Fixed investment atau investasi tetap adalah investasi pada peralatan modal
tahan lama, yang diharapkan dapat bertahan lama, dan dihapuskan selama
beberapa tahun. Yang tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah
pengeluaran pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi,
bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan modal dan bangunan umumnya
lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk
harta tetap (fixed investment). Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed
investment adalah pembentukan modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih
akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu
PMTDB dikurangi penyusutan.
Hal ini kontras dengan investasi pada saham dan work in progress, dimana
barang diharapkan cepat habis, dan tidak disusutkan sama sekali. Bagian terbesar
dari pengeluaran investasi, terhitung sekitar tiga perempat dari total, adalah bisnis
tetap investasi. Istilah "bisnis" berarti bahwa: barang investasi dibeli oleh
perusahaan untuk digunakan dalam produksi masa depan. Syarat yang dimaksud
dengan “tetap ” adalah pengeluaran ini untuk modal yang akan disimpan untuk
sementara waktu, seperti bertentangan dengan investasi persediaan, yang akan
digunakan atau dijual dalam waktu singkat. Investasi tetap bisnis mencakup segala
sesuatu mulai dari perabot kantor hingga pabrik, komputer ke mobil perusahaan
Investasi Persediaan
Salah satu penentu penting dari permintaan perumahan adalah tingkat bunga
riil
Banyak orang mengambil pinjaman—hipotek—untuk membeli rumah mereka.
Orang-orang yang membeli rumah dengan pinjaman hipotek harus membayar
angsuran bulanan dari jumlah asli yang dipinjam ditambah bunga. Oleh karena itu,
permintaan unit rumah sangat sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga. Hal
ini menyatakan bahwa kebijakan moneter memiliki pengaruh terhadap investasi
residensial Salah satu penentu penting dari permintaan perumahan adalah tingkat
bunga riil.
Contohnya pada fenomena yang terjadi selama dekade pertama tahun
2000-an. Pada awal dekade tersebut, suku bunga rendah, dan hipotek mudah
didapat. Banyak rumah tangga dengan riwayat kredit yang meragukan—disebut
peminjam subprime—bisa mendapatkan hipotek dengan uang muka yang kecil. Jadi
tidak mengherankan, pada saat itu pasar perumahan booming. Sehingga harga
perumahan meningkat, dan investasi residensial kuat. Namun, beberapa tahun
kemudian pada tahun 2007 dan 2008, menjadi jelas bahwa situasinya tidak
terkendali, karena banyak dari peminjam subprime ini tidak dapat memenuhi
pembayaran hipotek mereka. Ketika suku bunga naik dan kondisi kredit diperketat,
permintaan perumahan dan harga rumah mulai turun.