kesehatan

Mencegah kesalahan
medis / malpraktik
36
Definisi:
KESIMPULAN: DEFINISI

INTERPROFESSIONAL EDUCATION:

 Ketika dua atau lebih profesi BELAJAR


tentang, dari dan dengan satu sama lain
untuk memungkinkan kolaborasi yang
efektif dan untuk meningkatkan derajat
kesehatan
37
“ LEARN ........ ABOUT”
PROFESI
LAIN

OBJEK

UNI-
PROFESI 38
“ LEARN ........ FROM”
MULTI-
PROFESI

PROFESI

39
“ LEARN ...... WITH EACH
OTHER”
INTER-
PROFESI

40
Kesimpulan: IPE itu seperti:
Proses Pembelajaran

Ada INTERAKSI > 2 PROFESI

Belajar : TENTANG, DARI, dan


DENGAN PROFESI LAIN

Menghasilkan PERUBAHAN
BAGAIMANA PERSEPSI
MEREKA DAN PROFESI
LAINNYA

9/12/2022 Dwi Tyastuti 41


Profesi 
Profesi adalah aktivitas
intelektual yang dipelajari
termasuk pelatihan (secara
formal ataupun tidak formal)
dan memperoleh sertifikat
yang dikeluarkan oleh
sekelompok / badan yang
bertanggung jawab pada
keilmuan tersebut
9/12/2022 42
DOMAIN
INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
4 DOMAIN IPE

Komunikasi
Interprofess
ional

Peran dan Peran


tanggung Profesi/etik
jawab
profesi IPE kolaborasi
antar
profesi

Kerjasama
Tim
Domain
Domain 1 :
1
Nilai/etik kolaborasi antar
profesi

Kompetensi value dan etik antar


profesi adalah bekerja bersama
dengan profesi lain untuk
mempertahankan iklim saling
menghargai dan berbagi nilai serta etik
bersama.
Matkul: Etika Profesi
45
Domain 2 :
Peran dan Tanggung Jawab Profesi

Kompetensi peran dan tanggung


jawab adalah : menggunakan
pengetahuan tentang peran
profesi sendiri dan peran profesi lain
di dalam tim untuk mengkaji dan
memberikan pelayanan yang tepat
kepada klien danEtika
Matkul: populasi.
Profesi
Domain 3 :
Komunikasi antar
Kompetensi profesiantar
komunikasi
profesi adalah :
berkomunikasi dengan klien,
keluarga klien, komunitas, dan
profesi
Kesehatan lain dengan cara yang
tepat dan bertanggung jawab
untuk Matkul:
mendukung
komunikasi pendekatan
tim.
Domain 4 :
Berkerja di dalam tim
Kompetensi untuk bekerja di
dalam tim adalah :
mengaplikasikan nilai- nilai
membangun kelompok dan
membangun prinsip dinamika
kelompok untuk melaksanakan
fungsi tim secara efektif
Matkul: komunikasi /
manajemen
KOMPONEN DALAM
MELAKSANAKAN

INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
50

9/12/2022

Knowledge

Kompetensi
Profesi Behavour Attitude
• Pengetahuan Professional
• Sikap Competencies
• Ketrampilan
• Nilai
• Perilaku
Skills Value
KONSEP KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PASIEN
BERKEBUTUHAN
RAHAYU NININGASIH KHUSUS
TPU
MAHASISWA MAMPU
MENERAPKAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK DALAM ASKEP PASIEN
BERKEBUTUHAN KHUSUS.
TPK
MAHASISWA MAMPU:
1. MENJELASKAN KONSEP
GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK
POKOK BAHASAN
1. KONSEP GANGGUAN
KOMUNIKASI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
2. KARAKTERISTIK DAN MACAM
GANGGUAN KOMUNIKASI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
3. TEKNIK KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PASIEN BERKEBUTUHAN
KHUSUS
APAKAH KEBUTUHAN
KHUSUS ITU?
 KEBUTUHAN KHUSUS ADALAH
SUATU KONDISI YANG MEMERLUKAN
PEMAHAMAN DAN PERLAKUAN
SECARA KHUSUS PADA PASIEN/ANAK
YANG MEMPUNYAI KETERBATASAN
ATAU KELAINAN TERTENTU
 SEBAGIAN ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS KESULITAN HIDUP DI
TENGAH MASYARAKAT NORMAL
 MEREKA DIKUCILKAN DAN TIDAK
ILUSTRASI
 ZAKY ADALAH ANAK LAKI-LAKI USIA
2 TAHUN DAN MASIH BELUM
LANCAR BICARA. DIA DAPAT
MENGATAKAN BEBERAPA KATA
NAMUN JAUH DIBANDINGKAN
TEMAN SEBAYANYA.
 KETERLAMBATAN INI HARUS
SEGERA DIKENALI AGAR TIDAK
TERLAMBAT PENANGANAN MASALAH
KOMUNIKASI
GANGGUAN KOMUNIKASI
 MERUPAKAN GANGGUAN BICARA
PADA ANAK DAN MERUPAKAN
KELAIAN YANG PALING SERING
DIALAMI
 SERING TERJADI PADA USIA PRA
SEKOLAH
 MELIPUTI GANGGUAN BICARA DAN
GAGAP
 GANGGUAN PENDENGARAN
MACAM GANGGUAN
KOMUNIKASI
 GANGGUAN BAHASA
KLIEN MENGALAMI KESULITAN
DALAM PROSES SIMBOLISASI
KLIEN TIDAK MAMPU
MEMBERIKAN SIMBOL YANG DITERIMA
KLIEN TIDAK MAMPU MENGUBAH
PENGERTIAN MENJADI SIMBOL
GANGGUAN INI MERUPAKAN BENTUK
KEGAGALAN MENCAPAI TAHAPAN
PERKEMBANGAN SESUAI
BENTUK GANGGUAN
BAHASA
 KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN
BAHASA
BIASANYA DISEBABKAN
KETERLAMBATAN MENTAL,
INTELEKTUAL, TUNARUNGU,
AFASIA CONGENITAL, AUTISME,
DISFUNGSI MINIMAL OTAK DAN
KESULITAN
BELAJAR
PENYEBAB TERSEBUT
 AFASIA
1. SENSORIS
KELAINAN BERUPA KESULITAN
MEMBERI MAKNA RANGSANGAN YANG
DITERIMA.
BICARA SPONTAN BIASANYA LANCAR
TAPI KURANG RELEVAN DENGAN
SITUASI ATAU KONTEKS KOMUNIKASI
2. MOTORIS
3. AFASIA KONDUKTIF
KESULITAN MENIRU
PENGULANGAN BUNYI BAHASA.
PADA KALIMAT PENDEK
BIASANYA LANCAR
4. AFASIA AMNESTIC
KESULITAN MEMILIH DAN
MENGGUNAKAN SIMBOL YANG TEPAT.
UMUMNYA SIMBOL YANG
GANGGUAN BICARA
1. DISAUDIA
GANGGUAN PENDENGARAN YANG
MENYEBABKAN TERJADINYA
KESULITAN MENERIMA DAN
MENGOLAH NADA, BAIK INTENSITAS
MAUPUN KUALITAS BUNYI
MENGAKIBATKAN PESAN BUNYI TIDAK
SEMPURNA
BIASANYA ANAK BERSUARA MONOTON
DAN NADA TINGGI, TIDAK MENGENAL
2. DISLOGIA
KELAINAN BICARA KARENA
KEMAMPUAN KAPASITAS BERFIKIR DI
BAWAH NORMAL
KESALAHAN UCAP KARENA
KETIDAKMAMPUAN MENGAMATI
PERBEDAAN BUNYI, BENDA
RENDAHNYA KEMAMPUAN MENGINGAT
MENGAKIBATKAN PENGHILANGAN
SUKU KATA
 3. DISARTRIA
KETIDAKMAMPUAN BICARA KARENA KELUMPUHAN,
KELEMAHAN, KEKAKUAN ATAU GANGGUAN KOORDINASI
OTOT ALAT UCAP KARENA KERUSAKAN SSP
GANGGUAN TERSEBUT MENGAKIBATKAN KESULITAN BICARA,
KETERLAMBATAN, PUTUS ASA, TIDAK ADA PRODUKSI SUARA,
NADA MONOTON

4. DISGLOSIA
KELAINAN BICARA KARENA KELAINAN BENTUK
STRUKTUR ORGAN BICARA
MISALNYA SUMBING, KONSTRUKSI GIGI TDK
NORMAL, LIDAH TEBAL
5. DISLALIA
KELAINAN BICARA KARENAKETIDAKMAMPUAN
MEMPERHATIKAN BUNYI BICARA YANG DITERIMA SEHINGGA
BAHASA YANG DIHASILKAN BERBEDA
GANGGUAN SUARA
1. KELAINANNADA
GANGGUAN FREKUENSI GETARAN
PITA SUARA
2. KELAINAN KUALLITAS SUARA
GANGGUAN SUARA YANG
TERJADI KARENA
KETIDAKSEMPURNAAN KONTAK
ANTARA PITA SUARA SEHINGGA
SUARA YANG DIHASILKAN TIDAK
SAMA DENGAN SUARA BIASANYA.
GANGGUAN IRAMA
 GANGGUAN BICARA YANG DITANDAI
KETIDAKLANCARAN SAAT BICARA
ANTARA LAIN GAGAP, YAITU
GANGGGUAN KELANCARA BICARA
BERUPA PENGULANGAN BUNYI,
PERPANJANGAN DAN
KETIDAKMAMPUAN MEMULAI
PENGUCAPAN KATA, GANGGUAN
KELANCARAN BICARA
 BIASNYA BICARA SANGAT CEPAT,
KESULITAN BICARA PADA PASIEN
BERKEBUTUHAN KHUSUS HARUS
DIKENALI DAN DIPAHAMI OLEH
PERAWAT.
PERAWAT HARUS BERUSAHA
MEMAHAMI KOMUNIKASI PASIEN,
BUKAN PASIEN YANG HARUS
MEMAHAMI PERAWAT
TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT
PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
SEBAGAI BENTUK PELAKSANAAN
RAHAYU HUKUM
NININGASIH
KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
TANGGUNG JAWAB
 Tiap orang berhak memperoleh akses di bidang kesehatan
 Tiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu
dan terjangkau
 Tiap orang berhak menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan
 Tiap orang berhak mendapat informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab

UU RI nomor 36 tahun 2009 tentang


kesehatan
CONTINUE

 Seseorang dapat dikatakan perawat profesional

TANGGUNG TANGGUNG
JAWAB GUGAT
TANGGUNG JAWAB PERAWAT
DALAM UPAYA PELAYANAN
KESEHATAN
1 Tanggung jawab terhadap pasien dan klien

2 Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri

3 Tanggung jawab terhadap profesi

4 Tanggung jawab terhadap masyarakat

Tanggung jawab terhadap bangsa dan tanah air


5
Tanggung jawab terhadap
pasien dan klien
 Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan
kepada pasien dan klien dengan penuh rasa
tanggung jawab sesuai kebutuhannya
 Melindungi pasien terhadap hal-hal yang dapat
membahayakan dan merugikan dirinya dengan
mengutamakan keselamatan pasien dan klien
 Membantu pasien dan klien untuk dapat menolong
dirinya sendiri dalam memnuhi kebutuhan hidup
sehari-hari serta memelihara kesehatannya.
 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
sehubungan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri

 Melindungi dirinya dari kemungkinan


penularan penyakit
 Melindungi dirinya dari gangguan yang
datang dari lingkungan kerjanya
 Menghindari konflik dengan orang lain
dalam melaksanakan tugasnya melalui
metode pemecahan masalah.
Tanggung jawab terhadap profesi
 Mengadakan kerjasama antara anggota tim
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
 Mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan
 Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu
keperawatan sesuai dengan perkembangan
IPTEK
 Menjunjung tinggi nama baik profesi dengan
menunjukkan perilaku dan kepribadian yang
tinggi
 Membina dan memelihara mutu organisasi
Tanggung jawab terhadap
masyarakat
 Mengupayakan kesejahteraan dan
kesehatan masyakat.

SDM, sarana dan prasarana dan


budaya yang ada di masyarakat
Tanggung jawab terhadap
bangsa dan tanah air

 Perawat senantiasa mematuhi peraturan yang


berlaku serta berperan aktif mengembangkan
pekerjaan kepada pemerintah dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan dan
khususnya perawatan
 Memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai budaya dan kelangsungan
hidup beragama dari pasien, individu, keluarga
dan masyarakat.
TANGGUNG GUGAT

 Konsekuensi apabila seseorang


melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan tanggung jawab
tidak sesuai dengan aturan dan
perundang-undangan yang telah
ditetapkan.
UU kesehatan nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan bab III pasal 5 bahwa tiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau
UU kesehatan nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan
Pasal 8
Tiap orang berhak memperoleh informasi kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan

Pasal 9
 Tiap orang wajib mewujudkan, mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatan
 Kuajiban tersebut meliputi upaya kesehatan
perseorangan, masyarakat dan pembangunan
berwawasan kesehatan
Peran perawat dalam tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap pelayanan
kesehatan
 Perawat bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap
setiap tindakan dan pengambilan keputusan keperawatan
 Perawat mempertahankan kompetensinya dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan
 Perawat melatih diri dalam menetapkan informasi dan
menggunakan kompetensi individunya serta kualifikasi
sebagai kriteria untuk menerima konsultasi tanggung jawab
dan memberikan delegasi tindakan keperawatan kepada
tenaga lain
 Perawat berpartisipasi aktif dalam upayan profesi untuk
melaksanakan dan meningkatkan standar profesi
Konflik tanggung jawab
 Perawat berulang kali dihadapkan dengan konflik
tanggung jawab. Disatu pihak, perawat sebagai
karyawan seringkali bertanggung jawab terhadap
instansi kesehatan. Dilain pihak, perawat sebagai
seseorang yang profesional bertanggung jawab
terhadap etika profesional dari asosiasinya dan
standar praktik keperawatan. Sebagai tambahan,
perawat bertanggung jawab kepada klien dan
diajarkan untuk bereaksi terhadap kebutuhannya
dalam tata cara terapeutik.
KASUS

 Pada shift sore perawat diminta oleh


kepala ruangan untuk memberikan
anti alergi secara IM kepada kepala
ruangan dengan menggunakan obat-
obatan klien. Apa yang harus
dilakukan perawat? Kepada siapa
perawat bertanggung jawab?
Bagaimana analisa saudara
mengenai kasus tersebut dikaitkan
dengan teori yang ada
KREDENSIAL TENAGA
KESEHATAN
RAHAYU NININGASIH
Latar Belakang
• Keperawatan merupakan profesi yang
melayani
• Keperawatan menjadi komponen yang
vital dan sangat diperlukan bagi sistem
pemberian perawatan kesehatan
• Keperawatan harus memiliki karakteristik
sebagai profesi
Lanjutan.....
• Lokakarya Nasional Keperawatan 1983 ----
menetapkan Keperawatan sebagai profesi
• perawat rentan terhadap tindak kriminalisasi
dalam melaksanakan tugas profesinya yang
dipaksakan oleh kondisi kebijakan kesehatan.
• Sistem lisensi (surat izin) dan kredensial
(pengakuan profesi) dalam sistem pelayanan
kesehatan sangat diperlukan
Kredensial
• Kredensialing berasal dari bahasa inggris yang
artinya mandat.
• Sedangkan dalam bahasa Indonesia
credentialing biasa juga disebut dengan
kredensial.
• Kredensial merupakan proses untuk menentukan
dan mempertahankan kompetensi keperawatan.
KREDENSIAL

Suatu proses yang digunakan untuk


melakukan verifikasi terhadap kualifikasi,
pengalaman, professionalisme yang
berhubungan dengan kompetensi individu
(Aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan
fisik), performance dan profesionalisme
tenaga kesehatan dalam suatu profesi
dalam menunjang pelayanan kesehatan
yang berkualitas dengan mengutamakan
aspek keselamatan pasien.
Pentingnya kredensial

• Memperoleh pelindungan hukum


sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur
Operasional
Dasar pelaksanaan credentialing
Peraturan perundangan baik undang-undang
maupun surat keputusan, standar
kompetensi, dan strandar praktik.
• Dasar pelaksanaan kerja dan kompetensi perawat
adalah Undang –Undang No 38 Tahun 2014
•Permenkes 046 tahun 2013 tentang
Registrasi Nakes
•UU No 38 Tahun 2014 Tentang NAKES, BAB VI
(REGISTRASI DAN PERIZINAN NAKES)
Tujuan kredensial

Melindungi keselamatan pasien dengan


hanya memperkenankan tenaga
kesehatan yang kompeten untuk
melakukan pelayanan kesehatan di rumah
sakit dengan kewenangan yang
diberikannya.
Tujuan kredensial
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
2. Melindungi masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menilai boleh tidaknya melakukan praktik keperawatan
5. Menilai kesalahan dan kelalaian
6. Melindungi masyarakat dan perawat
7. Menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan
8. Membatasi pemberian kewenangan dalam melaksanakan praktik
keperawatan hanya bagi yang kompeten
9. Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek
mempunyai kompetensi yang diperlukan.

Himpunan Peraturan perundang-undangan Bidang Tenaga Kesehatan


(2005)
Pentingnya kredensial

• Memperoleh pelindungan hukum


sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur
Operasional
Pemberian lisensi
Pemberian lisensi adalah ijin legal yang diberikan
oleh lembaga pemerintah pada individu agar dapat
melakukan praktik profesi dan menggunakan gelar
tertentu. Yurisdiksi atau area tertentu tercantum
dalam lisensi (Katheleen Koenig Blais, 2006).
Ada 2 tipe dari lisensi, yaitu:

1. Perintah (mandatory), orang


yang membuka praktek harus
mempunyai izin
2. Permissive, berupa gelar
misalnya gelar RN mendapatkan
izin praktek
Tahapan-tahapan dibuatnya Surat Izin Praktek
menurut SK Menkes No. 647 tahun 2000

• Surat Izin Perawat (SIP)


• Surat Izin Kerja (SIK)
• Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
 DASAR HUKUM

PERMENKES Nomor 17
tahun 2013 tentang
Izin dan
Penyelenggaraan
Paraktik Perawat
Registrasi

Registrasi merupakan pemberian nama seseorang


dan informasi lain pada badan resmi baik milik
pemerintah maupun non pemerintah. Misal :
Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai
sebutan registered nurse (Priharjo, 1995).
KREDENSIAL TENAGA
KESEHATAN DI RS
• Pemberian “authority (privilege)” oleh “Direktur”
(pemilik /) Rumah Sakit kepada seorang klinisi untuk
melakukan tindakan dibidangnya di rumah sakit tersebut
– Diwujudkan dalam bentuk Surat Penugasan Klinis (SPK)
– Setiap NAKES wajib memiliki Surat Penugasan
Klinis
– Setiap Surat Penugasan Klinis terdapat rincian
jenis tindakan/prosedur yang diijinkan dan dilakukan
oleh seorang professional berdasarkan rekomendasi
dan evaluasi “mitra bestari”
Dalam melaksanakan fungsi
Kredensial. Komite Tenaga
Kesehatan Lain memiliki tugas sbb
• Menyusun daftar rincian kewenangan klinis dan
buku putih.
• Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial.
• Merekomendasikan kewenangan klinis tenaga
kesehatan lain
• Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis
• Melakukan Kredensial ulang secara berkala.
• Melaporkan seluruh proses Kredensial kepd Ketua
Komite tenaga kesehatan lain u/diteruskan ke
Dir.RS
TAHAPAN PENGAJUAN KREDENSIALING
Rekruitmen
Bid.jangdik/yanmed Bid.jangdik/yanmed
dan seleksi

PRA PM Proses
Orientasi
Pendampingan

Asesmen Kompetensi :
1. Usulan
Bid.jangdik/yanmed 2. Pra Konsultasi
3.Kelengkapan
dokumen

ya tdk

Sub Komite Kredensial Verifikasi dokumen

Komite Nakes : Asesmen, validasi,


portofolio,

adhoc, mitra wawancara,


praktek, uji tulis

bestari ya
tdk
Pemberian
Direktur
penugasan klinis

Bid.jangdik/yanmed Penugasan kerja


sesuai area

Kenaikan jenjang
karier
SKEMA JENJANG KARIR TENAGA KESEHATAN LAIN

Asesmen
kompetensi :

1. Usulan
Proses Penugasan
2. Prakonsulta Pemberian Kenaika
magang si kerja
Rekruitmen Kredensialing Penugasan n
sesuai sesuai
dan seleksi 3. Asesmen klinis Jenjang
area area
4. Banding
pelayanan
5. Hasil
Asesmen

KOMITE Bidang
NAKES DIREKTUR YANMED/
Bidang LAINNYA JANGDIK
Bidang SDI YANMED/
JANGDIK Bidang
YANMED/
JANGDIK

Sumber : pelatihan asesor klinik,


HPMI, 2016
Dalam melaksanakan fungsinya Komite
Tenaga Kesehatan lain dibantu oleh panitia
ad hoc yang terdiri dari Mitra Bestari
profesi-profesi yang ada dan sesuai dengan
kebutuhan RS
TINGKATAN KEWENANGAN KLINIS
• Diisi Pemohon • Diisi Mitra Bestari (Peer-
group)
1. Berwenang 1. Disetujui
sepenuhnya kewenangannya secara
2. Berwenang dengan penuh
supervisi 2. Disetujui
kewenangannya
3. Tidak diminta dengan supervisi
(bukan 3. Tidak disetujui (bukan
kompetensinya) kompetensinya)
4. Tidak 4. Tidak disetujui /
diminta/fasilitas (-) fasilitas (-)
MISPERSEPSI UTAMA KREDENSIAL

• Setiap tenaga kesehatan pastilah sama


kompetensinya setelah lulus dari pendidikan
• Kompetensi tenaga kesehatan itu satu kesatuan
utuh yang tidak dirinci lebih lanjut
• Setelah beberapa tahun seorang tenaga kesehatan
bekerja, kompetensi semakin meningkat, dan tidak
dapat menurun kembali
• Seorang nakes yang memiliki kompetensi tertentu,
belum tentu berwenang untuk melakukan tugas
sesuai dengan kompetensinya bila tidak diberikan
kewenangan oleh rumah sakit (Tidak tercantum
kewenangannya dalam RKK).
KOMPETENSI KEWENANGAN

• Diperoleh secara pribadi • Kewenangan yang


melalui pendidikan, diberikan oleh “Direktur”
pelatihan, pengalaman kerja kepada nakes untuk
• Kemampuan yang dimiliki melakukan pelayanan
seorang NAKES untuk kesehatan ditempat (RS)
melakukan tindakan tertentu
dibidangnya • Dapat dicabut (dilarang
• Karakteristik yang melekat melakukan dalam
pada pribadi seseorang pelayanan tertentu) oleh
pemberi kewenangan
(“penguasa”)
Cakupan kredensial :

• Dokumentasi : Formulir kredensial, FC Ijasah yang


telah terlegalisir, uraian jabatan,CV, Logbook,
verifikasi pengalaman
• Teregistrasi profesi : STR dan SIK
• Sertifikat kompetensi
• Pendidikan berkelanjutan / pelatihan teknis
• Standar/kebijakan kesehatan
Efek kredensial :

1. Pemantauan mutu tenaga kesehatan secara


periodik
2.Rekomendasi pertemuan ilmiah
internal/eksternal untuk pendidikan
berkelanjutan tenaga kesehatan
3.Peningkatan pedoman perilaku pegawai/ code
of conduct
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

KONSEP KODE
ETIK
PERAWAT
KELOMPOK 1
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. Andini Alfirahmah (P17240221025)
(P17240221002) 11. Faridatul Ummah (P17240221026)
2. Septianing Gema Widelia 12. Risqi Septiawan (P17240223030)
(P17240221005) 13. Rahima Muliana Sari
3. Meylina Insani Fatikhah (P17240223035)
(P17240221006) 14. Risma Dwi Ramadhani
4. Aldilla Febrilian Salsabella (P17240223036)
(P17240221007) 15. Dhimas Bachtiar Dwinanda
5. Titis Amami (P17240221010) (P17240223045)
6. Tina Sulistyowati (P17240221011)
7. Tiara Ayu Fadila (P17240221013)
8. Wahyu Setiyawati
(P17240221014)
9. Siti Hajar Wulandari
(P17240221021)
10. Yassinta Inggrid Elia Nurisna
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

DEFINISI ETIKA
KEPERAWATAN
Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat di
dalam memberikan asuhan keperawatan agar segala
tindakan yang diambilnya tetap memperhatikan
kebaikan klien. Etika keperawatan mengandung unsur-
unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan
hubungan antara perawat dengan klien, dokter, sejawat
perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan pengunjung.
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

Definisi Kode Etik

Kode etik keperawatan adalah standar


profesional yang dijadikan sebagai
acuan atau pedoman perilaku perawat
saat menjalankan profesi pekerjaannya.
Tentu saja kode etik keperawatan ini
bersifat wajib dijalankan bagi setiap
perawat.
Se N D Ja Fe M Ap M Ju
p ov ec n b ar r ay n

Fungsi dan Tujuan Kode Etik


Keperawatan
FUNGSI KODE ETIK
1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan tanggung
jawab dalam mengelola asuhan keperawatan.
2. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia
agar dapat berperan serta dalam kegiatan
penelitian di bidang keperawatan.
3. Mendorong para perawat agar dapat berperan
serta secara aktif mendidik dan melatih pasien
dalam kemandirian untuk hidup sehat, baik di
dalam maupun di luar rumah sakit.
4. Mendorong para perawat agar bisa
mengembangkan diri secara terus menerus untuk
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

TUJUAN
1. Merupakan dasarKODE ETIK
dalam mengatur hubungan antar
perawat, klien, teman sebaya, masyarakat dan unsure
KEPERAWATAN
profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun
hubungannya dengan profesi lain di luar profesi
keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang
dilakukan oleh praktisi keperawata yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam
menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil
oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar
perawat, klien, teman sebaya, Merupakan dalam
menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

TUJUAN KODE ETIK


MENURUT PARA AHLI :
Menurut National League for Nursing (NLN)
Menurut American Ethics Pusat Pendidikan Keperawatan milik Perhimpunan
Commission Bureau on Teaching Perawat Amerika

 Mengenal dan mengidentifikasi  Meningkatkan pengertian peserta didik tentang


unsur moral dalam praktek hubungan antarprofesi di bidang kesehatan dan
keperawatan. mengerti tentang peran serta fungsi masing-masing
 Membentuk strategi atau cara anggota tim tersebut.
menganalisis masalah moral yang  Mengembangkan potensi pengambilan keputusan
terjadi dalam praktek keperawatan. yang berkenaan dengan moralitas yang akan
 Menghubungkan prinsip-prinsip dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
moral yang baik dan dapat kepercayaannya.
dipertanggungjawabkan pada diri  Mengembangkan sikap pribadi dan sikap profesional
sendiri, keluarga, masyarakat dan peserta didik.
Tuhan sesuai dengan  Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
kepercayaannya. menerapkan ilmu dan prinsip-prinsip etika
keperawatan dalam praktek dan dalam situasi nyata.
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

MANFAAT KODE ETIK


KEPERAWATAN

Mendidik perawat untuk bersikap secara tepat, sistematis dan sesuai


kode etik perawat, agar pasien merasa senang, puas dan nyaman.
Memotivasi perawat menjalankan tugas, yaitu mengedukasi pasien
agar hidup sehat selepas pulang dari rumah sakit.
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

ISI KODE ETIK


KEPERAWATAN
Kode etik tersebut terdiri atas lima bab dan 17 pasal, yang berisi:
1. Bab kesatu menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang terdiri atas 4
Isi kode etik perawat: pasal.
Perawat dalam memberikan 2. Bab kedua menjelaskan tengtang tanggung jawab perawat
pelayanan keperawatan terhadap tugasnya yang terdiri atas lima pasal.
menghargai harkat dan 3. Bab ketiga menjelaskan tanggung jawab terhadap sesama
martabat manusia, keunikan perawat dan profesi kesehatan lainnya yang terdiri dari 2
klien, dan tidak terpengaruh pasal.
oleh pertimbangan 4. Bab keempat menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
kebangsaan, kesukuan, terhadap profesi keperawatan yang terdiri dari empat pasal.
warna kulit, umur, jenis 5. Bab kelima menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap
kelamin, aliran politik, dan pemerintah, bangsa, dan tanah air yang terdiri dari dua pasal.
agama yang dianut serta
kedudukan social
Se O N D Ja Fe M Ap M Ju
p ct ov ec n b ar r ay n

TERIMA
KASIH
Hukum
Keperawatan
yang ada di
Indonesia
Kelompok 2
1. Intan Yudyah Dwilestari
(P17240221004)
2. Putri Sarifatul Khasanah
(P17240221008)
3. Rika Triana Saputri
(P17240221012)
4. Anita Citra Ningtyas
(P17240221017)
5. Safira Anastasya Pramiswari
(P17240221018)
6. Ajeng Putri Oktavia Ningrum
(P17240221019)
7. Oktafia Fitri Nurohmah
Perlindungan Hukum
Hukum adalah seluruh aturan
dan undang-undang yang
mengatur sekelompok
masyarakat dengan demikian
hukum dibuat oleh masyarakat
dan untuk mengatur semua
anggota masyarakat.
Tujuan Hukum Dalam
Keperawatan
Mengendalikan Perizinan bagi
cakupan praktek perawat
Keperawatan

Standar Asuhan
Mengendalikan adalah melindungi
ketentuan hukum kepentingan
keperawatan masyarakat
Fungsi Hukum
Dalam
Keperawatan
 Hukum memberikan kerangka
kerja untuk menetapkan jenis
tindakan Keperawatan yang sah
dalam asuhan klien
 Hukum membedakan tanggung
jawab perawat dari tenaga
professional Kesehatan lain.
 Hukum membantu memberikan
batasan tindakan Keperawatan
yang mandiri.
Alasan Perlunya Perlindungan
Hukum dalam Praktek
Keperawatan
1. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan.
2. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan
kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan
swasta dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil
dan perbatasan.
3. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan sikap
rasional etis dan profesional semangat pengabdian
yang tinggi.
Sumber Hukum
 Perundang-undanganHukum yang dikeluarkan oleh badan
legislatif Menggambarkan dan menjelaskan batasan legal
praktek keperawatan.
 Hukum peraturan atau hukum administratif Pengambilan
keputusan yang dilakukan olehbadan administratif salah
satu contoh hukum peraturan adalah kewajiban untuk
melaporkan tindakan keperawatan yang tidak kompeten
atau tidak etis.
 Hukum umum berasal dari keputusan pengadilan yang
dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum individu
diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent
dan hak klien untuk menolak pengobatan.
Tipe Hukum

1. Hukum Pidana (criminal laws)


mencegah terjadinya kejahatan
dalam masyarakat dan memberikan
hukuman bagi pelaku tindakan
kriminal. Contohnya antara lain :
pembunuhan, pembunuhan tidak
direncana, dan pencurian.

2. Hukum Perdata melindungi hak-


hak pribadi individu dalam
masyarakat dan mendorong
perlakuan yang adil dan pantas di
antara individu.
Peran Perawat Berdasarkan
Hukum

1 2 3

Penyediaan Layanan Pegawai atau Warga negara


penerima kontrak
sebagai penyedia
layanan
Tata Urutan Peraturan Perundangan di Indonesia

 Undang-Undang Dasar 1945


 Ketetapan Majelis Permusyawaratan
 Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan/Keputusan Presiden
 Peraturan Daerah
Undang Undang tentang Keperawatan
Undang Undang tentang Keperawatan
Undang Undang tentang Keperawatan
Undang Undang tentang Keperawatan
Undang Undang tentang Keperawatan
Undang Undang tentang Keperawatan
Hal – Hal yang Perlu
Diperhatikan
1. Undang-undang dan strategi diberlakukanuntuk
melindungi perawat terhadap litigasi.

2. Melakukan praktik yang kompeten dan aman yang sesuai


dengan undang-undang danstandar praktik merupakan
landasan hukum utama terkait keamanan bagi perawat.

3. Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan


komponen perlindungan hukum yang penting bagi
perawat.
hukum
k eseha t a
n
Dibuat oleh Kelompok Satu
ANGGOTA
KELOMPOK
Yuk Kenalan Dulu Sama Anggota Kelompok Satu

Rozalin Pragostin P1724022100


1
Dias Ayu Tri Wahyuni P1724022100
3
Zevina Dwi Andini P1724022100
9
Shafila Ismy Nur Aini P1724022101
5
Clarissa Puspa Dewi P1724022101
Sutrisno 6
• Natasya Desty P1724022102
Andani 3
• Depi Prasetyo P1724022102
7
• Nurul Dwi Fadila P1724022102
9
• Farra Regian Afilla P1724022303
3
• Melita Pusfita Sary P1724022303
8
• Sulung Laili Prima P1724022303
Ningtyas 9
HUKUM
KESEHATAN
Seperangkat kaidah yang mengatur semua aspek yang
berkaitan dengan upaya di bidang kesehatan; meliputi
kedokteran, keperawatan dan kebidanan, makanan dan
minuman, rumah sakit, lingkungan hidup, lingkungan kerja, dan
lain-lain yang terkait dengan upaya kesehatan.
atau alat untuk mengatur
tata tertib dalam
masyarakat.
per sa ma
a n hukum 2. Mempelajari dan menjadikan
dan tingkah laku manusia sebagai
etika objeknya.
3. Memberikan batas ruang gerak
hak wewenang seseorang
dalam pergaulan hidup supaya
tak saling merugikan.
4. Sumbernya dari
pemikiran dan
pengalaman.
5. Menggugah kesadaran manusiawi.
PERBEDAAN HUKUM DAN
ETIKA
no hukum etika
Berbentuk tertulis
1 Keberadaannya tidak tertulis
atau
terbukukan
sebagai
hukum
negara
2 Bersifat objektif dan tegas Bersifat subjektif dan
fleksibel
Memerlukan Tidak
3 bukti memerluk
fisik an bukti
dalam fisik
menjat dalam
A. Prinsip isi kode
etik keperawatan
Indonesia
1.Tanggung Jawab Perawat terhadap  B. Kode Etik
Klien Keperawatan
2.Tanggung Jawab Perawat terhadap Menurut
 ICN
Tugas
3.Tanggung Jawab Perawat
terhadap Sejawat 1. Tanggung Jawab Utama Perawat
4.Tanggung Jawab Perawat 2. Perawat, Individu, dan Anggota
terhadap Profesi Kelompok
5.Tanggung Jawab Perawat 3. Masyarakat
terhadap Negara 4. Perawat dan Pelaksana
Praktik Keperawatan
5. Perawat dan Lingkungan
Masyarakat
6. Perawat dan Sejawat
7. Perawat dan Profesi Keperawatan
AZAZ-AZAZ ETIKA
KESEHATAN
1.Azaz Menghormati Otonomi
Pasien
2.Azaz Manfaat
3.Azaz Tidak Merugikan
4.Azaz Kejujuran
5.Azaz kerahasiaan
6.Azas Keadilan
hukum dan undang-
undang
kesehatan
Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
juga
mengamanatkan kepada pemerintah untuk bertanggung
jawab tehadap ketersediaan akses pendidikan kesehatan,
ketersediaan informasi
kesehatan, serta layanan kesehatan sehingga dapat
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
masyarakat yang setinggitingginya.
upaya kesehatan yang
mengandung aspek
hukum
1.Pengguguran Kandungan
2.Pelaksanaan upaya kehamilan diluar
cara alami
3.Transplantasi
4.Implan
5.Bedah Plastik dan Rekonstruksi
6.Transfusi darah
7.Hubungan antara Tenaga kesehatan
dan pasien
8.Kesehatan jiwa

Anda mungkin juga menyukai