ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEHILANGAN DAN BERDUKA KLP 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEHILANGAN DAN BERDUKA KLP 2
Disusun sebagai Salah Satu Syarat dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa Semester IV Tahun Akademik 2021 – 2022
Disusun Oleh:
Neng Maudi Yulianti KHGA20095
Putri Miraz Nurjanah KHGA20102
Risma Silviyani KHGA20107
Sri Mustika KHGA20112
Yuniar Nurasiah KHGA20115
Sania Artyandi Cahya KHGA20125
Rian KHGA20134
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah:
Kehilangan Dan Berduka” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang konsep asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
masalah kehilangan dan berduka bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan berduka, maka penting
bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Perawat menggunakan
pengetahuan tentang konsep kehilangan dan dukacita untuk secara kreatif
menerapkan intervensi untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan
memberi dukungan kepada klien yang menjelang kematian (Potter & Perry, 2005)
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui gambaran kasus kehilangan dan berduka
b. Untuk mengetahui pengertian kehilangan dan berduka
c. Untuk mengetahui psikopatologi dan psikodinamika dengan masalah
kehilangan dan berduka
d. Untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dengan
masalah kehilangan dan berduka
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi medis dan keperawatan pada klien
dengan masalah kehilangan dan berduka.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi
terhadap kehilangan. Respons terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya
(Potter dan Perry, 1997)
Seseorang dapat kehilangan citra tubuh, orang terdekat,
perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik pribadi, keyakinan, atau
sense of self baik sebagian atau pun keseluruhan. Peristiwa kehilangan
dapat terjadi secara tiba tiba atau bertahap sebagai sebuah pengalaman
traumatik. Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik
krisis situasional atau pun krisis perkembangan. Dalam hal ini persepsi
individu, tahap perkembangan, mekanisme koping, dan sistem
pendukungnya sangatlah berpengaruh terhadap respons individu dalam
menghadapi proses kehilangan tersebut. Apabila proses kehilangan
tidak dibarengi dengan koping yang positif atau penanganan yang baik,
pada akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan individu atau port
of being matur-nya (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Menurut Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan
yakni sebagai berikut.
1. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran
akibat bencana alam.
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan.
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya pekerjaan,
anggota keluarga, dan teman dekat.
4. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik.
5. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah
dan diri sendiri.
4
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi
pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari
keadaan semula (keadaan yang mya ada menjadi tidak ada). Terlepas
dari penye kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon
terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
B. Berduka
Dalam Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi
emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan
baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Sedangkan istilah
bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu
melewati rekasi atau masa berkabung (mourning). Berikut ini beberapa
jenis berduka menurut Hidayat (2012):
1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan,
menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk
sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses 'melepaskan diri' yang muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi.
Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan
memulai proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai urusan di
dunia sebelum ajalnya tiba. Berduka yang rumit, dialami oleh
seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap
kedukaan normal. Masa berkabung seolah olah tidak kunjung
berakhir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan
dengan orang lain.
3. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak
dapat diakui secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan
5
karena AIDS, anak yang mengalami kematian orang tua tiri, atau
ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
2.1.2 Etiologi
A. Faktor Predisposisi
Dalam Hidayat (2012), faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang
respon kehilangan adalah sebagai berikut.
6
itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi kehilangan
harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi
(harta benda dan lain-lain). Beberapa stressor kehilangan tersebut antara
lain
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi dalam masyarakat
5. Kehilangan harta benda
6. Kehilangan orang yang dicintai
7. Kehilangan kewarganegaraan
2.1.3 Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan
anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss (Psikologis)
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun
tidak dapat dirasakan/dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa
remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu
kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan
klien (anggota) menderita sakit terminal.
2.1.4 Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
1. Stressor internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan - individu
memberi makna positif - melakukan kompensasi dengan kegiatan positif
- perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
7
2. Stressor internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan - Individu
memberi makna - merasa tidak berdaya - marah dan berlaku agresi -
diekspresikan ke dalam diri - muncul gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan - Individu
memberi makna - merasa tidak berdaya - marah dan berlaku agresi -
diekspresikan ke luar diri individu - kompensasi dengan perilaku
konstruktif - perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
4. Stressor internal atau eksternal - gangguan dan kehilangan - memberi
makna - merasa tidak berdaya - marah dan berlaku agresi - diekspresikan
ke luar diri individu - kompensasi dengan perilaku destruktif - merasa
bersalah - ketidakberdayaan.
2.1.5 Rentang Respon
Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (1997), respon berduka
seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap seperti
pengingkaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
1. Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang
benar terjadi, dengan mengatakan "Tidak, saya tidak percaya itu terjadi"
atau "itu tidak mungkin terjadi". Bagi individu atau keluarga yang
didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi
tambahan.
8
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak
tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit
atau beberapa tahun.
2. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan rasa marah yang
meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada
dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara
kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur. tangan mengepal.
3. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon
kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata
“ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa".
Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar
adalah "kalau saja yang sakit, bukan anak saya".
4. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dan
sebagainya. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain menolak makan,
susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
5. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang
9
dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai
dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek
yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan "saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis" atau "apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh".
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan
damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi
perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat
menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
2.1.6 Tanda dan gejala
1. Ungkapan kehilangan
2. Menangis
3. Gangguan tidur
4. Kehilangan nafsu makan
5. Sula berkonsentrasi
6. Karakteristik berduka yang berkepanjangan :
a. Mengingkari kenyataan kehilangan dalam waktu yang lama
b. Sedih berkepanjangan
c. Adanya gejala titik yang berat
d. Keinginan untuk bunuh diri
2.1.7 Sumber Koping
Cara individu mengatasi proses kehilangan amat bergantung pada
sumber yang tersedia. Sumber koping tersebut dapat berupa kemampuan dan
bakat mengatasi kedukaan, teknik pertahanan, dukungan sosial, dan
motivasi. Sumber koping lainnya adalah dukungan spiritual, keyakinan
positif, pemecahan masalah, kemampuan sosial, kesehatan fisik, sumber
materi dan sosial, keluarga, kerabat dekat, dan perawat.
10
2.1.8 Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dipakai individu dengan respon
kehilangan antara lain : pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi,
supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari intesitas stres yang
dirasakan sangat menyakitkan. Dalam keadaan patologi, mekanisme koping
sering dipakai secara berlebihan atau tidak memadai.
11
1. Merasa sedih dan cemas
2. Kebencian
3. Merasa bersalah
4. Perasaan mati rasa
5. Emosi yang berubah
6. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
individu atau benda yang hilang
7. Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi
8. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
d) Respon kognitif
1. Gangguan asumsi dan keyakinan
2. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4. Percaya pada kehidupan dan seolah-olah orang yang
meninggal menjadi pembimbing
d. Keadaan Fisik
e. Keadaan Psikososial
f. Status Mental
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
h. Mekanisme Koping
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek Medik
l. Data fokus yang perlu dikaji :
12
Data subjektif : Data objektif :
- Merasa sedih - Menangis
- Merasa putus asa dan kesepian - Mengingkari kehilangan
- Kesulitan mengekspresikan - Tidak berminat dalam
perasaan berinteraksi dengan orang lain
- Konsentrasi menurun - Merenungkan perasaan
bersalah secara berlebihan
- Adanya perubahan dalam
kebiasaan makan, pola tidur,
tingkat aktivitas
13
2.2.3 Masalah Keperawatan Yang Muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan kehilangan
dan berduka antara lain :
a. Berduka (disfungsional, antisipatif)
b. Kehilangan
c. Gangguan konsep diri
2.2.4 Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang
akan disusun menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Berikut ini disebutkan beberapa diagnosa keperawatan berkaitan dengan
kehilangan dan berduka dalam Nanda (2015) :
1. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang
dirasakan.
2. Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau kehilangan.
3. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan orang/benda
yang dicintai atau memiliki arti besar.
Dalam SDKI (2016):
1. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti.
2. Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang
yang berarti.
3. Berduka berhubungan dengan kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi,
status, bagian tubuh atau hubungan sosial).
4. Berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan objek, pekerjaan,
fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan sosial).
14
Tanda mayor dan tanda minor dalam SDKI (2016):
1. Tanda Mayor :
a. Merasa sedih
b. Merasa bersalah atau menyalahkan orang lain
c. Tidak menerima kehilangan
d. Merasa tidak ada harapan
e. Menangis
f. Pola tidur berubah
g. Tidak mampu berkonsentrasi
2. Tanda Minor :
a. Mimpi buruk atau pola mimpi berubah
b. Merasa tidak berguna
c. Fobia
d. Marah
e. Tampak panik
f. Fungsi imunitas terganggu
2.2.5 Rencana Tindakan Keperawatan
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk
prilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk
membantu klien dalam mencapai hasil klien yang diharapkan dan tujuan
pemulangan.
a. Tujuan
TUM : klien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas
TUK :
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
3. Menjelaskan makna kehilangan
15
4. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
5. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
6. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
7. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat menghindari
tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi kembali dengan keluarga atau orang lain
16
a. Menjelaskan kepada klien atau keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima
adalah wajar dalam keadaan kehilangan.
b. Memberi gambaran tentang cara mengungkapkan perasaan yang
bisa diterima.
c. Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti.
5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota keluarga dengan cara :
a. Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti.
b. Mendorong klien untuk menggali perasaanya bersama anggota
keluarga lainnya, mengenali masing-masing anggota keluarga.
c. Menjelaskan manfaat hubungan dengan orang lain.
d. Mendorong keluarga untuk mengevaluasi perasaan dan saling
mendukung satu sama lain.
6. Menentukan tahap keberadaan klien dengan cara :
a. Mengamati perilaku klien.
b. Menggali pikiran perasaan klien yang selalu timbul dalam dirinya.
17
b) Menjelaskan kepada klien bahwa sikap tersebut biasa terjadi pada
orang yang mengalami kehilangan.
3. Memberikan jawaban jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan,
dan kematian dengan cara :
a) Menjawab pertanyaan klien dengan bahasa yang mudah dimengerti,
jelas, dan tidak berbeli-belit.
b) Mengamati dengan cermat renspons klien selama berbicara.
c) Meningkatkan kesadaran secara bertahap.
b. Tahap Marah
18
a) Mengamati perilaku klien dan bersama dengannya membahas
perasaannya.
b)Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat
risikonya.
2. Membantu klien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
a) Menghargai perasaan klien.
b)Membantu klien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan.
c) Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaannya.
d)Bersama klien membahas pikiran negatif yang selalu timbul.
e. Tahap Depresi
Membantu klien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan dengan cara :
1. Membantu keluarga mengunjungi klien secara teratur.
2. Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga tidak
berada pada tahap yang sama pada saat bersamaan.
3. Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
4. Memberi informasi akuran tentang kebutuhan klien dan keluarga.
19
7) Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
8) Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
9) Anjurkan melewati proses berduka secara bertahap
b. Dukungan emosional Tindakan :
1) Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amukbagi pasien
2) Identifikasi hal yang memicu emosi
3) Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah dan sedih
4) Buat pelayanan suportif atau empati saat berduka
5) Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
6) Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
7) Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya
dan pola respon yang biasa digunakan
8) Rujuk untuk konseling bila perlu
2. Intervensi tambahan :
a. Dukungan kelompok
b. Dukungan keluarga
c. Konseling
d. Dukungan keyakinan
e. Dukungan memaafkan
f. Dukungan pelaksanaan ibadah
g. Dukungan spiritual
h. Manajemen mood
i. Manajemen pengendalian marah
j. Promosi koping
k. Terapi sentuhan Kriteria hasi dalam SLKI (2016) :
1. Luarann utama :
a. Tingkat berduka
1) Verbalisasi menerima kehilangan meningkat
2) Verbalisasi harapan meningkat
20
3) Verbalisasi pelasaan berguna meningkat
4) Verbalisasi perasaan sedih menurun
5) Verbalisasi perasaan bersalah menurun
6) Verbalisasi perasaan menyalahkan orang lain menurun
7) Menangis menurun
8) Pola tidur membaik 9) Konsentrasi membaik
2. Luaran tambahan :
a. Dukungan sosial
b. Harapan
c. Ketahanan personal
d. Resolusi berduka
e. Status koping
f. Status spiritual
g. Tingkat depresi
2.2.6 Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan
dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara umum dapat
dinilai dari kemampuan untuk menghadapi atau memaknai arti kehilangan,
reaksi terhadap kehilangan, dan perubahan perilaku yang menerima arti
kehilangan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah suatu situasi potensial yang dapat dialami individu ketika
terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
baik sebagian ataupun keseluruhan.
Berduka merupakan respon total terhadap pengalaman emosional akibat
kehilangan. Terjadi efek- efek yang mempengaruhi terjadinya kehilangan dan
berduka. Pertam efek fisik dimana seseorang akan merasakan lelah, kehilangan
selera serta sulit untuk tidur. Kedua merupakan efek emosi dimana seseorang akan
merasa bersalah, marah kebencian, depresi, kesedihan, perasaan gagal dan
menerima kenyataan. Efek sosial dimana seseorang akan merasa dirinya
dikucilkan dan menarik diri dari lingkungan.
Ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh klien yang mengalami
peristiwa berduka. Klien harus menerima realita kehilangan, menerima sakitnya
rasa duka dan harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Status ekonomi
yang rendah, kesehatan yang buruk, kematian yang tiba-tiba atau sakit yang
mendadak. merasa tidak adanya dukungan sosial yang memadai dan kurangnya
dukungan dari kepercayaan keagamaan merupakan faktor-faktor yang menjadi
penyebab proses kehilangan dan berduka
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis merumuskan saran yang dapat
diaplikasikan dalam berbagai kalangan antara lain.
1. Perawat
Diharapkan untuk perawat memahami kehilangan dan dukacita yang dialami
klien, sehingga dapat membantu klien dengan baik dalam menghadapi proses
22
kehilangan dan berduka. Perawat juga diharapkan dapat menerapkan asuhan
keperawatan dengan baik.
2. Masyarakat
Dengan mengetahui setiap individu akan mengalami kehilangan dan berduka
seperti yang telah dipaparkan penulis diharapkan masyarakat dapat
mengetahui dampak berduka yang berkepanjangan sehingga masyarakat dapat
mengendalikan rasa kehilangan dan berduka dengan baik nantinya
23
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, H. Iyus dan Sutini, Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung : Refika Aditama
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. Mc. Closkey. 2012.
Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa: Mosby
Elsavier
Herdman, T. Heather. (2015). NANDA Internasional Inc. nursing diagnoses:
definitions & classification 2015-2017 Ed. 10. Jakarta: EGC
Potter, patricia A dan Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta : EGC
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
24