Presjur Kel 2
Presjur Kel 2
diajukan untuk memenuhi salah satu Case Base Learning KDPI dalam Presentasi
Kasus dan Presentasi Jurnal
dosen pengampu : Anggriyana Tri Widianti, S.Kep.,Ners.,M.Kep
disusun oleh:
Evidance Based Nursing yang berjudul “Perawatan luka menggunakan NaCl 0,9%
Sehingga pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
Evidance Based Nursing ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Karena dalam
penyusunan Evidance Based Nursing ini, kami menyadari bahwa kemampuan yang
dimiliki sangat terbatas, akan tetapi kami berusaha seoptimal mungkin untuk
Oleh karena itu, kami menyadari bahwa Evidance Based Nursing ini masih jauh
dari kata sempurna, dari isi maupun sistematika penulisannya. Maka dengan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat
ini.
Penyusun
i
Abstrak
Kelompok 2
ii
Abstract
Group 2
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... ii
C. Tujuan ....................................................................................................... 4
iv
B. Seleksi Studi ............................................................................................. 9
A. Kesimpulan ............................................................................................. 32
B. Saran ....................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR BAGAN
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin
yang terdapat pada tempat luka ( Schwartz, 2000 : 85). Tetanus yang tidak
sederhana, seperti sedasi yang mengarah pada koma, aspirasi atau apnea,
1
Imunisasi untuk Masa Depan Lebih Sehat, diJakarta mei 2014. Imunisasi
Imunisasi dasar di berikan pada usia 7 tahun dan di ulangi sampai tiga kali.
seksama dan debriden luka untuk membuang jaringan nekrotik dan benda
untuk mereka yang alergi terhadap penisilin. Pemberian relaksan otot dan
dan pembersihan paru penting di lakukan dalam kasus yang berat (Schwartz,
Luka adalah cedera yang dialami tubuh karena faktor luar baik disertai
terhadap luka yang terdiri dari tiga fase yaitu hemostasis & inflamasi,
proliferasi dan remodelling. Proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik
luka dibagi menjadi tiga yaitu penutupan primer, sekunder, dan tersier.
2
yaitu jaringan parut dipertrofik, keloid, dan luka kronis (Suryadi, dkk.
2019). Oleh karena itu, perawatan luka juga harus dilakukan pada pasien
dengan luka tusuk yang diduga tercemar dengan spora tetanus. Perawatan
dengan tetanus.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka perlu dilakukan studi literature
tetanus”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Kajian literature ini bertujuan untuk mengidentifikasi pentalaksanaan
pada luka tetanus dengan perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% dari
beberapa bukti penelitian yang telah ditemukan dengan hasil akhir untuk
dijadikan sebuah data dan dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat.
2. Tujuan khusus
- Mengidentifikasi efektivitas dari perawatan luka pada tetanus
menggunakan NaCl 0,9%
- Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) perawatana luka
4
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Mempelajari kasus yang ada, mengevaluasi kegiatan yang dilakukan,
menambah ilmu pengetahuan dan lebih memahami serta lebih terampil
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan tetanus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengembangan dalam pembelajaran khususnya mata kuliah
“Keperawatan Dasar” serta menambah katalog perpustakaan dan
dikembangkan pada asuhan selanjutnya.
3. Bagi Tempat Pelaksanan studi kasus
Sebagai masukan bagi tempat penelitian khususnya bagi pemberi
asuhan keperawatan, agar menindak lanjuti hasil asuhan yang diberikan.
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai acuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan tetanus, serta sebagai bahan acuan dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
kasusini, maka penulis secara keseluruhan membagi menjadi tiga bagian yaitu
BAB I PENDAHULUAN
5
BAB II METODE
Pada bab ini memaparkan tentang pencarian bukti klinis terhadap intervensi
perawatan luka pada pasien tetanus melalui tahapan dalam EBN yang terdiri
atas menentukan PICO dan cara pencarian literature melalui media online.
Pada bab ini berisi tentang penilaian artikel penelitian berupa intervensi
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian secara deskriptif mengenai simpulan dari hasil critical
appraisal sampai dengan keputusan klinis dan SOP intervensi perawatan luka
terhadap tetanus.
Bab ini berisi pemaparan secara singkat hasil dari kajian literature yang dapat
6
BAB II METODE
1. Desain Penelitian
(Nursalam, 2020).
2. Database Pencarian
2022. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni data yang
7
3. Kata kunci
literature review.
d. Outcome : adalah hasil atau luaran yang didapatkan dari studi terdahulu
8
sesuai dengan tema yang telah ditentukan dalam literature review.
yangakan di review.
B. Seleksi Studi
9
artikel jurnal. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa
judul (n = 99), abstrak (n =26) dan full text (n =3) yang disesuaikan dengan
10
Bagan 2.1 Diagram Flow Pencarian Literature
11
BAB III
HASIL TELAAH JURNAL
A. Analisis Artikel Penelitian melalui Kaidah Via
Berdasarakan hasil penelusuran mengenai perawatan luka pada pasien tetanus dengan menggunakan NaCl,
didapatkan dua artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan topik penelitian perawatan luka artikel
tersebut dianalisis melalui kaidah Validity, Importancy, dan Applicability (VIA). Berikut ini adalah analisis artikel
penelitian melalui kaidah VIA.
Tabel 3.1 Analisis Artikel Penelitian Melalui Kaidah VIA
JURNAL VALIDITY IMPORTANCY APPLICABILITY
Profil Penanganan Luka V1: Pada penelitian ini NaCl dapat ditetapkan dan
padaPasien Trauma di Populasi dalam penelitian menjelaskan bahwa digunakan sebagai cara
Instalasi Gawat Darurat ini adalah 90 pasien yang adanya pengaruh untuk merawat luka.
Runah Sakit Umum Provinsi mengalami luka trauma menggunakan NaCl Intervensi ini dapat
Nusa Tenggara Barat yang datang ke IGD RSUP terhadap luka pada diberikan oleh tenaga
Zuhan, A. NTB. Laki-laki paling penyakit tetanus . kesehatan yakni perawat.
Rahman, H, banyak mengalami luka
Januaman. sekitar 66 orang
Jurnal Kedokteran (2016), dibandingkan dengan
21-26, ISSN 2527-7154 perempuan sebanyak 24
12
orang. Penelitian dilakukan
pada bulan juni sampai
September tahun 2015,
dengan usia termuda 2
tahun usia tertua 85 tahun
dengan rata-rata usia 22
tahun. Jenis luka dibagi
menjjadi luka tunggal
sebanyak 79 pasien dan
luka multiple 11 pasien.
Luka pada penelitian ini
sering berupa vulnus
laceratum sebanyak 49
pasien, vulnus excoriatum
sebanyak 26, dan vulnus
scisum sebanyak 4 pasien,
terakhir terdiri dari vulnus
laceratum dan vulnus
excoriatum sebanyak 3
13
pasien.
Kesimpulan
Pada penelitian ini
menjelaskan berbagai
kriteria inklusi, kriteria
ekslusi.
V2:
Penelitian ini merupakan
penelitian deskritif
prospektif dengan metode
cross-sectional tentang
profil penanganan luka
akibat trauma di Instalasi
Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Umum
Provinsi (RSUP) Nusa
Tenggara Barat (NTB).
Penelitian ini dilakukan
dalam jangka
14
waktu 3 bulan, yaitu dari
bulan Juli sampai bulan
September tahun
2015.Pengumpulan data
dilakukan dengan cara total
sampling. Data didapatkan
langsung dengan
menggunakan ceklist
penelitian yang meliputi:
identitas pasien,
karakteristik luka dan
penanganan luka. Variabel
penanganan luka yang
dianalisis meliputi:
tindakan disinfeksi luka,
anestesi luka, irigasi luka,
debridement luka,
penjahitan luka, dressing
luka, pemberian antibiotik
15
profilaksis, dan pemberian
antitetanus. Data yang
sudah didapatkan kemudian
dilakukan pengolahan data
dan dilihat bagaimana
gambaran penanganan luka
pada pasien trauma di IGD
RSUP NTB.
Kesimpulan
Penelitian ini menjelaskan
mengenai rancangan
penelitian dan jumlah
sampel.
V3:
Kriteria inklusi penanganan
luka yang dianalisis
meliputi: tindakan
disinfeksi luka, anestesi
luka, irigasi luka,
16
debridement luka,
penjahitan luka, dressing
luka, pemberian antibiotik
profilaksis, dan pemberian
antitetanus. Data yang
sudah didapatkan kemudian
dilakukan pengolahan data
dan dilihat bagaimana
gambaran penanganan luka
pada pasien trauma di IGD
RSUP NTB.
Kesimpulan
Pada jrnalpenelitian ini,
tidak ada factor perancu
V4:
Teknik analisa data yang
digunakan data : Tindakan
disinfeksi luka terutama
menggunakan povidon
17
iodin. Tindakan anestesi
luka menggunakan
Lidocain dan irigasi luka
menggunakan NaCl 0,9%.
Tindakan penjahitan luka
terutama menggunakan
jahitan simple suture.
Antibiotik profilaksis
terutama menggunakan
Amoxicilin dan antitetanus
profilaksis terutama
menggunakan ATS.
Kesimpulan
Analisa yang dilakukan
V5:
Pembahasan menyebutkan
kesamaan hasil penelitian
dengan penelitian
18
sebelumnya, membahas
hasil penelitian dalam
artikel. Penelitian ini
mengunakan smple yang
cukup untuk penelitin
intervensi, sehingga
kesimpulan dapat
digeneralisasi.
Kesimpulan
Terdapat pembahasan non
internal causal validity,
pembahasan internal dan
eksternal validity
Penatalaksanaan Tetanus V1: Pada penelitian ini Perawatan luka
Pada Pasien Anak Kasus dalampenelitian ini menjelaskan mengenai menggunakan Nacl ini
merupakan seorang anak prinsip pengobatan dapat digunakan dan
P, simanjuntak (2013) laki-laki, berusia 2 tahun 6 meliputi netralisasi toksin, diterapkan sebagai cara
Medula, Volume 1 No 4 bulan dengan status gizi eradikasi bakteri dengan untuk mengurangi infeksi.
baik. Dating kerumh sakit antibiotic dan perawatan Intervensi ini dapat
19
dengan keluhan tidak bisa luka menggunakan NacL diberikan oleh tenaga
membuka mulut dan sulit serta terapi suportif. kesehatan yakni perawat.
menelan sehingga membuat
pasien tidak dapat makan
dan minum.
Kesimpulan
Adanya penjelasan
mengenai klien dengan
dijelaskan keluhan sebelum
masuk rumah sakit.
V2:
Pada penelitian ini
merupakan sebuah kasus.
Kesimpulan
Padapeneitian ini tidak
dijelaskan mengenai
bagaimana data yang
diambil.
20
V3:
Tidak ada factor perancu
dalam penelitian ini
V4:
Teknis Analisa dengan
menggunakan kasus,
Penatalaksanaan pasien
tetanus secara garis besar
terdiri atas tatalaksana
umum dan khusus. Pada
penatalaksanaan umum,
hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Tercukupinya kebutuhan
cairan dan nutrisi.
21
2. Menjaga saluran napas
agar tetap bebas.
3. Penanganan spasme,
diazepam menjadi pilihan
pertama.
4. Mencari port d’entree.
Penatalaksanaan khusus
tetanus terdiri dari
pemberian ATS atau
Human tetanus
Imunoglobulin (HTIG) dan
antibiotika. Tujuan
pemberian ATS dan HTIG
adalah untuk menetralisasi
toksin yang beredar di
dalam darah dan dapat juga
diberikan sebagai
profilaksis
Kesimpulan
22
Analisa yang dilakukan
mendapatkan hasil yang
sesuai.
V5:
Pada penelitian ini tidak
menyebutkan mengenai
kesamaan hasil terhadap
penelitian sebelumnya.
Karena penelitian ini
merupakan sebuah kasus
ang terjadi dilapangan.
Kesimpulan
Terdapat pembahasan non
interval.
23
B. Keputusan Klinis
Dari kedua artikel mengenai perawatan luka dan prinsip
penatalaksanaan tetanus, dari beberapa artikel mengenai perawatan luka
menggunakan NaCl , telah ditelaah untuk menentukan keputusan klinis peneliti
memiih artikel ke 1. Pemilihan artikel ini berdasarkan analisis yang telah
dilakukan. Artikel tersebut menjelaskan mengenai perawatan luka, region luka,
karakteristik luka,anastesi luka, irigasi dan debridement luka, kontaminasi luka,
penjahitan luka, pemberian antibiotic dan profilaksis, dan pemberian
antitetanus profilaksis.
Perawatan menggunakan NaCl lebih efektif dalam melakukan irigasi
luka. Irigasi luka menggunakan normal salin atau cairan NaCl 0,9% tidak lebih
meninggikan rasio infeksi jika dibandingkan dengan tap water. Artinya
penggunaan normal salin pada tindakan irigasi luka diperbolehkan dan
penggunaan normal salin sudah sangat sering dijumpai di semua rumah sakit
besar dalam penanganan irigasi luka. Bermacam metode irigasi luka untuk
debridemen luka saat ini dilakukan dan dibandingkan antara Normal Salin,
Iodophor dan Hidrogen Peroxide. Namun yang paling efektif membersihkan
bakteri adalah Normal Salin. Irigasi luka untuk tindakan debridemen luka rutin
sangat direkomendasikan pada tahap awal dari patah tulang terbuka di klinik -
klinik trauma atau Unit Gawat Darurat. Teknik irigasi juga akan menentukan
tingkat penyembuhan luka. Irigasi yang baik akan membersihkan luka dari
kotoran-kotoran yang akan menghambat penyembuhan luka. Irigasi yang baik
saat ini lebih baik menggunakan larutan NaCl 0,9%. Irigasi dengan tekanan
akan mampu membersihkan seluruh debris yang ada pada luka. Pada penelitian
ini didapatkan bahwa 53% dilakukan irigasi luka dengan tekanan menggunakan
siringe atau penekanan botol NaCl. Irigasi luka akan lebih efektif jika
menggunakan teknik irigasi dengan tekanan karena mampu mengeluarkan lebih
banyak debris dan material organik (bakteri, virus) dari permukaan luka tanpa
menyebabkan kerusakan pada jaringan-jaringan sekitar luka. Pada penelitian
24
ini ditemukan luka kotor dan Vulnus Laceratum menjadi yang terbanyak
dibanding jenis luka yang lain. Tindakan disinfeksi dan irigasi menggunakan
normal salin untuk membersihkan kontaminan dari luka adalah tindakan yang
selalu dilakukan sebelum tindakan penjahitan luka.
C. Deskripsi Topik
Tabel 3.2 Deskripsi topik perawatan luka menggunakan NaCl
Penulis dan tahun Deskripsi Topic/Issue
Zuhan, A. Rahman, H. Januarman Tindakan irigasi pada pasien
(2016) dilakukan dengan menggunakan
cairan NaCl 0,9%. volume minimal
cairan yang digunakan dalam
melakukan tindakan irigasi luka yaitu
sebanyak 5 mL dan volume terbanyak
yang digunakan sebanyak 300 mL,
dengan median volume cairan yang
digunakan yaitu sebanyak 35 mL.
P,simanjuntak (2013) Perawatan luka menggunakan Nacl
dilakukan guna mencegah timbulnya
jaringan anaerob. Jaringan nekrotik
dan benda asing harus dibuang. Untuk
pencegahan kasus tetanus neonatorum
sangat bergantung pada penghindaran
persalinan yang tidak aman, aborsi
serta perawatan tali pusat selain dari
imunisasi ibu. Pada perawatan tali
pusat, penting diperhatikan adalah
jangan membungkus punting tali
25
pusat/mengoleskan cairan/bahan
apapun ke dalam punting tali pusat,
mengoleskan alkohol/povidon iodine
masih diperkenankan tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan
tali pusat lembab.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat substansi jaringan
yang rusak atau hilang sehingga dapat menyebabkan kerusakan fungsi
perlindungan kulit dan dapat disertai dengan kerusakan jaringan lain. Luka
dapat terjadi akibat terjatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, trauma tajam
atau tumpul, maupun proses pembedahan. Jenis luka yang terjadi dapat berupa
luka lecet (70,9%), luka robek (23,2%), luka memar, luka sayat, luka tusuk,
maupun luka tembak. Trauma tajam adalah suatu rudapaksa akibat kontak
dengan benda tajam. Trauma tajam dapat mengakibatkan terbentuknya luka
iris atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka
bacok (vulnus caesum). Luka dapat diklasifikasikan sebagai jenis yang
berbeda, yaitu dari luka ringan, sedang sampai parah, dari luka kecil sampai
besar, dari luka dangkal sampai luka dalam, dari luka tidak menular sampai
infeksi, dari luka bakar, memar, luka pisau, crush injury, luka tertusuk jarum,
hingga luka tembak, dari luka akut hingga kronis.
Perawatan luka yang optimal memiliki peran penting dalam proses
penyembuhan luka agar dapat berlangsung dengan baik dan dalam waktu yang
singkat sehingga tidak menurunkan produktivitas dan meningkatkan biaya
perawatan luka. Penanganan umum luka terdiri dari preparasi bed luka dan
penutupan luka. Preparasi bed luka dilakukan melalui debridement, kontrol
bakteri, dan pengelolaan eksudat luka. Penutupan luka dilakukan bila luka
telah terpraparasi dengan baik dan dapat dilakukan per-sekundam, per-
primam, skin graft, flap, serta dengan menggunakan sel punca.
Irigasi dan debridement luka harus menggunakan cairan yang sesuai
dengan pH kulit seperti cairan NaCl karena sama memiliki kandungan sesuai
kebutuhan tubuh. Penilaian luka, penentuan tindakan, dan pemilihan dressing
pada perawatan luka dengan diagnosis apapun dilakukan berdasarkan kondisi
dan problem luka. Kondisi luka dapat diidentifikasi melalui warna dan
27
permukaan luka. Warna luka dapat disesuaikan dengan jenis luka, yaitu luka
akut, luka nekrotik (hitam), luka slough (nekrotik kuning), luka granulasi, luka
infeksi (kuning hijau), dan luka epitelialisasi. Permukaan luka dapat berupa
luka basah, luka kering, dan luka moist (lembap). Problem luka dapat berupa
infeksi bakteri, jaringan nekrotik, dan eksudat. Infeksi bakteri dapat dikontrol
dengan pemberian antibiotik, material antibakteri dan debridement. Jaringan
nekrotik dapat diatasi dengan debridement. Eksudat dapat diatasi dengan
pemberian produk aborptif.
Hal yang harus diperhatikan dalam penyembuhan luka yaitu tissue
(jaringan) yang akan dilakukan debridement apabila jaringan nonviable,
infection (infeksi) yang ditatalaksana dengan kontrol bakteri, moisture balance
(keseimbangan kelembapan) dengan pengelolaan eksudat dan pemilihan
dressing yang tepat, dan edge advancement (TIME)
28
Persiapan klien 1. validasi nama klien
2. Sudah terjalin trust dengan klien
3. Siapkan alat-alat
Tahap Orientasi
1. Lakukan 3S (senyum, sapa
dansalam ) pada pasien
2. Identifikasi kembali nama psien
untuk memastikan teapi dilakukan
ada orang yang tepat
3. Tanyakan keadaan pasien
4. Jelaskan prosedur dan tujuan terapi
pada pasien
5. Berikan kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk bertanya
6. Pastikan lingkungan representative,
cahaya cukup terang,
7. Berikan privasi pasiendnegan
menutup tirai
8. Cuci tangan
Tahap Kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Mengatur posisi pasien sesuai
kebutuhan
3. Pasang perlak &pengalas di bawah
daerah luka.
4. Membuka peralatan.
5. Memakai sarung tangan.
29
6. Basahi kasa dengan bethadin
kemudian dengan menggunakan
pinset bersihkan area sekitar luka
bagian luar sampai bersih dari
kotoran.)gunakan teknik memutar
searah jarum jam
7. Basahi kasa dengan cairan NaCl 9%
kemudian dengan menggunakan
pinset bersihkan area luka bagian
dalam. gunakan teknik usapan
dariatas ke bawah+
8. Keringkan daerah luka dan Pastikan
area daerah luka bersih dari kotoran.
9. Beri obat luka sesuai kebutuhan ika
perlu.
10. Pasang kasa steril pada area luka
sampai tepi luka.
11. Fiksasi balutan menggunakan plester
atau balautan verband
sesuaikebutuhan.
12. Mengatur posisi pasien seperti
semula.
13. Alat-alat dibereskan.
14. buka sarung tangan.
Tahap terminasi
1. kaji respon pasien setelah diberikan
terapi
30
2. beri feedback positif kepada klien
3. lakukan kkontrak waktu untuk
kegiatan selanjutnya
4. cuci tangan
Dokumentasi Catat hasil evaluasi dan pelaksanaan
terapi dalam dokumentasi pasien (catat
critical pointntya)
31
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
pengobatan pada luka, memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien dan
B. Saran
Adapun saran dari penulis yaitu dalam penulisan pada telaah jurnal ini
Perawatan luka dianjurkan pasien dalam keadaan luka yang disebabkan oleh
trauma, luka terbuka yang memerlukan jahitan dan luka perdarahan yang
32
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2020). Penulisan Literature riview dan systematic riview pada pendidikan
kesehatan. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Erlangga
Edi Suryadi (2019). Metode Penelitian Komunikasi (dengan pendekatan kuantitatif).
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sudoyo, Aru W, dk. (2010) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta :
EGC
Zuhan, A, dkk. (2016). Profil Penanganan Luka Pada Pasien Trauma di instalasi Gawat
Darurat rumah sakit umum provinsi nusa tenggara barat. Jurnal kedokteran
2016 5 (3):21-26
Simanjutak . (2013) penatalaksanaan tetanus pada pasien anak. Fakultas kedokteran
universitas lampung. Medula, volume 1, nomor 4 oktober 2013