Anda di halaman 1dari 2

Antropologi Kristiani Berdasarkan Kisah Perempuan Samaria dengan

Yesus di Sumur Yakub


oleh : Fr.Nikolas Wirayodha

Pengertian Antrolpologi
Secara etimologi antropologi berasal dari Bahasa Yunani, anthropos dan logos. Yang berarti
manusia dan ilmu. Sehingga dapat disimpulkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari
keanekaragaman fisik serta kebudayaannya masyarakat. Sebelum masuk ke dalam kisah
perempuan Samaria dengan Yesus, mari kita lihat pengertian antropologi menurut beberapa
ahli, agar kita dapat dihantar masuk secara baik dalam kisah Yesus dengan perempuan
Samaria. Menurut William A. Haviland antropologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari
tentang umat manusia untuk mengetahui perilakunya dan memperoleh pemahaman tentang
keragaman hidup secara lengkap dalam kehidupan bermasyarakat. Ariyono Suyono
menyatakan antropologi sebagai suatu ilmu untuk mencapai pemahaman tentang makhluk
hidup dengan mempelajari ragam warna, bentuk fisik, kepribadian, kebudayaan dan
masyarakat. Dari sini bisa dilihat pengertian antropologi menurut beberapa ahli hampir sama
dan saling berkaitan. Antropologi kristiani sendiri dilihat dari nilai-nilai serta semangat
kristiani.

Jenis Antropologi yang Digunakan Yesus


Yesus menggunakan jenis antropologi sosial budaya. Karena Yesus berusaha meilihat
hubungan manusia dalam suatu kelompok. Dan mengamati bagaimana orang Samaria
memahami dunia sekitar mereka. Hal ini bisa dilihat dari tanggapan Yesus terhadap
perempuan Samaria di ayat 9. Tentang orang Yahudi yang tidak bergaul dengan orang
Samaria, saat Yesus meminta minum pada orang Samaria. Anropologi sosial budaya pun
memiliki cabang ilmu yang bernama etnopsikologi. Etnopsikologi: studi yang mempelajari
kepribadian serta peranan seseorang kepada bangsa dalam proses perubahan nilai universal
dan adat istiadat yang berpegang pada konsep psikologi. Yesus mengerti betul apa yang
dialami orang Samaria. Sehingga dia mencoba melakuan pendekatan/ masuk ke dalam
perempuan Samaria tersebut.

Pendekatan Antropologi yang Digunakan Yesus


Pendekatan yang digunakan oleh Yesus ialah pendekatan historic, karena yesus mencoba
fokus terhadap kebudayaan- kebudaayan perempuan Samaria. Ia mengerti betul tentang
perempuan Samaria beserta sejarahnya. Sehingga setiap Yesus berbicara selalu menggugah
pemikiran orang perempuan Samaria, serta menembus dinding-dinding pelindung yang ada
padanya. Perkataan Yesus sendiri tidak pernah mengawang dan pesannya selalu tepat sasaran
dan selalu berawal dari kehidupan sehari-hari khususnya kehidupan perempuan Samaria
tersebut.
Konsep Antropologi yang Digunakan Yesus
Konsep Antropologi yang digunakan oleh Yesus ialah tradisi dan budaya. Karena Yesus
menegerti kebudayaan yang ada di kehidupan orang Samaria, serta tradisi orang Samaria
yang tidak bergaul dengan orang Yahudi. Penulis rasa Yesus akan sulit untuk masuk ke orang
Samaria kalau tidak diselipkan nilai-nilai kristiani. Karena seperti yang kita tahu orang
Yahudi memiliki hubungan yang buruk dengan orang Samaria. Oleh karena itu Yesus
mencoba menambahkan unsur-unsur Kristiani dalam melakukannya.

Penerapan Antropologi Kristiani yang Dilakukan oleh Yesus


Salah satu nilai kristiani itu adalah katolik, yang berarti universal, sehingga orang lain boleh
masuk ke dalamnya. Yesus ingin melakukan itu dan memerjuangkannya. Namun terkadang
dalam melakukannya terjadi penolakan. Oleh karena itu perlu semangat kerendah hatian dan
ketekunan untuk melakukannya. Yesus tidak gentar saat Ia ditolak oleh perempuan Samaria
itu dengan alasan orang Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi. Yesus tidak peduli
dengan itu, Yesus menerima itu semua dengan rendah hati. Yesus tidak mementingkan
egonya, karena Yesus melihat tujuan yang lebih mulia yaitu keselamatan jiwa orang Samaria.
Karena setiap orang berhak menerima keselamatan jiwa, tidak hanya orang Yahudi saja. Oleh
karena itu Yesus berusaha untuk memerjuangkan itu. Dan berkat ketekunannya itu Yesus
menghasilkan buah. Perempuan Samaria itu merasa diselamatkan sehingga ia mewartakan
keselamatan yang diberikan Yesus itu kepada semua orang.

Refleksi
Dari sini saya belajar kerendah hatian untuk melakukan sesuatu. Rendah hati untuk memulai
sesuatu. Karena jika Yesus tidak memulainya dulu, selamanya orang Yahudi dan Samaria
tidak akan bergaul. Tetapi terkadang menyakitkan untuk saya dalam menerima penolakan
dalam melakukannya. Namun perlu diingat saya melakukannya itu untuk Tuhan atau diri
saya sendiri. Saya juga melihat bahwa saya melakukan sesuatu harus berangkat dari
kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan konteks. Agar dapat menghasilkan sesuatu yang
baik dan konkret, tidak mengawang-awang, sehingga dapat dimengerti dengan baik juga.
Saya rasa untuk melakukan ini tidak perlu menunggu nanti saat saya berhadapn dengan umat
di luar, melainkan dapat dilaksanakan di proses pembinaan ini. bagaimana saya berbicara
dengan teman saya? atau saat saya menghadapi teman-teman, formator yang berbeda
pandangan dengan saya. Ketekekunan itu juga bisa dilihat dari seberapa setia saya mengikuti
jadwal yang ada, saya melihatnya sebagai suatu aturan yang memaksa sehingga saat saya
melakukannya karena takut di hukum atau karena saya melakukannya demi suatu hal yang
lebih baik. Saya rasa itu salah satu caraa untuk melihat tujuan yang lebih mulia daripada
melihat kehendak pribadi saya sendiri. Pembicaraan sesuai konteks juga bisa di latih di sini.
Apakah yang saya sampaikan kepada orang lain itu memang sesuai dengan konteksnya, atau
saya justru ingin terlihat keren sehinga saya menggunakan bahasa yang “wah” atau lain
halnya, yang justru malah membuat apa yang saya sampaikan itu tidak memiliki maksud
yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan semua hal itu bisa dikembangkan di sini. Tinggal
saya mau mengembangkannya atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai