SKRIPSI
OLEH :
SANIA MATDOAN
2015 - 34 - 007
Disetujui Oleh :
Mengesahkan : Mengetahui :
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn
i
Motto
“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa.” – Ridwan Kamil
Persembahan
ii
ABSTRAK
Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah menerapkan metode sosiodrama untuk
meningkatkan hasil belajar PKn di kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku
Tengah. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilakukan dalam dua kali siklus, subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 27 dengan prosedur tahapan penelitian mencakup perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi, instrument penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar
dan obsevasi. Hasil belajar dari penelitian ini adalah penerapan langkah-langkah metode
sosiodrama, yaitu : 1) Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda
dengan menyajikan tayangan gambar/video dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa. 2) Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda. 3) Guru
menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan perannya
memperagakan sumpah pemuda. 5) Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran
mulai memperagakan sumpah pemudah dengan para siswa lainnya. 6) Guru memberikan
bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan saat memperagakan peristiwa sumpah
pemuda. 7) Peragaan peristiwa sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat
mengucapkan pernyataan sumpah pemuda. Hal ini di maksudkan untuk mendorong
siswa berpikir dalam masalah yang diperagakan. 8) Guru meminta siswa berdikusi
tentang bagaimana sebaiknya memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru
mendorong siswa agar dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses
pelaksanaan memperagakan peristiwa sumpah pemuda. 9) Siswa diberikan kesempatan
membuat kesimpulan hasil memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan dengan menggunakan metode
sosiodrama sebagai metode pembelajaran. Hal ini dilihat dari adanya peningkatan pada
hasil tes awal dan akhir siklus I sampai dengan siklus II. Pada tes awal rata-rata hasil
belajar peserta didik 62,17. peserta didik yang mencapai ketuntasan 7 peserta didik
dengan presentase 30.43%. Sedangkan peserta didik yang belum tuntas mencapai 16
peserta didik dengan presentase 69.56%. siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik
69,34. peserta didik yang mencapai ketuntasan 16 peserta didik dengan presentase
69.56%. peserta didik yang belum tuntas 7 peserta didik dengan persentase 30.43%.
pada siklus II rata-rata hasil belajar 77,82 dengan jumlah peserta yang mencapai
ketuntasan 23 peserta didik dengan persentase 100%sehingga penelitian tindakan kelas
ini selesai pada siklus II dan tidak berlanjut pada siklus-siklus berikutnya.
Kata Kunci : Penerapan metode sosiodrama hasil belajar siswa.
ABSTRACT
iii
APPLICATION OF SOCIODRAMA METHODS TO IMPROVE
PKN LEARNING RESULTS IN CLASS VIII SMP N 27
CENTRAL MALUKU DISTRICT
The purpose of this research is to apply the sociodrama method to improve Civics
learning outcomes in class VIII of SMP Negeri 27 Central Maluku Regency. This
research method uses classroom action research (CAR) which is carried out in two
cycles, the subject of this research is class VIII students of SMP Negeri 27 with research
stages procedures including planning, implementation, observation and reflection, the
research instrument used is a test of learning outcomes and observation. The learning
outcomes of this research are the application of the steps of the sociodrama method,
namely: 1) At the implementation stage the teacher determines the topic of the youth
oath by presenting picture shows and telling the events of the youth oath to students. 2)
The teacher gives an overview of the situation of the youth oath. 3) The teacher
determines the players who will be involved in demonstrating the youth oath event. 4)
The teacher gives students the opportunity to ask questions related to their role in
demonstrating the youth oath. 5) The students who served as the cast group began to
demonstrate the youth oath with the other students. 6) The teacher provides assistance
to actors who have difficulty demonstrating the youth oath event. 7) The demonstration
of the youth oath event stops at the time of pronouncing the youth oath. This is intended
to encourage students to think in terms of the problem being demonstrated. 8) The
teacher asks students to discuss how best to demonstrate the youth oath event. The
teacher encourages students to be able to provide criticism and responses to the
implementation process of demonstrating the youth oath event. 9) Students are given the
opportunity to conclude the results of demonstrating the youth oath event.
From the results of this study showed an increase by using the sociodrama method as a
learning method. This can be seen from the increase in the results of the initial and final
test cycles I to cycle II. In the initial test, the average student learning outcomes were
62.17. students who achieve completeness 7 students with a percentage of 30.43%.
While the students who have not completed reached 16 students with a percentage of
69.56%. Cycle I the average student learning outcomes are 69.34. students who
achieved completeness 16 students with a percentage of 69.56%. students who have not
completed 7 students with a percentage of 30.43%. in cycle II the average learning
outcome was 77.82 with the number of participants who achieved completeness of 23
students with a percentage of 100% so that this classroom action research was
completed in cycle II and did not continue in the following cycles.
Keywords: Application of the sociodrama method of student learning outcomes.
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran RPP
Lampiran Dokumentasi
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas nikmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Penerapan Metode Sosiodrama Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PKN di Kelas VIII SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah”
sebagai salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Pattimura Ambon.
vi
6. Bapak R. Hatala, S.Pd. M.Pd selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak ibu seluruh staf dosen FKIP dan khususnya Program Studi PPKn
atas semua kebaikan yang tulus dalam memberikan ilmu dan masa proses
studi.
8. Seluruh pegawai registrasi FKIP atas semua kebaikan yang telah
membantu penulis selama masa studi.
9. Seluruh pegawai registrasi Universitas atas semua kebaikan yang telah
membantu penulis selama masa studi.
10. Ibu Maimuna Rolobessy selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 27
Kabupaten Maluku Tengah yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian
11. Kedua Orang Tuaku Tercinta bapak Sanen Matdoan dan Ibu Hafsa Seknun
terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat, kasih sayang,
pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis. Membiayai
kebutuhan studi penulis hingga selesai. Adik-adikku yang tercinta Sary,
Intan, Sella, Maulana, dan Rizki yang selama ini banyak mendoakan
hingga penulis bisa menyelesaiakan studi, serta keluargaku yang lain yang
tidak sempat dituliskan namanya terima kasih juga untuk selalu
memberikan doa dan dukungan kepada penulis hingga bisa menyelesaikan
studi.
12. Abang Kunter Seknun yang selalu jadi penyemangat dalam menyelesaikan
penulisan Skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku tercinta (Elsa Pune, Putri Kaimudin, Ratna Maitimu,
Itha Lesnusa, Inda Sallong, Yuli Sallong) atas kebersamaan serta
dukungan dan motivasinya selama ini kepada penulis dalam melewati
masa-masa studi.
vii
14. Novita Ohoibor, Nurbaya Yamco, Ria Samal, Nabilla Payapo,Wulan
Somar, Ayu Sangaji,Ratia Soumena, Abel Matdoan yang selalu memberi
semangat dan doa kepada penulis.
15. Rekan-rekan angkatan 2015 Program Studi PPKn Universitas Pattimura,
Elsa, Indah, Yuli, Jekson, Marvin, Vence, Farid, Suwita, Ratna, Rita,
Asman, Sofyan, Putri, Riati, Wantamo, Erlin, Hamdan serta seluruh
teman-teman yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
16. Tim PPK/KKN angkatan 2015 (Iis Tetroman, Fitriyanti Baranratut, Amina
Rumaf, Alda Madubun, Vika Ch. Eleuwarin, Riati, Lasmi Rezkiani,
Yosephina A. Niak, Piter L. Terus, Naldo Leiwakabessy)
17. MT Al-Amin Program Studi PPKn.
18. Kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak disebutkan
namanya satu persatu terima kasih banyak.
Penulis
Sania Matdoan
viii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. RumusanMasalah ………………………………………………….. 5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………..5
E. Defenisi Operasional …………………………………….…………. 6
A. Pengertian Penerapan……………………......................................... 7
B. Defenisi Metode........................……………………..……………... 7
C. Konsep SosioDrama…………….…....................…………………. 8
A. Tipe Penelitian……………………………………………………... 20
x
B. Lokasi Penelitian …………………………………………………...20
C. Subjek Penelitian …………………………………………………... 20
D. Instrumen Penelitian.......................................................................... 20
E. Prosedur Desain Penelitian................................................................ 21
F. Teknik Pengumpulan Data....…………………………………….... 26
G. Teknik Analisis Data......................................................................... 27
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 54
B. Saran ……………………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai
tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, guru dituntut untuk
baru yang mampu membuat peserta didik dapat mencapai tujuan belajarnya
dengan penuh rasa puas. Untuk memperoleh sistem pembelajaran baru tersebut
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
negara.
lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti
1
memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran
yang baik dan kondusif serta mampu menjawab berbagai tantangan dan
permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Abdul
Dalam mencapai tujuan dan fungsi pendidikan khususnya pada mata pelajaran
PKn, prosesnya tergantung pada peran guru untuk mengolah model pembelajaran
yang membuat peserta didik tidak bosan, salah satu contohnya model
sendiri secara lisan. Metode ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan
2
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain
Salah satu fase perkembangan manusia adalah masa remaja. Masa remaja
merupakan masa yang penuh gejolak dan masa dimana keingintahuan tentang
Tengah terlihat masih rendah terhadap mata pelajaran PKn. Hal ini di sebabkan
karena guru lebih sering menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Sehingga
3
menjadi tidak aktif dan tidak peduli akan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah.
Selain itu, berdasarkan observasi peneliti dengan siswa kelas VIII SMP 27
Sumpah Pemuda. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dimana sebagian
besar siswa tidak peduli akan pemaknaan materi ajar yang di sampaikan. Dari
hasil penelitian juga didapatkan data bahwa nilai rata-rata siswa kelas dalam mata
Ketuntasan Minimal yaitu 70. Selain itu hasil belajar peserta didik dalam materi
Faktor lainnya adalah kurangnya motivasi dan kreatifitas dari guru untuk
Oleh karena itu, guru perlu menguasai materi dan menerapkan metode
pembelajaran yang menarik, yang mampu memotivasi siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran. Hal ini penting karena dengan siswa berperan aktif dalam
tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terhadap materi PKn. Salah
4
satu cara dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan
Dari hasil observasi tersebut, harusnya dalam proses belajar mengajar perlu
adanya metode pembelajaran yang lebih efektif dan menciptakan suasana yang
atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah pada penelitian ini
C. Tujuan Penelitian
Maluku Tengah.
5
F. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk dapat
kualitas pembelajaran. Dan juga manfaat sebagai bahan pemikiran dalam usaha
membina dan membekali anak didik kearah yang lebih baik. Dengan sasaran
tujuan yang dapat tercapai kemudian diharapkan dapat bermanfaat juga untuk
datang.
G. Pengertian Operasional
istilah yang di gunakan sebagai berikut :Penerapan adalah sebuah tindakan yang
b. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
6
sebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara. Winarno
(2007:115).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penerapan
telah digariskan dalam keputusan. Dalam hal ini, penerapan adalah pelaksanaan
sebuah hasil kerja yang diperoleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktekkan
perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai
tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok
atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelum. Peter dkk, (2002 :
1598). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpukan bahwa penerapan
adalah cara yang dilakukan dalam kegiatan agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
B. Definisi Metode
Metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula
Syaiful Bahri Djamrah & Aswan Zain (2010: 72). Mengemukakan kedudukan
metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
8
C. Konsep Metode Sosiodrama
1. Pengertian Sosiodrama
Nama lain dari Sosiodrama adalah Simulasi. Menurut Gilstrap (2008:27) yang
melihat dari sifat tiruan, simulasi dapat berbentuk: role playing, psikodrama,
bukunya ways of teaching simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk
dua kata yaitu “sosio” yang berarti sosial dan “drama” yang berarti suatu kejadian
benturan antara dua orang atau lebih, sedangkan bermain peran atau drama berarti
peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih
tentang suatu topik atau situasi siswa dengan melakukan peran masing-masing
9
Sosiodrama ataubermain peran menekankan kenyataan di mana para murid
10
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peran yang
harus dimainkan oleh para pemain serta waktu yang disediakan untuk
memainkan perannya.
disimulasikan.
(2006:120-122).
berikut:
a) Persiapan
11
iii. Mempersiapkan pemeran untuk menentukan peranan masing-masing.
b) Pelaksanaan
c) Evaluasi/tindak lanjut
pelaksana sosiodrama.
Sosiodrama
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan ini perlu diketahui
ileh setiap pendidik yang akan menerapkan metode sosiodrama dalam kegiatan
berikut:
ii. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
12
iii. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami
iv. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan teknik ini.
i. Dapat berkesang dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
iv. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
(2012:03).
5. Pelaksanaan Sosiodrama
ii. Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari diri
sendiri.
mengembangkan kreativitasnya.
13
6. Tujuan Teknik Sosiodrama
Menurut Stenberg dan Garcia (2010: 234) tujuan dari sosiodrama adalah
(presepsi baru), dan pelatihan peran (praktik perilaku). Apapun masalah ini
macam emosi, dari air mata sampai tawa, dan untuk menambah kosa kata.
hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih
motivasi belajar kepada anak, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama
dalam situasi kelompok, (7) menumbuhka daya kreatif siswa, dan (8) melatih
D. Hasil Belajar
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar tidak hanya penuasaan
konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasan kebiasaan, persepsi,
14
Hal tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamalik, (2002:45) Yang
menyatakan bahwa, hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari
masyarakat dan pribadi secara utuh.belajar merupakan proses yang kompleks dan
terjadinya perubahan perilaku pada saat belajar diamati pada perubahan perilaku
Tolak ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang diperoleh. Nilai
yang diperoleh setelah siswa melakukan prses belajar dalam jangka waktu
tertentu dan selanjutnya mengikuti test akhir, kemudian dari test itulah guru
perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar, selain hasil belajar
kognitif yang diperoleh peserta didik. Menurut Dimyati dan Mujiyono (2013:9)
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
15
Slameto, (2010:2). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah memalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol
telah ditetapkan oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil
untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran
hasil belajar. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar dapat penerangai tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol.
Dimyati Dan Mudjiono, (2009 :200). Hasil belajar adalah kemampuan yang
belajar. Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina.
individu. Kata hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu "Hasil" dan "belajar".
Meskipun demikian kedua kata tersebut saling berhubungan antara satu dengan
16
yang lain. Beberapa ahli sepakat bahwa 'hasil' adalah pencapaian dari suatu
kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau
nilai. Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli antara lain adalah:
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Barlow
afektif, dan psikomotorik. Sedangkan sifat perubahan yang terjadi pada bidang-
bidang tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami. Menurut
Roger (2009:3) belajar adalah sebuah proses internal yang menggerakkan anak
Abudin Nata, (2011:101) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar Jadi hasil belajar pada hakikatnya yaitu
17
hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Muhibbin
yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa
bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki
persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang
telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang
dapat dicapai.
Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2010: 45) membagi tiga macam
III. Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.
membentuk pribadi individu siswa. Di dalam penelitian ini peneliti hanya akan
18
menekankan padapeningkatan tipe hasil belajar kognitif siswa yang dilihat dari
yang diperoleh adalah data kuantitatif mengenai hasil belajar siswa, yang
rata-rata untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang
angka-angka dan dianalisis dengan analisis statistik untuk mencari jawaban dari
yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Jenis penelitian ini adalah
19
E. Pendidikan Kewarganegaraan
disimpulkan dari bagian pendahuluan pada naskah Standar Isi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan
bernegara.
20
b. Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam
berikut :
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
21
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung
Indonesia
tidak bisa di abaikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan pembelajaran
hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain
pendidikan. Menurut Sutrisno dan Moerdiono dalam Sutrisno (2018:4) untuk itu
22
warga global. Warga global merupakan bentuk pengembangan nilai-nilai dasar
kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai – nilai pancasila,
masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup
bersama dalam berbagai tatanan sosial budaya (PP Nomor 32 tahun 2013)
menjadi dasar konsep warga global, hal tersebut tentu sebagaimana yang
23
tercantum dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Secara umum masing-
tugas dan tanggung jawab untuk bisa menjalankan tugasnya sebagai warga negara
dengan baik. Namun demikian peran dari warga negara akan mengalami
disetiap aspek kehidupan. Maka dari itu perlu disiapkan adanya calon warga
muda yang cerdas, baik dan dapat diandalkan, untuk bisa membentuk warga
negara global yang cerdas , baik dan dapat diandalkan maka harus memiliki dua
sifat yakni sikap yang peduli terhadap kondisi masyrakat dan sikap untuk bisa
melakukan perubahan yang lebih baik. Sikap peduli yang dimaksud ini adalah
global. Sedangkan sikap untuk bisa melakukan perubahan ini merupakan hal yang
bangsa maupun masyarakat secara global karena melalui perubahan ini akan
24
menjadikan tolak ukur majunya perkembangan bangsa dan negara di dunia ini
yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat dipahami dengan baik
serta dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam proses pembelajaran PKn, kegiatan
penjelasan guru dan jarang sekali diminta untuk memberikan pertanyaan atau
pembelajaran PKn dimaknai sebagai wahana untuk pembentukan jati diri dan
nilai politk, nilai ilmu pendidikan dan teknologi, nilai seni, nilai ekonomi, dan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tipe Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 27 Salahutu kelas VIII
berjumlah 23 siswa terdiri dari 11 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki yang
D.Instrumen Penelitian
1. Tes hasil belajar yang terdiri dari soal tes awal dan soal tes akhir
26
2. Lembar observasi dijadikan sebagai penilaian terhadap peneliti itu sendiri
pembelajaran.
E. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
Desain penelitian yang ditempuh adalah pengkajian berdaur siklus yang terdiri
Adapun model dan pelaksaan untuk masih-masing tahap adalah sebagai berikut :
PERENCANAAN REFLEKSI
SIKLUS I
PENGAMATAN
PELAKSANAAN PERENCANAAN
PENGAMATAN
PELAKSANAAN
SIKLUS II
REFLEKSI
27
Berdasarkan gambar dapat di uraikan tahapan-tahapan dalam penelitian
Siklus I
1. Perencanaan
(RPP) berkenaan dengan materi yang akan di ajarkan, menyusun soal tes awal
2. Pelaksanaan
Pada tahap menerapkan tindakan dilakukan dengan mengacu pada RPP yang
telah disusun. Langkah ini disesuaikan dengan model pembelajaran sosio drama
pemain yang akan terlibat dalam simulasi peran, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya terkait dengan perannya, memulai simulasi dramanya, guru
di hentikan hal ini bermaksud agar siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah
tersebut, kemudian setelah selesai mereka melakukan diskusi terkait materi yang
28
3. Pengamatan
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN di kelas VIII SMP N
telah di terapkan.
4. Refleksi
dilakukan pertemuan bersama guru bidang studi PKN sebagai observer dan
dimana membahas terkait hasil uji coba yang dilakukan pada Siklus I terkait
minimal dalam hasil belajar atau bahkan mencapai ketuntasan maksimal dari
KKMnya.
Siklus II
1. Perencanaan
(RPP), dalam rangka memperbaiki kelemahan yang ada pada siklus I, kemudian
29
menyusun kembali soal tes pada awal dan akhir siklus II untuk mengukur hasil
belajar siswa dalam mencapai ketuntasan belajar pada KKM yang di tetapkan.
2. Pelaksanaan
pada RPP yang telah di revisi berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. langkah ini
kepada pemeran yang mendapat kesulitan, simulasi drama di hentikan hal ini
setelah selesai mereka melakukan diskusi terkait materi yang dimainkan dalam
drama tersebut.
3. Pengamatan
dilakukan dalam siklus I. dalam menerapkan model sosiodrama pada siklus II,
tentunya dalam meninjau kembali kekurangan apa saja yang terjadi pada siklus I
sehingga hasilnya belum memenuhi kriteria pada pembelajaran PKN di kelas VIII
pada SMP N 27 Kabupaten Maluku Tengah, akan menjadi bahan evaluasi pada
peneliti.
30
4. Refleksi
di kaji dan di analisis lebih dalam lagi untuk mengetahui pencapain hasil belajar
siswa sudah lebih baik atau belum. Dalam hal ini jika evaluasi dari kelemahan
yang ada pada siklus I sudah berhasil pada siklus II maka pencapaian kriteria
maksimal cukup sampai pada siklus karena telah berhasil meningkatkan hasil
Arikunto, (2006:158).
b. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang di gunakan
Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan
Tes di lakukan sebelum dan sesudah pokok bahasan selesai, kemudian akan
c. Dokumentasi
31
Dokumentasi di gunakan untuk memperoleh informasi atau data awal yang
berkaitan dengan populasi penelitian yang akan dijadikan objek penelitian. Dan
di gunakan untuk mengetahui nama siswa, jumlah siswa, serta dokumen lain
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitaf dan kualitatif terhadap hasil belajar peserta didik. Supardi,
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu jenjang sekolah
menengah pertama yang terletak di Jl.Solemata, desa/kelurahan Tial, Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. didirikan pada tanggal 30
oktober 2003 s/d 2005 dengan nomor SK pendirian 421-3-652. Sebelumnya
sekolah ini bernama SMP Negeri 5 Salahutu, Namun setelah dikeluarkannya
keputusan bupati maluku tengah nomor 42/-1/2 tahun 2021 tentang perubahan
nomenklatur sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan diubah menjadi
SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah.
Awal berdirinya SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah dipimpin oleh
Ny. Syamsia Rolobessy, AM,Pd sebagai kepala sekolah pertama, saat berdiri
sekolah ini memiliki 20 siswa dengan jumlah guru 12 orang yang membidangi
mata pelajaran Agama, PMP, Sejarah, Ekonomi, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggis, Mulok, Penjas, Fisika, Matematika. Disamping itu juga dibantu oleh
guru-guru dari sekolah lain.
Berikut ini nama-nama kepala sekolah yang pernah menjabat di SMP Negeri
27 Kabupaten Maluku Tengah dari awal berdiri sampai saat ini : 1) Ny. Syamsia
Rolobessy, AM,Pd dari tahun 2005-2010, 2) Ny. Nafsia Tuaritta S,Pd dari tahun
2010-2018, dan 3) Ny. Maimuna Rolobessy, S.Pd dari tahun 2018-sampai
sekarang.
Letak geografis SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebelah timur
berbatasan dengan ujung negeri/desa Tial kecamatan salahutu, sebelah barat
berbatasan dengan perumahan warga negeri/desa Tial, selatan berbatasan dengan
pantai negeri/desa Tial, dan utara berbatasan dengan negeri Suli atas dengan luas
tanah: 8.000 m2.
33
2. Profil Sekolah SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Adapun profil sekolah SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebagai
berikut :
34
3. Visi dan Misi SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Adapun visi misi SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah adalah sebagai
berikut :
Visi :
Terwujudnya lembaga yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, terampil
dan berprestasi dibidang akademik maupun non-akademik.
Misi :
1. Menciptakan warga sekolah yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Membentuk kepribadian yang budi pekerti dan luhur.
3. Menghasilkan siswa yang berprestasi dibidang akademik maupun non-
akademik
Tujuan :
1. Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa di warga.
2. Meningkatkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang sopan,
terampil dan berkualitas.
3. Menghasilkan lulusan yang berprestasi berdasarkan iman dan takwa.
4. Meningkatkan perilaku yang berbudi pekerti, luhur dikalangan warga
sekolah.
5. Mewujudkan salah satu tim olahraga yang mampu bersaing ditingkat
kecamatan, kabupaten dan provinsi.
35
Tabel .1
Jumlah Guru/Pegawai SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
No Status Guru Laki-laki Perempuan Total
1 Guru PNS 3 22 25
2 Guru Honor 1 1 2
3 Tata Usaha 5 2 7
Jumlah 9 25 34
Sumber : Tata Usaha SMP Negeri27 Kabupaten Maluku Tengah, 2022
Berdasarkan data tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa guru/pegawai SMP
Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 34 orang yaitu guru PNS 25
orang terdiri dari laki-laki 3 orang dan perempuan 22 orang, guru Honor 2 orang
yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, dan 7 orang tata usaha
orang yang terdiri 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
36
Berdasarkan data table.2 diatas dapat dijelaskan bahwa kelas VII (VII1 dan
VII2) terdapat sebanyak 44 siswa yang terdiri dari 24 orang laki-laki dan 20 orang
perempuan, pada kelas VIII (VIII1 dan VIII2) sebanyak 45 siswa terdiri dari 15
orang laki-laki dan 30 orang perempuan, kelas IX (IX1 dan IX2) terdapat 47 siswa
yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan 20 orang perempuan jadi jumlah
keseluruhan siswa di SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah sebanyak 136
orang siswa.
37
7. Struktur Organisasi SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
Susunan Struktur organisasi yang terdapat pada SMP Negeri 27 Kabupaten
Maluku Tengah adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SMP NEGERI 27
Kabupaten Maluku Tengah
WALI KELAS VII1 WALI KELAS VII2 WALI KELAS VIII1 WALI KELAS VIII2 WALI KELAS IX1 WALI KELAS IX2
Ny.M.TUARITA,S.Ag N.LEIWAKABESSY,S.Pd
SISWA
KETERANGAN
KORDINASI PROGRAM
MASYARAKAT
KEBIKSANAAN
Ny.M.ROLOBESSY,S.Pd
NIP:197405252006042023
38
Sumber: Tata usaha SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam uji coba siklus I untuk pelaksanaan metode
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana direncanakan
dalam RPP adalah sebagai berikut :
Melakukan Pengamatan terhadap nilai dan semangat sumpah pemuda
1. Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda dengan
menyajikan tayangan gambar dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa.
2. Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda.
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.
39
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan
perannya memperagakan sumpah pemuda.
5. Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran mulai memperagakan
sumpah pemudah dengan para siswa lainnya.
6. Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan saat
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
7. Peragaan peristiwa sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat
mengucapkan pernyataan sumpah pemuda. Hal ini di maksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam masalah yang diperagakan.
8. Guru meminta siswa berdikusi tentang bagaimana sebaiknya
memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru mendorong siswa agar
dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
9. Siswa diberikan kesempatan membuat kesimpulan hasil memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.
c. Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan terkait pelaksanaan metode sosiodrama
terlihat siswa masih kurang aktif. Berdasarkan hasil penilaian penerapan metode
sosiodrama terlihat belum menunjukan hasil belajar yang maksimal, hal ini
terlihat pada hasil pree tes (tes awal) sebelum melakukan penerapan metode
sosiodrama dan post tes (tes setelah melakukan penerapan metode sosiodrama)
masih terdapat siswa yang menunjukan belum mencapai ketuntasan dalam belajar
sesuai standar KKM 70 dalam mata pelajaran PKn yang ditetapkan sekolah.
Berikut ini nilai pree tes dan post tes dalalm pembelajaran PKn yang berlangsung.
40
Tabel. 4
Nilai Hasil Pree Tes (Tes Awal)
41
No Nama Siswa Nilai Ketuntasan
Jumlah 1430
Rata-rata 62,17
Presentase 30%
= 30%
Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh ketuntasan siswa pada tes awal
sebesar 30% dengan jumlah siswa 7 orang yang mencapai KKM. 2 orang siswa
mendapat nilai antara 40-50, 14 orang mendapat nilai antara 55-65, dan 7 siswa
mendapat nilai antara 70-100. Maka dapat disimpulkan bahwa, hasil pada tes
awal tergolong rendah. Untuk itu peneliti melakukan tindakan siklus I untuk
42
meningkatkan hasil pada siswa dengan materi nilai dan semangat sumpah pemuda
dengan menggunakan metode sosiodrama.
Tabel.5
Nilai Post Tes Siklus I
43
No Nama Siswa Nilai Ketuntasan
Jumlah 1595
Rata-rata 69,34
Presentase 69%
= 69%
Berdasarkan rumus diatas maka dapat diperoleh ketuntasansiswa pada hasil tes
siklus I yaitu 69%dengan jumlah siswa 16orang, hal ini menunjukan bahwa
kemampuan siswa meningkat 69% dimanasiswa mencapai nilai diatas KKM
44
adalah 16 orang mencapai 70-100 sedangkan 7 orang mencapai nilai antara 55-
65.
80
70
60
Nilai
50
40
30
20
10
0
S T T J JL HL IBT BR FR RJT ST AT LR LK SR SR SL FL UT
AH H RAK SF NM ZM SA F M F A
Inisial Nama
d. Refleksi
Tahap refleksi dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang berlangsung
pada siklus I perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Dalam penelitian tindakan
kelas ini refleksi siklus I akan dijadikan masukan dalam penentuan langkah siklus
ke II, dengan demikian akan didapatkan perbaikan perencanaan dan tindakan
pada siklus II sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik dan sesuai
yang diharapkan. Berdasarkan hasil tindakan proses pembelajaran PKn,
khususnya nilai dan semangat sumpah pemuda maka metode sosiodrama untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu dilihat dari evaluasi hasil tes awal
siklus nilai rata-rata 62,17% dan hasil tes siklus I nilai rata-rata 69,34% maka
45
kegiatan pembelajaran pada siklus I perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Adapun
hasil refleksi pada siklus I antara lain :
1. Siswa kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru.
2. Ada sebagian siswa yang asyik berbicara dengan siswa yang lain sehingga
tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan
3. Siswabelum berani bertanggung jawab dengan apa yang dikemukakan.
4. Peneliti harus lebih meningkatkan kemampuan dalam menerapkan metode
sosiodrama.
5. Dari hasil perenungan diatas maka dilakukan perbaikan langkah-langkah
pembelajaran pada siklus berikutnya dengan tetap berpatokan pada
penerapan metode sosiodrama.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam uji coba siklus II untuk pelaksanaan metode
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana direncanakan
dalam RPP adalah sebagai berikut :
Melakukan Pengamatan terhadap nilai dan semangat sumpah pemuda
1. Pada tahap pelaksanaan guru menetapkan topik sumpah pemuda dengan
menyajikan tayangan video dan menceritakan peristiwa sumpah pemuda
pada siswa.
46
2. Guru memberikan gambaran masalah situasi sumpah pemuda.
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan
perannya memperagakan sumpah pemuda.
5. Siswa yang bertugas sebagai kelompok pemeran mulai memperagakan
sumpah pemudah dengan para siswa lainnya.
6. Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan saat
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
7. Peragaan peristiwa sumpah pemuda berhenti dilakukan pada saat
mengucapkan pernyataan sumpah pemuda. Hal ini di maksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam masalah yang diperagakan.
8. Guru meminta siswa berdikusi tentang bagaimana sebaiknya
memperagakan peristiwa sumpah pemuda. Guru mendorong siswa agar
dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
memperagakan peristiwa sumpah pemuda.
9. Siswa diberikan kesempatan membuat kesimpulan hasil memperagakan
peristiwa sumpah pemuda.
c. Pengamatan
Dari pengamatan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II terkait penerapan
metode sosiodrama terlihat siswaaktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil penilaian penerapan metode sosiodrama terlihat siswa sudah
menunjukan hasil belajar yang maksimal dan telah mencapai ketuntasan dalam
belajar sesuai standar KKM 70 dalam mata pelajaran PKn yang diterapkan
sekolah.
Adapun hasil tes akhir pada siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus I.
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel.6
Nilai Post Tes Siklus II
47
No
Nama Siswa Nilai Ketuntasan
8 Jubaeda 75 Tuntas
48
19 Sulastri Rolobessy 80 Tuntas
Jumlah 1777
Rata-rata 77,26
Presentase 91,30%
= 91,30%
Dari hasil post tes siklus II sangat terlihat dalam peningkatan hasil belajar
dengaan menggunakan metode pembealajaran sosiodrama. Keberhasilan tersebut
terlihat pada siswa yang mencapai KKM yaitu 21 orang dengan persentase 91,28
% dan terdapat 2 orang belum mencapai KKM dengan presentase 8,69%. Dilihat
dari nilai post siklus II nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77,26 %. setelah
mengikuti metode pembelajaran Sosiodrama dan telah mencapai KKM yang
ditetapkan oleh SMP Negeri 27 Kabupaten Maluku Tengah yaitu 70, ini berarti
peserta didik sudah menguasai materi dan pembentukan siswa juga berhasil.
49
Berikut diagram hasil belajar siswa pada siklus II
50
40
30
20
10
0
S T T J JL HL IBT BR FR RJT ST AT LR LK SR SR SL FL UT
AH H RAK SF NM ZM SA F M F A
Inisial Nama
d. Refleksi
50
B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan hasil selama dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Perolehan hasil penelitian merujuk pada skor yang dicapai
siswa, ketika mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama.
Proses pembelajaran melalui metode ini dilakukan dengan dua siklus. Setiap
pertemuan diawali dengan apersepsi dengan cara menanyakan keadaan siswa dan
memancing siswa dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi, untuk
berfikir aktif dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Dengan
demikian presentase siswa yang telah mencapai KKM atau memperoleh nilai ≥
70 adalah 77,26%, hal ini berarti pada siklus ke II ini telah mencapai ketuntasan
belajar yaitu 70. Berikut ini adalah peningkatan nilai rata-rata siswa mulai dari
pree tes (tes awal), post tes (tes akhir siklus I) dan Post tes (tes akhir siklus II).
50
40
30
20
10
0
Nilai Rata-rata Pree Tes Nilai Rata-rata Post Tes Siklus I Nilai Rata-rata Post Tes Siklus II
51
Pelaksanaan dilakukan dengan RPP yang disusun berasarkan metode yang
diterapkan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya hasil belajar
siswa pada siklus ini, yaitu Faktor siswa dan Faktor guru yang mendukung .
Kedua faktor ini saling menunjang maka peningkatan hasil itu akan diperoleh
dengan baik dan sesuai dengan harapan.
Faktor ditandai dengan keseriusan siswa untuk menerima pelajaran dan ikut
aktif dalam proses pembelajaran, hampir tidak ada siswa yang menunjukan sikap
tersebut dalam siklus ini. Pada proses pembelajaran dikelas siswa terlihat sangat
antusias mengikuti pembelajaran PKn, dan menyimak apa yang disampaikan
guru. Dalam hal ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kondusif dan
pembelajaran berjalan dengan lancar dan baik adanya sesuai dengan harapan.
Faktor kedua adalah guru. Guru sangat berperan penting terhadap segala proses
pembelajaran didalam kelas. Dalam proses pembelajaran ini didesain
menggunakan metode sosiodrama pada pelaksanaan siklus II yaitu guru berupaya
untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa. Dengan melihat peningkatan hasil
belajar siswa dimana pada akhir tes siklus II ini 77,26% telah dicapai dan
memenuhi standar yang telah ditentukan maka pelaksanaan tindakan ini
dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan pada siklus berikutnya.
Menurut Stenberg dan Garcia (2010: 234) tujuan dari sosiodrama adalah
(presepsi baru), dan pelatihan peran (praktik perilaku). Apapun masalah ini,
macam emosi, dari air mata sampai tawa, dan untuk menambah kosa kata.
52
memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih
motivasi belajar kepada anak, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama
dalam situasi kelompok, (7) menumbuhka daya kreatif siswa, dan (8) melatih
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
54
Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan dengan
menggunakan metode sosiodrama sebagai metode pembelajaran. Hal ini dilihat
dari adanya peningkatan pada hasil tes awal dan akhir siklus I sampai dengan
siklus II.
1. Pada tes awal rata-rata hasil belajar peserta didik 62,17. peserta didik yang
mencapai ketuntasan 7 peserta didik dengan presentase 30.43%.Sedangkan
peserta didik yang belum tuntas mencapai 16 peserta didik dengan presentase
69.56%.
2. Siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik 69,34. peserta didik yang
mencapai ketuntasan 16 peserta didik dengan presentase 69.56%. peserta
didik yang belum tuntas 7 peserta didik dengan persentase 30.43%.
3. pada siklus II rata-rata hasil belajar 77,82 dengan jumlah peserta yang
mencapai ketuntasan 23 peserta didik dengan persentase 100%sehingga
penelitian tindakan kelas ini selesai pada siklus II dan tidak berlanjut pada
siklus-siklus berikutnya
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan data diatas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
1. Peserta didik
Pembelajaran menggunakan metode sosiodrama sebagai metode
pembelajaran sebaiknya digunakan peserta didik untuk memupuk
kerjasama, kreatif, berpikir kritis dalam kerja sama saling membantu sesama
teman sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar.
2. Peneliti/Guru
Peneliti dapat senantiasa menerapkan metode sosiodrama sebagai metode
pembelajaran Sehingga peserta didik diharapkan dapat memahami materi
yang diajarkan dan dapat membuat peserta didik lebih antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru dapat memperhitungkan
waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana
secara maksimal.
55
3. Sekolah
Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana
pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi
meningkatnya mutu pendidikan disekolah.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, dkk. (2011) Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Baharuddin, (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran,Bandung: CV. Alfabeta,
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. (2009) Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djahiri Kosasih. (1994). Buku pedoman guru pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud
Duran, V. M. dan David H.Barlow. (2006). Psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka
belajar.
Engkoswara. (1984). Dasar-dasar metodologi pengajaran. Jakarta: Bina Aksara
Hammil, et.al, Abu Hamadi dalam Subini,(2004). Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka
Cipta.
Indah Kosmiyah, (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
Lif Khoiru Ahmadi, dkk. (2011). Strategi pembelajaran sekolah terpadu. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publishe.
Lukman Ali, (2007). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: Apollo.
Marintis Yamin. (2006). Stretegi pembelajaran berbasis kompetensi. Jakarta: Gunung
Persada Press.
Muhibbin,Syah. (2004). Psikologi pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Mutadi. (2007). Pendekatan efektif dalam pembelajaran matematika, Semarang: Balai
diklat Keagamaan.
57
Nana Sudjana, (2000). Dasar-dasarProsesBelajarMengajar. Bandung: PT Sinar Baru
Algen sindo.
Oemar Hamalik, (2007). Proses Belajar Mengajar,Jakarta:Bumi Aksara.
Pargito, (2011). Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Anugrah
Utama Raharja
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Riant Nugroho, (2003). Prinsip Penerapan Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka.
Roestiyah, (2018). StRATEGI Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.
Rogers, M. Everett, (2003). Diffusion Of Inovation 5th Edition. Free Press.
Ronald, Hyman, (1970). Ways Of Teaching. Philadelphia: JB Lippincott Company.
Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensido Offset.
Suryosubroto.(2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamrah & Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar (Edisi
Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Triyanto Ibnu Badar. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
58
.(http://www.pakguru.pendidikan.net/bukutuapakgurudasar_kpdd_b12.html) di
aksespada 13 februari 2021
(http://irvanhavefun.blogspot.com/2012/03/teknik-sosiodrama.html). diakses 14 Januari
2021.
(http://purnamabgp.blogspot.com/2011/11/metode-sosiodrama-dan-bermain_01.html).
diaksesSenin, 15 Februari 2021.
59
Lampiran I
A Keaktifan
a. Menyatakan pendapat
b. Mengajukan pertanyaan
c. Mengerjakan tugas dengan baik
d. Menjawab pertanyaan dari guru maupun
teman-teman
B Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru dengan
sungguh-sungguh
b. Menunjukan antusias dalam
pembelajaran
c. Menunjukan rasa senang dalam
pembelajaran
C Kerja sama
a. Menghargai pendapat orang lain
b. Menunjukan kekompakan dalam
diskusi kelompok
c. Berperan aktif dalam diskusi kelompok
d. Membantu teman memberikan
penjelasan terkait materi yang belum di
pahami
D Tanggung jawab
a. Bertanggung jawab pada tugas yang di
berikan oleh guru
b. Tidak menggangu teman lain
c. Mengerjakan tugas/PR dengan baik
d. Tidak menyontek jawaban dari teman
60
KeteranganPenilaian
1. (kurang) : Jika hanya satu indikator yang di laksanakan
2. (cukup) : Jika hanya dua indikator yang di laksanakan
3. (baik) : Jika hanya tiga indikator yang di laksanakan
4. (sangat baik) : Jika semua indikator di laksanakan
Lampiran 2
61
4. Sumpah Pemuda telah mendorong bangsa Indonesia untuk ....
a. Bermusuhan sesama bangsa
b. Berperang sesama bangsa
c. Bergabung dengan penjajah
d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia
5. Arti penting sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia di antaranya adalah sebagai
berikut, kecuali
a. Menjadi alat pemersatu para pemuda
b. Bergabung dengan penjajah
c. Menambah semangat untuk mengusir penjajah
d. Menyatukan seluruh pemuda menjadi satu bangsa
8. Contoh sikap yang baik dalam membina persatuan di lingkungan sekolah adalah ....
a. Berkelahi dengan teman
b. Mengejek teman yang bodoh
c. Berteman dengan siapa saja
d. Pilih-pilih teman sedaerah saja
9. Pihak-pihak yang wajib menjaga kerukunan dan persatuan di sekolah adalah ....
a. Siswa
b. Guru
62
c. Kepala Sekolah
d. Semua warga sekolah
10. Berikut ini yang tidak termasuk isi sumpah pemuda adalah ....
a. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia
b. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
c. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbudaya yang satu,
budaya Indonesia.
d. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
12. Saat terjadi sumpah pemuda, Indonesia masih dijajah oleh negara ....
a. Inggris
b. Belanda
c. Portugis
d. Jepang
13. Para pemuda Indonesia pada zaman dahulu melakukan sumpah pemuda agar
dapat ....
a. Menjadi penguasab. Terus sekolah
c. Bersatu mengusir penjajah
d. Menjadi tentara belanda
63
14. Para pemuda berikrar bahwa mengaku bertumpah darah yang satu, yaitu ....
a. Tanah air Jawa
b. Tanah air nusantara
c. Tanah air Indonesia
d. Tanah air sabang merauke
16. Di sekolah ada Tina yang berasal dari Jawa Tengah, Heru dari Kalimantan Barat,
dan Bagas berasal dari Jawa timur. Walaupun demikian, mereka harus hidup
dengan ....
a. Rukun dan bersahabat
b. Sendiri-sendiri
c. Tidak mau berteman
d. Pilih-pilih teman
64
19. Berikut ini yang tidak termasuk suku-suku yang ada di Indonesia adalah ....
a. Suku Jawa dan Suku Sunda
b. Suku Indian dan Suku Aborigin
c. Suku Batak dan Suku Dayak
d. Suku Asmat dan Suku Minangkabau
21. Salah satu cara untuk menghindari perpecahan adalah mempunyai sifat ....
a. Menang sendiri
b. Toleransi
c. Tinggi hati
d. Mudah tersinggung
65
b. Perisai dada garuda
c. Ekor Garuda
d. Dicengkram kaki Garuda
Lampiran 3
1. c. Menang sendiri
2. d. Semua tempat
3. b. Indonesia
4. d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia
5. b. Bergabung dengan penjajah
6. a. Indonesia bangga menjadi antek negara lain
7. a. Agar persatuan dan kesatuan bangsa dapat terjaga
8. c. Berteman dengan siapasaja
9. d. Semuawargasekolah
10. c. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbudaya yang satu, budaya Indonesia.
11. d. 28 Oktober
12. b. Belanda
13. c. Bersatu mengusir penjajah
14. c. Tanah air Indonesia
15. d. Nusantara
16. a. Rukun dan bersahabat
17. a. Tanah air
18. d. Ribuan Pulau
19. b. Suku Indian dan Suku Aborigin
20. a. Kalimantan
21. b. Toleransi
22. b. Kekayaan budaya
23. c. Berbeda-beda namun tetap satu jua
24. d. Dicengkram kaki Garuda
25. d. Menghormati dan menghargai
66
Lampiran 4
1. Nama tokoh yang terlibat dalam penyusunan teks sumpah pemuda dalam kongres
pemuda II adalah ..
a.Moh Yamin, Mr Soenario, Amir Syarifudin
b. Mr Soenario, Ir Soekarno, Moh Yamin
c.Amir Syarifudin, Soegondo Djojopuspito, Moh Yamin
d. Moh Yamin, Mr Soenario, Soegondo Djojopuspito
3. Nilai utama yang dipetik dari peristiwa sumpah pemuda ialah ....
a. Adanya semangat kesatuan dan persatuan bangsa
b. Sikap keberanian para pemuda
c. Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
d. Semangat pertempuran melawan belanda
67
b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pemersatu
c. Pemuda pemudi Indonesia ikrar bersama-sama
d. Bersatunya suku-suku bangsa Indonesia
6. Konggres kedua sumpah pemuda pada tahun 1928 diselenggarakan di ....
a. Surabaya
b. Yogyakarta
c. Jakarta
d. Sumatra
9. Pengaruh sumpah pemuda 1928 bagi perjuangan bangsa Indonesia adalah ....
a. Memperkuat semangat dan tekad para pemuda untuk bersatu
b. Membangkitkan kesadaran nasional
c. Belanda bersikap lunak kepada pejuang Indonesia
d. Mempercepat proses kemerdekaan Indonesia
10. Salah satu tokoh yang lahir dari Jong Minahasa adalah ...
a. Sam Ratulangi
b. Moh. Hatta
c. Moh. Yamin
d. Bahder Johan
11. Saat terjadi sumpah pemuda, Indonesia masih dijajah oleh negara ....
a. Inggris
b. Belanda
c. Portugis
d. Jepang
68
a. Memajukan kepanduan kebangsaan Indonesia
b. Memetingkan Gerakan social ekonomi
c. Menyebarkan semangat Indonesia merdeka
d. Memajukan ekonomi anggotanya
15. Para pemuda Indonesia pada zaman dahulu melakukan sumpah pemuda agar
dapat ....
a. Menjadi penguasa
b. Terus sekolah
c. Bersatu mengusir penjajah
d. Menjadi tentara
18. Hikmah yang dapat diambil dari kongres pemuda tahun 1928 adalah ....
a. Kehadiran organisasi kedaerahan
b. Terwujudnya persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia
c. Lahirnya organisasi kepemudaan di Indonesia
d. Dicapaianya kemerdekaan bangsa Indonesia
19. M. Yamin merupakan sekretaris pada kongres pemuda yang berasal dari
organisasi . .
a. PPPI
b. Jong Java
c. Jong Sumatranen Bond
d. Pemoeda Indonesia
69
3. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
4. Menjaga persatuan dan kesatuan Sikap yang menunjukkan semangat sumpah
pemuda adalah ....
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 4
c. 1, 3, 4
d. 1, 2, 3
21. Nilai-nilai yang dapat diambil dari peristiwa Sumpah Pemuda adalah ....
a. Keberanian
b. Persatuan
c. Kejujuran
d. Tanggung jawab
23. "Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia".
Pernyataan tersebut menunjukkan adanya ....
a. Keinginan menjadi bagian dari bangsa Indonesia
b. Perasaan kebangsaan yang menjiwai para pemuda
c. Tekad melawan segala bentuk penjajahan barat
d. Keinginan untuk mewujudkan kemerdekaan
Lampiran 5
70
3. a. Adanya semangat kesatuan dan persatuan bangsa
4. c. Bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan Indonesia
5. b. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pemersatu
6. c. Jakarta
7. a. Punya cita-cita sama yakni Indonesia merdeka
8. a. Persatuan dan kesatuan
9. a. Memperkuat semangat dan tekad para pemuda untuk bersatu
10. a. Sam Ratulangi
11. b. Belanda
12. d. Bersatu seluruh bangsa Indonesia
13. c. Menyebarkan semangat Indonesia merdeka
14. d. Perimpunan Pelajar-pelajar Indonesia
15. c. Bersatu mengusir penjajah
16. b. Sumpah Pemuda
17. d. Solo
18. b. Terwujudnya persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia
19.c. Jong Sumatranen Bond
20. c. 1, 3, 4
21. b. Persatuan
22. a. Indonesia Raya ciptaaan Wage Rudolf Supratman
23. b. Perasaan kebangsaan yang menjiwai para pemuda
24. b. Agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga
25. d. Indonesia Muda
71
Lampiran 6
(RPP)
72
tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal
Ika.
Kopetensi dasar ketrampilan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.5 Mengaitkan hasil proyeksi nilai 4.5.1 Menyajikan hasil penalaran tentang
dan semangat sumpah pemudah nilai dan semangat sumpah pemuda tahun
tahun 1928 dalam bingkai Bhineka 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika
Tunggal Ika
C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui Sosiodrama siswa dapat memproyeksikan nilai dan semangat
sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika dengan
tepat.
2. Melalui kegiatan sosiodrama siswa mampu mengaitkan hasil proyeksi nilai
dan semangat sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal
Ika
3. Guru memantau dan membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok
menemukan informasi belajar
4. Siswa menyampaikan hasil diskusi terkait temuan informasi belajar.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian sumpah pemuda
2. Contoh semangat sumpah pemuda
3. Nilai sumpah pemuda tahun 1928 dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
73
Pertemuan Pertama ( menit)
KEGIATAN
WAKTU
PEMBELAJAR AKTIVTAS GURU/PESERTA DIDIK
(Menit)
AN
Pendahuluan Guru menyapa siswa mengecek kehadiran peserta didik, 10 '
mempersiapkan secara fisik dan psikis peserta didik
untuk mengikuti pembelajaran dengan melakukan
berdoa, kesiapan buku tulis dan sumber belajar
Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi nilai dan semangat sumpah pemuda
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran
Memberikan motivasi
74
KEGIATAN
WAKTU
PEMBELAJAR AKTIVTAS GURU/PESERTA DIDIK
(Menit)
AN
Penutup Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi 5'
pembelajaran melalui tanya jawab secara klasikal
Guru memberikan tugas tindak lanjut pada peserta didik
melakukan penulusuran berbagai sumber informasi
tentang nilai dan semangat sumpah pemuda.
1. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Penilaian Sikap
Penilaian Jurnal Sikap
2. Penilaian Pengetahuan
Tes Tertulis
3. Penilaian ketrampilan
Obsevasi unjuk kerja
Kepala Sekolah,
( ___________________ ) ( ___________________ )
75
Lampiran 7
MATERI:
NILAIDANSEMANGATSUMPAHPEMUDATAHUN1928DALAMBINGKAI
BHINNEKATUNGGALIKA
76
Kongres Pemuda I
77
tersebut mulai dirintis melalui Kongres Pemuda I yang dilaksanakan tanggal 30
April 1926 sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta.
78
oktober 1928 organisasi Pemuda Indonesia belum juga bergerak secara langsung
di bidang politik.
Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil – wakil dari organisasi pemuda di
seluruh Indonesia, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Minahasa, dan Jong Batak. Dalam pidato
pembukaannya ketua panitia M. Tabrani meminta perhatian peserta untuk
mencari cara menyatukan semangat Nasional di kalangan pemuda. Moh.Yamin
menyampaikan pemikirannya tentang bahasa persatuan.
Peleburan (fusi) dari organisasi pemuda itu ternyata semakin lama semakin
diperlukan karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa bentuk organisasi
masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten
Bond, Studerence Minahasa, dan pemuda kaum Theosofi. Haal ini jelas tampak
79
adanya perbedaan pada waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1.Dalam
pembicaraan ternyata kepentingan daerah masih sangat menonjol.Masalah bahasa
juga menunjukkan masalah yang tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam
kongres tersebut.Di samping itu juga masih tampak sifat mementigkan daerah
misalnya tentang adat yang ada di daerah masing – masing.Untuk membentuk
cita – cita bersama seperti rasa persatuan dan kesatuan bangsa, maka hal – hal
tersebut sangat menghambat.Untuk itulah, maka para peseta merasa tidak puas
dan ingin melanjutkan Kongres Pemuda yang berikutnya.
Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda I itu, antara lain ialah sebagai
berikut :
1. Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam
hal ini masih tampak samar – samar)
2. Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot,
dan lain – lain.
80
Jadi, para peserta memang menyadari bahwa pada saat itu masih sulit
untuk membentuk kebulatan tekad dalam perjuangan mencapai cita – cita
Nasional.Selain itu, belum banyak para anggota Perhimpunan Indonesia yang
kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota Perhimpunan Indonesia yang
mengikuti Kongres pemuda I tersebut.Oleh karena itu, cita-cita untuk mencapai
persatuan memang belum kuat.
Kongres Pemuda II
Kalau pada bulan April 1926 telah berlangsung Kongres Pemuda I yang bias
dikatakan belum berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka dalam Kongres
Pemuda II benar – benar dapat memenuhi harapan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun kongres Pemuda I tidak dapat dikatakan gagal total karena telah berhasil
meletakkan dasar – dasar perstuan.
81
2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,
3. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan
Indonesia.
Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi menjadi tiga
pertemuan.Pertemuan pertama, Sabtu, 27 Oktober, 1928, di laksanakan di
Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (GOC), Waterlooplein sekarang
Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Ketua GN Sugondo Djojopuspito
berharap konferensi ini akan memperkuat semangat persatuan di benak pemuda.
Acara dilanjutkan dengan penjelasan tentang makna dan Moehammad Yamin
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurut dia, ada lima faktor yang bisa
memperkuat persatuan Indonesia, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
kemauan
82
dipisahkan dari pergerakan nasional.Gerakan kepanduan sejak dini mendidik
anak-anak dan disiplin diri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Dari rapat pertama hingga rapat ketiga, kongres pemuda II ini menghadirkan
15 pembicara, yang membahas berbagai tema. Diantara pembicara yang dikenal,
antara lain: Soegondo Djojopespito, Muhammad Yamin, Siti Sundari,
Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, dan Sunario.
Sebelum kongres pemuda II, para pemuda sudah pernah menggelar kongres
pertamanya pada tahun 1926. Tabrani Soerjowitjitro, salah satu tokoh penting
dari kongres pertama, peserta kongres pertama sudah bersepakat menjadikan
bahasa melayu sebagai bahasa persatuan. Akan tetapi, pada saat itu, Tabrani
mengaku tidak setuju dengan gagsan Yamin tentang penggunaan bahasa melayu.
Menurut Tabrani, kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama
Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa
Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu. Keputusan kongres pertama akhirnya
menyatakan bahwa penetapan bahasa persatuan akan diputuskan di kongres
kedua.
Seusai kongres pemuda ke-II, sikap pemerintah kolonial biasa saja. Bahkan,
Van Der Plass, seorang pejabat kolonial untuk urusan negara jajahan,
menganggap remeh kongres pemuda itu dan keputusan-keputusannya. Van Der
Plass sendiri menertawakan keputusan kongres untuk menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, mengingat bahwa sebagian pembicara dalam
kongres itu justru menggunakan bahasa Belanda dan bahasa daerah. Soegondo
sendiri, meskipun didaulat sebagai pimpinan sidang dan berusaha
mempergunakan bahasa Indonesia, terlihat kesulitan berbahasa Indonesia dengan
baik.
Siti Sundari, salah satu pembicara dalam kongres pemuda II itu, masih
mempergunakan bahasa Belanda. Hanya saja, dua bulan kemudian, sebagaimana
ditulis Dr Keith Foulcher, pengajar jurusan Indonesia di Universitas Sydney,
Australia, Siti Sundari mulai menggunakan bahasa Indonesia.
83
Akan tetapi, apa yang diperkirakan oleh Van Der Plass sangatlah
meleset. Sejarah telah membuktikan bahwa kongres itu telah menjadi “api” yang
mencetuskan persatuan nasional bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme.
Pada mulanya keras suara dari beberapa pihak, supaya bahasa persatuan
hendaknya satu bahasa yang telah matang,yang dimaksud adalah bahasa Jawa.
Dikatakan bahwa bahasa Jawa telah memiliki jumlah kata dan pengertian yang
besar tetapi sebaliknya penantang-penantang mengatakan bahwa bahasa Jawa
bukan bahsa demokratis tetapi bahasa feudal.Sedangkan rakyat Indonesia akan
dibina menjadi masyarakat yang demokratis.Karena hal ini, Mohammad Yamin
kemudian meminta pendapat dari seorang pakar bahasa Jawa. Beliau berpendapat
bahwa bahasa Melayu yang harus di pakai sebagai bahasa persatuan,karena
bahasa Melayu memiliki banyak kemungkinan untuk berkembang dengan baik
seperti bahasa Inggris. Maka diterimalah bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.
84
Pembantu II : Kotjosungkono (Pemuda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : J. Leimena (Jong Ambon) Pembantu V : Rohjani (Pemuda Kaum
Betawi)
Poetoesan Congress Pemoeda-Pemoeda Indonesia
Kerapatan Pemoeda-pemoeda Indonesia yang diadakan oleh perkoempoelan-
perkoempoelan pemoeda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan
namanya:Jong Java,Jong Soematra (pemuda soematra), pemoeda Indonesia,
Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes,
Pemoeda kaoem Betania dan perhimpoenan peladjar-peladjar Indonesia;
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober Tahoen 1928 di negeri
Djakarta;
Sesoedahnya mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan yang diadakan dalam
kerapatan tadi;
Sesoedahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
Kerapatan laloe mengambil poetoesan:
Pertama KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKU
BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA;
Kedoea KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKU BERBANGSA
SATOE, BANGSA INDONESIA;
Ketiga KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG
BAHASA PERSATOEAN BAHASA INDONESIA.
Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloerkan kejakinan, azaz ini
wajib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia;
Mengeloearkan kejakinan, Persatoean Indonesia diperboeat dengan
memperhatikan dasar persatoeannja; Kemaoean Sedjarah Bahasa Hoekoem adat
Pendidikan dan Kepandoean
Dan mengeloearkan penghargaan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala
soerat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita.
Dalam peristiwa Kongres Pemuda II yang bersejarah tersebut
diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang
diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama
kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan
teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
85
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus
menyanyikannya.
Berdasarkan dokumen di atas, Kongres Pemuda II yang digagas Perhimpunan
Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) dan berlangsung 27 – 28 Oktober 1928
menghasilkan suatu Poetoesan Congress Pemoeda-Pemoeda. Kemudian oleh
Muhammad Yamin, kata Poetoesan Congress Pemoeda-Pemoeda
Indonesia diganti dengan Soempah Pemoeda. Sampai saat ini penggunaan
istilah Sumpah Pemuda diterima oleh semua pihak karena memang isi dari
putusan pemuda dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 tersebut mengandung
pernyataan yang berisi ikrar satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yakni
Indonesia.
1. Nilai dan Semangat Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhinneka Tunggal
Ika
isi putusan seperti terdapat dalam kalimat “kerapatan mengeloerkan
kejakinan, azaz ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan
kebangsaan Indonesia” dan pada kalimat “dan mengeloearkan penghargaan
soepaja poetoesan ini dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-
perkoempoelan kita” menjadi landasan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Bagi bangsa Indonesia Sumpah Pemuda memiliki nilai yang tinggi yakni
sebagai penegas pentingnya persatuan dalam upaya mencapai
kemerdekaan.Keputusan Kongres Pemuda II yang kemudian dikenal dengan
86
istilah Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah yang penting bagi
bangsa Indonesia.Seperti kita telah ketahui, butir penting Sumpah Pemuda berisi
tentang penegasan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yakni
Indonesia.Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita.
Nilai dan semangat lainnya adalah Sumpah Pemuda merupakan fakta sejarah
bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 pemuda Indonesia telah menyatakan satu
tanah air, satu bangsa, satu bahasa yakni Indonesia. Pernyataan tersebut
merupakan bentuk tekad dan semangat perjuangan rakyat untuk merdeka atau
bebas dari kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu. Kondisi ketertindasan di
bawah penguasa kolonialis (penjajah) itulah yang kemudian mendorong para
pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad bersatu demi mengangkat harkat
dan martabat hidup rakyat Indonesia.Tekad inilah yang menjadi komitmen
perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun
kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Perlu disadari bahwa Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja.Banyak hal
yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Para pemuda telah
menyadari bahwa dalam bangsa yang beraneka ragam tidak akan bisa membuat
Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri. Ini artinya Sumpah
Pemuda mengadung semangat persatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal
Ika.Semangat dan tekad persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah tanggal
31 Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk “Indonesia
Moeda”.Hal tersebut memberikan bukti bahwa para pemuda kita lebih
87
mengutamakan persatuan dan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi,
golongan, maupun kedaerahan.Dengan demikian, kehadiran Indonesia Moeda
merupakan pelopor dalam upaya secara nyata untuk mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa.Puncaknya dari hasil semangat persatuan akhirnya dapat
diwujudkan saat bangsa Indonesia meraih kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa sumpah pemuda merupakan
minitur Bhinneka Tunggal Ika, artinya sekalipun para pemuda berasal dari
berbagai daerah yang pasti memiliki suku, agama, ras dan golongan yang berbeda
namun mereka mengakui satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yakni
Indonesia. Berbeda-beda tetapi teta satu jua.
Bung Karno menganggap Sumpah Pemuda 1928 bermakna revolusioner: satu
negara kesatuan dari Sabang sampai Merauke, masyarakat adil dan makmur, dan
persahabatan antarbangsa yang abadi. “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda,
tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-
saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa,
dan tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,” kata Soekarno dalam peringatan Hari
Sumpah Pemuda ke-35 di Istana Olahraga Senayan, Jakarta, 28 Oktober 1963.
Nilai dan semangat Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
adalah kemampuan para pemuda menyatukan berbagai perbedaan dalam
memperjuangkan satu tujuan yakni kemerdekaan bangsa Indonesia.
88
2 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia harus menjadikan kemajemukan
adat dan budaya bukan sebagai perbedaan tetapi sebagai potensi untuk
kemajuan bersama.
3 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia menjadikan Pancasila yang
didalamnya mengadung persatuan Indonesia sebagai dasar Negara dan
tidak pernah berkehendak untuk merubahnya.
4 Bangga menjadi sebagai bangsa Indonesia yang dibuktikan dengan
keikutsertaan dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan
dengan susah payah dengan kegiatan yang positif.
5 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia harus mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi maupun
kepentingan golongan.
6 Pemuda dan seluruh rakyat Indonesia harus meningkatkan kepedulian
kita terhadap sesama, minimal diawali dari diri kita sendiri untuk
belajar peduli pada sikap dan prilaku kita pada orang tua, saudara dan
lingkungan sekitar.
89
Lampiran 8
DOKUMENTASI
90
91