Antropologi Kristiani Berdasarkan Kisah Perempuan Samaria Dengan Yesus Di Sumur Yakub
Antropologi Kristiani Berdasarkan Kisah Perempuan Samaria Dengan Yesus Di Sumur Yakub
Pengertian Antrolpologi
Secara etimologi antropologi berasal dari Bahasa Yunani, anthropos dan logos. Yang berarti
manusia dan ilmu. Sehingga dapat disimpulkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari
keanekaragaman fisik serta kebudayaannya masyarakat. Sebelum masuk ke dalam kisah
perempuan Samaria dengan Yesus, mari kita lihat pengertian antropologi menurut beberapa
ahli, agar kita dapat dihantar masuk secara baik dalam kisah Yesus dengan perempuan
Samaria. Menurut William A. Haviland antropologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari
tentang umat manusia untuk mengetahui perilakunya dan memperoleh pemahaman tentang
keragaman hidup secara lengkap dalam kehidupan bermasyarakat. Ariyono Suyono
menyatakan antropologi sebagai suatu ilmu untuk mencapai pemahaman tentang makhluk
hidup dengan mempelajari ragam warna, bentuk fisik, kepribadian, kebudayaan dan
masyarakat. Dari sini bisa dilihat pengertian antropologi menurut beberapa ahli hampir sama
dan saling berkaitan. Antropologi kristiani sendiri dilihat dari nilai-nilai serta semangat
kristiani.
Refleksi
Dari sini saya belajar kerendah hatian untuk melakukan sesuatu. Rendah hati untuk memulai
sesuatu. Karena jika Yesus tidak memulainya dulu, selamanya orang Yahudi dan Samaria
tidak akan bergaul. Tetapi terkadang menyakitkan untuk saya dalam menerima penolakan
dalam melakukannya. Namun perlu diingat saya melakukannya itu untuk Tuhan atau diri
saya sendiri. Saya juga melihat bahwa saya melakukan sesuatu harus berangkat dari
kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan konteks. Agar dapat menghasilkan sesuatu yang
baik dan konkret, tidak mengawang-awang, sehingga dapat dimengerti dengan baik juga.
Saya rasa untuk melakukan ini tidak perlu menunggu nanti saat saya berhadapn dengan umat
di luar, melainkan dapat dilaksanakan di proses pembinaan ini. bagaimana saya berbicara
dengan teman saya? atau saat saya menghadapi teman-teman, formator yang berbeda
pandangan dengan saya. Ketekekunan itu juga bisa dilihat dari seberapa setia saya mengikuti
jadwal yang ada, saya melihatnya sebagai suatu aturan yang memaksa sehingga saat saya
melakukannya karena takut di hukum atau karena saya melakukannya demi suatu hal yang
lebih baik. Saya rasa itu salah satu caraa untuk melihat tujuan yang lebih mulia daripada
melihat kehendak pribadi saya sendiri. Pembicaraan sesuai konteks juga bisa di latih di sini.
Apakah yang saya sampaikan kepada orang lain itu memang sesuai dengan konteksnya, atau
saya justru ingin terlihat keren sehinga saya menggunakan bahasa yang “wah” atau lain
halnya, yang justru malah membuat apa yang saya sampaikan itu tidak memiliki maksud
yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan semua hal itu bisa dikembangkan di sini. Tinggal
saya mau mengembangkannya atau tidak.