2024
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia- Nya
kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Pasien Dengan Kehilangan Dan Berduka”. Adapun tujuan kami menulis makalah ini yang
utama untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa. Di sisi lain, kami menulis
makalah ini untuk mengetahui lebih mendalam mengenai askep jiwa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Kehilangan................................................................6
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kehilangan Dan Berduka..............................6
Tipe dan Jenis Kehilangan dan Berduka........................................................................7
Fase atau Tahapan Kehilangan dan Berduka............................................................10
Tanda dan Gejala kehilangan dan Berduka........................................................13
2. Konsep Berduka................................................................................................................14
Teori Proses Berduka.....................................................................................................15
Asuhan Keperawatan...........................................................................................................18
1, Pengkajian..........................................................................................................................18
2. Diagnosis.............................................................................................................................20
3 Perencanaan........................................................................................................................21
BAB III......................................................................................................................................... 26
PENUTUP.................................................................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................26
3.2 Saran............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme
koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat
membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka
cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga- perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan
pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien
dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005
4
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Seseorang dapat kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang
milik pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan. Peristiwa
kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai sebuah pengalaman traumatik.
Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional ataupun krisis
perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007).
Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada
dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari (Stuart, 2005), seperti kehilangan
harta, kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan. Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan,
yaitu respons emosional normal dan merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang
individu harus diberikan kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui proses
berduka, sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan
merupakan bagian dari proses kehidupan.
Kehilangan dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual, dipersepsikan, atau sesuatu yang
diantisipasi. Jika diperhatikan dari objek yang hilang, dapat merupakan objek eksternal,
orang yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.Berduka merupakan
reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon emosional yang normal (Suliswati, 2005).
Definisi lain menyebutkan bahwa berduka, dalam hal ini dukacita adalah proses kompleks yang
normal yang mencakup respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika
individu, keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang diantisipasi,
atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan pasien sehari-hari (NANDA, 2011).
1. Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk
menghadapi kehilangan.
6
2. Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan jiwa/mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama mempunyai riwayat depresi, yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram,
biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
a. Patofisiologis
Berhubungan dengan kehilangan fungsi atau kemandirian yang bersifat sekunder akibat
kehilangan fungsi neurologis, kardiovaskuler, sensori, muskuloskeletal, digestif, pernapasan,
ginjal dan trauma
b. Terkait pengobatan
Berhubungan dengan perubahan akibat penuaan seperti temanteman, pekerjaan,
fungsi, dan rumah dan berhubungan dengan kehilangan harapan dan impian. Rasa berduka
yang muncul pada setiap individu dipengaruhi oleh bagaimana cara individu merespon
terhadap terjadinya peristiwa kehilangan. Miller (1999 dalam Carpenito, 2006) menyatakan
bahwa dalam menghadapi kehilangan individu dipengaruhi oleh dukungan sosial (Support
System), keyakinan religius yang kuat, kesehatan mental yang baik, dan banyaknya sumber
yang tersedia terkait disfungsi fisik atau psikososial yang dialamiBerhubungan dengan
peristiwa kehilangan akibat dialisis dalam jangka waktu yang lama dan prosedur
pembedahan (mastektomi, kolostomi, histerektomi).
6. Maturasional
.
Tipe dan Jenis Kehilangan dan Berduka
1. Jenis Kehilangan
Potter dan Perry (2005) menyatakan kehilangan dapat dikelompokkan dalam 5 kategori:
kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan yang telah dikenal, kehilangan orang terdekat,
kehilangan aspek diri, dan kehilangan hidup.
7
a. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang,
berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang anak benda
tersebut mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa mungkin berupa
perhiasan atau suatu aksesoris pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang tehadap
benda yang hilang tergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang
dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
e. Kehilangan hidup
Seseorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir, dan
merespon terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya kematian. Perhatian
utama sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi mengenai nyeri dan kehilangan
kontrol. Meskipun sebagian besar orang takut tentang kematian dan gelisah mengenai
kematian, masalah yang sama tidak akan pentingnya bagi setiap orang. Setiap orang
berespon secara berbeda-beda terhadap kematian. orang yang telah hidup sendiri dan
menderita penyakit kronis lama dapat mengalami kematian sebagai suatu perbedaan Sebagian
menganggap kematian sebagai jalan masuk ke dalam kehidupan setelah kematian yang
8
akan mempersatukannya dengan orang yang kita cintai di surga. Sedangkan orang lain takut
perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau cedera. Ketakutan terhadap kematian sering menjadikan
individu lebih bergantung.
Maslow (1954 dalam Videback, 2008) tindakan manusia dimotivasi oleh hierarki kebutuhan,
yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis, (makanan, udara, air, dan tidur), kemudian kebutuhan
keselamatan (tempat yang aman untuk tinggal dan bekerja), kemudian kebutuhan keamanan dan
memiliki. Contoh kehilangan yang relevan dengan kebutuhan spesifik manusia yang diindentifikasi
dalam hierarki Maslow antara lain:
Kehilangan keamanan dan rasa memiliki: kehilangan terjadi ketika hubungan berubah
akibat kelahiran, perkawinan, perceraian, sakit, dan kematian. Ketika makna suatu
hubungan berubah, peran dalam keluarga atau kelompok dapat hilang. Kehilangan
seseorang yang dicintai mempengaruhi kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
Kehilangan harga diri: kebutuhan harga diri terancam atau dianggap sebagai
kehilangan setiap kali terjadi perubahan cara menghargai individu dalam pekerjaan dan
perubahan hubungan. Rasa harga diri individu dapat tertantang atau dialami sebagai suatu
kehilangan ketika persepsi tentang diri sendiri berubah. Kehilangan fungsi peran sehingga
kehilangan persepsi dan harga diri karena keterkaitannya dengan peran tertentu, dapat
terjadi bersamaan dengan kematian seseorang yang dicintai.
Kehilangan aktualisasi diri: Tujuan pribadi dan potensi individu dapat terancam atau
hilang seketika krisis internal atau eksternal menghambat upaya pencapaian tujuan
dan potensi tersebut. Perubahan tujuan atau arah akan menimbulkan periode duka cita
yang pasti ketika individu berhenti berpikir kreatif untuk memperoleh arah dan gagasan
baru. Contoh kehilangan yang terkait dengan aktualisasi diri mencakup gagalnya rencana
menyelesaikan pendidikan, kehilangan harapan untuk menikah dan berkeluarga, atau
seseorang kehilangan penglihatan atau pendengaran ketika mengejar tujuan menjadi artis
atau komposer
1. Jenis Berduka
a. Berduka normal, perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal.
b. Berduka antisipatif, proses melepaskan diri yang muncul sebelum
9
c. Berduka yang rumit, seseorang sulit maju ke tahap berikutnya. Berkabung
tidak kunjung berakhir.
d. Berduka tertutup, kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.
2) Perkembangan kesadaran
Gejala yang muncul adalah kemarahan dengan menyalahkan orang lain, perasaan
bersalah dengan menyalahkan diri sendiri melalui berbagai cara, dan menangis untuk
menurunkan tekanan dalam perasaan yang dalam. Restitusi Merupakan proses yang
formal dan ritual bersama teman dan keluarga membantu menurunkan sisa perasaan
tidak menerima kenyataan kehilangan.
b. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya perilaku
obsesif. Sebuah perilaku yang yang terus mengulang- ulang peristiwa kehilangan yang
terjadi.
10
c. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu memutuskan
untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk melanjutkan kehidupan. Pada fase
ini individu sudah mulai berpartisipasi kembali dalam kegiatan sosial
11
1) Emosional tak terkontrol.
“Mengapa aku?”
waktu hidup, terhindar dari rasa kesakitan secara fisik, atau bertobat.
4) “Bila Tuhan memutuskan untuk mengambil saya dari dunia ini dan tidak
menanggapi permintaan yang diajukan dengan marah, Ia mungkin akan
lebih berkenan bila aku ajukan permintaan itu
d. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar akan penyakitnya
yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri, tidak mau berbicara
dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu menolak makan, susah tidur,
letih, dan penurunan libido. Fokus pikiran ditujukan pada orang-orang yang dicintai, misalnya
12
“Apa yang terjadi pada anak-anak bila saya tidak ada?” atau “Dapatkah keluarga saya
mengatasi permasalahannya tanpa kehadiran saya?”
Depresi adalah tahap menuju orientasi realitas yang merupakan tahap yang penting dan
bermanfaat agar pasien dapat meninggal dalam tahap penerimaan dan damai. Tahap
penerimaan terjadi hanya pada pasien yang dapat mengatasi kesedihan dan kegelisahannya.
2. Reaksi fisik, misalnya sesak, mual, hipersensitivitas terhadap suara dan cahaya, mulut
kering, kelemahan.
13
Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang Muncul
2. Konsep Berduka
Berduka (grieving) Merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Berduka diwujudkan
dengan cara yang unuik pada masng-masing orang dan didasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi
budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya. Berkabung adalah periode penerimaan terhadap
kehilangan dan berduka. Berkabung terjadi dalam masa kehilangan dan sering
dipengaruhi oleh budaya atau kebiasaan.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berduka merupakan suatu reaksi
psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku
emosi, fisik, spiritual, sosial, maupun intelektual seseorang. Berduka sendiri merupakan respon
yang normal yang dihadapi setiap orang dalam menghadapi kehilangan yang dirasakan.
14
Teori Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori
berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional
klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan
mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati. Berikut merupakan teori proses berduka :
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.Kesadaran baru telah
berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku
dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
i. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
15
ii. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih
sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu
untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi
kehilangan.
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut.Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan
mulai memecahkan masalah.
v. Penerimaan (Acceptance)
3. Teori Martocchio
ii. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam
dan dirasakan paling akut.
iii. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari- hari
dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
16
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964) KUBLER- MARTOCCHI RANDO
ROSS (1969) O (1985) (1991)
17
Asuhan Keperawatan
1, Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan,
dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian
pengkajian agar mengetahui apa yang mereka Siagn dan rasakan adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetic Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat
peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa
kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-
Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih 9 iagno secara nyata
ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi:
1) Kehilangan kesehatan
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi,
Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan
18
sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan
patologis mekanisme koping tersebut. sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.
d. Respon Spiritual
e. Respon Fisiologis
4) Tidak bertenaga
f. Respon Emosional
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
g. Respon Kognitif
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-
olah orang yang meninggal adalah pembimbing.
19
h. Perilaku
seperti:
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
a) Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan untuk menentukan
tingkatan berduka.
b) Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencangkup: sesak di dada, napas pendek,
berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat.
c) Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976)juga dikaji: respons fisiologis, respons tubuh terhdapa
kehilangan atau mengetahui lebih dulu kehilangan dengan suatu reaksi stress. Perawat dapat mengkaji tanda
klinis respons tersebut.
d) Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung pada persepsi individu
terhadap pengalaman kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik.
e) Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup genetic, kesehatan fisik, kesehatan
mental, pengalaman kehilangan di masa lalu.f) Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh
individu yang mengalami kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.
2. Diagnosis
Adapun beberapa diagnose yang berkaitan dengan kondisi berduka dan kehilangan, antara lain:
a) Isolasi Sosial
20
3 Perencanaan
Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses berduka secara normal, melakukan koping terhadap
kehilangan secara bertahap dan menerima kehilangan sebagai bagian dari kehilangan yang nyata dan harus
dilalui.
a) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaanya
Tindakan Keperawatan:
Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.
Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan, kehilangan, apabila ia sudah siap secara
emosional.
Dengarkan pasien dengan penuh pengertian dan jangan menghukum atau menghakimi.
Jelaskan kepada pasien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami kehilangan.
Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal, seperti memegang tangan, menepuk bahu, merangkul.
Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat.
Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara..
Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap kenyataan.
b) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah member dorongan, member kesempatan kepada
pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal,tanpa melawan. dengan kemarahan. Perawat
harusmenyadari bahwa perasaan. marah adalah ekspresi dari perasaan frustasi dan ketidakberdayaan. Tindakan
keperawatan:
c) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah membantu pasien mengidentifikasikan rasa
bersalah dan perasaan. takutnya.
Tindakan keperawatan:
Amati perilaku pasien.
Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.
Tingkatkan harga diri pasien.
Cegah tindakan merusak diri
d) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri,
dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
21
Tindakan Keperawatan:
e) Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah membantu pasien untuk menerima kehilangan yang
tidak bisa dielakan.
Tindakan keperawatan:
Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
A Tujuan Umum :
B. Tujuan Khusus :
C. Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan klien. Rasional: Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik
yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
22
tidak terlihat secara emosi.
Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
Rasional: meningkatnya harga diri.
Berikan dukungan, support dan pujian setelah klien mampu melakukanaktivitasnya.
Rasional pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efetif sekunder terhadap respon kehilangan
pasangan
A. Tujuan:
B. Intervensi:
Merespon kesadaran diri dengan cara:
1. Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego
yang dimilikinya
2. Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan teraeutik
Rasional:Kesadaran diri sangan diperlukan dalam membina hubungan terapeutik perawat klien
Rasional:Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam penerimaan terhadap dirimya sendiri
Membantu klien menerima perasaan dan pikiran Mengekspresikan respon koping adaptif terhadap
masalahnya
Rasional:Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara konstruktif
Rasional: Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya dengan cara menentukan
perencanaan yang realistik
Membuat klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon oping yang adaptif
Rasional: Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses penyelesaian masalah klien
23
Mengobserfasi tingkat depresi:
Rasional: Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan selanjutnya disusun dengan tepat.
Rasional: Individu dalam keadaan terduka sering mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang yang
hilang
A. Tujuan Umum:
B. Tujuan Khusus:
C. Intervensi:
Rasional: Pengertian yang baik dapat menbantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri
6 Implementasi
7 Evaluasi
24
2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian
atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka diantisipasi
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. Kehilangan
dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan,
yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan
kehidupan/meninggal.
3.2 Saran
Setiap orang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu benda dan
selalu mensyukuri suatu kehilangan atau berduka . Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambarang tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku serta
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
26
DAFTAR PUSTAKA
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.