Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Sesorah hal 14-17

1. Pangertene sesorah (Pengertian pidato)

Sesorah (Pidato) merupakan salah satu kegiatan untuk mengungkapkan ide,


pendapat, pemikiran atau informasi yang ditujukan kepada banyak orang.
Sesorah sangat berguna sebagai sarana berkomunikasi dengan masyarakat
secara langsung, sehingga apa yang Anda inginkan dapat segera diumumkan
dan Anda bisa mendapatkan tanggapan apakah Anda setuju atau tidak

2. Bagian dari teks sesorah

Bagian sesorah/pidato di antaranya adalah:


a. Salam pembuka
b. pengantar Surat itu mengucapkan salam, dibagikan kepada mereka yang
datang, dan Terima kasih Tuhan.
c. Suasana hati/konten Bagian ini berisi penjelasan tentang pentingnya
sesorah.
d. Penutupan (Vasana) Dalam hal ini, pentingnya kesimpulan dan kesimpulan
dijelaskan. Selanjutnya, berikan ajakan kebaikan, lalu akhirnya
menyampaikan kesalahan dengan mengatakannya.
e. Salam penutup

3. Unsur-unsur Sesorah

Unsur-unsur yang harus ada dalam kalimat adalah 5W (what, where, when,
why, who) 1H (how) - (apa, ing ngendi, kapan, kenapa, siapa, bagaimana)

4. Tujuan Sesorah

a. Memberikan penjelasan dan pengertian kepada orang lain yang datang


untuk mendengarkan.
b. Memberikan penjelasan yang menarik yang akan mereka dengarkan,
karena bahasanya jelas dan sederhana dengan menggunakan bahasa Jawa.
c. Untuk mendengarkan pendapat orang lain setelah mendengar mereka, dan
selama mereka bersedia untuk mematuhi dan percaya pada apa yang
mereka katakan atau katakan
d. Memberikan penjelasan atau pengertian kepada seseorang yang dengan
bahasa yang baik, menyenangkan, dan nyaman untuk didengarkan, serta
mau berbagi pendapat dengan orang lain yang mendengarkan.

5. Gestur saat Berbicara

a. Kurangnya sikap (attitude) Sarira Seseorang yang dalam suasana hati yang
baik harus meninggalkan semua sikap buruk, yaitu berdiri dengan:
 satu lembar kaki
 kaki terlalu kencang atau terlalu lebar
 lesu/kurang semangat
 tidak vertikal atau horizontal
 lantai mimbar/meja
 kaku, seperti orang berjajar
 abaikan tamu
 pegang tiang mikrofon
b. Perubahan ekspresi wajah (wajah ekspresi)
 sering tersenyum palsu
 seolah-olah cemberut
 tawa palsu
 selalu berpikir
 selalu berlutut atau menunduk
 gugup
c. Perubahan tubuh yang tidak disengaja (gerakan)
 sering bergandengan tangan
 sering mengukur, mengukur telinga atau dahi, Isp
 sering mencatat sering pegang mik, uji mik dengan meniupnya
 tangan di saku (celana, kemeja)

Agar pendengar dapat menikmati pidato, pembicara harus memperhatikan


hal-hal yang baik, seperti:

a. perasaan diberikan terlebih dahulu, agar suaranya tidak terdengar gemetar.


b. Jika Anda memeriksa mikrofon, jangan ditiup, cukup ketuk saja.
c. Gunakan bahasa yang lembut, tetapi tidak perlu muluk-muluk, agar mudah
diterima oleh yang mendengarkan.
d. Pidatonya tidak perlu bertele-tele, singkat saja
e. Irama pembicaraan jelas dan disesuaikan dengan situasi
f. Mulut jangan terlalu dekat dengan mik, nanti akan mengeluarkan suara
berderak
g. Tidak perlu berteriak keras, cukup tapi jelas.

6. Teknik Membaca Sesorah/Pidato

a. Sikap saat pidato. ketika Anda berdoa, Anda harus berdiri tegak, tidak
bungkuk, dan tenang. dan jika Anda berdoa sambil duduk, Anda harus
berdiri dengan tangan lurus, jangan membungkuk atau bersandar. dalam
perayaan adat jawa sambil berdiri lebih baik direncanakan
b. bahasa yang digunakan mudah dimengerti, kata-katanya komunikatif
c. Suara harus diarahkan. Jika Anda berada di dalam kelas, jangan membuat
keributan, dinding depan tidak akan mengganggu orang-orang di belakang
Anda. Perbedaan lainnya adalah ketika berada di lapangan atau tempat
yang luas dan bising harus mengeluarkan suara yang keras, bisa juga
menggunakan sound system.
d. Perhatikan tema yang sesuai dengan suasana. Temanya sangat mudah
dipahami, karena cara pengungkapannya mempengaruhi suara, nada, dan
ekspresi, misalnya tema kebebasan berbeda dengan tema berkabung.
e. Suasana hati atau situasi. Dalam hal ini, setiap orang harus menyadari
situasi saat ini dan apa yang dibutuhkan. Jika waktu yang disediakan tidak
lama, sebaiknya singkat.
f. Waktu. Waktu ini harus diperhitungkan, waktu siang harus berbeda dari
waktu malam. Dia memanggil sesuai waktu, jika malam, jangan keras-keras.
g. Ruang. Percakapan di kelas tentu berbeda dengan di tempat ibadah. Tata
caranya harus memperhatikan ruang.
h. Pendengar (audiens). Saat berbicara, pembicara juga harus memperhatikan
siapa yang mendengarkan. Hal ini terkait dengan bahasa dan sastra
Sesorah.

TOLONG DICATAT

Sesorah dalam bahasa Jawa umumnya ditulis dengan menggunakan berbagai


tata krama yang baik. Nah untuk pengingat, bacalah uraiannya di bawah ini!
Kesantunan Yang diharapkan dari budi pekerti yang baik adalah bentuk
kesantunan bahasa Jawa yang semua perkataannya terdiri dari kata krama,
krama iggil, atau krama adhap. Namun kata intinya adalah kata krama.
Wuwuhan (fiksasi/imbuhan) digunakan dalam ragam ini atau ragam krama
(dipun, -en, -aken)

Anda mungkin juga menyukai