Anda di halaman 1dari 78

i

TINJAUAN PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN RIGID


“PADA RUAS JALAN BUKIT BARU - GANDUS”
PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Dibuat untuk memenuhi Salah Satu Syarat Kurikulum Pada


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Tridinanti Palembang

Disusun Oleh:
1.Muhammad Jumadi :1802210049

2.Rizki Anugerah :1802210014

Dosen Pembimbing : Hariman Al faritzie S.ST,MT.

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
ii

TINJAUAN PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN RIGID


“PADA RUAS JALAN BUKIT BARU - GANDUS”
PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

MENGETAHUI

Ketua Program Studi Teknik Sipil

RENI ANDAYANI, S.T.,M.T.


iii

TINJAUAN PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN RIGID


“PADA RUAS JALAN BUKIT BARU - GANDUS”
PROVINSI SUMATERA SELATAN

DI SUSUN OLEH:

MUHAMMAD JUMADI : 1802210049

RIZKI ANUGERAH : 1802210014

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji

Pada tanggal 2022

Dan di nyatakan telah memenuhi syarat

DISETUJUI

PEMBIMBING

HARIMAN AL FARITZIE S.S.T.,M,T


iv

TINJAUAN PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN RIGID


“PADA RUAS JALAN BUKIT BARU - GANDUS”
PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Telah Di Uji Pada Tanggal :

DOSEN PENGUJI TANDA TANGGAN

HARIMAN AL FARITZIE, S.S.T.,M,T ……………………....


v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala Karena

berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik

dengan judul Tinjauan Pelaksanaan Peningkatan Jalan Rigid “Pada Ruas Jalan

Bukit Baru-Gandus”.

Adapun tujuan dan manfaat yang penulis dapatkan selama melaksanakan

Kerja Praktik ini adalah untuk menyelesaikan teori dan pelaksanaan dilapangan,

baik dalam hal perhitungan maupun yang menyangkut pemecahan masalah yang

di hadapi pada pelaksanaan di lapangan.

Dalam penyusunan laporan ini sebagai kelanjutan dari Kerja Praktik di

lapangan serta bimbingan dan petunjuk dari Bapak Hariman Al faritzie

S.S.T.,M.T. Dalam penyajian yang sederhana ini penulis menyadari bahwa

laporan ini memiliki banyak kekurangan yang dikarenakan keterbatasan

kemampuan yang dimiliki. Dalam hal ini ucapan terima kasih khususnya kami

sampaikan kepada :

1. Yth.Bapak Ir. Zulkarnain Fatoni, M.T.,M.M., selaku Ketua Dekan

Teknik Universitas Tridinanti Palembang.

2. Yth.Ibu Reni Andayani, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi

Teknik Sipil Universitas Tridinanti Palembang.

3. Yth.Bapak Hariman Al faritzie S.S,T..M.T. Selaku Dosen

Pembimbing
vi

4. Yth.Bapak Riza Yuliana, A.Md selaku Kepala proyek

Pembangunan di Kerja Praktik di Proyek Rigid Beton “Jalan

Pramuka Gandus”

5. Yth.Bapak Irman Hikmawan, S.T selaku pembimbing lapangan

selama kerja praktik di Proyek Rigid Beton “Jalan Bukit Baru-

Gandus”

Demikianlah penyusunan laporan kerja praktek ini,

Semoga Allah Subhannahu Wa Ta”ala memberikan limpahan rahmad kepada

Bapak/Ibu yang telah ikhlas membantu kami sehingga tersusun laporan kerja

praktek ini. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Palembang,............... 2022

PENULIS
i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI...........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1.Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Pembahasan Masalah................................................................................2

1.3. Tujuan dan Manfaat..................................................................................2

1.4. Sistematika Penulisan...............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5

2.1. Definisi Jalan............................................................................................5

2.2. Klaifikasi Jalan Medan.............................................................................6

2.3. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan......................6

2.4. Pengertian Perkerasan...............................................................................7

2.5. Jenis-Jenis Perkerasan..............................................................................7

2.5.1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement............................... 7

2.5.2. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement......................................9

2.5.3. Perbedaan Konstruksi Perkerasan Kaku dengan

Perkerasan Lentur.................................................................................10

2.6. Penyebab Kerusakan Perkerasan.............................................................10

2.7. Pedoman Teknis Pekerjaan Rigid Oleh Bina Marga...............................11

2.7.1. Ruang lingkup.......................................................................................11

2.7.2. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi.................................................11


ii

2.8. Material Dan Alat Konstruksi..................................................................23

2.9. Penempatan Rambu.................................................................................31

3.0. Pengujian Slump Beton...........................................................................33

BAB III TINJAUAN UMUM................................................................................34

3.1. Pengertian Rigid Beton............................................................................34

3.2. Data Proyek.............................................................................................35

3.3 Peta Proyek...............................................................................................36

3.4 Struktur Organisasi Proyek.......................................................................36

3.4.1 Organisasi Pemilik Proyek....................................................................37

3.4.2 Organisasi Konsultan Perencana...........................................................42

3.4.3 Organisasi Konsultan Supervisi.............................................................43

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 47

4.1. Pekerjaan Pendahuluan............................................................................47

4.2. Pekerjaan Tanah.......................................................................................48

4.2.1.Pekerjaan Meratakan Tanah..................................................................48

4.3. Perkerjaan Penghamparan Agregat..........................................................48

4.3.1.Pekerjaan Penghamparan Agregat Kelas B............................................48

4.4. Pekerjaan Struktur...................................................................................49

4.4.1.Pekerjaan Lantai Kerja (Lean Concrete)...............................................49

4.4.2.Pekerjaan Baja Tulangan.......................................................................51

4.4.3.Pekerjaan Rigid Pavement K-350 dengan Tebal 30 cm.........................51

4.5.Pekerjaan Finishing..................................................................................54

4.5.1.Perkerjaan Groovi..................................................................................54
iii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 55

5.1. Kesimpulan.............................................................................................55

5.2. Saran.......................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN DATA-DATA PROTEK

LAMPIRAN FOTO- FOTO

LAMPIRAN SURAT SURAT

LAMPIRAN GAMBAR
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Pekerjaan Umum untuk

Tahun Anggaran 2022 melaksanakan Kegiatan Peningkatan Jalan yang berlokasi

di Jalan Pramuka Gandus sangatlah penting untuk memperlancar tingkat

kemampuan pelayanan jalan, serta meningkatkan prasarana yang mendukung

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara lokal, regional dan

nasional.

Sasaran yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan prasarana

jalan secara bertahap dengan target mengoptimalkan pekerjaan sesuai dengan

besarnya anggaran yang tersedia.

Di dalam pelaksanaan pembangunan sering ditemukan hasil perencanaan tidak

sesuai lagi dengan kondisi saat pelaksanaan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

dilakukan Justifikasi Teknis yang mana bertujuan untuk menyesuaikan antara

rencana pelaksanaan dengan keadaan lapangan pada saat pekerjaan di laksanakan.

Kegiatan Peningkatan Jalan Bukit Baru - Gandus pada pelaksanaannya akan

disesuaikan dengan anggaran yang ada, maka pada item pekerjaan tertentu terjadi

perubahan volume pekerjaan. Hal ini diakibatkan oleh kebutuhan kondisi di

lapangan. Adapun Volume Kontrak Awal serta waktu pelaksanaannya tercakup

dalam Dokumen Kontrak. Apabila Pekerjaan Paket Peningkatan Jalan Pramuka


5

Gandus ini telah terlaksana sebagai sarana perhubungan lalu lintas yang lancar,

maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan yang

lebih baik.

1.2. Pembahasan Masalah

Mengingat waktu kerja praktek yang terbatas ( ±2 bulan ), dari tanggal

20 Juni 2022 sampai dengan tanggal 20 Agustus 2022. Maka dalam laporan ini

penulis akan membahas masalah tentang Proses Tinjauan Pelaksanaan

Peningkatan Jalan Rigid “Pada Ruas Jalan Bukit Baru-Gandus”

1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Secara umum proyek Tinjauan Pelaksanaan Peningkatan Jalan Rigid

“Pada Ruas Jalan Bukit Baru-Gandus” adalah untuk memperlancar tingkat

kemampuan pelayanan jalan, serta meningkatkan prasarana yang

mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara

lokal, regional dan nasional

 Secara khusus tujuan pelaksanaan proyek ini adalah:

1. Terciptanya jaringan jalan yang kapasitasnya sesuai dengan

kebutuhan serta mempunyai nilai struktur yang baik, terpadu dan

berkelanjutan.

2. Terwujudnya hasil penanganan jalan yang berkualitas sesuai

dengan spesifikasi, dengan sasaran tersedianya perencanaan

teknis penanganan jalan yang sesuai dengan aspek teknis dan


6

lingkungan.

3. Untuk penguatan infrastruktur terutama dalam memperlancar

kegiatan masyarakat.

 Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

1. Mengetahui Kebutuhan materil dilapangan sesuai dengan

spesifikasi dan peralatan yang digunakan di lapangan.

2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

pekerjaan perkerasan rigid di lapangan

3. Mengetahui Proses pelaksanaan dilapangan yang nyata dan

sebagai acuan dalam dunia kerja serta menambah ilmu

pengetahuan yang didapat selama kerja praktek yang dapat

diterapkan di perkuliahan.

Manfaat

Adapun manfaat yang didapat adalah:

1. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan individu dengan

terjun langsung mempraktekkan pelaksanaan tugas sebagai

seorang engineer.

2. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang

lebih berwawasan bagi mahasiswa.

3. Merupakan sarana bagi mahasiswa untuk dapat mengenal

keanekaragaman, pemanfaatan sekaligus perencanaan

pembangunan guna menunjang pelaksaan tugasnya sebagai


7

Consulting Engineer.

4. Mengenal lebih jauh tentang pemanfaatan serta pengoperasian

teknologi sesuai dengan bidang yang dipelajari di Program studi

Teknik Sipil Universitas Bina Darma Palembang.

5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Palembang

khususnya pada jalan Pramuka

6. Memperlancar serta membuka hubungan perekonomian daerah

Jalan Pramuka dengan daerah lainnya di Sumatera Selatan


8

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan laporan kerja praktek ini maka laporan

disajikan dalam 5 Bab yang tersusun dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai latar belakang, maksud dan

tujuan, pembahasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

Bab II Tinjauan Umum/Data umum proyek

Bab ini memberikan gambaran umum proyek tempat kerja praktek.

Meliputi data Proyek, Struktur Organisai dan Uraian Tugas

Bab III Tinjauan Pustaka

Didalamnya berisi tentang hal-hal yang akan di bahas buku seperti,

pengertian, material, peralatan, dan pengawasan mutu pekerjaan beton,

teknik pelaksanaan struktur.

Bab IVPembahasan

Pada bab ini dijelaskan bahan dan peralatan yang digunakan serta metode

pelakasanaan rigid beton pada jalan.

Bab V Penutup

Dalam bab penutup ini akan berisi kesimpulan dari materi yang telah

diuraikan pada bab sebelunya serta penulisan saran yang menunjang

kesempurnaan dari laporan kerja praktek ini.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Jalan

Jalan adalah suatu kepentingan vital yang harus terpenuhi pada zaman

sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, maka kebutuhan akan jalan juga

berkembang. Maka mulailah manusia  berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam rangka peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan

kehidupan bangsa, sesuai dengan UU. No. 13/1980 tentang jalan, pemerintah

berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme

dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun daerah.

Menurut pendapat beberapa ahli transportasi mengenai pengertian jalan

adalah sebagai berikut:

 Jalan merupakan jalur yang disediakan untuk keperluan membangun jalan

yang tidak dapat lagi dipergunakan untuk keperluan lain (Ir. J. Honing, 1981)

 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan

kereta api, jalan lori dan jalan kabel (UU No. 38 Tahun 2004)

 Jalan merupakan bagian dari jalur gerak, median dan pemisah luar (MKJI,

1997)
10

 Jalan merupakan jejak yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka terutama makan dan minum (Ir. Djoko Untung Soedarsono,

1982)

 Jalan merupakan rute atau jalur yang terbuat dari berbagai bahan secara

berlapis-lapis (Arthur Wignall, 1999).

Adapun tujuan umum pembuatan struktur jalan adalah untuk mengurangi

tegangan atau tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang

dapat diterima oleh tanah yang menyokong struktur tersebut.

2.2. Klasifikasi Jalan Medan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar

kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman

kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman

kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-

perubahan padabagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

Table 3.2. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Medan Jalan

Kemiringan

No Jenis Medan Notasi

Medan

1 Datar D <3

2 Berbukit B 3-5

3 Pegunungan P >25

Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditijen Bina Marga, 1997
11

2.3. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan

lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan roda atau lapisan

paling atas dari badan jalan. Lapis tambahan ini dibuat dari bahan khusus

yang lebih baik dan dapat menyebarkan beban roda yang lebih luas diatas

permukaan tanah, sehingga tegangan yang terjadi karena beban lalu lintas

menjadi lebih kecil dari tegangan ijin tahan. Bahan ini selanjutnya disebut

bahan lapis perkerasan.

2.5. Jenis-Jenis Perkerasan

Di Indonesia, perkerasan jalan yang sering atau lazim digunakan di lapangan

ada dua jenis

Yaitu:

2.5.1 Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible pavement)

Konturksi Perkerasan Lentur (Flexible pavement) yaitu perkerasan

yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya lentur terutama pada

saat panas. Lapisan perkerasannya bersifat memikul beban dan

menyebarkan beban lalu lintas ke tanah

dasar(subgrade)
12

).

Gambar 3.1 Kontruksi Perkerasan Lentur

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang terletak di atas tanah

dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima

beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.

Komponen perkerasan lentur terdiri dari:

1.Lapisan tanah dasar (subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan

lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut

Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan

setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang

berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).

2.Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah

dasar dan dibawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai:

a.Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke

tanah dasar.

b.Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

c.Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik

ke lapis pondasi atas.


13

3.Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis

pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai:

a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

b. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

4 .Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda

kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai:

a.Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

b.Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis

aus).

c.Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap

kelapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

d. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat

dipikul oleh lapisan di bawahnya.


14

2.5.2 Kontruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan

kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis

pondasi bawah (biasa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi

perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena

dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi

sebagai lapis permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang

tinggi, akan mendistribusikan beban kebidang tanah dasra yang cukup luas

ssehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari

plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana

kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis

pondasi dan lapis permukaan.

Gambar 3.2 Kontruksi Perkerasan Kaku

Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur

(asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade.

Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan

mendistribusikan beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade,


15

beton sendiri bagian utama yang menanggung beban struktural. Sedangkan

pada perkerasan lentur karena dibuat

dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan

tidak sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.

2.5.3 Perbedaan Konstruksi Perkerasan Kaku dengan Perkerasan

Lentur

Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton

semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar.

Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap

sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.

Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan

mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah

yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur

perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan

perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis

pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan dimana masing-masing

lapisan memberikan kontribusinya.


16

Gambar 3.3 Distribusi Pembebanan Perkerasan Kaku & Perkerasan Lentur

Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul

beban lalu lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan

dari tanah

2.6. Penyebab Kerusakan Perkerasan

Kerusakan jalan merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan suatu

perkerasan jalan menjadi tidak sesuai dengan bentuk perkerasan aslinya,

sehingga dapat menyebabkan perkerasan jalan tersebut menjadi rusak,

seperti berlubang, retak, bergelombang dan lain sebagainya.

Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum

mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari

kondisi kerusakan fungsional dan struktural.

Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan struktural

terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari

struktur perkerasan jalan.


17

Kerusakan fungsional pada dasarnya tergantung pada derajat

atau tingkat kekerasan permukaan, sedangkan kegagalan struktural

disebabkan oleh lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas,

kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar.

2.7. Pedoman Teknis Jalan Rigid (Bina Marga Pd T-05-2004-B)

2.7.1. Ruang lingkup

Pedoman ini menguraikan prosedur pelaksanaan perkerasan jalan beton

semen, baik pada jalan baru maupun pada jalan lama (lapis tambah beton

semen). Pedoman mencakup persyaratan bahan, penyiapan tanah dasar dan

lapis pondasi, penyiapan pembetonan, pembetonan, pengendalian mutu dan

pembukaan untuk lalu-lintas.

2.7.2. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi

a. Umum

Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar

dan atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran,

penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa

bahan pengikat, dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan

sesuai dengan spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992). Pembentukan

permukaan secara tepat sangat penting dalam pelaksanaan ditinjau dari segi

jumlah beton semen yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi
18

perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi

tanah expansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin

penghampar. Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan tetap,

pembentukan akhir dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang

dipasang sesuai dengan rencana alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang

menonjol harus dikupas hingga elevasi sesuai dengan gambar rencana. Bagian-

bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan

pemadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi

otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan

yang akan dibentuk. Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah

stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum bahan mengeras (biasanya

berlangsung antara 4-6 jam).

b. Persyaratan permukaan

Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah

dasar harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang

ditentukan pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi permukaan

maksimum 2 cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh lebih besar 1

cm bila diukur dengan mistar pengukur (straight edge) sepanjang 3 m.

Permukaan tanah dasar agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi atau

beton semen dihamparkan. Alat-alat berat tidak boleh dioperasikan di lajur

permukaan yang sudah selesai dilaksanakan. Ketentuan pelaksanaan umum

yang berlaku untuk tanah dasar berlaku pula untuk lapis pondasi. Toleransi
19

ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5 cm dan perbedaan

penyimpangan kerataan permukaan harus lebih kecil 1 cm bila diukur dengan

mistar pengukur sepanjang 3 m. Apabila lapis pondasi menggunakan lapis

aspal resap pengikat, pengecoran beton semen tidak boleh dilaksanakan

sebelum permukaannya kering. Sebelum pengecoran beton semen, lapis

pondasi harus dibasahi terlebih dahulu guna mendapatkan kelembaban yang

cukup. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga penguapan yang cepat dan

mengurangi bahaya retak, khususnya pada lapis pondasi dengan stabilisasi

semen. Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air maka lembar tersebut

harus dipasang di atas permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang

berdampingan dipasang tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak kurang

dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang. Pemasangan

lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya

lembar-lembar tersebut. Juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya

lembaran akibat angin.

2.7.3.Penyiapan pembetonan

a. Acuan perkerasan beton semen

Dalam penghamparan perkerasan beton semen, dikenal dua metode

pelaksanaan yaitu : − Metode Acuan tetap (Fixed Form Paving Method). −

Metode Acuan Gelincir (Slipform Paving Method). Pada penghamparan

metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton,

serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara acuan.


20

Pada penghamparan metode acuan gelincir, pengecoran, pemadatan dan

penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin,

di antara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak.

a.1. Acuan tetap

 Bahan dan ukuran

Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban

peralatan pelaksanaan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6

mm bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban

yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan

pelaksanaan lainnya yang akan bergerak di atasnya. Tebal baja yang

digunakan adalah antara 6 mm dan 8 mm. Bila acuan harus

mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak

boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi

yang sama dengan tebal rencana pelat beton semen, dan lebar dasar

acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi tidak kurang dari

20 cm. Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah

terpasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan

dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens penguat

yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan

tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Dalam pemeriksaan kelurusan dan

kerataan acuan, variasi kerataan bidang atas acuan tidak boleh lebih

dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang dan kerataan bidang dalam

acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk setiap 3,00 m panjang.


21

Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem

pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.

Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin

sehingga air semen tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari

30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk menggunakan acuan yang

dapat dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.

 Pemasangan acuan

Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan

alinyemen dan ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada

waktu dipasang acuan dapat disangga secara seragam pada seluruh

panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar. Alinyemen dan

elevasi acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang

penghamparan beton semen. Bila terdapat acuan yang rusak atau

pondasi yang tidak stabil, pondasi harus diperbaiki terlebih dahulu dan

acuan harus distel kembali.

Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan

beton semen sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan

acuan tanpa mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah acuan

dipasang pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah

pada kedua sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan

baik menggunakan alat pemadat mesin atau manual.

Acuan harus diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak

pada setiap 3,00 m panjang. Setiap acuan harus benar-benar terikat


22

kuat sehingga tidak dapat bergerak. Pada setiap titik acuan tidak boleh

menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya. Tidak diijinkan adanya

penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat peralatan

pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam

acuan harus dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket.

 Pembongkaran acuan

Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-kurangnya

selama 8 jam setelah pengecoran beton semen. Apabila temperatur

udara turun dibawah 10° C pada kurun waktu 8 jam sejak pengecoran

beton, acuan agar dipasang lebih lama guna menjamin bahwa ujung

perkerasan beton semen tidak rusak. Perawatan terhadap tepi

perkerasan beton harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah acuan

dibongkar.

 Acuan gelincir

Pada acuan gelincir, pemadatan dan penyelesaian akhir beton semen

dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, yaitu di antara

sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak. Adukan beton semen

dapat di masukkan langsung ke dalam penghampar, atau disebarkan

dan diratakan menggunakan mesin terpisah dari alat penghampar

utama. Rangka acuan bagian tepi yang tersedia hanya digunakan

untuk menyangga selama pelaksanaan pembetonan berlangsung.

Untuk mengontrol tebal slab, jika diperlukan dapat menggunakan

beberapa bentuk acuan pengontrol ketinggian otomatis dan


23

pengendali. Biasanya digunakan kawat yang ditegangkan secara teliti

yang diset di depan operasi penghamparan. Karena beton harus

tersangga sendiri pada tepinya setelah penghampar lewat, penting

untuk mengontrol kemudahan kerja (workability) dan getaran.

Pengoperasian mesin harus dilakukan secara teliti untuk

mengendalikan elevasi dengan memperhatikan permukaan pelat

sebagai acuan datum dan bila perlu dipasang penyangga tepi

sementara. Penghampar acuan-gelincir umumnya dikendalikan olen

sensor, mengikuti kawat yang ditegangkan yang diset secara bebas

pada setiap jalur. Pesan dari sensor pengendali elevasi dan arahnya

diatur secara otomatis oleh mekanisme pengendali.

b. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat

b.1 Ruji (Dowel)

Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak

mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton. Apabila digunakan topi

pelindung muai yang terbuat dari logam (metal expansion cap) pelindung tersebut

harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung harus

memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada

waktu pelaksanaan tidak rusak. Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan

pelat. Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara

sempurna. Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan

bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini
24

harus dilapisi dengan dengan cat atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum

ruji dipasang pelindung muai. Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus

dilengkapi dengan tupi/penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik

atau jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket.

Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan untuk

penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk

menahan pergeseran atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan.

b.2. Pemasangan dudukan ruji

Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang

sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan,

kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Ruji harus ditempatkan dengan

kuat pada posisi yang telah ditetapkan sehingga tekanan beton tidak akan

mengganggu kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan

memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai

jarak sama dari tepi-tepi pelat. Susunan batang ruji dan dudukannya harus

dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada

posisinya dengan menggunakan patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan

dudukannya dibuat secara bagian demi bagian maka susunan tersebut harus

merupakan satu kesatuan.

c. Batang pengikat (Tie Bars)

Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi spesifikasi
25

untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter minimum 16

mm. Apabila digunakan batang pengikat dari jenis baja lain, maka baja tersebut

harus dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan.

d. Tulangan

Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik

lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan

kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap

ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian

benda uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang

disyaratkan.

e. Pembetonan

Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan

dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan

sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton

harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan

untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.


26

e.1. Sifat-sifat beton semen

Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki

kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa

terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria

kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan.

a) kadar air dan kandungan udara; Kadar air harus dijaga serendah mungkin

(dalam batas kemudahan kerja) untuk mendapatkan beton yang padat dan awet

dengan kandungan udara yang sesuai dengan persyaratan.

b) mutu agregat; Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat

harus tetap dijaga.

c) bahan tambah (Admixtures); Bahan tambah baru boleh digunakan hanya

apabila sudah dilakukan penilaian dan pengujian lapangan yang teliti.

d) kekesatan. Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam

mempertahankan kekesatan permukaan perkerasan beton

e.2. Penentuan proporsi campuran beton semen

Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan

dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran akhir harus

didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan. Apabila

ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk

menggunakan semen minimum 335 kg/cm3 , kecuali bila pengalaman setempat

menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan. Disarankan kuat tarik lentur

beton yang ditentukan untuk tujuan perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari
27

tidak boleh lebih kecil dari 4 MPa (40 kg/cm2 ). Bila dalam perencanaan

dimasukkan parameter lain dari beton, maka kebutuhan semen per m3 beton

berdasarkan metoda semen minimum, harus dinaikkan atau diturunkan

berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh lebih kecil

dari 280 kg/m3.

f. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan

Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.

Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung

dari konsistensi adukan. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di

tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket)

dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas

permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan

agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya

berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final

setting).

f.1. Pengecoran pada cuaca panas.

Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur

beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus

dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan

pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau

dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan

menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton


28

pada saat dituangkan lebih dari 320 C. Kehilangan kadar air yang cepat dari

permukaan perkerasan akan menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan

mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam

keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat.

Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan

melakukan pengkabutan.

f.2. Penghamparan.

Ada dua metoda penghamparan beton semen.

a) metoda menerus; Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-

sambungan melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara

digergaji sebelum retak susut terjadi.

b) metoda panel-berselang. Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-

panel berselang. Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor,

pengecorannya dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya. Pada pekerjaan besar

harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban

berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan

penghampar acuan gelincir.

Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah

menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan


29

yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual. Beton harus

dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat.

Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus

diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.

f.3. Pemadatan.

Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda untuk

memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan

getaran.

a) pemadatan dengan tangan (hand tamping); Alat ini biasanya digunakan untuk

pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5

x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar jalur yang dicor. Bagian bawah tepi

balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm seperti diperlihatkan pada

Gambar 3. Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di

atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-

ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk

meratakan dan merapikan permukaan beton.

b) pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated

vibrating beam). Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan

samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok

penggetar yang dioperasikan secara manual seperti diperlihatkan pada Gambar

4. Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat

digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion


30

vibrator). Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding)

pada permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal

terjadi. Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-

sudut sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan

masuk dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai

kepadatan yang baik.

g. Pembentukan tekstur permukaan.

Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan

dengan alat perata. Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk

memberikan kekesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan

beberapa cara. Ini termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan

kawat atau paku dan pembuatan alur

g.1. Penarikan burlap (sejenis karung goni).

Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan

kecepatan lalu lintas rendah. Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap

pada arah memanjang permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri

dari 4 lapis dan berat sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan

kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang

memuaskan diperlukan penarikan burlapi dua kali, dimana penarikan pertama

untuk pembuatan tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur

permukaan akhir. Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang

hari.
31

g.2. Penyapu/penyikat melintang,

Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah

maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa

dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur

permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan pada

Gambar 6a. Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus

terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus

terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing

baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang

setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara

zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.

g.3. Pembuatan alur-dalam pada arah melintang.

Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti

pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm

dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang serta

2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak. Lakukan penggoresan

sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk mendapatkan alur yang

lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus dilakukan dengan

bantuan mistar pelurus (straightedge)


32

h. Perlindungan dan perawatan

h.1. Perlindungan.

Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus

dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

a) pencegahan retak susut plastis; Retak susut plastis adalah retak yang terjadi

pada permukaan beton basah dan pada saat masih plastis. Penyebab utama dari

retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang terlalu cepat yang

dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara serta kecepatan

angin. Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,

temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada

permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang

kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat

dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.

Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada

saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara. Jika laju

penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan untuk

menghindari terjadinya retak susut plastis.

Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :

− buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar

matahari terhadap permukaan beton semen

− kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara

baik cuaca panas maupun dingin.

− hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton


33

− rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan

memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi

beton dengan penutup sementara.

− lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan

pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan.

b) perlindungan terhadap hujan; Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam,

harus ditutup dengan bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan. Perkerasan harus dilindungi

terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan pemasangan rambu lalu-lintas,

penerangan lampu, penghalang, dan lain sebagainya.

h.2. Perawatan

Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir

beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton

harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan

bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar

resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base),

selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan

dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2 /ltr) untuk tebal pelat ≥ 12,5 cm dan 0,2 ltr/m2

(2,5 m2 /ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm. Bidang-bidang tepi perkerasan harus

segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada

masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan

tersebut harus segera diperbaiki. Metoda perawatan yang lain seperti dengan
34

lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan selaput

kompon tidak memungkinkan

Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton

masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus

dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang.

Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan

harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan

perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton

dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan

pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih

berada pada tempatnya selama waktu perawatan. Penggunaan karung goni yang

lembab untuk menutup permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup

harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel pada permukaan beton,

tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah

pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya

selama minimal 7 hari.

3.7

3.8
35
36

2.9. Pedoman Teknis Perencanaan Rambu Sementara ( Bina Marga Pd

T-12-2003)

Dalam penempatan rambu perlu mempertimbangkan :

- Kecepatan operasional kendaraan

- Kondisi geometrik jalan

- Lingkungan sisi jalan

- Jarak pan dang operc:sional pengemudi

- Manuverkendaraan

- Efisiensi jumlah rambu (jumlah berlebihan akan cenderung mengurangi

daya guna dari rambu).

a.Pesan rambu

Mudah dilihat Adanya kebutuhan Menarik perhatian Mempunyai arti

yang jelas dan sederhana Dipatuhi oleh setiap pemakai jalan

Menyediakan cukup waktu untuk ditanggapi secara benar Memenuhi

keselamatan, kelancaran, efisien dan nyaman Perubahan arus lalu

lintas Sosialisasi tentang adanya perubahan arus kepada pemakai jalan

Apabila berdampak lebih luas pada arus lalu lintas perlu analisa lebih

lanjut.
37

b.Jalur pejalan kaki

Menjaga kesinambungan jalur pejalan kaki Kemudahan bagi

penyandang cacat.

Ketentuan rambu

Arti dari pesan rambu ;

- Rambu peringatan, digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada

bahaya atau tempat berbahaya pada bagian jalan di depannya

- Rambu larangan, digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang

dilakukan oleh pemakai jalan

- Rambu perintah, digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib

dilakukan oleh pemakai jalan

- Rambu petunjuk, digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan,

jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan dan lain-lain.

Rambu harus memenuhi ;

- Mudah dipasang

- Mudah dipindahkan

- Mudah diangkut

- Tidak mudah rusak

- Memenuhi kestabilan konstruksi


38

- Tidak membahayakan pengguna jalan

3.0. Pengujian Slump Beton (SNI. 03-2834-2000)

Pengujian pada slump beton dapat dilakukan apabila kombinasi bahan untuk

membentuk beton sudah mencapai sifat plastis. Pada dasarnya, tujuan dari

pengujian nilai slump untuk mengetahui tingkat kelecekan atau keenceran

pada adonan beton yang dibuat. Pengaruh kelecekan ini memiliki kegunaan

untuk menilai workabilitas pada beton.

Kisaran nilai slump yang biasa digunakan sekitar 8 cm hingga 12 cm. Apabila

nilai slump berkisar 0 cm maka dapat dipastikan bahwa tingkat workabilitas

beton jelek. Nilai seperti ini biasanya terdapat pada beton non pasir.

Nilai slump pada beton dipengaruhi oleh nilai fas dengan bandingan lurus.

Maksudnya, apabila nilai fas kecil maka nilai slump juga menjadi kecil.
39

Apabila nilai fas menjadi besar maka nilai slump memiliki nilai semakin

besar.

Pengujian pada nilai slump dengan memnafaatkan kerucut abrams merupakan

pengetesan tertua di Indonesia. Penggunaan cara ini didasarkan atas standar

ASTM C-143. Terdapat beberapa alat yang dibutuhkan dalam proses

pengujian diantaranya:

1. Penggunaan corong baja dengan ukuran diameter sekitar 20 cm di

bagian bawah. Diameter bagian atas berkisar 10 cm dan tingginya

mencapai 30 cm. Kedua sisi pada sorong tersebut saling berhadapan

dan memiliki pegangan yang berguna sebagai pegangan tangan untuk

menaikkan konus.

2. Tongkat dengan diameter 16 mm dan panjangnya mencapai 60 cm

terbuat dari bahan baja. Ujungnya berbentuk hemispherical. Hal

tersebut memiliki kegunaan untuk memadatkan adonan beton yang

telah diisikan ke kerucut abrams.

Pengukuran dalam pengujian slump memiliki maksud mengetahui ukuran

tinggi turunan adonan beton setelah pengangkatan wadah. Adukan beton yang

dapat dikerjakan biasanya akan dituangkan ke dalam cetakan dan dipadatkan.

Pemadatan yang dilakukan tanpa menggunakan alat getar biasanya mencapai

nilai slump 7 hingga 12 cm. Sedangkan, nilai slump pada pemdatan beton

memiliki kisaran nilai 12,5 cm lebih. Sebenarnya, penggunaan alat getar perlu

dihindari agar tidak terjadi segregasi agregrat dan bleeding. Hal itu dilakukan
40

agar hasil adonan beton memiliki ketangguhan dan daya tahan lebih lama

BAB III

GAMBARAN UMUM PROYEK

3.1 Pengertian Rigid Beton

Rigid pavement adalah istilah teknis untuk setiap permukaan jalan yang terbuat

dari beton. Jalan beton disebut kaku sedangkan jalan yang dilapisi aspal bersifat

fleksibel. Istilah-istilah ini mengacu pada jumlah deformasi yang dibuat di

permukaan jalan itu sendiri saat digunakan dan dari waktu ke waktu. Keuntungan

terbesar menggunakan perkerasan beton adalah daya tahan dan kemampuannya

menahan suatu bentuk. Ada tiga tipe dasar perkerasan kaku yang umum

digunakan di seluruh dunia.

Desain dasar perkerasan kaku sangat sederhana. Lapisan permukaan, terdiri dari

lempengan beton semen Portland (PCC), berada di atas beberapa sub-lapisan.

Lapisan langsung di bawah PCC lebih fleksibel daripada beton, tetapi masih

cukup kaku. Lapisan ini menyediakan dasar yang stabil untuk PCC serta

membantu dalam drainase. Beberapa jalan memiliki sublayer kedua di bawah

yang pertama yang bahkan lebih fleksibel, sementara beberapa hanya memiliki

tanah yang ada. Faktor terbesar dalam memutuskan apakah lapisan kedua ini

diperlukan adalah komposisi bahan yang ada.

Perkerasan lentur dan kaku adalah dua gaya dasar permukaan jalan. Perkerasan

lentur hampir selalu berupa aspal sedangkan perkerasan kaku adalah beton.

Perbedaan antara kedua gaya ini sebagian besar bermuara pada deformasi.
41

Perkerasan fleksibel memungkinkan deformasi yang signifikan di bawah beban

berat; ini berarti jalan akan menekuk ketika ditempatkan di bawah tekanan. Rigid

pavement akan tetap terfiksasi ketika ditempatkan di bawah tekanan dan akan

retak ketika tegangan melebihi toleransinya.

3.2. Data Proyek

Nama Proyek : Pembangunan Jalan Akses Pramuka gandus

Lokasi Proyek : Kabupaten Banyuasin

No. Kontrak : 622/00100/DIS.PUBMTR/KONTRAK/2022

Tanggal : 15 Juni 2022

• Pengguna Jasa :

Satuan Kerja : Dinas PU Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi

Sumatera Selatan

PPK : Ir. ADRIFAN, ST, MT

PPTK : M. IQBAL DEWANTO, ST., MM

• Penyedia Jasa (Kontraktor) :

Nama : SRI AINUN FAJRI

Instansi : CV. TRI CIPTA

Alamat : Jl. Griya Interbis Talang Kelapa Palembang

Penanggung Jawab : General Superintendent


42

• Pengawas Pekerjaan :

Nama : IRMAN HIKMAWAN, ST

Instansi : CV. CAHAYA MUSI PRADANA

Alamat : Jl. Residen A Rozak Komp. RBO No. 19

Palembang

Penanggung Jawab : Supervision Engineering

Nilai Kontrak : Rp 3.964.800.000 ,-

Sistem Kontrak : Harga Satuan dan Lump Sum

Sumber Dana : APBD Provinsi Sumatera Selatan T.A 20222

• Waktu Kontrak

Masa Pelaksanaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) Hari Kalender

Masa Pemeliharaan : 180 (Seratus Delapan Puluh) Hari Kalender

Tanggal Mulai Kerja : 16 Juni 2022

Tanggal PHO : 13 Desember 2022

Tanggal FHO : 10 Juni 2022

Cara Pembayaran : Sertifikat Bulanan (MC)

• Lingkup Pekerja

Proyek Paket Pembangunan Jalan Akses Pramuka meliputi :

Panjang Efektif : 1,359 KM,

Panjang Fungsional : 4,550 KM


43

3.3. Peta Proyek

3.4 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi merupakan suatu hubungan kerja yang menggambarkan satu

kesatuan kerja secara keseluruhan dalam suatu proyek. Dalam pembagian

pekerjaan haruslah tepat dalam mencari kriteria untuk posisi yang akan di tempati.

Adapun tujuan dari organisasi adalah mencipakan serangkaian hubungan dalam

sebuah sistem kerjasama antar kelompok atau masing – masing orang di dalam

organisasi tersebut maupun dari pihak luar. Hal ini akan tercipta apabila para

pihak yang terlibat dalam organisasi mengetahui tugas, wewenang dan tanggung
44

jawabnya masing – masing.

Untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan berkualitas sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditentukan maka sistem organisasi harus baik dan terlihat jelas dan

wewenang serta tanggung jawab dari semua personil yang terlibat, dan yang tak

kalah pentingnya yaitu adanya komunikasi yang baik dan lancar dari semua pihak

yang ada dalam organisasi tersebut.

3.4.1 Organisasi Pemilik Proyek

Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah pihak yang

memiliki pemikiran awal dalam merencanakan proyek, sekaligus yang


45

menanggung pembiayaan proyek yang akan didirikan. Umumnya pemikiran awal

ini masih berupa gambaran kasar. Pemilik proyek biasanya merupakan badan

pemerintah/swasta yang akan mendirikan suatu bangunan sesai dengan

kemampuan dana yang dimilikinya baik yang melaksanakan sendiri maupun

dikarenakan suatu alasan tertentu sehingga pekerjaan tersebut harus dikerjakan

oleh orang/pihak lain yang memiliki kemampuan dibidangnya.

Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah :

a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor)

b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.

c. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang

dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.

d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.

e. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi)

f. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia

jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mweujudkan sebuah

bangunan.

g. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan

dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang

untuk bertindak atas nama pimilik.

h. Wewenang pemberi tugas adalah :

i. Memberitahukan hasil lelang secara teknis kepada masing – masing

kontraktor
46

j. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara

memberitahukan secara tertulis lepada kontraktor jika telah terjadi

hai – hal diluar kontrak yang ditetapkan.

Pemilik proyek pada proyek Preservasi Rekonstruksi jalan pramuka gandus Kota

Palembang adalah dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.

Adapun jabatan dan fungsi unit organisasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

PPK 15 adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Proyek

Pimpinan proyek dalam hal ini pimpinan PPK 15 adalah orang yang

diangkat untuk memimpin pelaksanaan kegiatan pproyek,

mempunyai hak, wewenang, fungsi serta bertanggung jawab penuh

terhadap proyek yang dipimpinnya dalam mencapai target yang telah

ditetapkan.

Tugas pimpinan proyek sebagai berikut :

1. Mengambil keputusan terakhir yang berhubungan

dengan pembangunan proyek.

2. Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan surat perjanjian

(kontrak) antara pimpinan proyek dengan kontraktor.

3. Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada kontraktor.

4. Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang.

5. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan.

6. Memberikan semua instruksi kepada konsultan supervisi.


47

b. Bendahara pengeluaran pembantu

Bendahara adalah orang yang bertanggung jawab kepada pimpinan

proyek atas pengaturan pembiayaan sesuai dengan biaya kontrak

pada proyek tersebut. Tugas Bendahara pengeluaran pembantu

sebagai beriku :

1. Menyelenggarakan data – data kearsipan yang berhubungan

dengan bukti – bukti pembukuan keuangan selama pelaksanaan

proyek.

2. Bertanggung jawab atas pengolaan administrasi keuangan

proyek.

3. Melaksanakan pembayaran dam persetujuan pelaksana kegiatan

serta menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP)..

c. Pelaksanaan administrasi

Peran administrasi proyekdimulai dari masa persiapan pelaksanaan

pekerjaan sampai dengan pemeliharaan dan penutupan kontrak kerja.

Tugas pelaksana administrasi sebagai berikut :

1. Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek

untuk pegawai bulanan sampai dengan pekerja harian

dengan spesialisasi keahlian masing – masing sesuai

posisi organisasi proyek yang dibutuhkan.


48

2. Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank

proyek, laporan pergudangan, laporan bobot prestasi

proyek, daftar hutang dan lain- lain.

3. Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaab

yang akan dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek.

4. Melayani tamu – tamu internal perusahaan mapun

eksternal dan melakkan tugas umum.

5. Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan

perpajakan.

6. Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika

kontraktor nasional dengan banyak proyek maka

bertugas juga membuat laporan ke kantor pusat serta

menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian

keuangan pusat..

7. Membantu project manager

8. Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat, lurah

atau kepolisian mengenai keberadaan proyek dan

karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan.

9. Memncatat aktivitas proyek meliputi intervensi, kendaraan

dinas, alat

alat proyek dan sejenisnya

10. Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor

jika proyek yang di


49

11. kerjakan berskala besar sehingga melakukan

pemborongan kembali kepada kontraktor spesialis sesuai

dengan item pekerjaan yang dikerjakan

12. Memelihara bukti – bukti kerja sub bagian administrasi

proyek serta data – data proyek.

d. Verifikator data dan informasi

Verifikator data dan informasi bertanggung jawab kepada

bendahara pengeluaran pembantu atas verifikasi data dan

informasi yang telah dikerjakan

e. Urusan pelaporan (petugas LPJ)

Urusan pelaporan adalah petugas laporan bertanggung

jawab kepada bendahara pengeluaran pembantu atas

verifikasi data dan informasi yang telah dikerjakan.

f. Pelaksanaan teknik dan umum

Pelaksanaan teknik dan umum bertugas sebagai jabatan

fungsional tertentu dan pelaporan serta bertanggung jawab

kepada pelaksanaan administrasi.

g. Administrasi teknik

Administrasi teknik bertugas mengurus urusan sub bagian

administrasi teknik dan pelaporan serta bertanggung jawab

kepada pelaksanaan administrasi.


50

h. Pelaksana teknik

Pelaksana teknik pada paket 15 terbagi ata 2 (dua) bagian

yaitu pelaksanaan teknik pada pekerjaan rutin kndisi,

biasa, dan holding dan juga pelaksanaan teknik pada

pekerjaan rehab mayor, minor, dan rekonstruksi. Tugas

pelaksanaan teknik secara umum antara lain :

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja,

metode kerja, gambar kerja, dan spesifikasi pekerjaan.

2. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil kerja dilapangan.

3. Menjaga kebersihan dan ketertiban dilapangan.

4. Mengontrol setiap kebutuhan proyek yang akan dilaporkan

kepada manajer proyek.

i. Pelaksanaan pemeliharaan

Pelaksanaan pemeliharaan bertugas mengontrol,

mengawasi serta memelihara pekerjaannya sesuai pembagian

tugas, pelaksana pemelihara juga bertanggung jawab

langsung kepada masing - masing pelaksana tekniknya.


51

3.4.2 Organisasi Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan bangunan

secara lengkap baik dibidang arsitektur, sipil, dan bidang lain yang melekat erat

membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencanaan bertugas untuk

merencanakan pekerjaan proyek secara detail, bill of material

(rincian material yang akan digunakan), jadwal pekerjaan sampai

memperkirakan detail angaran yang akan dikeluarkan, dan ikut dalam

mengawasi ataupun penyeleksi proses pelelangan.

Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah :

a) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari


52

gambar rencana, rencana kerja dan syarat – syarat,

hitungan struktur, rencana anggaran biaya.

b) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada

pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan

pekerjaan.

c) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor

tentang hal – hal yang kurang jelas dalam gambar

rencana, rencana kerja, dan syarat– syarat.

d) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.

e) Menghadiri rapat koordinasi pengolaan proyek.

f) Konsultan perenca yang telah dipilih oleh dinas

pekerjaan umum Bina Marga pada proyek Preservasi

Rekonstruksi Jalan Pramuka Kota Palembang adalah CV

Tri Cipta

3.4.3 Organisasi Konsultan Supervisi

Konsultan Supervisi adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa

untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan

mulai awal hingga berakhir pekerjaan tersebut. Hak dan kewajiban

konsultan supervisi adalah :

a. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang

telah ditetapkan.

b. Membimbing dan mengadaan pengawasan secara periodik


53

dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.

c. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.

d. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta

aliran informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan

pekerjaan berjalan lancar.

e. Menerima atau menolak material dan peralatan yang

didatangkan kontraktor.

f. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari

peraturan yang telah berlaku

g. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan,

bulanan).

h. Menyiapkan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan

tambah kurang

Konsultan Supervisi yang telah dipilih oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

pada proyek Preservasi Rekonstruksi Jalan Pramuka Kota Palembang CV. Tri

Cipta, Adapun jabatan dan fungsi unit organisasi CV. Tri Cipta adalah sebagai

berikut :

a. Supervision engineer

Tugas supervision engineer sebagai berikut :

1. Bertanggung jawab kepada pelaksana proyek.

2. Mengatur kegiatan teknis agar tercapai efisiensi pada setiap

pekerjaan yang dilakukan.

3. Melakukan pengawasan terhadap kesesuaian


54

pelaksanaan dengan perencanaan.

4. Membuat laporan mingguan dan bulanan terhadap kemajuan

pekerjaan yang diawasi.

b. Operator komputer

Operator komputer adalah operator yang bertanggung jawab atas semua

peralatan yang ada dalam sistem komputerisasi, memeriksa dan

mencoba computer dan peralatan lain apakah dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya dan mengfungsikan peralatan bila tidak

dipergunakan, membuat catatan tentang pelaksanaan jadwal kegiatan

penggunaan komputer, membuat backup dari sejumlah file yang ada

dan bertanggungjawab atas kebersihan dan kerapihan ruang komputer.

Tugas operator komputer sebagai berikut :

5. Bertanggung jawab untuk memantau dan mengendalikan sistem

komputer terutama mainframe dalam suatu perusahaan atau

organisasi.

6. Meliputi masalah hardware dan software, memantau batch

processing, memepertahankan dan meningkatkan kinerja sistem

dan ketersediaan online, menjaga semua sistem dan

dokumentasi aplikasi, dan membantu personel dengan masalah

komputer.
55

b.

c. Office boy

Office Boy atau biasa disingkat dengan OB adalah profesi

pekerjaan di sebuah perusahaan atau kantor yang membantu

karyawan dan staf untuk melakukan semua pekerjaan di luar

pekerjaan seorang karyawan dan staf untuk mendukung

pelaksanaan tugas dan pekerjaan.

Tugas office boy sebagai berikut :

1. Mendistribusikan setiap surat yang masuk ke

department yang bersangkutan dan mengirim surat -

surat keluar.

2. Membersihkan seluruh area utility.

3. Membersihkan furniture, lantai, karpet, kaca, pintu

dan bingkainya, astray di setiap meja dan standing

astray yang ada di utility.

4. Memelihara setiap perlengkapan atau peralatan yang

digunakannya untuk bekerja.

5. Membuang sampah yang ada di setiap astray dan standing

astray

pada tempatnya.

6. Merawat tanaman yang ditempatkan di utility dan

membersihkannya.
56

7. Membersihkan area parkir baik kendaraan karyawan

di depan maupun kendaraan atau mobil supplier di

belakang utility.

8. Melaporkan segala kerusakan, kehilangan, kejadian

yang tidak semestinya kepada HK Supervisor atau

atasannya.

d. Penjaga

Bertugas menjaga dan memastikan kondisi selalu dalam keadaan

yang aman.

e. Chief inspector/Quantity engineer

Inspector adalah salah satu bagian tugas dalam tim

pengawasan yang dibentuk oleh konsultan sesuai dengan

persyaratan yang tercantum di dalam keranga acuan

tugas. Inspector merupakan perangkat konsultan di lokasi

proyek yang bertanggung jawab kepada supervisor

engineer yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas-tugas

pembantuan pengawas.

Tugas chief inspector sebagai berikut :

1. Memeriksa dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

dari aspek prosedur dan kuantitas pekerjaan

berdasarkan dokumen kontrak serta melakukan

pengujian terhadap kuantitas material, dan peralatan

yang ditempatkan di lapangan.


57

2. Melakukan pemeriksaan dan survey yang diperlukan

atas pekerjaan dan volume pekerjaan yang

dilaksanakan oleh kontraktor.

3. Melakukan pemeriksaan gambar kerja kontraktor

berdasarkan gambar rencana serta memeriksa dan

member izin pelaksanaan pekerjaan kontraktor.

4. Mengawasi dan memberi pengarahan dalam

pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan prosedur

berdasarkan spesifikasi teknis.

5. Memberikan instruksi kepada kontraktor apabila

pelaksanaan di lapangan dinilai tidak sesuai atau

tidak benar dan membahayakan.

6. Berhak menerima dan menolak hasil pekerjaan

kontraktor berdasarkan spesifikasi teknis.

f. Inspector

Inspector adalah salah satu bagian tugas dalam tim pengawas

yang di bentuk oleh konsultan sesuai dengan persyaratan yang

tercantum di dalam kerangka acuan tugas. Inspector ini

merupakan perangkat konsultan di lokasi proyek yang

bertanggung jawab kepada supervisor engineer dimana

ditugaskan untuk melaksanakan tugas-tugas pembantuan

pengawas.
58

Tugas inspector sebagai berikut :

1. Mengkuti petunjuk chief inspector dalam melaksanakan tugasnya.

2. Mengirim laporan kepada chief inspector.

3. Mengadakan pengawasan yang terus menerus dilokasi

pekerjaan yang sedang dikerjakan dan memberi laporan

kepada chief inspector atas pekerjaan yang tidak sesuai

dengan dokumen kontrak. Semua hasil pengamatan harus

dilaporkan secara tertulis.

4. Menyiapkan catatan harian untuk peralatan, tenaga kerja

dan bahan yang digunakan oleh kontraktor dalam

menyelesaikan pekerjaan.

5. Berhak menerima dan menolak hasil pekerjaan kontraktor

berdasarkan spesifikasi teknis.

6. Melakukan pemeriksaan gambar kerja kontraktor

berdasarkan gambar rencana serta memeriksa dan memberi

ijin pelaksanaan pekerjaan kontraktor.


59

BAB IV

PEMBAHASAN

Pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek perlu persiapan, agar

mendapatkan hasil yang maksimal dengan efisiensi kerja yang tinggi,

Metode Perkerasan Jalan Rigid dimulai dari: Pekerjaan Pendahuluan,

Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Perkerasan Berbutir, Pekerjaan

Struktur dan Pekerjaan Finishing

4.1 Pekerjaan Pendahuluan

Perkerasan jalan beton semen atau lebih sering disebut perkerasan kaku

atau rigid pavement merupakan perkerasan yang menggunakan semen sebagai

bahan pengikat sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang relatif cukup

tinggi. Perkerasan beton kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi,

sehingga dapat mendistribusikan beban terhadap bidang tanah yang cukup

luas. Bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab

beton itu sendiri.

Pekerjaan pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan seperti:

A. Mobilisasi Pekerjaan

Mobilisasi pekerjaan proyek dimulai dengan membuat tempat

peristirahatan pekerja didekat lapangan pekerjaan. Tenaga kerja yang


60

di perlukan tergantung dari besar kecilnya ruang lingkup pekerjaan

dan sangat berpengaruh dalam proses cepat atau lambatnya pekerjaan.

B. Mobilisasi Peralatan

Mobilisasi peralatan merupakan apa saja yang akan digunakan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dan persiapan peralatan tersebut

harus dilakukan secepat mungkin agar pelaksanaan pekerjaan berjalan

lancar. Peralatan yang digunakan terdiri dari peralatan ringan dan

peralatan berat.

4.2. Pekerjaan Tanah

4.2.1. Pekerjaan Meratakan Tanah

Perataan tanah berfungsi untuk meratakan tanah agar elevasinya

rata, untuk itu digunakan alat berat berjenis vibro roller untuk

meratakannya.

Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan perataan tanah adalah

seperti berikut ini:

1. Meratakan tanah atau memecah sedikit bebatuan yang ada di


61

area pekerjaan menggunakan vibro roller

2. Kemudian memadatkan tanah yang telah

dihampar dengan menggunakan vibro

roller.

3.

4.3 Pekerjaan Penghamparan Agregat

Pekerjaan penghamparan agregat ini dilakukan sebagai salah satu

syarat dalam pembuatan jalan, agregat sendiri berfungsi sebagai lapisan

pendukung bagi badan jalan dan juga sebagai lapisan penghantar beban

dari atas dan di salurkan ke bawah ke lapisan tanah.

4.3.1 Pekerjaan Penghamparan Agregat Kelas B

Tahapan pelaksanaan pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B

adalah seperti berikut ini:

1. Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan

apabila cuaca tidak mendukung seperti pada waktu hujan

karena kadar air terlalu tinggi.

2. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan

berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai

1% diatas kadar air optimum.

3. Mengangkut material dari quarry menuju ke lokasi dengan

menggunakan dump truck.


62

4. Mengeluarkan material dump truck untuk kemudian

dihamparkan.

Penghamparan material Agregat Kelas B diatas lapisan

subbase yang sudah padat dan dengan kemiringan yang tepat

menggunakan motor grader misalnya dengan ketinggian 20

cm dan lebar 15 m.

4.4 Pekerjaan Struktur

4.4.1 Pekerjaan Lantai Kerja (Lean Concrete)


63

Pekerjaan lantai kerja (LC) dengan ketebalan 10 cm. Adapun

tahapan pelaksanaan pekerjaan lantai kerja ini adalah sebagai berikut:

1.Pemasangan bekisting

Formwork atau bekisting merupakan cetakan sementara

yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang

dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan

faktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan

atau menyangga seluruh beban hidup atau mati tanpa

mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan

konstruksi beton. Acuan (bekisting) adalah suatu sarana

pembantu struktur beton untuk pencetak beton sesuai dengan

ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan.

Acuan sendiri memiliki arti bagian dari konstruksi bekisting

yang berfungsi sebagai pembentuk beton yang diinginkan atau

bagian yang kontak langsung dengan beton.


64

2.Pemasangan Plastic Sheet

Plasticsheet dapat difungsikan sebagai lantai kerja cor

beton yang berhubungan dengan tanah, fungsinya yaitu

menahan agar air semen tidak keluar karena merembes

kedalam tanah, penggunaan plastik tergolong sebagai inovasi

baru menggantikan material lantai kerja sebelumnya berupa

screed atau

cor beton kualitas rendah. Tentunya akan ada

keuntungan dan kerugian yang didapat jika menggunakan

plastik, untuk itu perlu diperhatikan agar lebih banyak

untungnya serta sesuai dengan kondisi proyek masing-

masing.
65

4.4.2 Pekerjaan Baja Tulangan

Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pemotongan baja tulangan sesuai dengan ukuran yang

direncanakan
66

2. Pembengkokan seluruh baja tulangan dengan

menggunakan mesin pembengkok

4.1

4.2

4.3

4.4

4.4.3 Pekerjaan Rigid Pavement K-350 dengan Tebal 30 cm

1. Pemasangan Bekisting Acuan dan Tie Bar

Dowel merupakan sambungan berupa baja polos lurus

yang dipasang pada setiap sambungan melintang dalam

perkerasan kaku dan komposit. Fungsinya untuk

menyalurkan beban sehingga pelat beton yang berdampingan

tidak mengalami penurunan yang berbeda.

Tie Bar merupakan sambungan berupa baja ulir yang

dipasang pada setiap sambungan memanjang dalam


67

perkerasan kaku dan komposit. Fungsinya untuk mengunci

pergerakan plat beton, sehingga pelat tidak bergerak

horizontal.

Batang pengikat dipasang pada sambungan memanjang.

2. Pemasangan dowel dan tie bar harus rapi, tepat lokasi, tidak

overlap.

Pada dowel, setengah panjang harus dicat aspal atau

dibungkus plastik agar loose (tidak lekat) dari beton sehingga

slidingnya baik.
68

3. Pengecoran rigid fc’ 30 (K-350)

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan

beton segar kedalam cetakan suatu elemen struktur yang

telah dipasangi besi tulangan. Proses pengerjaan beton cor

mutu K-350, adalah dengan mengisikan campuran beton

yang sudah diaduk merata dengan menggunakan mixer atau

yang kerap kita sebut dengan molen, dan dituangkan ke

dalam bekisting.
69

Pekerjaan Pengecoran Beton fc’ 30 (K-350)

Perataan Permukaan Beton Dengan Menggunakan

Papan
70

4.5 Pekerjaan Finishing

4.5.1 Perkerjaan Grooving

Pekerjaan ini membuat permukaan beton tidak licin

(macrotexturing) dengan cara membuat alur melintang.


71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil pelaksanaan dilapangan pekerjaan proyek ini membuat saya jadi

mengerti perihal mekanisme yang di laksanakan untuk mensukseskan

proyek tersebut, mulai dari material hingga ke alat berat yang digunakan.

2. Dengan menggunakan dana APBN nilai pelaksanaan proyek ini sebesar Rp.

3.964.800.000,- ( Tiga Milyar Sembilan Ratus Enam Puluh Empat Juta

Delapan Ratus Ribu Rupiah ).

3. Proyek Preservasi Rekonstruksin Jalan Pramuka Gandus Kota Palembang

meningkatkan prasarana yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat secara lokal, regional dan nasional.

5.2 Saran

1. Koordinasi dan Komunikasi yang baik antar pihak-pihak yang terlibat

dalam proyek sangat menentukan keberhasilan dan kelancaran pekerjaan

proyek. Berdasarkan pengamatan kami ada beberapa moment dimana


72

terjadi kurangnya Koordinasi dan Komunikasi antar pihak-pihak yang

terlibat sehingga terjadinya penghambatan pada pekerjaan proyek.

DAFTAR PUSTAKA

Departmen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2003, Perencanaan


Perkerasan Jalan Beton Semen ( Pd T-14-2003 ). Jakarta

Janarutjita, Eka, 2011, Peraturan Dirjen. BIMA No. 13/ 1970 tentang
Klasifikasi dan Fungsi Jalan, Jakarta.

Santoso B. Nurcahyo, Ir. Teknis Pelaksanaan Jalan Beton Semen.,

Anda mungkin juga menyukai