Anda di halaman 1dari 103

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PKN DI KELAS VIII SMP N 27


KABUPATEN MALUKU TENGAH

SKRIPSI

OLEH :

SANIA MATDOAN
2015 - 34 - 007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi oleh Nama : Sania Matdoan NIM : 2015-34-007 dengan judul


“Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN di
Kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah ”. Telah disetujui dan
ditandatangani oleh Tim Pembimbing, Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan Serta Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dan dan diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana pada Program
Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Pattimura Ambon.

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Tanda Tangan Tanggal

Dr. Aisa Abas S.Pd, M.Pd ………………. ……………….


NIP : 197901212885012004

Pembimbing Pendamping Tanda Tangan Tanggal

R. Hatala, S.Pd, M.Pd ………………. ……………….


NIP : 197805022005011002

Mengesahkan : Mengetahui :
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. W. S. Pinoa, M.Si Dr. F. Sialana, S.Pd. M.Pd


NIP : 1965092119922031002 NIP : 197511042002122001

i
Motto

“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa.” – Ridwan Kamil

“Menuntut ilmu adalah takwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah.


Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.” – Abu
Hamid Al Ghazali

Persembahan

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

 Kedua Orang tuaku tercinta


 Kelima adikku yang tersayang
 Sahabat-sahabatku yang selalu setia menemani dan mendoakan dalam
setiap langkah yang ditempuh
 Almamater tercinta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pattimura Ambon

Kiranya semoga Allah SubhanahuWata’ala membalas kebaikan kita semua.

ii
ABSTRAK

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR PKN DI KELAS VIII SMP N 27
KABUPATEN MALUKU TENGAH

Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah menerapkan metode sosiodrama untuk
meningkatkan hasil belajar PKn di kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku
Tengah. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua kali siklus, subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 27 dengan prosedur tahapan penelitian mencakup perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi, instrument penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar
dan obsevasi. Hasil belajar dari penelitian ini adalah penerapan langkah-langkah metode
sosiodrama, yaitu : 1) Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda
dengan menyajikan tayangan gambar/video dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa. 2) Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda. 3) Guru
menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan perannya
memperagakan sumpah pemuda. 5) Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran
mulai memperagakan sumpah pemudah dengan para siswa lainnya. 6) Guru memberikan
bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan saat memperagakan peristiwa sumpah
pemuda. 7) Peragaan peristiwa sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat
mengucapkan pernyataan sumpah pemuda. Hal ini di maksudkan untuk mendorong
siswa berpikir dalam masalah yang diperagakan. 8) Guru meminta siswa berdikusi
tentang bagaimana sebaiknya memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru
mendorong siswa agar dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses
pelaksanaan memperagakan peristiwa sumpah pemuda. 9) Siswa diberikan kesempatan
membuat kesimpulan hasil memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan dengan menggunakan metode
sosiodrama sebagai metode pembelajaran. Hal ini dilihat dari adanya peningkatan pada
hasil tes awal dan akhir siklus I sampai dengan siklus II. Pada tes awal rata-rata hasil
belajar peserta didik 62,17. peserta didik yang mencapai ketuntasan 7 peserta didik
dengan presentase 30.43%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas mencapai 16
peserta didik dengan presentase 69.56%. siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik
69,34. peserta didik yang mencapai ketuntasan 16 peserta didik dengan presentase
69.56%. peserta didik yang belum tuntas 7 peserta didik dengan persentase 30.43%.
pada siklus II rata-rata hasil belajar 77,82 dengan jumlah peserta yang mencapai
ketuntasan 23 peserta didik dengan persentase 100%sehingga penelitian tindakan kelas
ini selesai pada siklus II dan tidak berlanjut pada siklus-siklus berikutnya.
Kata Kunci : Penerapan metode sosiodrama hasil belajar siswa.

ABSTRACT

iii
APPLICATION OF SOCIODRAMA METHODS TO IMPROVE
PKN LEARNING RESULTS IN CLASS VIII SMP N 27
CENTRAL MALUKU DISTRICT

The purpose of this research is to apply the sociodrama method to improve Civics
learning outcomes in class VIII of SMP Negeri 27 Central Maluku Regency. This
research method uses classroom action research (CAR) which is carried out in two
cycles, the subject of this research is class VIII students of SMP Negeri 27 with research
stages procedures including planning, implementation, observation and reflection, the
research instrument used is a test of learning outcomes and observation. The learning
outcomes of this research are the application of the steps of the sociodrama method,
namely: 1) At the implementation stage the teacher determines the topic of the youth
oath by presenting picture shows and telling the events of the youth oath to students. 2)
The teacher gives an overview of the situation of the youth oath. 3) The teacher
determines the players who will be involved in demonstrating the youth oath event. 4)
The teacher gives students the opportunity to ask questions related to their role in
demonstrating the youth oath. 5) The students who served as the cast group began to
demonstrate the youth oath with the other students. 6) The teacher provides assistance
to actors who have difficulty demonstrating the youth oath event. 7) The demonstration
of the youth oath event stops at the time of pronouncing the youth oath. This is intended
to encourage students to think in terms of the problem being demonstrated. 8) The
teacher asks students to discuss how best to demonstrate the youth oath event. The
teacher encourages students to be able to provide criticism and responses to the
implementation process of demonstrating the youth oath event. 9) Students are given the
opportunity to conclude the results of demonstrating the youth oath event.
From the results of this study showed an increase by using the sociodrama method as a
learning method. This can be seen from the increase in the results of the initial and final
test cycles I to cycle II. In the initial test, the average student learning outcomes were
62.17. students who achieve completeness 7 students with a percentage of 30.43%.
While the students who have not completed reached 16 students with a percentage of
69.56%. Cycle I the average student learning outcomes are 69.34. students who
achieved completeness 16 students with a percentage of 69.56%. students who have not
completed 7 students with a percentage of 30.43%. in cycle II the average learning
outcome was 77.82 with the number of participants who achieved completeness of 23
students with a percentage of 100% so that this classroom action research was
completed in cycle II and did not continue in the following cycles.
Keywords: Application of the sociodrama method of student learning outcomes.

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran observasi siswa siklus I dan II

Lampiran post tes Siklus I

Lampiran kunci jawaban post tes siklus I

Lampiran post tes siklus II

Lampiran kunci jawaban post tes siklus II

Lampiran RPP

Lampiran materi Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda

Lampiran Dokumentasi

Lampiran Permohonan Izin Penelitian Program Studi PPKn

Lampiran Permohonan Izin PenelitianJurusan IPS

Lampiran Surat Rekomendasi Penelitian FKIP

Lampiran Surat Izin Penelitian Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah Badan

Kesbang dan Politik

Lampiran Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMP Negeri 27 Salahutu

Lampiran Bebas Pustaka

v
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas nikmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PKN di Kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah”
sebagai salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Pattimura Ambon.

Penulis menyadari dengan sungguh bahwa banyak kelalaian, dan kesalahan


telah dilakukan namun karena doa, saran, bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dengan rasa
hormat penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. J. Sapteno, SH., M. Hum selaku rector Universitas


Pattimura Ambon beserta pembantu rektor.
2. Bapak Prof. Dr. I.H. Wenno, S.Pd, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Ambon beserta pembantu
dekan.
3. Bapak Drs. W. S. Pinoa, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP yang telah memberikan bantuan moril dalam segala
pengurusan administrasi di tingkat jurusan.
4. Ibu Dr. F. Sialana, S.Pd. M.PdselakuKetua Program Studi Pendidkan
Pancasila dan Kewarganegaraan
5. Dr. Aisa Abas, S.Pd. M.Pd selaku Pembimbing I dengan begitu baik dan
tulus serta sabar penuh keikhlasan dan suka cita mengarahkan penulis
dalam proses perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

vi
6. Bapak R. Hatala, S.Pd. M.Pd selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak ibu seluruh staf dosen FKIP dan khususnya Program Studi PPKn
atas semua kebaikan yang tulus dalam memberikan ilmu dan masa proses
studi.
8. Seluruh pegawai registrasi FKIP atas semua kebaikan yang telah
membantu penulis selama masa studi.
9. Seluruh pegawai registrasi Universitas atas semua kebaikan yang telah
membantu penulis selama masa studi.
10. Ibu Maimuna Rolobessy selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 27
Kabupaten Maluku Tengah yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian
11. Kedua Orang Tuaku Tercinta bapak Sanen Matdoan dan Ibu Hafsa Seknun
terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat, kasih sayang,
pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis. Membiayai
kebutuhan studi penulis hingga selesai. Adik-adikku yang tercinta Sary,
Intan, Sella, Maulana, dan Rizki yang selama ini banyak mendoakan
hingga penulis bisa menyelesaiakan studi, serta keluargaku yang lain yang
tidak sempat dituliskan namanya terima kasih juga untuk selalu
memberikan doa dan dukungan kepada penulis hingga bisa menyelesaikan
studi.
12. Abang Kunter Seknun yang selalu jadi penyemangat dalam menyelesaikan
penulisan Skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku tercinta (Elsa Pune, Putri Kaimudin, Ratna Maitimu,
Itha Lesnusa, Inda Sallong, Yuli Sallong) atas kebersamaan serta
dukungan dan motivasinya selama ini kepada penulis dalam melewati
masa-masa studi.

vii
14. Novita Ohoibor, Nurbaya Yamco, Ria Samal, Nabilla Payapo,Wulan
Somar, Ayu Sangaji,Ratia Soumena, Abel Matdoan yang selalu memberi
semangat dan doa kepada penulis.
15. Rekan-rekan angkatan 2015 Program Studi PPKn Universitas Pattimura,
Elsa, Indah, Yuli, Jekson, Marvin, Vence, Farid, Suwita, Ratna, Rita,
Asman, Sofyan, Putri, Riati, Wantamo, Erlin, Hamdan serta seluruh
teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
16. Tim PPK/KKN angkatan 2015 (Iis Tetroman, Fitriyanti Baranratut, Amina
Rumaf, Alda Madubun, Vika Ch. Eleuwarin, Riati, Lasmi Rezkiani,
Yosephina A. Niak, Piter L. Terus, Naldo Leiwakabessy)
17. MT Al-Amin Program Studi PPKn.
18. Kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak disebutkan
namanya satu persatu terima kasih banyak.

Ambon, 20 Juli 2022

Penulis

Sania Matdoan

viii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel I. Hasil belajar siswa pada Siklus I ………….............………………… 43

Diagram Hasil Belajar Pada Siklus I …………...……………………………. 45

Tabel II. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II…………………………………. 47

Diagram Hasil Belajar Pada siklus II………………………………………… 50

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

LEMBARAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii

MOTTO DAN PERSEM….………………………………………………… iii

ABSTRAK …………………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… v

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ……………………………………… vi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. RumusanMasalah ………………………………………………….. 5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………..5
E. Defenisi Operasional …………………………………….…………. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Penerapan……………………......................................... 7

B. Defenisi Metode........................……………………..……………... 7

C. Konsep SosioDrama…………….…....................…………………. 8

D. Pengertian Hasil Belajar…………………………………………… 13

E. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan……………………………. 17

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian……………………………………………………... 20

x
B. Lokasi Penelitian …………………………………………………...20
C. Subjek Penelitian …………………………………………………... 20
D. Instrumen Penelitian.......................................................................... 20
E. Prosedur Desain Penelitian................................................................ 21
F. Teknik Pengumpulan Data....…………………………………….... 26
G. Teknik Analisis Data......................................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……………………………………………………. 33


B. Pembahasan ……………………………………………………….. 50

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 54
B. Saran ……………………………………………………………….. 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta

didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai

tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, guru dituntut untuk

dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat

berguna. Dalam hal meningkatkan keefektifan pembelajaran tersebut, guru akan

selalu diminta untuk menciptakan ide-ide dalam merancang sistem pembelajaran

baru yang mampu membuat peserta didik dapat mencapai tujuan belajarnya

dengan penuh rasa puas. Untuk memperoleh sistem pembelajaran baru tersebut

diperlukan metode pengembangan sistem pembelajaran. Muhlics. (2007:46).

Pendidikan memiliki peranan penting bagi manusia. Pernyataan Muklis

tersebut Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan

lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti

bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara

1
memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran

yang baik dan kondusif serta mampu menjawab berbagai tantangan dan

permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Abdul

Chafidz. (1998: 39).

Dalam mencapai tujuan dan fungsi pendidikan khususnya pada mata pelajaran

PKn, prosesnya tergantung pada peran guru untuk mengolah model pembelajaran

yang membuat peserta didik tidak bosan, salah satu contohnya model

pembelajaran Sosiodrama. Ridwan. (2014:97). Metode sosiodrama adalah sebuah

cara memerankan pemecahan masalah secara kelompok yang memfokuskan pada

masalah-masalah tentang hubungan manusia. Abdul Aziz Wahab. (2009: 114).

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang

menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja,

narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama

digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-

masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.

Wina Sanjaya. (2012:160).

Dimana sosiodrama merupakan teknik yang digunakan untuk

mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan, melalui suatu suasana

yang didramatisasikan sehingga dapat secara bebas mengungkapkan dirinya

sendiri secara lisan. Metode ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan

pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa

2
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada

umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang

diperankan. Iif Khoiru Ahmadi dkk. (2011:54).

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu disiplin ilmu yang tidak

bisa di abaikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah adalah untuk mendidik karakter sosial

peserta didik sebagai sarana untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Secara

hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain

untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai

sejak lahir hingga dewasa mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan.

Salah satu fase perkembangan manusia adalah masa remaja. Masa remaja

merupakan masa yang penuh gejolak dan masa dimana keingintahuan tentang

segala sesuatu yang belum ia ketahui, termasuk di dalamnya adalah tentang

bagaimana meningkatkan kemampuan interpersonal yang baik agar bisa diterima

oleh lingkungan sosialnya.

Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap perserta didik Kelas VIII SMP 27 Kabupaten Maluku

Tengah terlihat masih rendah terhadap mata pelajaran PKn. Hal ini di sebabkan

karena guru lebih sering menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Sehingga

pembelajaran di kelas menjadi monoton dan menimbukan kejenuhan pada diri

peserta didik. kemampuan diskusi yang lemah mengakibatkan peserta didik

3
menjadi tidak aktif dan tidak peduli akan mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di sekolah.

Selain itu, berdasarkan observasi peneliti dengan siswa kelas VIII SMP 27

Kabupaten Maluku Tengah peserta didik belum menguasai materi pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada materi Nilai dan Semangat

Sumpah Pemuda. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dimana sebagian

besar siswa tidak peduli akan pemaknaan materi ajar yang di sampaikan. Dari

hasil penelitian juga didapatkan data bahwa nilai rata-rata siswa kelas dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya 62, masih dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal yaitu 70. Selain itu hasil belajar peserta didik dalam materi

ajar Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda terlihat sangat rendah.

Faktor lainnya adalah kurangnya motivasi dan kreatifitas dari guru untuk

meningkatkanhasil belajar materi Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda. Dalam

Hal ini menunjukan perlunya perbaikan pembelajaran dan metode yang

diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, guna meningkatkan hasil belajar

siswa terhadapat mata pelajaran PKn.

Oleh karena itu, guru perlu menguasai materi dan menerapkan metode

pembelajaran yang menarik, yang mampu memotivasi siswa untuk berperan aktif

dalam pembelajaran. Hal ini penting karena dengan siswa berperan aktif dalam

pembelajaran akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan. Tingginya

pemahaman siswa akan materi Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajari,

tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terhadap materi PKn. Salah

4
satu cara dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan

metode sosiodrama dalam proses belajar mengajar.

Dari hasil observasi tersebut, harusnya dalam proses belajar mengajar perlu

adanya metode pembelajaran yang lebih efektif dan menciptakan suasana yang

mampu meningkatkan kepedulian sosial peserta didik khususnya pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, Peneliti akan

menerapkan metode sosiodrama untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

agar tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang di harapkan.

Metode sosiodrama adalah peserta didik dapat mendramatisasikan tingkah laku,

atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar

manusia. Roestiya, (2001:90).

Berdasarkan uraian di atas tersebut mendorong peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Metode SosioDrama untuk meningkatkan hasil

Belajar PKn di kelas VIII Di SMP N 27 Kabupaten Maluku Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimana Menerapkan Model Sosiodrama untuk meningkatkan hasil

belajar PKn pada kelas VIII di SMP N 27 Kabupaten Maluku Tengah”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode sosiodrama

dalam meningkatkan hasil belajar PKn di kelas VIII di SMP N 27 Kabupaten

Maluku Tengah.

5
F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk dapat

kualitas pembelajaran. Dan juga manfaat sebagai bahan pemikiran dalam usaha

membina dan membekali anak didik kearah yang lebih baik. Dengan sasaran

tujuan yang dapat tercapai kemudian diharapkan dapat bermanfaat juga untuk

perkembangan pengetahuan, kreativitas maupun kemampuan dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan, serta memperoleh wawasan untuk masa yang akan

datang.

G. Pengertian Operasional

Untuk menghindari kesalapahaman konsep penelitian maka di jelaskan istilah-

istilah yang di gunakan sebagai berikut :Penerapan adalah sebuah tindakan yang

dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk

mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ali, (1996:114).

a. Sosiodrama adalah siswa sebagai objek yang mendramatisasikan tingkah

laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial

antara manusia. Roestiyah, (2012: 90).

b. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, efektif dan

psikomotorik. Nana Sudjana, (2009:30).

c. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang bertugas

membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik

berkenaan dengan penerapan, tugas, hak, kewajiban dan tanggung jawab

6
sebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara. Winarno

(2007:115).

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penerapan

Penerapan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-

individu atau kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan. Dalam hal ini, penerapan adalah pelaksanaan

sebuah hasil kerja yang diperoleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktekkan

kedalam masyarakat. Wahab, (2008 : 63).

Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu

perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai

tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok

atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelum. Peter dkk, (2002 :

1598). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpukan bahwa penerapan

adalah cara yang dilakukan dalam kegiatan agar dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

B. Definisi Metode

Metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai

tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula

pencapaian tujuan tersebut. Suryosubroto, (2009: 141). Sedangkan menurut

Syaiful Bahri Djamrah & Aswan Zain (2010: 72). Mengemukakan kedudukan

metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan

kegiatan belajar mengajar.

8
C. Konsep Metode Sosiodrama

1. Pengertian Sosiodrama

Nama lain dari Sosiodrama adalah Simulasi. Menurut Gilstrap (2008:27) yang

melihat dari sifat tiruan, simulasi dapat berbentuk: role playing, psikodrama,

sosiodrama dan permainan. Sedangkan menurut Hyman (1970: 72) dalam

bukunya ways of teaching simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk

kedalam kelompok role playing.

Winarno (1976:45) menjelaskan definisi tentang sosiodrama yang berasal dari

dua kata yaitu “sosio” yang berarti sosial dan “drama” yang berarti suatu kejadian

atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik, pergolakan,

benturan antara dua orang atau lebih, sedangkan bermain peran atau drama berarti

memegang fungsi sebagai yang dimainkannya.

Marintis Yamin (2006:15) menyatakan metode sosiodrama atau bermain

peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih

tentang suatu topik atau situasi siswa dengan melakukan peran masing-masing

sesuai dengan tokoh yang ia lakoni.

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang

menyangkut hubungan antara manusia seperti kenakalan remaja, narkoba,

gambaran keluarga otoriter dan lain sebagainya.Wina Sanjaya. (2006 : 161).

9
Sosiodrama ataubermain peran menekankan kenyataan di mana para murid

diikutsertakan dalam permainan peranan di dalam mendemostrasikan masalah-

masalah sosial. Abu Ahmadi. (2005 : 65).

2. Ciri-ciri dan Tujuan Sosiodrama

Ciri-ciri metode sosiodrama. Djamarah Syaiful, (2000:36). sebagai berikut :

1. Merupakan peniruan dari situasi yang sebenarnya.

2. Membahas masalah sosial.

3. Adanya peranan yang dimainkan oleh siswa.

4. Adanya pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Tujuan diadakannya sosiodrama, yaitu :

1. Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang

menghadapi suatu sosial tertentu.

2. Bagaimana cara pemecahan suatu masalah Menggambarkan sosial.

3. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap sikap atau

tingkah laku dalam situasi sosial tertentu.

4. Memberikan pengalaman untuk meninjau suatu situasi sosial dari

berbagai sudut pandang tertentu. Engkoswara (1984:20).

3. Langkah-Langkah Penerapan Metode Sosiodrama

Langkah- langkah penerapan metode sosiodrama yang harus dilaksanakan

oleh seorang guru dalam pembelajaran yaitu:

1. Guru menetapkan topik atau masalah yang nanti akan diperankan.

2. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan.

10
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peran yang

harus dimainkan oleh para pemain serta waktu yang disediakan untuk

memainkan perannya.

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan

perannya dalam simulasi.

5. Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran, mulai mensimulasikan

dramanya. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

6. Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan

7. Simulasi dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk

mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang

disimulasikan.

8. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita

yang disimulasikan. Guru harus mendorong siswa agar dapat memberikan

kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. Wina Sanjaya,

(2006:120-122).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara garis besar langkah

sosiodrama adalah persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut atau evaluasi.

Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama secara lebih rinci adalah sebagai

berikut:

a) Persiapan

i. Menentukan dan menceritakan situasi yang akan di dramatisasikan.

ii. Memilih peran.

11
iii. Mempersiapkan pemeran untuk menentukan peranan masing-masing.

b) Pelaksanaan

i. Siswa melakukan sosiodrama.

ii. Guru menghentikan pada saat klimaks atau memuncak.

iii. Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalannya cerita, atau

pemecahan masalah selanjutnya.

c) Evaluasi/tindak lanjut

i. Siswa diberi tugas untuk menilai atau memberi tanggapan terhadap

pelaksana sosiodrama.

ii. Siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil

Sosiodrama

4. Kelemahan dan Kelebihan Sosiodrama

Sama halnya seperti metode pembelajaran lainnya, metode sosiodrama juga

memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan ini perlu diketahui

ileh setiap pendidik yang akan menerapkan metode sosiodrama dalam kegiatan

pembelajaran. Adapun kelebihan dan kelemahan dapat penulis jelaskan sebagai

berikut:

a. Kelemahan dari teknik sosiodrama

i. Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang.

ii. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerankan suatu adegan tertentu.

12
iii. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami

kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi

pengajaran tidak tercapai.

iv. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan teknik ini.

b. Kelebihan Teknik Sosiodrama

i. Dapat berkesang dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.

ii. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi

dinamis dan penuh antusias.

iii. Menambah pengalaman tentang situasi tertentu.

iv. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat

memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya. Irfan Prabowo,

(2012:03).

5. Pelaksanaan Sosiodrama

Menurut Sudjana (2009:76) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan sosiodrama, antara lain:

i. Masalah yang dijadikan cerita hendaknya dialami oleh sebagian anak.

ii. Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari diri

sendiri.

iii. Konselor tidak banyak menyutradarai/mengatur, biarkan anak yang

mengembangkan kreativitasnya.

iv. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan).

v. Kesimpulan diskusi dapat dirumuskan oleh konselor.

13
6. Tujuan Teknik Sosiodrama

Menurut Stenberg dan Garcia (2010: 234) tujuan dari sosiodrama adalah

pencapaian untuk membantu konseli memenuhi rasa keingintahuannya.

Sosiodrama memiliki tujuan katarsis (mengekspresikan perasaan), wawasan

(presepsi baru), dan pelatihan peran (praktik perilaku). Apapun masalah ini

sosiodrama memberikan kesempatan bagi orang untuk mengekspresikan berbagai

macam emosi, dari air mata sampai tawa, dan untuk menambah kosa kata.

Teknik sosiodrama menurut Al-Tabany (2011:24) bertujuan untuk: (1) melatih

keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-

hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih

memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan

motivasi belajar kepada anak, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama

dalam situasi kelompok, (7) menumbuhka daya kreatif siswa, dan (8) melatih

siswa mengembangkan sikap toleransi.

D. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sejumblah pengalaman yang di peroleh siswa yang

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar tidak hanya penuasaan

konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasan kebiasaan, persepsi,

kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial jenis-jenis keterampilan, cita-cita,

keinginan, dan harapan.

14
Hal tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamalik, (2002:45) Yang

menyatakan bahwa, hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari

persepsi dan perilaku, termasuk juga perilaku. Misalnya, pemuasan kebutuhan

masyarakat dan pribadi secara utuh.belajar merupakan proses yang kompleks dan

terjadinya perubahan perilaku pada saat belajar diamati pada perubahan perilaku

siswa setelah dilakukan penilaian. Guru harus dapat mengamati terjadinya

perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilaian.

Tolak ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang diperoleh. Nilai

yang diperoleh setelah siswa melakukan prses belajar dalam jangka waktu

tertentu dan selanjutnya mengikuti test akhir, kemudian dari test itulah guru

menentukan prestasi belajar siswanya. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil (product). Menunjuk pada suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input

secara fungsional. Purwanto, (2011:44). Sedangkan belajar dilakukan untuk

mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan

perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar, selain hasil belajar

kognitif yang diperoleh peserta didik. Menurut Dimyati dan Mujiyono (2013:9)

pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku.

15
Slameto, (2010:2). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah memalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku

yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol

yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar

telah ditetapkan oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Mulyono Abdurrahman, (2003:37). Pengertian hasil belajar merupakan proses

untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran

hasil belajar. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar dapat penerangai tujuan

utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa

setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan

tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol.

Dimyati Dan Mudjiono, (2009 :200). Hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia meneriama pengalaman pembelajarannya. Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tetntang

kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan

belajar. Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina.

Kegiatan-kegiatan sisa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun

individu. Kata hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu "Hasil" dan "belajar".

Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu dengan

16
yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa 'hasil' adalah pencapaian dari suatu

kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau

nilai. Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain adalah:

Chaplin(1989: 272) Berpendapat bahwa belajar merupakan perolehan perubahan

tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Barlow

(1996:61-63) Mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada bidang kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Sedangkan sifat perubahan yang terjadi pada bidang-

bidang tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami. Menurut

Roger (2009:3) belajar adalah sebuah proses internal yang menggerakkan anak

didik agar menggunakan seluruh potensi kognitif, afektif dan psikomotoriknya

agar memiliki berbagai kapabilitas intelektual, moral, dan keterampilan lainnya.

Abudin Nata, (2011:101) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar Jadi hasil belajar pada hakikatnya yaitu

berubahnya perilaku peserta didik meliputi kognitif, afektif, serta

psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik pastinya akan mengharapkan agar

hasil belajar peserta didiknya itu meningkat setelah melakukan proses

pembelajaran. Dimyati & Midjiono, (2006:3). Jadi hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Sudjana, (2004:22). Dari beberapa pendapat diatas maka dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai

17
hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Muhibbin

Syah, (2004: 70).

Kesimpulannya adalah bahwa keberhasilan belajar adalah prestasi belajar

yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa

suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan

bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki

pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan

persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang

telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang

suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya

dapat dicapai.

2. Jenis Hasil Belajar

Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2010: 45) membagi tiga macam

hasil belajar, yakni:

I. Keterampilan dan kebiasaan;

II. Pengetahuan dan pengertian;

III. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan

bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.

Dengan pencapaian hasil belajar yang semakin membaik akan mampu

membentuk pribadi individu siswa. Di dalam penelitian ini peneliti hanya akan

18
menekankan padapeningkatan tipe hasil belajar kognitif siswa yang dilihat dari

hasil tes belajar

3. Jenis Penilitian Hasil Belajar

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, karena data

yang diperoleh adalah data kuantitatif mengenai hasil belajar siswa, yang

digunakan untuk menganalisis data dengan menggunakan hipotesis kesamaan dua

rata-rata untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang

mendapat model pembelajaran inkuiri dan siswa yang mendapat model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada

pokok bahasan aljabar.

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan

kuantitatif. Di mana pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa

angka-angka dan dianalisis dengan analisis statistik untuk mencari jawaban dari

rumusan masalah suatu penelitian. Sedangkan metode yang digunakan oleh

peneliti adalah metode eksprimen. Penelitian pendekatan eksperimen adalah suatu

penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel

yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang

bertujuan untuk mencari hubungan sebabakibat (hubungan kausal) antara dua

faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau

mengurangi, atau mengisikan faktor-faktor lain yang mengganggu.

19
E. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Visi Pendidikan Kewarganegaraan

Visi bahwa pendidikan kewarganegaraan bertujuan mewujudkan masyarakat

demokratis merupakan reaksi atas kesalahan paradigma lama yang masih

menggunakan istilah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Winarno (2007:114-115), PPKn sangat mencolok dengan visi mewujudkan sikap

toleransi, tenggang rasa, memelihara persatuan kesatuan, tidak memaksakan

pendapat, menghargai, dan lain-lain yang dirasionalkan demi kepentingan

stabilitas politik untuk mendukung pembangunan nasional. Visi dari pendidikan

kewarganegaraan dalam lingkup dunia pendidikan di sekolah dewasa ini dapat

disimpulkan dari bagian pendahuluan pada naskah Standar Isi mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan dirangkum Winarno (2007:114-

115) sebagai berikut:

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti

sesungguhnya yaitu civic education. Berdasarkan hal ini, Pendidikan

Kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan peserta didik berkenaan dengan penerapan, tugas, hak, kewajiban

dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan

bernegara.

20
b. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam

hal ini Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina dan

mengembangkan nilai-nilai bangsa yang dianggap baik sehingga terbentuk

warga negara yang berkarakter baik bagi bangsa bersangkutan.

c. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan bela negara. Pendidikan

kesadaran bela negara sehingga dapat di andalkan untuk menjaga

kelangsungan negara dari berbagai ancaman.

d. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi

(politik)  pendidikan kewarganegaraan mengembangkan tugas

menyiapkan  peserta didik menjadi warga negara yang demokratis

untuk  mendukung tegaknya demokrasi negara. Dengan pendidikan

kewarganegaraan, akan ada sosialisasi, deseminasi, dan penyebarluasan

nilai-nilai demokrasi pada masyarakat.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan PKn yang dikemukakan oleh Djahiri (1995:10) adalah sebagai

berikut :

a. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan

pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa

yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, memiliki kemampuan pengetahuan dan eterampilan, kesehatan

21
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

b. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang

memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa  dalam

masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, agama, perilaku yang

mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama.

Kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran

pendapat atau kepntingan melalui musyawarah mufakat, serta perilaku

yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat

Indonesia

Jadi Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu disiplin ilmu yang

tidak bisa di abaikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah adalah untuk mendidik karakter sosial

peserta didik sebagai sarana untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Secara

hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain

untuk dapat mempertahankan hidupnya.

4. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan di indonesia sedang menghadapi masalah yang besar dengan

adanya tantangan globalisasi yang semakin luas di segala aspek kehidupan,

pendidikan. Menurut Sutrisno dan Moerdiono dalam Sutrisno (2018:4) untuk itu

diperlukan adanya rekontruksi dalam dunia pendidikan untuk menyiapkan calon

22
warga global. Warga global merupakan bentuk pengembangan nilai-nilai dasar

kemanusiaan dalam pengembangan hak dan kewajiban negara untuk menjalankan

tugasnyaa. Salah satu bentuk pengembangan warga global dapat mendapatkan

tugasnya. Salah satu bentukpengembangan warga global dapat disampaikan pada

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), hal ini tentu mengingat

bahwa materi Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan :

a. Menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan

pengalaman nilai dan moral pancasila secara personal dan sosial,

b. Memiliki komitmen konstitusional yang dituang oleh sikap positif dan

pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945,

c. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat

kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai – nilai pancasila,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, semangat

Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia,

d. Berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota

masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup

bersama dalam berbagai tatanan sosial budaya (PP Nomor 32 tahun 2013)

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran dan fungsi yang sangat

penting dalam menanamkan nilai-nilai ideologi pancasila yang didalamnya

terdapat nilai-nilai dasar berperikemanusiaan dan berkepribadian yang tentu

menjadi dasar konsep warga global, hal tersebut tentu sebagaimana yang

23
tercantum dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Secara umum masing-

masing negara memiliki perbedaan dalam mengembangkan dan menjalankan

tugas sebagai wargva negara di masing-masing negara. Warga negara memiliki

tugas dan tanggung jawab untuk bisa menjalankan tugasnya sebagai warga negara

dengan baik. Namun demikian peran dari warga negara akan mengalami

pergeseran secara mendasar oleh adanya pengembangan sistem globalisasi

disetiap aspek kehidupan. Maka dari itu perlu disiapkan adanya calon warga

negara yang siap menghadapi pergeseran tatanan kehidupan bernegara.

Dengan demikian pendidikan dianggap menjadi lembaga yang penting

untuk menanamkan konsep-konsep warga negara global melalui pendidikan

kewarganegaraan didalam kelas maupun diluar kelas. Melalui Pendidikan

Kewaragnegaraan diharapkan dapat membentuk kepribadian utama warga negara

muda yang cerdas, baik dan dapat diandalkan, untuk bisa membentuk warga

negara global yang cerdas , baik dan dapat diandalkan maka harus memiliki dua

sifat yakni sikap yang peduli terhadap kondisi masyrakat dan sikap untuk bisa

melakukan perubahan yang lebih baik. Sikap peduli yang dimaksud ini adalah

bagaiman bisa mengembangkan kemampuan kepedulian tidak hanya pada

lingkungan masyarakat akan tetapi lebih ditekankan pada konteks masyarakat

global. Sedangkan sikap untuk bisa melakukan perubahan ini merupakan hal yang

harus dilakukan dalam menuju kebaikan baik didalam lingkungan masyarakat

bangsa maupun masyarakat secara global karena melalui perubahan ini akan

24
menjadikan tolak ukur majunya perkembangan bangsa dan negara di dunia ini

menurut Lickona, dalam (Sutrisno, 2018:42-43).

Seorang guru harus dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran

yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat dipahami dengan baik

serta dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam proses pembelajaran PKn, kegiatan

siswa masih kurang diperhatikan, siswa hanya diminta untuk memperhatikan

penjelasan guru dan jarang sekali diminta untuk memberikan pertanyaan atau

memberikan pendapat terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. Proses

pembelajaran PKn dimaknai sebagai wahana untuk pembentukan jati diri dan

cinta terhadap tanah air melalui internalisasi/personalisasi nilai agama dan

budaya, yang melandasi nilai-nilai sebagai berikut, yaitu : nilai kemanusiaan,

nilai politk, nilai ilmu pendidikan dan teknologi, nilai seni, nilai ekonomi, dan

nilai kesehatan yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam rangka

membangun wawasan warga negara menjadi lebih baik, menjadi manusia

seutuhnya atau berakhlaqul karimah, sehingga perspektif yang digunakan adalah

aspek internal bangsa, atau perspektif ke Indonesiaan.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik

bekerjasama dengan peneliti, atau dilakukan pendidik yang bertindak sebagai

peneliti di kelas ataupun di sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan

kepada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Arikunto, dkk (2011:57).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laksanakan di SMP N 27 Salahutu yang terletak di

Negeri Tial, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 27 Salahutu kelas VIII

berjumlah 23 siswa terdiri dari 11 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki yang

di pilih secara Purposive Sampling

D.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument penelitian yang akan di gunakan dalam

penelitian ini yaitu :

1. Tes hasil belajar yang terdiri dari soal tes awal dan soal tes akhir

26
2. Lembar observasi dijadikan sebagai penilaian terhadap peneliti itu sendiri

dalam mengajar, dan lembar observasi untuk siswa dalam proses

pembelajaran.

E. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

merupakan perbaikan dari tindakan pembelajaran tertentu. Pargito, (2011:37).

Desain penelitian yang ditempuh adalah pengkajian berdaur siklus yang terdiri

dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun model dan pelaksaan untuk masih-masing tahap adalah sebagai berikut :

PERENCANAAN REFLEKSI

SIKLUS I
PENGAMATAN

PELAKSANAAN PERENCANAAN

PENGAMATAN
PELAKSANAAN

SIKLUS II

REFLEKSI

27
Berdasarkan gambar dapat di uraikan tahapan-tahapan dalam penelitian

tindakan kelas, dalam proses penerapan model pembelajaran sosiodrama dalam

meningkatkan hasil belajar PKN di kelas VIII.

 Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) berkenaan dengan materi yang akan di ajarkan, menyusun soal tes awal

dan akhir Siklus I, menyiapkan berbagai instrument yang di gunakan dalam

penelitian seperti, lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan sikap

siswa, dan lembar kerja siswa (LKS).

2. Pelaksanaan

Pada tahap menerapkan tindakan dilakukan dengan mengacu pada RPP yang

telah disusun. Langkah ini disesuaikan dengan model pembelajaran sosio drama

melalui delapan langkah : menetapkan topik, memberikan gambaran, menetapkan

pemain yang akan terlibat dalam simulasi peran, memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya terkait dengan perannya, memulai simulasi dramanya, guru

memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan, simulasi drama

di hentikan hal ini bermaksud agar siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah

tersebut, kemudian setelah selesai mereka melakukan diskusi terkait materi yang

dimainkan dalam drama tersebut.

28
3. Pengamatan

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas

pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran sosiodrama untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN di kelas VIII SMP N

27 Kabupaten Maluku Tengah kemudian di bandingkan dengan kriteria yang

telah di terapkan.

4. Refleksi

Tahap refleksi di lakukan oleh peneliti untuk mengadakan evaluasi tindakan

yang telah ditetapkan dalam rancangan proses pembelajaran (RPP), dimana

dilakukan pertemuan bersama guru bidang studi PKN sebagai observer dan

peneliti sebagai pelaksanaan penerapan pembelajaran melalui model sosiodrama

dimana membahas terkait hasil uji coba yang dilakukan pada Siklus I terkait

kelemahan yang harus ditindak lanjuti dalam mencapai kriteria ketuntasan

minimal dalam hasil belajar atau bahkan mencapai ketuntasan maksimal dari

KKMnya.

 Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti dengan memperhatikan hasil evaluasi terhadap

kelemahan-kelemahan dalam uji coba pada Siklus I, selanjutnya akan di tindak

lanjuti oleh peneliti dalam menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), dalam rangka memperbaiki kelemahan yang ada pada siklus I, kemudian

29
menyusun kembali soal tes pada awal dan akhir siklus II untuk mengukur hasil

belajar siswa dalam mencapai ketuntasan belajar pada KKM yang di tetapkan.

2. Pelaksanaan

Pada tahap menerapkan tindakan pada siklus II di lakukan dengan mengacu

pada RPP yang telah di revisi berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. langkah ini

di sesuaikan dengan model pembelajaran sosiodrama melalui delapan langkah :

menetapkan topik, memberikan gambaran, menetapkan pemain yang akan terlibat

dalam simulasi peran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

terkait dengan perannya, memulai simulasi dramanya, guru memberikan bantuan

kepada pemeran yang mendapat kesulitan, simulasi drama di hentikan hal ini

bermaksud agar siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah tersebut, kemudian

setelah selesai mereka melakukan diskusi terkait materi yang dimainkan dalam

drama tersebut.

3. Pengamatan

Dalam tahapan pengamatan ini peneliti kembali melakukan pengamatan

terhadap aktivitas pembelajaran setelah dilakukan perbaikan tindakan yang

dilakukan dalam siklus I. dalam menerapkan model sosiodrama pada siklus II,

tentunya dalam meninjau kembali kekurangan apa saja yang terjadi pada siklus I

sehingga hasilnya belum memenuhi kriteria pada pembelajaran PKN di kelas VIII

pada SMP N 27 Kabupaten Maluku Tengah, akan menjadi bahan evaluasi pada

siklus II dalam pelaksanaan tindakan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh

peneliti.

30
4. Refleksi

Selama penelitian di laksanakan pada siklus I dikaji dan dianalisis

keberhasilannya jika masih terdapat kekurangan maka berlanjut hingga siklus II

di kaji dan di analisis lebih dalam lagi untuk mengetahui pencapain hasil belajar

siswa sudah lebih baik atau belum. Dalam hal ini jika evaluasi dari kelemahan

yang ada pada siklus I sudah berhasil pada siklus II maka pencapaian kriteria

maksimal cukup sampai pada siklus karena telah berhasil meningkatkan hasil

belajar siswa dibandingkan sebelumnya.

F. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah ;

a. Observasi adalah melakukan pengamatan langsung kepada objek yang

diteliti kemudian pengumpulan data dan informasi yang diperlukan.

Arikunto, (2006:158).

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang di gunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau sekelompok. Arikunto, (2006:150).

Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan

jumlah soal 25 butir soal yang masing-masing disediakan 4 alternatif jawaban.

Tes di lakukan sebelum dan sesudah pokok bahasan selesai, kemudian akan

dibandingkan untuk menilai model sosio drama yang diterapkan.

c. Dokumentasi

31
Dokumentasi di gunakan untuk memperoleh informasi atau data awal yang

berkaitan dengan populasi penelitian yang akan dijadikan objek penelitian. Dan

di gunakan untuk mengetahui nama siswa, jumlah siswa, serta dokumen lain

yang di perlukan dalam penelitian.

G. Teknik analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kuantitaf dan kualitatif terhadap hasil belajar peserta didik. Supardi,

(2006: 131). Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah diterapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sosiodrama untuk

mengetahui tingkat penguasaan materi digunakan.

Tingkat Penguasaan = Jumlah jawaban siswa yang benar

Jumlah seluruh siswa

Rata-rata nilai kelas digunakan rumus :

Rata-rata= Jumlah nilai seluruh siswa

Jumlah seluruh siswa

32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah

SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu jenjang sekolah
menengah pertama yang terletak di Jl.Solemata, desa/kelurahan Tial, Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. didirikan pada tanggal 30
oktober 2003 s/d 2005 dengan nomor SK pendirian 421-3-652. Sebelumnya
sekolah ini bernama SMP Negeri 5 Salahutu, Namun setelah dikeluarkannya
keputusan bupati maluku tengah nomor 42/-1/2 tahun 2021 tentang perubahan
nomenklatur sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan diubah menjadi
SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah.
Awal berdirinya SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah dipimpin oleh
Ny. Syamsia Rolobessy, AM,Pd sebagai kepala sekolah pertama, saat berdiri
sekolah ini memiliki 20 siswa dengan jumlah guru 12 orang yang membidangi
mata pelajaran Agama, PMP, Sejarah, Ekonomi, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggis, Mulok, Penjas, Fisika, Matematika. Disamping itu juga dibantu oleh
guru-guru dari sekolah lain.
Berikut ini nama-nama kepala sekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri
27 Kabupaten Maluku Tengah dari awal berdiri sampai saat ini : 1) Ny. Syamsia
Rolobessy, AM,Pd dari tahun 2005-2010, 2) Ny. Nafsia Tuaritta S,Pd dari tahun
2010-2018, dan 3) Ny. Maimuna Rolobessy, S.Pd dari tahun 2018-sampai
sekarang.
Letak geografis SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebelah timur
berbatasan dengan ujung negeri/desa Tial kecamatan salahutu, sebelah barat
berbatasan dengan perumahan warga negeri/desa Tial, selatan berbatasan dengan
pantai negeri/desa Tial, dan utara berbatasan dengan negeri Suli atas dengan luas
tanah: 8.000 m2.

33
2. Profil Sekolah SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Adapun profil sekolah SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebagai
berikut :

Nama Sekolah : SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah


NPSN : 60100178
Nomor Induk Sekolah/NSS : 20. 1. 21. 01. 08. 105
Bentuk Pendidikan : SMP
Status Sekolah : Negeri
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
SK Izin Operasional : 421-112 Tahun 2021
Tanggal SK Izin Operasional : 2021-01-20
Alamat : Jln. Solemata Tial
Desa/Kelurahan : Tial
Kecamatan : Salahutu
Kabupaten/Kota : Maluku Tengah
Provinsi : Maluku
Kode Pos : 97582
SK Pendirian Sekolah : 421-3-652
Tanggal SK : 2003-10-30
Nama Bank : BPDM
Nama KCP/Unit : Passo
Atas Nama : SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Tanah Milik : 8000 m2
Tanah Bukan Milik :0
Nomor Telepon : 081354143284
E-mail : smpn27malukutengah@yahoo.com

34
3. Visi dan Misi SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Adapun visi misi SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah adalah sebagai
berikut :
 Visi :
Terwujudnya lembaga yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, terampil
dan berprestasi dibidang akademik maupun non-akademik.
 Misi :
1. Menciptakan warga sekolah yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Membentuk kepribadian yang budi pekerti dan luhur.
3. Menghasilkan siswa yang berprestasi dibidang akademik maupun non-
akademik
 Tujuan :
1. Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa di warga.
2. Meningkatkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang sopan,
terampil dan berkualitas.
3. Menghasilkan lulusan yang berprestasi berdasarkan iman dan takwa.
4. Meningkatkan perilaku yang berbudi pekerti, luhur dikalangan warga
sekolah.
5. Mewujudkan salah satu tim olahraga yang mampu bersaing ditingkat
kecamatan, kabupaten dan provinsi.

4. Keadaan Guru SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah


Berdasarkan data observasi yang dilakukan di SMP Negeri 27 Kabupaten
Maluku Tengah maka jumlah guru/pegawai yang ada di SMP Negeri 27
Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebanyak 34 orang dengan rincian sebagai
berikut :

35
Tabel .1
Jumlah Guru/Pegawai SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
No Status Guru Laki-laki Perempuan Total
1 Guru PNS 3 22 25
2 Guru Honor 1 1 2
3 Tata Usaha 5 2 7
Jumlah 9 25 34
Sumber : Tata Usaha SMP Negeri27 Kabupaten Maluku Tengah, 2022

Berdasarkan data tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa guru/pegawai SMP
Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 34 orang yaitu guru PNS 25
orang terdiri dari laki-laki 3 orang dan perempuan 22 orang, guru Honor 2 orang
yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, dan 7 orang tata usaha
orang yang terdiri 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.

5. Keadaan siswa SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah


Berdasarkan data dokumen dilapangan SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku
Tengah dari keseluruhan siswa yang tersebar pada kelas VII 1, VII2,VIII1, VIII2,
IX1dan kelas IX2 sebanyak 136 orang, Dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel.2
Jumlah Siswa SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII1 13 9 22
2 VII2 11 11 22
3 VIII1 11 12 23
4 VIII2 4 18 22
5 IX1 13 10 23
6 IX2 14 10 24
Jumlah 66 70 136
Sumber: Tata usaha SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah

36
Berdasarkan data table.2 diatas dapat dijelaskan bahwa kelas VII (VII1 dan
VII2) terdapat sebanyak 44 siswa yang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 20 orang
perempuan, pada kelas VIII (VIII1 dan VIII2) sebanyak 45 siswa terdiri dari 15
orang laki-laki dan 30 orang perempuan, kelas IX (IX1 dan IX2) terdapat 47 siswa
yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan 20 orang perempuan jadi jumlah
keseluruhan siswa di SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 136
orang siswa.

6. Keadaan Fasilitas SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah


Adapun fasilitas yang tersedia pada SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku
Tengah yaitu terdiri dari ruang kelas 6, kantor 1, ruang guru 1, perpustakaan 1,
ruang lab 1, musholah 1, ruang osis 1, toilet guru 1, toilet siswa 1, ruang kepala
sekolah 1, dan ruang tata usaha 1. Sebagaimana terlihat pada table berikut :
Tabel.3
Fasilitas Sekolah SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
No Ruang Jumlah
1. Ruang Kelas 6
2. Kantor 1
3. Ruang Guru 1
4. Perpustakaan 1
5. Ruang Lab 1
6. Musholah 1
7. Ruang Osis 1
8. Toilet Guru 1
9. Toilet Siswa 1
10. Ruang Kepala Sekolah 1
11. Ruang Tata Usaha 1
Total 16
Sumber: Tata usaha SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah

37
7. Struktur Organisasi SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Susunan Struktur organisasi yang terdapat pada SMP Negeri 27 Kabupaten
Maluku Tengah adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SMP NEGERI 27
Kabupaten Maluku Tengah

KEPALA SEKOLAH TATA USAHA


Ny. M. Rolobessy, S.Pd K. SUWANOTO

WAKA KURIKULUM WAKA SARPRAS


J. E. LESIASEL, S,Pd M. ROLOBESSY

WAKA KESISWAAN WAKA HUMAS


A. TUARITA, SP JABATAN Drs. Z. TUARITA

WALI KELAS VII1 WALI KELAS VII2 WALI KELAS VIII1 WALI KELAS VIII2 WALI KELAS IX1 WALI KELAS IX2

Ny. S.TATUHEY, S.Pd Ny.L.H.TUARITA,S.Pd Ny.R.DE.KOCK,S.Pd Ny.N.RUMBIA,S.Pd Ny.CH.PATIASINA,S.Pd Ny.M.KARESINA,S.Pd

GURU AGAMA GURU OLAHRAGA

Ny.M.TUARITA,S.Ag N.LEIWAKABESSY,S.Pd

SISWA
KETERANGAN
KORDINASI PROGRAM
MASYARAKAT
KEBIKSANAAN

CATATAN: KEPALA SEKOLAH

Ny.M.ROLOBESSY,S.Pd
NIP:197405252006042023

38
Sumber: Tata usaha SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah

B. Hasil Penelitian Tiap Siklus


Untuk memperoleh hasil penelitian penerapan metode sosiodrama untuk
meningkatkan hasil belajar PKn di kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku
Tengah. Data di peroleh dengan melakukan uji coba metode pembelajaran
sosiodrama dalam dua siklus.

1. Hasil Uji Coba Siklus I


a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan koordinasi menghubungi sekolah untuk penetuan
waktu penelitian. Koordinasi dilakukan dengan guru mata pelajaran PKn untuk
menentukan waktu pelaksanaan uji coba, menyusun soal tes awal dan akhir siklus
I, menyiapkan berbagai instrument yang digunakan dalam penelitian seperti
lembar pengamatan sikap siswa dan lembar kerja siswa (LKS) yang akan
dilakukan pada siklus I terkait penerapan metode sosiodrama untuk meningkatkan
hasil belajar PKn di kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah.
Untuk tahap perencanaan dan hasil koordinasi dengan sekolah, penelitian
dilakukan pada tanggal 31 maret 2022 dan hasil menghubungi guru PKn
penerapan metode pembelajaran dilakukan pada tanggal 7 april 2022.

b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam uji coba siklus I untuk pelaksanaan metode
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana direncanakan
dalam RPP adalah sebagai berikut :
 Melakukan Pengamatan terhadap nilai dan semangat sumpah pemuda
1. Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda dengan
menyajikan tayangan gambar dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa.
2. Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda.
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.

39
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan
perannya memperagakan sumpah pemuda.
5. Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran mulai memperagakan
sumpah pemudah dengan para siswa lainnya.
6. Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan saat
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
7. Peragaan peristiwa sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat
mengucapkan pernyataan sumpah pemuda. Hal ini di maksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam masalah yang diperagakan.
8. Guru meminta siswa berdikusi tentang bagaimana sebaiknya
memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru mendorong siswa agar
dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
9. Siswa diberikan kesempatan membuat kesimpulan hasil memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.

c. Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan terkait pelaksanaan metode sosiodrama
terlihat siswa masih kurang aktif. Berdasarkan hasil penilaian penerapan metode
sosiodrama terlihat belum menunjukan hasil belajar yang maksimal, hal ini
terlihat pada hasil pree tes (tes awal) sebelum melakukan penerapan metode
sosiodrama dan post tes (tes setelah melakukan penerapan metode sosiodrama)
masih terdapat siswa yang menunjukan belum mencapai ketuntasan dalam belajar
sesuai standar KKM 70 dalam mata pelajaran PKn yang ditetapkan sekolah.
Berikut ini nilai pree tes dan post tes dalalm pembelajaran PKn yang berlangsung.

40
Tabel. 4
Nilai Hasil Pree Tes (Tes Awal)

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

1 Andika Hasanela 50 Tidak Tuntas

2 Hijra Subandi 65 Tidak Tuntas

3 Rian A. Kaimudin 65 Tidak Tuntas

4 Syahlan F. Tuharea 70 Tuntas

5 Nurlita Maruapey 55 Tidak Tuntas

6 Zilbran Maatita 75 Tuntas

7 Siti Amina Tuarita 65 Tidak Tuntas

8 Jubaeda 55 Tidak Tuntas

9 Jonatan F. A. Leltakaeb 55 Tidak Tuntas

10 Firda Hamida Lausepa 55 Tidak Tuntas

11 Irsa Bunga Tuanaya 75 Tuntas

12 Bela Ruslan 70 Tuntas

13 Firsani Rolobessy 60 Tidak Tuntas

14 Ray Januar Tatuhey 60 Tidak Tuntas

15 Marza Syahda Tuarita 60 Tidak Tuntas

16 Fira Amalia Tuarita 70 Tuntas

41
No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

17 Lutpila Rolobessy 60 Tidak Tuntas

18 Azzahra Levi Keyla 60 Tidak Tuntas

19 Sulastri Rolobessy 70 Tuntas

20 Safira Rolobessy 70 Tuntas

21 Sandi Lausepa 50 Tidak Tuntas

22 Firman Leltakaeb 60 Tidak Tuntas

23 Udin Tuanaya 55 Tidak Tuntas

Jumlah 1430

Rata-rata 62,17

Presentase 30%

Ketuntasan Ketuntasan = siswa yang mendapat nilai ≥ 70


________________________ X 100%
Jumlah siswa
Ketuntasan = 7 X 100%
23

= 30%
Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh ketuntasan siswa pada tes awal
sebesar 30% dengan jumlah siswa 7 orang yang mencapai KKM. 2 orang siswa
mendapat nilai antara 40-50, 14 orang mendapat nilai antara 55-65, dan 7 siswa
mendapat nilai antara 70-100. Maka dapat disimpulkan bahwa, hasil pada tes
awal tergolong rendah. Untuk itu peneliti melakukan tindakan siklus I untuk

42
meningkatkan hasil pada siswa dengan materi nilai dan semangat sumpah pemuda
dengan menggunakan metode sosiodrama.

Tabel.5
Nilai Post Tes Siklus I

No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

1 Andika Hasanela 55 Tidak Tuntas

2 Hijra Subandi 70 Tuntas

3 Rian A. Kaimudin 70 Tuntas

4 Syahlan F. Tuharea 75 Tuntas

5 Nurlita Maruapey 65 Tidak Tuntas

6 Zilbran Maatita 80 Tuntas

7 Siti Amina Tuarita 70 Tuntas

8 Jubaeda 60 Tidak Tuntas

9 Jonatan F. A. Leltakaeb 70 Tuntas

10 Firda Hamida Lausepa 70 Tuntas

11 Irsa Bunga Tuanaya 80 Tuntas

12 Bela Ruslan 75 Tuntas

13 Firsani Rolobessy 65 Tidak Tuntas

14 Ray Januar Tatuhey 70 Tuntas

43
No Nama Siswa Nilai Ketuntasan

15 Marza Syahda Tuarita 65 Tidak Tuntas

16 Fira Amalia Tuarita 75 Tuntas

17 Lutpila Rolobessy 70 Tuntas

18 Azzahra Levi Keyla 65 Tidak Tuntas

19 Sulastri Rolobessy 75 Tuntas

20 Safira Rolobessy 75 Tuntas

21 Sandi Lausepa 55 Tidak Tuntas

22 Firman Leltakaeb 70 Tuntas

23 Udin Tuanaya 70 Tuntas

Jumlah 1595

Rata-rata 69,34

Presentase 69%

Ketuntasan Ketuntasan = siswa yang mendapat nilai ≥ 70


________________________ X 100%
Jumlah siswa
Ketuntasan = 16 X 100%
23

= 69%
Berdasarkan rumus diatas maka dapat diperoleh ketuntasansiswa pada hasil tes
siklus I yaitu 69%dengan jumlah siswa 16orang, hal ini menunjukan bahwa
kemampuan siswa meningkat 69% dimanasiswa mencapai nilai diatas KKM

44
adalah 16 orang mencapai 70-100 sedangkan 7 orang mencapai nilai antara 55-
65.

Berikut diagram hasil belajar siswa pada siklus I :

Diagram Hasil Post Tes siklus I


90

80

70

60
Nilai

50

40

30

20

10

0
S T T J JL HL IBT BR FR RJT ST AT LR LK SR SR SL FL UT
AH H RAK SF NM ZM SA F M F A
Inisial Nama

d. Refleksi
Tahap refleksi dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang berlangsung
pada siklus I perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Dalam penelitian tindakan
kelas ini refleksi siklus I akan dijadikan masukan dalam penentuan langkah siklus
ke II, dengan demikian akan didapatkan perbaikan perencanaan dan tindakan
pada siklus II sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik dan sesuai
yang diharapkan. Berdasarkan hasil tindakan proses pembelajaran PKn,
khususnya nilai dan semangat sumpah pemuda maka metode sosiodrama untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu dilihat dari evaluasi hasil tes awal
siklus nilai rata-rata 62,17% dan hasil tes siklus I nilai rata-rata 69,34% maka

45
kegiatan pembelajaran pada siklus I perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Adapun
hasil refleksi pada siklus I antara lain :
1. Siswa kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru.
2. Ada sebagian siswa yang asyik berbicara dengan siswa yang lain sehingga
tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan
3. Siswabelum berani bertanggung jawab dengan apa yang dikemukakan.
4. Peneliti harus lebih meningkatkan kemampuan dalam menerapkan metode
sosiodrama.
5. Dari hasil perenungan diatas maka dilakukan perbaikan langkah-langkah
pembelajaran pada siklus berikutnya dengan tetap berpatokan pada
penerapan metode sosiodrama.

2. Hasil Uji Coba Siklus II


a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menghubungi guru mata pelajaran untuk
melaksanakan penelitian siklus ke II, waktu penelitian untuk uji coba siklus ke II
dan menyiapkan berbagai instrument penelitian, menyiapkan rancangan
pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus ke II terkait penerapan metode
sosiodrama untuk meningkatkan hasil belajar PKn di kelas VIII SMP Negeri 27
Kabupaten Maluku Tengah. Untuk tahap perencanaan dan hasil koordinasi
dengan guru mata pelajaran, penelitian dilakukan pada tanggal 14 April 2022.

b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam uji coba siklus II untuk pelaksanaan metode
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana direncanakan
dalam RPP adalah sebagai berikut :
 Melakukan Pengamatan terhadap nilai dan semangat sumpah pemuda
1. Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda dengan
menyajikan tayangan video dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa.

46
2. Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda.
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan
perannya memperagakan sumpah pemuda.
5. Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran mulai memperagakan
sumpah pemudah dengan para siswa lainnya.
6. Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan saat
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
7. Peragaan peristiwa sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat
mengucapkan pernyataan sumpah pemuda. Hal ini di maksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam masalah yang diperagakan.
8. Guru meminta siswa berdikusi tentang bagaimana sebaiknya
memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru mendorong siswa agar
dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
9. Siswa diberikan kesempatan membuat kesimpulan hasil memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.

c. Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II terkait penerapan
metode sosiodrama terlihat siswaaktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil penilaian penerapan metode sosiodrama terlihat siswa sudah
menunjukan hasil belajar yang maksimal dan telah mencapai ketuntasan dalam
belajar sesuai standar KKM 70 dalam mata pelajaran PKn yang diterapkan
sekolah.
Adapun hasil tes akhir pada siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus I.
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.6
Nilai Post Tes Siklus II

47
No
Nama Siswa Nilai Ketuntasan

1 Andika Hasanela 65 Tidak Tuntas

2 Hijra Subandi 80 Tuntas

3 Rian A. Kaimudin 75 Tuntas

4 Syahlan F. Tuharea 85 Tuntas

5 Nurlita Maruapey 75 Tuntas

6 Zilbran Maatita 90 Tuntas

7 Siti Amina Tuarita 80 Tuntas

8 Jubaeda 75 Tuntas

9 Jonatan F. A. Leltakaeb 75 Tuntas

10 Firda Hamida Lausepa 75 Tuntas

11 Irsa Bunga Tuanaya 85 Tuntas

12 Bela Ruslan 80 Tuntas

13 Firsani Rolobessy 75 Tuntas

14 Ray Januar Tatuhey 80 Tuntas

15 Marza Syahda Tuarita 75 Tuntas

16 Fira Amalia Tuarita 80 Tuntas

17 Lutpila Rolobessy 75 Tuntas

18 Azzahra Levi Keyla 75 Tuntas

48
19 Sulastri Rolobessy 80 Tuntas

20 Safira Rolobessy 80 Tuntas

21 Sandi Lausepa 65 Tidak Tuntas

22 Firman Leltakaeb 75 Tuntas

23 Udin Tuanaya 75 Tuntas

Jumlah 1777

Rata-rata 77,26

Presentase 91,30%

Ketuntasan Ketuntasan = siswa yang mendapat nilai ≥ 70


________________________ X 100%
Jumlah siswa
Ketuntasan = 21 X 100%
23

= 91,30%

Dari hasil post tes siklus II sangat terlihat dalam peningkatan hasil belajar
dengaan menggunakan metode pembealajaran sosiodrama. Keberhasilan tersebut
terlihat pada siswa yang mencapai KKM yaitu 21 orang dengan persentase 91,28
% dan terdapat 2 orang belum mencapai KKM dengan presentase 8,69%. Dilihat
dari nilai post siklus II nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77,26 %. setelah
mengikuti metode pembelajaran Sosiodrama dan telah mencapai KKM yang
ditetapkan oleh SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah yaitu 70, ini berarti
peserta didik sudah menguasai materi dan pembentukan siswa juga berhasil.

49
Berikut diagram hasil belajar siswa pada siklus II

Diagram Hasil Post Tes siklus II


100
90
80
70
60
Nilai

50
40
30
20
10
0
S T T J JL HL IBT BR FR RJT ST AT LR LK SR SR SL FL UT
AH H RAK SF NM ZM SA F M F A
Inisial Nama

d. Refleksi

Tahap refleksi dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang


berlangsung pada siklus II telah berhasil dilakukan perbaikan-perbaikan. Dalam
penelitian tindakan kelas ini refleksi siklus II telah berhasil mencapai hasil
belajar yang baik dan sesuai yang diharapkan. Berdasarkan hasil tindakan proses
pembelajaran Pkn, khususnya nilai dan semangat sumpah pemuda maka metode
sosiodrama untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu dilihat dari
evaluasi hasil pree test nilai rata-rata 62,17% dan hasil tes siklus I nilai rata-rata
69,34% dan hasil tes siklus keII nilai rata- rata77,26% maka kegiatan
pembelajaran pada siklus II telah memenuhi standar KKM 70 untuk itu tidak
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

50
B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan hasil selama dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Perolehan hasil penelitian merujuk pada skor yang dicapai
siswa, ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.
Proses pembelajaran melalui metode ini dilakukan dengan dua siklus. Setiap
pertemuan diawali dengan apersepsi dengan cara menanyakan keadaan siswa dan
memancing siswa dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi, untuk
berfikir aktif dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Dengan
demikian presentase siswa yang telah mencapai KKM atau memperoleh nilai ≥
70 adalah 77,26%, hal ini berarti pada siklus ke II ini telah mencapai ketuntasan
belajar yaitu 70. Berikut ini adalah peningkatan nilai rata-rata siswa mulai dari
pree tes (tes awal), post tes (tes akhir siklus I) dan Post tes (tes akhir siklus II).

Diagram Nilai Rata-rata Tiap Siklus


90
77
80
69
70
62
60

50

40

30

20

10

0
Nilai Rata-rata Pree Tes Nilai Rata-rata Post Tes Siklus I Nilai Rata-rata Post Tes Siklus II

Penyajian diagram diatas dapat memberikan gambaran tentang nilai rata-rata


berdasarkan hasil pree tes, post test siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukan
bahwa guru sudah mampu menerapkan metode sosiodrama pada SMP Negeri 27
Kabupaten Maluku Tengah .

51
Pelaksanaan dilakukan dengan RPP yang disusun berasarkan metode yang
diterapkan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya hasil belajar
siswa pada siklus ini, yaitu Faktor siswa dan Faktor guru yang mendukung .
Kedua faktor ini saling menunjang maka peningkatan hasil itu akan diperoleh
dengan baik dan sesuai dengan harapan.

Faktor ditandai dengan keseriusan siswa untuk menerima pelajaran dan ikut
aktif dalam proses pembelajaran, hampir tidak ada siswa yang menunjukan sikap
tersebut dalam siklus ini. Pada proses pembelajaran dikelas siswa terlihat sangat
antusias mengikuti pembelajaran PKn, dan menyimak apa yang disampaikan
guru. Dalam hal ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kondusif dan
pembelajaran berjalan dengan lancar dan baik adanya sesuai dengan harapan.

Faktor kedua adalah guru. Guru sangat berperan penting terhadap segala proses
pembelajaran didalam kelas. Dalam proses pembelajaran ini didesain
menggunakan metode sosiodrama pada pelaksanaan siklus II yaitu guru berupaya
untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa. Dengan melihat peningkatan hasil
belajar siswa dimana pada akhir tes siklus II ini 77,26% telah dicapai dan
memenuhi standar yang telah ditentukan maka pelaksanaan tindakan ini
dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan pada siklus berikutnya.

Menurut Stenberg dan Garcia (2010: 234) tujuan dari sosiodrama adalah

pencapaian untuk membantu konseli memenuhi rasa keingintahuannya.

Sosiodrama memiliki tujuan katarsis (mengekspresikan perasaan), wawasan

(presepsi baru), dan pelatihan peran (praktik perilaku). Apapun masalah ini,

sosiodrama memberikan kesempatan bagi orang untuk mengekspresikan berbagai

macam emosi, dari air mata sampai tawa, dan untuk menambah kosa kata.

Menurut Al-Tabany (2011:24) bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan

tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2)

52
memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih

memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan

motivasi belajar kepada anak, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama

dalam situasi kelompok, (7) menumbuhka daya kreatif siswa, dan (8) melatih

siswa mengembangkan sikap toleransi.

53
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang


dilakukan dalam dua kali siklus, subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah dengan prosedur tahapan penelitian
mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, instrument
penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar dan obsevasi. Hasil belajar dari
penelitian ini adalah penerapan langkah-langkah metode sosiodrama, yaitu : 1)
Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda dengan
menyajikan tayangan gambar/video dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa. 2) Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda. 3)
Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan peristiwa
sumpah pemuda. 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
terkait dengan perannya memperagakan sumpah pemuda. 5) Siswa yang bertugas
sebagai kelompok pemeran mulai memperagakan sumpah pemudah dengan para
siswa lainnya. 6) Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan saat memperagakan peristiwa sumpah pemuda. 7) Peragaan peristiwa
sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat mengucapkan pernyataan sumpah
pemuda. Hal ini di maksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam masalah
yang diperagakan. 8) Guru meminta siswa berdikusi tentang bagaimana
sebaiknya memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru mendorong siswa agar
dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
memperagakan peristiwa sumpah pemuda. 9) Siswa diberikan kesempatan
membuat kesimpulan hasil memperagakan peristiwa sumpah pemuda.

54
Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan dengan
menggunakan metode sosiodrama sebagai metode pembelajaran. Hal ini dilihat
dari adanya peningkatan pada hasil tes awal dan akhir siklus I sampai dengan
siklus II.

1. Pada tes awal rata-rata hasil belajar peserta didik 62,17. peserta didik yang
mencapai ketuntasan 7 peserta didik dengan presentase 30.43%.Sedangkan
peserta didik yang belum tuntas mencapai 16 peserta didik dengan presentase
69.56%.
2. Siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik 69,34. peserta didik yang
mencapai ketuntasan 16 peserta didik dengan presentase 69.56%. peserta
didik yang belum tuntas 7 peserta didik dengan persentase 30.43%.
3. pada siklus II rata-rata hasil belajar 77,82 dengan jumlah peserta yang
mencapai ketuntasan 23 peserta didik dengan persentase 100%sehingga
penelitian tindakan kelas ini selesai pada siklus II dan tidak berlanjut pada
siklus-siklus berikutnya

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data diatas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :

1. Peserta didik
Pembelajaran menggunakan metode sosiodrama sebagai metode
pembelajaran sebaiknya digunakan peserta didik untuk memupuk
kerjasama, kreatif, berpikir kritis dalam kerja sama saling membantu sesama
teman sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar.

2. Peneliti/Guru
Peneliti dapat senantiasa menerapkan metode sosiodrama sebagai metode
pembelajaran Sehingga peserta didik diharapkan dapat memahami materi
yang diajarkan dan dapat membuat peserta didik lebih antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru dapat memperhitungkan
waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana
secara maksimal.

55
3. Sekolah
Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana
pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi
meningkatnya mutu pendidikan disekolah.

56
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, (2005) Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia,


Abdul Chafidz, (1998) Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar,


Jakarta : Rineka Cipta. Adelia
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar. (1993). Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsini, dkk. (2011) Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Baharuddin, (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran,Bandung: CV. Alfabeta,
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. (2009) Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djahiri Kosasih. (1994). Buku pedoman guru pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud
Duran, V. M. dan David H.Barlow. (2006). Psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka
belajar.
Engkoswara. (1984). Dasar-dasar metodologi pengajaran. Jakarta: Bina Aksara
Hammil, et.al, Abu Hamadi dalam Subini,(2004). Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka
Cipta.
Indah Kosmiyah, (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
Lif Khoiru Ahmadi, dkk. (2011). Strategi pembelajaran sekolah terpadu. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publishe.
Lukman Ali, (2007). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: Apollo.
Marintis Yamin. (2006). Stretegi pembelajaran berbasis kompetensi. Jakarta: Gunung
Persada Press.
Muhibbin,Syah. (2004). Psikologi pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Mutadi. (2007). Pendekatan efektif dalam pembelajaran matematika, Semarang: Balai
diklat Keagamaan.

57
Nana Sudjana, (2000). Dasar-dasarProsesBelajarMengajar. Bandung: PT Sinar Baru
Algen sindo.
Oemar Hamalik, (2007). Proses Belajar Mengajar,Jakarta:Bumi Aksara.
Pargito, (2011). Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Anugrah
Utama Raharja
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Riant Nugroho, (2003). Prinsip Penerapan Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka.
Roestiyah, (2018). StRATEGI Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.
Rogers, M. Everett, (2003). Diffusion Of Inovation 5th Edition. Free Press.
Ronald, Hyman, (1970). Ways Of Teaching. Philadelphia: JB Lippincott Company.
Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensido Offset.
Suryosubroto.(2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamrah & Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar (Edisi
Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Triyanto Ibnu Badar. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.

Wahab, (2008).Tujuan Penerapan Program. Jakarta: Bulan Bintang.


Wina Sanjaya.(2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
___________. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
__________. (2012). StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses
Pendidikan.Jakarta: kencanaPrenada Media Group

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.
http://www.pengertianmu.com/2016/11/pengertian-penerapan-menurut-para-ahli.html, 1
November 2016, di akses pada jam 10.58, 13 Feberuari2021.

58
.(http://www.pakguru.pendidikan.net/bukutuapakgurudasar_kpdd_b12.html) di
aksespada 13 februari 2021
(http://irvanhavefun.blogspot.com/2012/03/teknik-sosiodrama.html). diakses 14 Januari
2021.
(http://purnamabgp.blogspot.com/2011/11/metode-sosiodrama-dan-bermain_01.html).
diaksesSenin, 15 Februari 2021.

59
Lampiran I

LEMBAR OBSERVASI SISWA


Siklus 1 Dan Siklus 2

N Aktivitas Siswa Skor


o
1 2 3 4
kuran cukup baik Sangat
g baik

A Keaktifan
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas dengan baik
d. Menjawab pertanyaan dari guru maupun
teman-teman

B Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru dengan
sungguh-sungguh
b. Menunjukan antusias dalam
pembelajaran
c. Menunjukan rasa senang dalam
pembelajaran
C Kerja sama
a. Menghargai pendapat orang lain
b. Menunjukan kekompakan dalam
diskusi kelompok
c. Berperan aktif dalam diskusi kelompok
d. Membantu teman memberikan
penjelasan terkait materi yang belum di
pahami
D Tanggung jawab
a. Bertanggung jawab pada tugas yang di
berikan oleh guru
b. Tidak menggangu teman lain
c. Mengerjakan tugas/PR dengan baik
d. Tidak menyontek jawaban dari teman

60
KeteranganPenilaian
1. (kurang) : Jika hanya satu indikator yang di laksanakan
2. (cukup) : Jika hanya dua indikator yang di laksanakan
3. (baik) : Jika hanya tiga indikator yang di laksanakan
4. (sangat baik) : Jika semua indikator di laksanakan
Lampiran 2

SOAL POST TES SIKLUS I

MATA PELAJARAN: PEND. PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


(PPKN)
SEKOLAH : SMP NEGERI 27 SALAHUTU
NAMA :
KELAS : VIII ( DELAPAN)
WAKTU : 60 MENIT

BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG BENAR !!!

1. Berikut ini nilai-nilai luhur dari sumpah pemuda, kecuali ....


a. Semangat persatuan
b. Cinta tanah air
c. Menang sendiri
d. Toleransi

2. Kita harus menjaga persatuan di lingkungan ....


a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat
d. Semua tempat

3. Bahasa persatuan Indonesia adalah bahasa ....


a. Bali
b. Indonesia
c. Jawa
b. Sunda

61
4. Sumpah Pemuda telah mendorong bangsa Indonesia untuk ....
a. Bermusuhan sesama bangsa
b. Berperang sesama bangsa
c. Bergabung dengan penjajah
d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia

5. Arti penting sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia di antaranya adalah sebagai
berikut, kecuali
a. Menjadi alat pemersatu para pemuda
b. Bergabung dengan penjajah
c. Menambah semangat untuk mengusir penjajah
d. Menyatukan seluruh pemuda menjadi satu bangsa

6. Pentingnya menjaga persatuan bangsa di antaranya adalah sebagai berikut, kecuali


a. Indonesia bangga menjadi antek negara lain
b. Negara Indonesia tetap terjaga
c. Terhindar dari perpecahan bangsa
d. Terhindar dari kerusuhan dan peperangan antar daerah

7. Semangat Sumpah Pemuda perlu kita jaga. Tujuannya adalah ....


a. Agar persatuan dan kesatuan bangsa dapat terjaga
b. Agar kita bisa menjajah bangsa lain
c. Agar bangsa Indonesia bisa menakuti dunia
d. Agar negara Indonesia menjadi negara adikuasa

8. Contoh sikap yang baik dalam membina persatuan di lingkungan sekolah adalah ....
a. Berkelahi dengan teman
b. Mengejek teman yang bodoh
c. Berteman dengan siapa saja
d. Pilih-pilih teman sedaerah saja

9. Pihak-pihak yang wajib menjaga kerukunan dan persatuan di sekolah adalah ....
a. Siswa
b. Guru

62
c. Kepala Sekolah
d. Semua warga sekolah

10. Berikut ini yang tidak termasuk isi sumpah pemuda adalah ....
a. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia
b. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
c. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbudaya yang satu,
budaya Indonesia.
d. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.

11. Sumpah pemuda terjadi pada tanggal ....


a. 17 Agustus
b. 21 April
c. 10 November
d. 28 Oktober

12. Saat terjadi sumpah pemuda, Indonesia masih dijajah oleh negara ....
a. Inggris
b. Belanda
c. Portugis
d. Jepang

13. Para pemuda Indonesia pada zaman dahulu melakukan sumpah pemuda agar
dapat ....
a. Menjadi penguasab. Terus sekolah
c. Bersatu mengusir penjajah
d. Menjadi tentara belanda

63
14. Para pemuda berikrar bahwa mengaku bertumpah darah yang satu, yaitu ....
a. Tanah air Jawa
b. Tanah air nusantara
c. Tanah air Indonesia
d. Tanah air sabang merauke

15. Wilayah Indonesia disebut pula dengan istilah ....


a. Sunda kelapa
b. Tanah rencong
c. Negeri atas angin
d. Nusantara

16. Di sekolah ada Tina yang berasal dari Jawa Tengah, Heru dari Kalimantan Barat,
dan Bagas berasal dari Jawa timur. Walaupun demikian, mereka harus hidup
dengan ....
a. Rukun dan bersahabat
b. Sendiri-sendiri
c. Tidak mau berteman
d. Pilih-pilih teman

17. Satu nusa berarti satu ....


a. Tanah air
b. Bahasa
c. Budaya
d. Kesatuan

18. Indonesia adalah negara yang memiliki ....


a. Sedikit pulau
b. Satu pulau
c. Puluhan pulau
d. Ribuan Pulau

64
19. Berikut ini yang tidak termasuk suku-suku yang ada di Indonesia adalah ....
a. Suku Jawa dan Suku Sunda
b. Suku Indian dan Suku Aborigin
c. Suku Batak dan Suku Dayak
d. Suku Asmat dan Suku Minangkabau

20. Suku Dayak berasal dari pulau ....


a. Kalimantan
b. Irian Jaya
c. Sulawesi
d. Sumatra

21. Salah satu cara untuk menghindari perpecahan adalah mempunyai sifat ....
a. Menang sendiri
b. Toleransi
c. Tinggi hati
d. Mudah tersinggung

22. Banyaknya suku bangsa di di Indonesia bukan merupakan sumber perpecahan,


melainkan sebagai sumber dari ....
a. Ketekunan bangsa
b. Kekayaan budaya
c. Kelemahan bangsa
d. Kekayaan alam

23. Bhineka tunggal ika mempunyai arti ....


a. Berbeda-beda namun tetap sama
b. Berbeda-beda namun tetap berbudaya
c. Berbeda-beda namun tetap satu jua
d. Berbeda-beda namun tetap rukun
24. Pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika terdapat di Garuda Pancasila di bagian..
a. Leher garuda

65
b. Perisai dada garuda
c. Ekor Garuda
d. Dicengkram kaki Garuda

25. Sikap toleransi mendorong untuk saling ....


a. Membenci dan menghina
b. Merendahkan dan mencela
c. Menghormati dan mengiba
d. Menghormati dan menghargai

Lampiran 3

Kunci Jawaban Siklus I: 

1. c. Menang sendiri
2. d. Semua tempat
3. b. Indonesia
4. d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia
5. b. Bergabung dengan penjajah
6. a. Indonesia bangga menjadi antek negara lain
7. a. Agar persatuan dan kesatuan bangsa dapat terjaga
8. c. Berteman dengan siapasaja
9. d. Semuawargasekolah
10. c. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbudaya yang satu, budaya Indonesia.
11. d. 28 Oktober
12. b. Belanda
13. c. Bersatu mengusir penjajah
14. c. Tanah air Indonesia
15. d. Nusantara
16. a. Rukun dan bersahabat
17. a. Tanah air
18. d. Ribuan Pulau
19. b. Suku Indian dan Suku Aborigin
20. a. Kalimantan
21. b. Toleransi
22. b. Kekayaan budaya
23. c. Berbeda-beda namun tetap satu jua
24. d. Dicengkram kaki Garuda
25. d. Menghormati dan menghargai

66
Lampiran 4

SOAL POST TES SIKLUS II

MATA PELAJARAN: PEND. PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


(PPKN)
SEKOLAH : SMP NEGERI 27 SALAHUTU
NAMA :
KELAS : VIII ( DELAPAN)
WAKTU : 60 MENIT
________________________________________
BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG BENAR !!!

1. Nama tokoh yang terlibat dalam penyusunan teks sumpah pemuda dalam kongres
pemuda II adalah ..
a.Moh Yamin, Mr Soenario, Amir Syarifudin
b. Mr Soenario, Ir Soekarno, Moh Yamin
c.Amir Syarifudin, Soegondo Djojopuspito, Moh Yamin
d. Moh Yamin, Mr Soenario, Soegondo Djojopuspito

2. Sejumlah pemuda di Bandung mendirikan perkumpulan Jong Indonesia pada awal


tahun 1927. Tujuannya adalah menyebarkan dan memperkuat cita-cita kebangsaan
Indonesia Bersatu. Salah satu cita-cita untuk mewujudkannya adalah ....
a. Memajukan kepanduan kebangsaan Indonesia
b. Memetingkan Gerakan social ekonomi
c. Menyebarkan semangat Indonesia merdeka
d. Memajukan ekonomi anggotanya

3. Nilai utama yang dipetik dari peristiwa sumpah pemuda ialah ....
a. Adanya semangat kesatuan dan persatuan bangsa
b. Sikap keberanian para pemuda
c. Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
d. Semangat pertempuran melawan belanda

4. Selain menetapkan Sumpah Pemuda Kongres Pemuda II juga menetapkan ....


a. Lagu Indonesia raya sebagai lagu kebangsaan
b. Soekarno sebagai calon presiden Indonesia
c. Bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan Indonesia
d. Bahasa melayu sebagai Bahasa persatuan

5. Makna dari kalimat kedua sumpah pemuda adalah ....


a. Memegang teguh prinsip bersatu tanah air Indonesiaku

67
b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pemersatu
c. Pemuda pemudi Indonesia ikrar bersama-sama
d. Bersatunya suku-suku bangsa Indonesia
6. Konggres kedua sumpah pemuda pada tahun 1928 diselenggarakan di ....
a. Surabaya
b. Yogyakarta
c. Jakarta
d. Sumatra

7. Hasil kesepakatan kongres 1 adalah ....


a. Punya cita-cita sama yakni Indonesia merdeka
b. Membuat strategi perang melawan penjajah
c. Membuat sekolah-sekolah didaerah
d. Menggalang kekuatan pemuda untuk masuk pemerintah Belanda

8. Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dikarenakan rakyat Indonesia mempunyai


tekad yang sama yaitu ....
a. Persatuan dan kesatuan
b. Rela berkorban
c. Berani mati
d. Ikhlas

9. Pengaruh sumpah pemuda 1928 bagi perjuangan bangsa Indonesia adalah ....
a. Memperkuat semangat dan tekad para pemuda untuk bersatu
b. Membangkitkan kesadaran nasional
c. Belanda bersikap lunak kepada pejuang Indonesia
d. Mempercepat proses kemerdekaan Indonesia

10. Salah satu tokoh yang lahir dari Jong Minahasa adalah ...
a. Sam Ratulangi
b. Moh. Hatta
c. Moh. Yamin
d. Bahder Johan

11. Saat terjadi sumpah pemuda, Indonesia masih dijajah oleh negara ....
a. Inggris
b. Belanda
c. Portugis
d. Jepang

12. Sumpah Pemuda telah mendorong bangsa Indonesia untuk ....


a. Bermusuhan sesama bangsa
b. Berperang sesama bangsa
c. Bergabung dengan penjajah
d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia
13. Sejumlah pemuda di Bandung mendirikan perkumpulan Jong Indonesia pada awal
tahun 1927. Tujuannya adalah menyebarkan dan memperkuat cita-cita kebangsaan
Indonesia Bersatu. Salah satu cita-cita untuk mewujudkannya adalah ....

68
a. Memajukan kepanduan kebangsaan Indonesia
b. Memetingkan Gerakan social ekonomi
c. Menyebarkan semangat Indonesia merdeka
d. Memajukan ekonomi anggotanya

14. Organisasi kepemudaan yang menggagas diselenggarakannya kongres Pemuda II


adalah ....
a. Jong Sumantra Bond
b. Tri Koro Dharmo
c. Partai Nasional Indonesia
d. Perimpunan Pelajar-pelajar Indonesia

15. Para pemuda Indonesia pada zaman dahulu melakukan sumpah pemuda agar
dapat ....
a. Menjadi penguasa
b. Terus sekolah
c. Bersatu mengusir penjajah
d. Menjadi tentara

16. Kebangkitan perjuangan pergerakan kebangsaan Indonesia dalam mengusir


penjajahan ditandai dengan kelahiran ....
a. Budi Utomo
b. Sumpah Pemuda
c. kongres Pemuda I
d. Kongres Pemuda 2

17. Kongres pemuda tri koro dharmo diadakan di . . . .


a. Yokyakarta
b. Semarang
c. Sampang
d. Solo

18. Hikmah yang dapat diambil dari kongres pemuda tahun 1928 adalah ....
a. Kehadiran organisasi kedaerahan
b. Terwujudnya persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia
c. Lahirnya organisasi kepemudaan di Indonesia
d. Dicapaianya kemerdekaan bangsa Indonesia

19. M. Yamin merupakan sekretaris pada kongres pemuda yang berasal dari
organisasi . .
a. PPPI
b. Jong Java
c. Jong Sumatranen Bond
d. Pemoeda Indonesia

20. Perhatikan Pernyataan di bawah ini!


1. Cinta tanah air dan bangsa
2. Menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari

69
3. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
4. Menjaga persatuan dan kesatuan Sikap yang menunjukkan semangat sumpah
pemuda adalah ....
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 4
c. 1, 3, 4
d. 1, 2, 3

21. Nilai-nilai yang dapat diambil dari peristiwa Sumpah Pemuda adalah ....
a. Keberanian
b. Persatuan
c. Kejujuran
d. Tanggung jawab

22. Kongres Pemuda II selain menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda, di perdengarkan


pula lagu ....
a. Indonesia Raya ciptaaan Wage Rudolf Supratman
b. Satu Nusa Satu bangsa Ciptaan L. Manik
c. Indonesia Pusaka Ciptaan Ismail Marzuki
d. Bagimu Negeri Ciptaan Kusbini

23. "Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia".
Pernyataan tersebut menunjukkan adanya ....
a. Keinginan menjadi bagian dari bangsa Indonesia
b. Perasaan kebangsaan yang menjiwai para pemuda
c. Tekad melawan segala bentuk penjajahan barat
d. Keinginan untuk mewujudkan kemerdekaan

24. Semangat sumpah pemuda perlu kita jaga. Tujuannya ....


a. Agar Indonesia menjadi negara adikuasa
b. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga
c. Agar bisa menjadi negara imperialis
d. Agar indonesia bisa menakuti dunia

25. Selain melahirkan Sumpah Pemuda, Kongres Pemuda II melahirkan sebuah


organisasi yang bernama ....
a. Partai nasional Indonesia
b. Partai Indonesia Raya
c. Perhimpunan Indonesia
d. Indonesia Muda

Lampiran 5

Kunci Jawaban Siklus II

1.d. Moh Yamin, Mr Soenario, Soegondo Djojopuspito


2. c. Menyebarkan semangat Indonesia merdeka

70
3. a. Adanya semangat kesatuan dan persatuan bangsa
4. c. Bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan Indonesia
5. b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pemersatu
6. c. Jakarta
7. a. Punya cita-cita sama yakni Indonesia merdeka
8. a. Persatuan dan kesatuan
9. a. Memperkuat semangat dan tekad para pemuda untuk bersatu
10. a. Sam Ratulangi
11. b. Belanda
12. d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia
13. c. Menyebarkan semangat Indonesia merdeka
14. d. Perimpunan Pelajar-pelajar Indonesia
15. c. Bersatu mengusir penjajah
16. b. Sumpah Pemuda
17. d. Solo
18. b. Terwujudnya persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia
19.c. Jong Sumatranen Bond
20. c. 1, 3, 4
21. b. Persatuan
22. a. Indonesia Raya ciptaaan Wage Rudolf Supratman
23. b. Perasaan kebangsaan yang menjiwai para pemuda
24. b. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga
25. d. Indonesia Muda

71
Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP Negeri 27 Salahutu


Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan (PPKn)
Kelas/Semester : VIII/2

Materi Pokok : NilaidanSemangatSumpahPemuda


Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2 pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak dilingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, procedural
dan metakognitif pada tingkat teknik dan spesifik sederhana berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dengan wawasan
kemanusiaan.
4. Menunjukan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Pengetahuan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Menjelaskan nilai dan semangat 3.5.1 Menganalisis nilai sumpah pemuda
sumpah pemuda tahun 1928 dalam tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal
bingkai Bhineka Tunggal Ika Ika.
3.5.2 Menyimpulkan semangat sumpah
pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka
Tunggal Ika.
3.5.3 Menjelaskan contoh sumpah pemuda

72
tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal
Ika.
Kopetensi dasar ketrampilan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.5 Mengaitkan hasil proyeksi nilai 4.5.1 Menyajikan hasil penalaran tentang
dan semangat sumpah pemudah nilai dan semangat sumpah pemuda tahun
tahun 1928 dalam bingkai Bhineka 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika
Tunggal Ika

C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui Sosiodrama siswa dapat memproyeksikan nilai dan semangat
sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika dengan
tepat.
2. Melalui kegiatan sosiodrama siswa mampu mengaitkan hasil proyeksi nilai
dan semangat sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal
Ika
3. Guru memantau dan membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok
menemukan informasi belajar
4. Siswa menyampaikan hasil diskusi terkait temuan informasi belajar.

D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian sumpah pemuda
2. Contoh semangat sumpah pemuda
3. Nilai sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

E. Media, Alat, dan Sumber Belajar


1. Media
a. Powerpoint
b. Lembaran kerja peserta didik
2. Alat
a. Laptop
b. Infokus
3. Sumber belajar
a. Buku Paket Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Kelas VIII
2017. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017
b. Internet/Media Massa
c. Buku lain yang relevan

F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran


1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : sosiodrama
G. Kegiatan Pembelajaran

73
 Pertemuan Pertama ( menit)
KEGIATAN
WAKTU
PEMBELAJAR AKTIVTAS GURU/PESERTA DIDIK
(Menit)
AN
Pendahuluan  Guru menyapa siswa mengecek kehadiran peserta didik, 10 '
mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, kesiapan buku tulis dan sumber belajar
 Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi nilai dan semangat sumpah pemuda
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
 Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
 Memberikan motivasi

Inti  Guru menyajikan tayangan gambar, dan menceritakan 50 '


peristiwa sumpah pemuda.
 siswa mengamati tayangan gambar dan cerita peristiwa
sumpah pemuda.
 Guru mengorganisasikan siswa melalui menetapkan pemain
yang akan memperagakan peristiwa sumpah pemuda sesuai
tayangan gambar dan cerita peristiwa sumpah pemuda
dengan menggunakan pertanyaan 5W  1 H (Critical
Thinking, Collaboration, Communication)
 Apa (What)
 Siapa (Who)
 Dimana (Where)
 Kapan (When)
 Mengapa (Why)
 Bagaimana (How)

Guru memantau siswa menemukan informasi


data/refernsi/sumber yang relevan terkait dengan metari
pembelajaran dalam memecahkan masalah dalam tayangan
gambar yang diamati
 Pengertian sumpah pemuda
 Contoh semangat sumpah pemuda
 Nilai sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka
Tunggal Ika.
 Guru memantau dan membimbing siswa untuk
memecahkan masalah terkait tayangan gambar
 Mendramatisasikan sesuai nilai dan semangat sumpah
pemuda
Menyajikan nilai dan semangat sumpah pemuda

74
KEGIATAN
WAKTU
PEMBELAJAR AKTIVTAS GURU/PESERTA DIDIK
(Menit)
AN
Penutup  Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 5'
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal
 Guru memberikan tugas tindak lanjut pada peserta didik
melakukan penulusuran berbagai sumber informasi
tentang nilai dan semangat sumpah pemuda.

1. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Penilaian Sikap
Penilaian Jurnal Sikap
2. Penilaian Pengetahuan
Tes Tertulis
3. Penilaian ketrampilan
Obsevasi unjuk kerja

Ambon, .....April 2022

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Kepala Sekolah,

( ___________________ ) ( ___________________ )

NIP ............................. NIP .............................

75
Lampiran 7

MATERI:
NILAIDANSEMANGATSUMPAHPEMUDATAHUN1928DALAMBINGKAI
BHINNEKATUNGGALIKA

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda merupakan intisari dari isi putusan kerapatan pemuda-


pemudi Indonesia atau yang dikenal dengan Kongres Pemuda l dan Kongres
Pemuda II. Melalui hasil kongres itulah kita bisa mengenal istilah satu tanah air,
satu bangsa dan satu bahasa, yakni Indonesia yang kemudian dikenal dengan
nama Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda I berlangsung di Jakarta, pada 30 April—2 Mei 1926.Di


kongres itu, mereka membicarakan pentingnya persatuan bangsa bagi perjuangan
menuju kemerdekaan.Kemudian, pada tanggal 27—28 Oktober 1928, para
pemuda Indonesia kembali mengadakan Kongres Pemuda II. Pada kongres
pemuda II tempatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 inilah diambil keputusan satu
tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yakni Indonesia. Itulah sebabnya
walaupun dalam putusan tersebut tidak ada kata ikrar dan sumpah pemuda tetapi
karena isi dari keputusan itu mengandung makna sumpah maka peristiwa tersebut
sampai sekarang terkenal dengan Sumpah Pemuda dan diperingati sebagai hari
Sumpah Pemuda.

76
Kongres Pemuda I

Peranan pemuda dalam pergerakan nasional dimulai sejak berdirinya Budi


Utomo tanggal 20 Mei 1908.Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi itu
lebih banyak diikuti oleh golongan tua.Oleh karena itu, para pemuda selalu ingin
menggalang kekuatan yang merupakan pencerminan aktivitas para pemuda. Pada
tanggal 7 Maret 1915, di Jakarta, para pemuda seperti dr. R. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi mendirikan organisasi kepemudaan yang
keanggotaannya terdiri dari anak sekolah menengah  di Jawa dan Madura.
Perkumpulan itu diberi nama Trikoro Dharmo. Trikoro Dharmoartinya tiga tujuan
mulia yang meliputi: sakti, budi, danbakti. Tujuan perkumpulan ini adalah
mencapai Jawa Raya dengan cara memperkokoh rasa persatuan antar pemuda
Jawa, Madura, Sunda, Bali, dan Lombok.

Dalam rangka untuk mewujudkan persatuan, pada kongres di Solo tanggal 12


Juli 1918, Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.Tujuan yang ingin dicapai
ialah mendidik para anggota supaya kelak dapat memberikan tenaganya untuk
membangun Jawa Raya.Cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan tujuan itu
adalah mempererat perasatuan, menambah pengetahuan anggota serta berusaha
menimbulkan rasa cinta pada budaya sendiri.Dalam perjuangannya, Jong Java
tidak melibatkan diri dalam masalah politik.

Kehadiran Jong Java ini mendorong lahirnya beberapa perkumpulan serupa,


seperti lahirnya Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak,
Jong Ambon, Jong Selebes, Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar-
Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond,
Kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakangerakan pemuda, juga terdapat
organisasi wanita seperti Puteri Indonesia, Aisijah, Wanita Sarekat Ambon, dan
Organisasi Wanita Taman Siswa.

Keberadaan organisasi yang bersifat kedaerahan itu melahirkan keinginan


untuk menciptakan wadah tunggal pemuda Indonesia.Upaya mewujudkan hal

77
tersebut mulai dirintis melalui Kongres Pemuda I yang dilaksanakan tanggal 30
April 1926 sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta.

Terselenggaranya Kongres Pemuda I tidak terlepas dari adanya Perhimpunan


Indonesia. Pada tahun 1925 di Indonesia telah mulai didirikan Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), tetapi peresmiannya baru pada tahun
1926.anggota- anggotanya terdiri dari pelajar-pelajar sekolah tinggi yang ada di
Jakarta dan di Bandung. Para tokoh PPPI antara lain adalah : Sugondo
Djojopuspito, sigit, Abdul Sjukur, Gularso, Sumitro, Samijono, Hendromartono,
Subari, Rohjani, S. djoenet Poesponegoro, Kunjtoro, Wilopo, Surjadi, Moh.
Yamin, A.K. gani, Abu Hanifah, dan lain-lain.PPPI di Indonesia sering
mendapatkan kiriman majalah Indonesia Merdeka dari Perhimpunan Indonesia di
negeri Belanda.

Disamping majalah Indonesia Merdeka  terbitan PPPI di negeri Belanda,


PPPI sendiri juga menerbitkan majalah Indonesia Raya. Yang pemimpin
redaksinya Abu Hanifah.Pandangan organisasi PPPI sudah menunjukkan
persatuan dan kesatuan sebagaimana yang terdapat pada PI.Pemuda-pemuda di
Bandung menginginkan agar mulai melepaskan sifat-sifat kedaerahan. Hal itu
didasarkan atas dorongan Mr. sartono dan Mr. Sunario, pada tanggal 20 Februari
1927 nama Jong Indonesia telah diubah menjadi Pemuda Indonesia.

Para pemimpin organisasi pemuda Indonesia ini ialah Sugiono, Sunardi,


Moeljadi, Soepangkat, Agus Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Kotjo Sungkono,
dan Abdul Gani.  Sedangkan ketuanya pertama kali ialah Sugiono.Mengenai
gerakan politik organisasi pemuda ini belum belum ikut langsung dalam gerakan
politik.Selama beberapa tahun diperdebatkan bentuk persatuan yang diinginkan.
Akhirnya para pemuda Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda
yang berlangsung di Jakarta pada 30 April-2 mei 1926. Nama – nama yang
tertulis diatas mempunyai andil yang cukup besar dalam pelaksanaan Kongres
Pemuda 1. Namun, sampai berlangsungnya kongres pemuda II pada tanggal 28

78
oktober 1928 organisasi Pemuda Indonesia belum juga bergerak secara langsung
di bidang politik.

Kongres Pemuda I bertujuan untuk


1. Membentuk badan sentral organisasi pemuda Indonesia
2. Memajukan paham persatuan kebangsaan
3. Mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan

Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil – wakil dari organisasi pemuda di
seluruh Indonesia, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Minahasa, dan Jong Batak. Dalam pidato
pembukaannya ketua panitia M. Tabrani meminta perhatian peserta untuk
mencari cara menyatukan semangat Nasional di kalangan pemuda. Moh.Yamin
menyampaikan pemikirannya tentang bahasa persatuan.

Dalam pidatonya pada 2 Mei 1926, yang berjudul “Kemungkinan –


kemungkinan Masa Depan Bahasa dan sastra Indonesia”.Yamin yakin bahwa dari
sekian banyak bahasa yang dipakai oleh suku bangsa Indonesia, bahasa melayu
dan bahasa jawa yang di harapkan menjadi bahasa persatuan. Namun, Yamin
yakin bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa persatuan atau bahasa
pergaulan bagi rakyat Indonesia.

Kongres Pemuda 1 ini menerima dan mengakui cita – cita persatuan


Indonesia, walaupun perumusannya masih samar – samar dan belum jelas. Oleh
karena itu, antara PPPI, Pemuda Indonesia, Perhimpunan Indonesia, dan PNI
berencana untuk memfusikan organisasi mereka dengan alas an untuk
mewujudkan persatuan Indonesia dan persamaan cita – cita.

Peleburan (fusi) dari organisasi pemuda itu ternyata semakin lama semakin
diperlukan karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa bentuk organisasi
masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten
Bond, Studerence Minahasa, dan pemuda kaum Theosofi. Haal ini jelas tampak

79
adanya perbedaan pada waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1.Dalam
pembicaraan ternyata kepentingan daerah masih sangat menonjol.Masalah bahasa
juga menunjukkan masalah yang tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam
kongres tersebut.Di samping itu juga masih tampak sifat mementigkan daerah
misalnya tentang adat yang ada di daerah masing – masing.Untuk membentuk
cita – cita bersama seperti rasa persatuan dan kesatuan bangsa, maka hal – hal
tersebut sangat menghambat.Untuk itulah, maka para peseta merasa tidak puas
dan ingin melanjutkan Kongres Pemuda yang berikutnya.

Sebenarnya dalam Kongres Pemuda I tersebut, para peserta dan pemimpin


Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai suatu cita – cita
persatuan.Namun, mengingat baru pertama kali Kongres Pemuda dilaksanakan,
maka untuk mencapai cita–cita yang dikehendaki masih mengalami
kesulitan.Fanatisme terhadap adat masih sangat kuat dan berpengaruh besar
terhadap semua pembicaraan. Pemimpin Kongres Moh. Tabrani pandai menjaga
jangan sampai terjadi perpecahan, karena setiap pembicaraan yang menjurus
kearah perbedaan adat dan pandangan, segera diambil jalan tengah untuk
dinetralisasi.
Oleh karena itu, dalam kongres banyak pidato yang berjudul Indonesia Bersatu
para pemuda diharapkan memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh untuk
mengatasi kepentingan golongan, agama, dan daerah.Juga secara jelas diuraikan
tentang Sejarah Perjuangan Indonesia dan ditekankan masalah- masalah yang
perlu mendapat perhatian pemuda untuk meresapkan dan dihayati dalam rangka
mencapai cita – cita Indonesia merdeka.

Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda I itu, antara lain ialah sebagai
berikut :
1. Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam
hal ini masih tampak samar – samar)
2. Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot,
dan lain – lain.

80
Jadi, para peserta memang menyadari bahwa pada saat itu masih sulit
untuk membentuk kebulatan tekad dalam perjuangan mencapai cita – cita
Nasional.Selain itu, belum banyak para anggota Perhimpunan Indonesia yang
kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota Perhimpunan Indonesia yang
mengikuti Kongres pemuda I tersebut.Oleh karena itu, cita-cita untuk mencapai
persatuan memang belum kuat.
Kongres Pemuda II

Ide penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan


Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota
pelajar dari seluruh Indonesia.  Kongres Pemuda II berlangsung pada 27-28
Oktober dalam tiga tahap rapat. Rapat pertama berlangsung di gedung Katholieke
Jongelingen Bond di Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng), lalu
dipindahkan ke Oost Java Bioscoop di Konigsplein Noord (sekarang Jalan Medan
Merdeka Utara), dan kemudian Gedung Kramat 106 baru dipakai untuk rapat
ketiga sekaligus penutupan rapat.

Kalau pada bulan April 1926 telah berlangsung Kongres Pemuda I yang bias
dikatakan belum berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka dalam Kongres
Pemuda II benar – benar dapat memenuhi harapan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun kongres Pemuda I tidak dapat dikatakan gagal total karena telah berhasil
meletakkan dasar – dasar perstuan.

Dalam Kongres Pemuda I belum banyak orang – orang bekas anggota


Perhimpunan Indonesia yang ikut membantu pembicaraan sejak persiapan
maupun dalam persidangan.Sedangkan dalam kongres Pemuda II telah banyak
orang – orang bekas anggota Perhimpunan Indonesia yang secara aktif
mengambil bagian dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan Kongres.

Adapun tujuan Kongres Pemuda Indonesia II (yang kemudian dikenal dengan


tujuan Sumpah Pemuda) adalah sebagai berikut:
1. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia,

81
2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,
3. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan
Indonesia.

Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi menjadi tiga
pertemuan.Pertemuan pertama, Sabtu, 27 Oktober, 1928, di laksanakan di
Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (GOC), Waterlooplein sekarang
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Ketua GN Sugondo Djojopuspito
berharap konferensi ini akan memperkuat semangat persatuan di benak pemuda.
Acara dilanjutkan dengan penjelasan tentang makna dan Moehammad Yamin 
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurut dia, ada lima faktor yang bisa
memperkuat persatuan Indonesia, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
kemauan

Pertemuan kedua, Minggu, 28 Oktober, 1928, di laksanakan di Gedung


Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan.Kedua pembicara,
Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak-anak
harus menerima kewarganegaraan pendidikan, harus ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah.Anak-anak juga perlu dididik secara
demokratis.Acara dilanjutkan dengan Pertemuan Ketiga yang di laksanakan di
gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario
menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan
kepanduan.Sementara Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa

82
dipisahkan dari pergerakan nasional.Gerakan kepanduan sejak dini mendidik
anak-anak dan disiplin diri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Dari rapat pertama hingga rapat ketiga, kongres pemuda II ini menghadirkan
15 pembicara, yang membahas berbagai tema. Diantara pembicara yang dikenal,
antara lain: Soegondo Djojopespito, Muhammad Yamin, Siti Sundari,
Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, dan Sunario.
Sebelum kongres pemuda II, para pemuda sudah pernah menggelar kongres
pertamanya pada tahun 1926. Tabrani Soerjowitjitro, salah satu tokoh penting
dari kongres pertama, peserta kongres pertama sudah bersepakat menjadikan
bahasa melayu sebagai bahasa persatuan. Akan tetapi, pada saat itu, Tabrani
mengaku tidak setuju dengan gagsan Yamin tentang penggunaan bahasa melayu.
Menurut Tabrani, kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama
Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa
Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu. Keputusan kongres pertama akhirnya
menyatakan bahwa penetapan bahasa persatuan akan diputuskan di kongres
kedua.

Seusai kongres pemuda ke-II, sikap pemerintah kolonial biasa saja. Bahkan,
Van Der Plass, seorang pejabat kolonial untuk urusan negara jajahan,
menganggap remeh kongres pemuda itu dan keputusan-keputusannya. Van Der
Plass sendiri menertawakan keputusan kongres untuk menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, mengingat bahwa sebagian pembicara dalam
kongres itu justru menggunakan bahasa Belanda dan bahasa daerah. Soegondo
sendiri, meskipun didaulat sebagai pimpinan sidang dan berusaha
mempergunakan bahasa Indonesia, terlihat kesulitan berbahasa Indonesia dengan
baik.

Siti Sundari, salah satu pembicara dalam kongres pemuda II itu, masih
mempergunakan bahasa Belanda. Hanya saja, dua bulan kemudian, sebagaimana
ditulis Dr Keith Foulcher, pengajar jurusan Indonesia di Universitas Sydney,
Australia, Siti Sundari mulai menggunakan bahasa Indonesia.

83
Akan tetapi, apa yang diperkirakan oleh Van Der Plass sangatlah
meleset. Sejarah telah membuktikan bahwa kongres itu telah menjadi “api” yang
mencetuskan persatuan nasional bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme.

Pada mulanya keras suara dari beberapa pihak, supaya bahasa persatuan
hendaknya satu bahasa yang telah matang,yang dimaksud adalah bahasa Jawa.
Dikatakan bahwa bahasa Jawa telah memiliki jumlah kata dan pengertian yang
besar tetapi sebaliknya penantang-penantang mengatakan bahwa bahasa Jawa
bukan bahsa demokratis tetapi bahasa feudal.Sedangkan rakyat Indonesia akan
dibina menjadi masyarakat yang demokratis.Karena hal ini, Mohammad Yamin
kemudian meminta pendapat dari seorang pakar bahasa Jawa. Beliau berpendapat
bahwa bahasa Melayu yang harus di pakai sebagai bahasa persatuan,karena
bahasa Melayu memiliki banyak kemungkinan untuk berkembang dengan baik
seperti bahasa Inggris. Maka diterimalah bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada


secarik kertasyang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr.Sunario tengah
berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik
kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya
mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini),
yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut,
kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga.Sumpah tersebut
awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh
Yamin.(Mohamad Noor A.S,1985).
Susunan Panitia Kongres Pemuda II Tahun 1928
Ketua :Sugondo Djojopuspito (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)
Wakil Ketua : Djoko Marsiad (Jong Java)
Sekretaris : Muhammad Yamin (Jong Soematranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Muh Tjai (Jong Islamieten Bond)

84
Pembantu II : Kotjosungkono (Pemuda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : J. Leimena (Jong Ambon) Pembantu V : Rohjani (Pemuda Kaum
Betawi)
Poetoesan Congress Pemoeda-Pemoeda Indonesia
Kerapatan Pemoeda-pemoeda Indonesia yang diadakan oleh perkoempoelan-
perkoempoelan pemoeda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan
namanya:Jong Java,Jong Soematra (pemuda soematra), pemoeda Indonesia,
Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes,
Pemoeda kaoem Betania dan perhimpoenan peladjar-peladjar Indonesia;
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober Tahoen 1928 di negeri
Djakarta;
Sesoedahnya mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan yang diadakan dalam
kerapatan tadi;
Sesoedahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
Kerapatan laloe mengambil poetoesan:
Pertama KAMI POETRA  DAN POETRI INDONESIA MENGAKU
BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA;
Kedoea KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKU BERBANGSA
SATOE, BANGSA INDONESIA;
Ketiga KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG
BAHASA PERSATOEAN BAHASA INDONESIA.
Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloerkan kejakinan, azaz ini
wajib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia;
Mengeloearkan kejakinan, Persatoean Indonesia diperboeat dengan
memperhatikan dasar persatoeannja; Kemaoean Sedjarah Bahasa Hoekoem adat
Pendidikan dan Kepandoean
Dan mengeloearkan penghargaan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala
soerat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita.
Dalam peristiwa Kongres Pemuda II yang bersejarah tersebut
diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang
diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama
kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan
teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat

85
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.
Berdasarkan dokumen di atas, Kongres Pemuda II yang digagas Perhimpunan
Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) dan berlangsung 27 – 28 Oktober 1928
menghasilkan suatu Poetoesan Congress Pemoeda-Pemoeda. Kemudian oleh
Muhammad Yamin, kata Poetoesan Congress Pemoeda-Pemoeda
Indonesia diganti dengan Soempah Pemoeda. Sampai saat ini penggunaan
istilah Sumpah Pemuda diterima oleh semua pihak karena memang isi dari
putusan pemuda dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 tersebut mengandung
pernyataan yang berisi ikrar satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yakni
Indonesia.
1. Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhinneka Tunggal
Ika
isi putusan seperti terdapat dalam kalimat “kerapatan mengeloerkan
kejakinan, azaz ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan
kebangsaan Indonesia” dan pada kalimat “dan mengeloearkan penghargaan
soepaja poetoesan ini  dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-
perkoempoelan kita” menjadi landasan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda

Bagi bangsa Indonesia Sumpah Pemuda memiliki nilai yang tinggi yakni
sebagai penegas pentingnya persatuan dalam upaya mencapai
kemerdekaan.Keputusan Kongres Pemuda II yang kemudian dikenal dengan

86
istilah Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah yang penting bagi
bangsa Indonesia.Seperti kita telah ketahui, butir penting Sumpah Pemuda berisi
tentang penegasan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yakni
Indonesia.Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita.

Nilai dan semangat lainnya adalah Sumpah Pemuda merupakan fakta sejarah
bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 pemuda Indonesia telah menyatakan satu
tanah air, satu bangsa, satu bahasa yakni Indonesia. Pernyataan tersebut
merupakan bentuk tekad dan semangat perjuangan rakyat untuk merdeka atau
bebas dari kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu. Kondisi ketertindasan di
bawah penguasa kolonialis (penjajah) itulah yang kemudian mendorong para
pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad bersatu demi mengangkat harkat
dan martabat hidup rakyat Indonesia.Tekad inilah yang menjadi komitmen
perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun
kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Sesuai namanya, Keputusan Pemuda (Sumpah Pemuda) dirumuskan oleh


para pemuda. Semangat mereka tentang  satu tanah air, satu bangsa, dan satu
bahasa, yakni Indonesia terlihat dari keinginan agar isi dari keputusan tersebut
wajib dipakai oleh sebagai asas dari segala perkumpulan-perkumpulan
kebangsaan Indonesia. Ini berarti dalam diri mereka telah bangkitkan rasa
nasionalisme yang tinggi.Para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan
bersama-sama.

Perlu disadari bahwa Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja.Banyak hal
yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Para pemuda telah
menyadari bahwa dalam bangsa yang beraneka ragam tidak akan bisa membuat
Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri. Ini artinya Sumpah
Pemuda mengadung semangat persatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal
Ika.Semangat dan tekad persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah tanggal
31 Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk “Indonesia
Moeda”.Hal tersebut memberikan bukti bahwa para pemuda kita lebih

87
mengutamakan persatuan dan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi,
golongan, maupun kedaerahan.Dengan demikian, kehadiran Indonesia Moeda
merupakan pelopor dalam upaya secara nyata untuk mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa.Puncaknya dari hasil semangat persatuan akhirnya dapat
diwujudkan saat bangsa Indonesia meraih kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa sumpah pemuda merupakan
minitur Bhinneka Tunggal Ika, artinya sekalipun para pemuda berasal dari
berbagai daerah yang pasti memiliki suku, agama, ras dan golongan yang berbeda
namun mereka mengakui satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yakni
Indonesia. Berbeda-beda tetapi teta satu jua.
Bung Karno menganggap Sumpah Pemuda 1928 bermakna revolusioner: satu
negara kesatuan dari Sabang sampai Merauke, masyarakat adil dan makmur, dan
persahabatan antarbangsa yang abadi. “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda,
tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-
saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa,
dan tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,” kata Soekarno dalam peringatan Hari
Sumpah Pemuda ke-35 di Istana Olahraga Senayan, Jakarta, 28 Oktober 1963.

1. Implementasi Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda dalam Bingkai


Bhinneka Tunggal Ika

Nilai dan semangat Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
adalah kemampuan para pemuda menyatukan berbagai perbedaan dalam
memperjuangkan satu tujuan yakni kemerdekaan bangsa Indonesia.

Implementasi nilai dan semangat Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhinneka


Tunggal Ika, antara lain:
1 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia dari semua golongan harus
bersatu dalam berjuang demi kemajuan bangsa Indonesia

88
2 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia harus menjadikan kemajemukan
adat dan budaya bukan sebagai perbedaan tetapi sebagai potensi untuk
kemajuan bersama.
3 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia menjadikan Pancasila yang
didalamnya mengadung persatuan Indonesia sebagai dasar Negara dan
tidak pernah berkehendak untuk merubahnya.
4 Bangga menjadi sebagai bangsa Indonesia yang dibuktikan dengan
keikutsertaan dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan
dengan susah payah dengan kegiatan yang positif.
5 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia harus mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi maupun
kepentingan golongan.
6 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia harus meningkatkan kepedulian
kita terhadap sesama, minimal diawali dari diri kita sendiri untuk
belajar peduli pada sikap dan prilaku kita pada orang tua, saudara dan
lingkungan sekitar.

Tentu masih banyak contoh Implementasi nilai dan semangat Sumpah


Pemuda dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Silahkan kamu gali! Nilai dan
semangat Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika tersebut harus
dijadikan pedoman dalam kebangkitan dan kebersamaan seluruh elemen bangsa.
Khususnya bagi pelajar yang merupakan pemuda dan generasi penerus bangsa,
berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif antara lain dengan
giat belajar, taat aturan, toleran dalam pergaulan serta menjungjung tinggi norma-
norma kehidupan.Selain itu, saat ini nilai dan semangat Sumpah Pemuda
khususnya bagi pelajar juga harus mampu menanamkan sikap kemandirian untuk
tidak tergantung pada situasi dan kondisi yang ada atau menunggu perhatian dari
orang lain. Sehingga generasi muda yang akan datang akan selalu siap
menghadapi segala perubahan dengan kreatifitas serta inovatif dalam
memanfaatkan apa yang tersedia dengan maksimal untuk hasil yang optimal.

89
Lampiran 8
DOKUMENTASI

90
91

Anda mungkin juga menyukai