DAERAH ACEH
RESOR ACEH TIMUR
Jln. Medan – B. Aceh , Peudawa 24454
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c. Peraturan Kapolri No.6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak
Pidana;
2. Tujuan
Sebagai pedoman bagi petugas penanganan dan Olah TKP dalam
melaksanakan tindakan pertama tempat kejadian perkara (TPTKP) dan
pengolahan TKP.
3. Persiapan :
a. Anggota Tim Olah TKP :
1) Anggota Polri;
2) Penyidik / Penyidik Pembantu;
3) memiliki mentalitas yang baik, teliti, ulet dan cermat;
4) memiliki kemampuan teknik dan taktik pengolahan TKP;
5) memiliki sikap keingintahuan dan responsif;
2
6) menguasai perundang-undangan dan pengetahuan lainya;
7) komunikatif dan humanis dalam pelaksanaan tugasnya;
8) menguasai prosedur penanganan dan olah tempat kejadian
perkara;
9) mampu bekerjasama dalam tim;
b) Penyidik
(1) Mencari dan menemukan Barang Bukti.
(2) Menhitung / menimbang / mengukur dan
mendatakan Barang Bukti.
(3) Memberi label Barang Bukti.
3
c) Personil Inafis
(1) Memfoto TKP secara Umum.
(2) Memfoto detail Barang Bukti.
(3) Mengambil sisik jari laten (bila ditemukan).
(4) Mengambil foto, membuat sinyalemen dan sidik jari
tersangka (AK-27).
(5) Menyerahkan hasil pelaksaan kegiatan kepada
Ketua Tim.
d) Personil Labfor
(1) Melakukan identifikasi jenis barang bukti.(Narkotika,
psikotropika, precursor, zat kimia lainnya).
(2) Mengambil sample barang bukti guna pemeriksaan
secara laboratories lebih lanjut.
(3) Mengambil sample urine/darah terhadap tersangka
bila diperlukan;
4. Prosedur Pelaksanaan
4
a. Perencanaan Penanganan TKP
Ka Tim Olah TKP menyusun rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan, mengawasi dan mengendalikan tim dalam
pelaksanaan pengolahan TKP.
b. Pengorganisasian
Penunjukan dan Pembagian Tugas kepada anggota Tim penangan
dan olah TKP.
5
2) Apabila belum diadakan tindakan pertama di TKP, maka
langkah-langkah yang harus dilakukan :
a) Melakukan pertolongan pertama pada korban
(1) Dalam keadaan luka ringan dilakukan P2GD, untuk
berat /pingsan, usahakan pertolongan menurut
petunjuk PPPK atau kirim ke Dokter/Rumah Sakit
terdekat, setelah lebih dahulu dicatat identitasnya
dan menandai letak korban.
(2) Dalam keadaan kritis (gawat), selain dicatat
identitasnya, usahakan mendapatkan keterangan,
petunjuk dan identitas pelaku dari korban tersebut
ataupun dan saksi mata. Jika masih ada tanda-
tanda kehidupan pada korban usahakan
penyelamatan korban.
(3) Dalam keadaan korban mati, dijaga agar tetap pada
posisinya semula dan jangan sekali-kali menyentuh
terlalu banyak atas diri korban (mayat), kecuali untuk
mengetahui apakah korban sudah benar-benar
meninggal.
(4) Dalam hal korban mati yang dapat mengganggu lalu
lintas umum, korban (mayat) dapat dipindahkan
dengan memberi tanda garis, letak mayat sebelum
dipindahkan terlebih dahulu.
(5) Bila korban diduga mati, Tim penanganan olah TKP
harus meraba nadi, memeriksa pernafasan dan
suhu badan sehingga yakin bahwa korban benar-
benar telah meninggal.
b) Menutup dan mengamankan TKP, pertahankan status quo
(posisi semula) dan bilaperlukan dengan bantuan unsur-
unsur Samapta lainnya, melakukan tindakan-tindakan :
(1) Membuat batas di TKP dengan tali atau alat lain
dimulai dari jalan yang diperkirakan merupakan arah
masuknya pelaku, melingkar sekitar letak korban
atau tempat yang dapat diperkirakan akan
didapatkan barang-barang bukti, kemudian yang
6
diperkirakan merupakan arah keluarnya pelaku
meninggalkan TKP dan memberikan tanda arah
keluar masuknya pelaku.
(2) membuat tanda di TKP tentang hal-hal yang perlu
dilakukannya (tanda bekas sidik jari atau kaki,
darah, sperma dll).
(3) Mengamankan tersangka / pelaku san saksi serta
mengumpulkannya pada tempat diluar batas yang
telah dibuat.
(4) Memisahkan saksi dan tersangka atau dengan
maksud agar tidak saling mempengaruhi, sehingga
menyulitkan dalam mendapatkan keterangan yang
sebenarnya (obyektif).
(5) Mencari dan mengumpulkan saksi-saksi serta
mencari identitasnya dan diperintahkan untuk
tinggal ditempat diluar batas-batas yang dibuat guna
diminta keterangannya.
(6) Mengamankan semua barang bukti.
(7) Membuat dan menandatangani permintaan Visum
Et Repertum.
(8) Memberitahukan keluarga korban.
(9) membuat sketsa kasar dan catatan kejadian sebagai
bahan laporan.
7
d) Melakukan koordinasi di TKP dalam rangka penanganan
TKP.
b) Pembuatan sketsa.
(1) Sketsa dibuat dengan maksud untuk
menggambarkan TKP dan sebagai bahan untuk
mengadakan rekonstruksi.
(2) Sebagai lampiran Berita Acara Pemeriksaan di TKP,
maka pembuatan sketsa tersebut dilakukan sebagai
berikut :
(a) Mempergunakan kertas berukuran (kertas
milimeter)
(b) Menentukan tanda/arah utara kompas.
9
(c) Dibuat dengan skala.
(d) Untuk setiap obyek diberi tanda dengan huruf
balok dan dijelaskan pada keterangan gambar.
(e) Mengukur jarak benda-benda bergerak dengan
cara menghubungkan 2 buah titik pada benda-
benda tidak bergerak yang dipergunakan
sebagai patokan.
(f) Untuk otentifikasi sketsa dicantumkan :
- Nama pembuat
- Tanggal pembuatan
- Peristiwa apa.
- Dimana terjadi.
10
(d) Kemungkinan adanya perubahan posisi mayat
pada waktu diperiksa dibandingkan dengan
posisi semula pada saat terjadinya kematian.
(4) memberikan tanda garis pada letak posisi mayat
sebelum dikirim ke Rumah Sakit.
(5) Setelah diambil sidik jarinya segera dikirim ke rumah
sakit untuk dimintakan Visum Et Repertum dengan
terlebih dahulu diberi label pada ibu jari kakinya atau
bagian tubuh lain. (Pengambilan sidik jari dapat
dilakukan di rumah sakit, juga identitasnya)
11
(3) Melakukan pemeriksaan singkat untuk memperoleh
keterangan sementara mengenai hal-hal baik yang
dilakukannya sendiri maupun keterlibatan orang lain
sehubungan dengan kejadian.
12
ahli dan identifikasi, Labfor, Dokpol sesuai dengan
bidang tugasnya.
(3) Pencarian barang bukti dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut : (tergantung kondisi tempat
dan jumlah petugas).
(a) Metode Spiral (Spiral Metodha)
- Caranya 3 orang petugas atau lebih
menjelajahi tempat kejadian, masing-
masing berderet kebelakang (yang satu di
belakang yang lain) dengan jarak
tertentu, kemudian bergerak mengikuti
bentuk spiral berputar kearah dalam
13
- Caranya 3 orang petugas masing-masing
berdampingan yang satu dengan yang
lain dalam jarak yang sama dan tertentu
(sejajar) kemudian bergerak serentak dari
sisi lebar yang satu ke sisi yang lain di
tempat kejadian perkara.
- Apabila dalam gerakan tersebut sampai di
ujung sisi lebar yang lain maka masing-
masing berputar ke arah semula.
- Metode ini baik untuk daerah yang
berlereng.
14
c) Pengambilan dan pengumpulan barang bukti.
(1) Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus
dilakukan dengan cara yang benar disesuaikan
dengan bentuk/macam barang bukti yang akan
diambil/dikumpulkan yang dapat berupa benda
padat, cair dan gas.
15
• Bekas kaki
• Barang-barang yang tertinggal dari
pelaku puntung/bungkus rokok, sapu
tangan, sarung tangan, korek api,
kancing pakaian, rambut tanah dal
lain-lain
• Bekas gigitan pada makanan/buah-
buahan
• Darah
• Peluru, senjata tajam/senjata api, tali
alat pemukul dan lain-lain.
- Pada korban mati :
• Darah
• Pakaian
16
• Alat-alat senjata yang ada kaitannya
dengan pelaku/tersangka yang
dicurigai.
- Di TKP
• Bekas/sisa bahan bakar :
minyaktanah,bensin,thiner, bahan
peledak
• Bekas/sisa obat pembakar korek api,
detonator?fuse.
• Potongan kawat listrik yang
sambungannya tidak sempurna,
sekering dan kotak sekering
• Sambungan pipa gas/klep pengaman
yang bocor.
• Gas, sisa/hasil bakar/media bakar
• Sisa kompor/lampu/obat nyamuk/alat
bakar.
- Pada tersangka (terrmasuk tempat
kediamannya).
• Bekas/sisa dan bau bahan bakar.
• Sisa alat pembakar
17
• Rokok
- Pada Tersangka
• Obat-obatan berbahaya (daftar G)
• Sisa racun.
18
kertas, puntung rokok, korek api,
botol minuman.obat-obatan
bius,senjata tajam/api,alat pengikat
• Bekas-bekas perlawanan
- Pada tersangka (termasuk kediamannya).
• Noda darah, sperma, rambut
• Pakaian yang dicurigai
• rokok dan korek api,senjata tajam/
api
• Bekas-bekas perlawanan korban
• Rumput, tanah yang melekat pada
pakaian/sepatu.
• Sidik jari dan cetakan kaki /sepatu /
sandal.
• Senjata tajam/api, obat obatan.alat
pengikat.
20
dan diikat agar tidak kemasukan kotoran.
(5) Masukan senjata api tersebut pada sebuah kotak
yang sesuai ukurannya agar tidak dapat bergerak.
(6) Kemudian tutup, bungkus segel dan beri label.
d) Selongsong peluru.
Karena untuk kepentingan pembuktian selongsong ada
pada bagian dasar, maka cara mengambilnya dengan
menggunakan alat (lidi, pensil dll) dimasukkan dalam
lobang selongsong dan dimasukkan kedalam kantong
plastik.
e) Mesiu/serbuk.
(1) Parafin/lilin yang telah dicairkan, balutkan atau
tumpahkan pada bagian yang terdapat mesiunya.
(2) Setelah kering (padat kembali) buka parafin tersebut
dan masukkan pada kantong plastik yang bersih
dan segel.
(3) Bungkus, segel dan beri label.
h) Pakaian si Korban.
(1) Dibungkus tersendiri terutama bila ada lobang
peluru, sobek karena pisau, noda darah, sperma
pada pakaian tersebut.
(2) Bungkus, segel dan beri label.
j) Rambut.
(1) Pungutlah rambut-rambut dengan menggunakan
pinset (penjepit).
(2) Tempatkan rambut tersebut pada sehelai kertas
putih kemudian lipatlah kertas tersebut sehingga
rambut itu terjepit ditengahnya.
(3) Masukkan lipatan kertas itu kedalam kotak/kantong
dan tutuplah rapat-rapat.
22
(4) Bungkus, segel dan beri label.
k) Sperma.
(1) Jika masih basah usahakan untuk dapat dipindahkan
kedalam botol kaca dan tutup rapat.
(2) Jika sudah kering, biarkan pada tempatnya semula,
bungkus bersama tempatnya, beri label dan segel.
l) Darah.
(1) Darah basah yang diketemukan pada benda-benda
lunak antara lain pakaian, seprei, selimut, keset.
(a) Jumlah kecil :
Potong/guntinglah setengah dari pada tempat
masukkan kedalam botol kemudian cairan
saline (larutan garam dapur Na CI 0,9%) dan
tutup rapat-rapat bungkus, beri label dan segel.
Potongan sisanya biarkan mengering setelah
itu bungkus, beri label dan segel.
24
Cara pengambilan dan pengawetan dapat
dilakukan sama dengan cara pengambilan
darah dan sperma.
n) Jejak jari.
(1) Jejak jari nyata (langsung dapat dilihat, misalnya
jejak jari berasal dari jari-jari yang kotor karena
tanah, oli, darah dan sebagainya).
(2) Jejak jari plastik (akibat dari pada barang-barang
lunak yang terpegang, misalnya : coklat, mentega,
sabun, sehingga menimbulkan lekukan-lekukan
yang menggambarkan jari dengan garis-garis
papilernya).
(3) Jejak jari latent (jejak jari yang perlu dikembangkan
terlebih dahulu sebelum dapat dilihat), jenis ini
merupakan jejak jari terbanyak yang dapat dijumpai
di TKP.
(4) Jejak jari ini sangat tinggi nilai buktinya, dalam suatu
perkara pidana karena :
(a) Tidak ada orang yang memiliki sidik jari yang
sama.
(b) Sidik jari tidak pernah berubah seumur hidup.
(c) Sidik jari dapat dirumus.
(5) cara pengambilan jejak jari yang ditemukan di TKP
dilakukan sebagai berikut :
(a) Potret jejak jari yang ditemukan (bila latent
harus dikembangkan terlebih dahulu dengan
metode serbuk atau metode kimia)
(b) Angkat (lifting), jejak jari yang ditemukan
dengan lifter bagi jejak jari latent yang telah
dikembangkan dengan serbuk, kemudian
25
tempelkan pada kartu “pendapatan sidik jari di
TKP”
(c) Cetak jejak jari plastik yang ditemukan dengan
silikon dan turunkan hasil cetakannya dalam
kotak yang sesuai dengan ukurannya.
(d) Bagi jejak jari nyata, usahakan untuk dikirim
bersama benda/barang, dimana ia melekat.
(e) Bila barang/benda tersebut terlalu besar untuk
dibawa seluruhnya, lakukan pemotongan dan
potongan benda / benda tersebutlah yang
harus dikirimkan (dipertimbangkan baik-baik
kepentingannya karena anda selaku petugas
terpaksa melakukan pengrusakan atas milik
seseorang).
26
menunjang pengungkapan suatu tindak pidana,
karena dapat dilakukan perbandingan antara jejak
yang ditemukan kemudian didalam penyidikan.
(3) Cara pengambilan jejak ini adalah dengan
mencetak/menuangnya dengan gips.
28
(a) Jika menemukan telepon genggam yang
kemungkinan terkait dengan TP yang sedang
ditangani segera matikan/nonaktifkan telepon
genggam itu, jangan pernah melakukan
penyitaan terhadap telepon genggam dalam
keadaan terus menerus hidup karena itu akan
merubah data komunikasi telepon genggam
dengan BTS yang dilaluinya.
(b) Jika dalam keadaan mendesak dapat mencabut
baterai dari telepon genggam itu dan masukan
ke dalam kantong barang bukti yang sudah
disiapkan.
29
(1) Mematikan aktivitas komputer dari server untuk
komputer yang terhubung dengan network;
(2) Mencabut kabel input komputer dari sumber arus
listrik sebelum komputer di shut down (mematikan
secara kasar), untuk laptop/notebook dicabut pula
baterainya;
(3) Mematikan saklar pasokan listrik dan segel saklar itu
untuk menghindari menghidupkantanpa sengaja;
(4) Mencatat spesifikasi komputer dan peralatan
input/output (I/O) yang terpasang pada komputer itu;
(5) Mencabut semua kabel yang terpasang pada
komputer dan I/O-nya, masing-masing diberi tanda
yang berbeda agar memudahkan pada
pemasangannya kembali;
(6) Menyita barang bukti lain yang ada hubungannya
dengan komputer, antara lain disket, CD/DVD,
magnetic tape, memory card, flash disk, external
hard disk, dan buku petunjuk ;
(7) Mencatat tanggal dan waktu penyitaan; dan
(8) Memperlakukan barang bukti dengan hati-hati
seperti barang pecah pada saat pengangkutan.
30
(5) Mencabut semua kabel yang terpasang pada
komputer dan I/O-nya, masing-masing diberi tanda
yang berbeda agar memudahkan pada
pemasangannya kembali;
(6) Menyita barang bukri lain yang ada hubungannya
dengan komputer, seperti disket, CD/DVD, magnetic
tape, memory card, flash disk, external harddisk, dan
buku petunjuk ;
(7) Mencatat tanggal dan waktu penyitaan; dan
(8) Memperlakukan barang bukti dengan hati-hati
seperti barang pecah pada saat pengangkutan.
Selain pemeriksaan secara laboratoris yang
dilakukan oleh Unit Cyber Crime Bareskrim Mabes,
penyidik dapat memeriksakan kepada Laboratorium
Forensik Mabes Polri dengan memenuhi persyaratan
formal sebagai berikut :
(a) permintaan tertulis dari kepala kesatuan
kewilayahan atau kepala/pimpinan instansi;
(b) laporan polisi;
(c) BAP saksi / tersangka atau laporan kemajuan;
(d) BA pengambilan, penyitaan dan
pembungkusan barang bukti.
31
(5) Para tersangka yang memenuhi unsur dalam
ketentuan ditahan sesuai dengan KUH Acara
Pidana.
(6) Para saksi yang mungkin sekaligus tersangka
diperiksa dan hasilnya dituangkan dalam berita
acara yang memenuhi persyaratan formal dan
materiel. Hal yang perlu dipertanyakan:
(a) Proses saling mengenal dengan tersangka;
(b) jumlah karyawan perjudian on-line dan
tugasnya;
(c) dan lain-lain sesuai dengan kasus;
(2) Benda/Barang
(a) Benda/barang baik barang jadi ataupun bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi.
(b) Alat yang digunakan dalam proses produksi.
(c) Dokumen tentang hasil produksi dan penjualan
(kuitansi, faktur, DO, PO, dll.).
(d) Dokumen lain yang terkait dengan merek (akta
perusahaan, SITU, SIUP, salinan lisensi,
somasi/komplain dari pemegang hak yang lain).
(3) Tempat
Rumah, pabrik, gudang, toko, atau tempat lain yang
digunakan untuk memproduksi, menyimpan, dan
memperdagangkan barang hasil pelanggaran merek.
34
b) Pemeriksaan barang bukti uang wajib memenuhi
persyaratan teknis sebagai berikut :
(1) barang bukti uang harus dikirimkan seluruhnya ke
Labfor Polri;
(2) untuk barang bukti yang terdiri dari beberapa
pecahan, dikelompokkan menurut pecahannya dan
diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil;
(3) bahan-bahan berupa kertas, tinta, lema tau vahan
perekat, vahan kimia (larutan/padatan) dikirim
secukupnya;
(4) Terhadap alat-alat cetak yang diduga digunakan
untuk mencetak barang bukti dapat dilakukan
pemeriksaan di Labfor atau TKP ataupun tempat lain
dimana alat cetak tersebut berada;
(5) barang bukti uang dimasukan dalam kantong plastik,
kemudian dibungkus, diikat, dilak, disegel dan diberi
label;
(6) barang bukti berupa sisa uang yang terbakar
ditempatkan dalam kotak kokoh beralaskan kapas
agar tidak menambah kerusakan;
(7) barang bukti dibungkus, diikat, dilak, disegel dan
diberi label; dan
(8) segera dikirim ke Labfor.
35
bergerak daan sesudahnya segera melaporkan
kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat.
c) Pemeriksaan Labotarium :
(1) Sample baik berupa limbah cair/padat, dilakukan
pengujian di Labotarium yang telah memiliki
akreditasi komite akreditas nasional (KAN);
(2) Hasil pengujian digunakan sebagai bukti penyidikan.
36
terbatas pada benda-benda bergerak dan sesudahnya
segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri
setempat.
37
- Membuat surat ke KKP stempat untuk
meminta bantuan pemeriksaan dan
penghitungan barang bukti ikan;
- Mengajukan permintaan persetujuan
penyitaan barang bukti ke Pengadilan
Negeri;
- Membuat surat perintah penitipan barang
bukti, tanda penerimaan penitipan dan
berita acara penitipan barang bukti;
39
(f) Dokumen pengangkutan antara lain SKSKB /
FA-KB;
(g) Barang-barang lain/dokumen yang berkaitan
dengan kegiatan yang dilakukan;
(h) Kayu log hasil tebangan;
(i) Dokumen dan benda lain yang terkait dengan
tindak pidana.
40
14) Penanganan barang bukti perkara tindak pidana Korupsi dengan
tindakan pengumpulan barang bukti berupa :
a) benda bergerak dapat dilakukan sebelum adanya
penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat
selanjutnya dimohonkan persetujuan atas penyitaan
dimaksud.
b) benda tidak bergerak dapat dilakukan setelah adanya
penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat.
c) surat atau tulisan lain mereka yang berkewajiban menurut
Undang-undang untuk merahasiakannya, sepanjang tidak
menyangkut rahasia Negara, hanya dapat dilakukan
penyitaan atas persetujuan mereka atau izin khusus Ketua
Pengadilan Negeri setempat kecuali Undang-undang
mengatur lain.
d) informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa
dengan itu maka terhadap informasi tersebut dapat
dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemisahan
terhadap Objek yang diperlukan dari alat yang digunakan.
e) dokumen berupa rekaman data info yang didapat dilihat,
dibaca, didengar, dikeluarkan dengan atau bantuan
sarana yang tertuang diatas kertas, benda fisik selain
kertas maupun yang terekam secara elektronik, yang
berupa suara, gambar, peta rancangan, foto, huruf, tanda,
angka atau informasi yang memiliki makna dapat
dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemisahan
terhadap objek yang diperlukan dari alat yang digunakan.
f) uang hasil kejahatan yang berada dalam rekening
nasabah menyimpan terlebih dahulu dilakukan
pemblokiran rekening senilai hasil kejahatan selanjutnya
dilakukan penyitaan setelah mendapat penetapan
pengadilan.
g) uang hasil kejahatan yang secara fisik ada pada
tersangka / saksi dapat dilakukan penyitaan secara fisik
41
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP.
h) barang / benda / dokumen milik Negara dalam
penguasaan Negara yang berwenang dilakukan dengan
cara :
(1) Pengumpulan barang bukti milik negara dilakukan
berupa barang / benda dilakukan dengan cara
melakukan penyitaan terhadap copy dilegalisir bukti
kepemilikan barang / benda.
(2) Pengumpulan barang bukti milik negara dilakukan
berupa dokumen milik negara dalam penguasaan
negara yang berwenang dilakukan dengan cara
melakukan penyitaan terhadap copy legalisir
dokumen.
42
Gas Detektor untuk mengetahui apakah ada gas
beracun yang menguap di udara.
(3) Untuk mengurangi konsentrasi gas yang menguap di
udara dapat dilakukan dengan penyedotan
menggunakan blower atau membuka jendela atau
ventilasi udara.
(4) Untuk TKP laboratorium gelap Narkoba biasanya
ditemukan zat-zat kimia berbahaya yang memiliki
sifat beracun, korosif, mudah terbakar/meledak dll,
sehingga dalam penanganan barang bukti dilarang
sambil makan/minum atau merokok dilokasi TKP.
(5) Tidak mencampur zat kimia satu dengan zat kimia
lainnya, karena dapat terjadi reaksi kimia yang
menimbulkan panas, keluarnya api atau ledakan.
Untuk pengambilan sampel barang bukti kimia
seyogyanya menggunakan pipet atau sendok yang
berbeda untuk masing-masing bahan kimia.
(6) Bila ditemukan laboratorium gelap Narkoba mesin
masih menyala / dalam keadaan masih berproduksi,
untuk menghentikan prosesnya sebaiknya
ditanyakan dulu kepada Pelaku/Tersangka
bagaimana cara menghentikannya dengan aman.
(7) Setelah memasuki laboratorium gelap Narkoba
segera membersihkan badan dengan air dan sabun
(melakukan dekontaminasi).
43
(1) Perbuatan menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai Narkotika dalam bentuk
tanaman, maka barang bukti yang dicari :
44
(d) Benda/barang lain yang diduga ada kaitan
dengan pidananya.
45
(g) Alat untuk mecampur;
(h) Alat untuk menghaluskan;
(i) Alat untuk menyendok;
(j) Alumunium foi;l
(k) Kerak/abu bekas pembakaran Narkotika;
(l) Urine/darah (diambil oleh petugas yang
memiliki kompetensi, misalnya dokter, petugas
laboratorium, dll).
47
4) Evaluasi Kegiatan.
Khusus terhadap TKP tertentu yang memerlukan penanganan
TKP lanjutan karena sifat dan kualitasnya dinilai tinggi perlu
melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan
sebagai dasar dan pertimbangan mulai dari tahap-tahap
sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan
(1) Respons terhadap laporan (sikap penerimaan,
tindak lanjut).
(2) Kesiapan Alut/Alsus.
(3) Kelengkapan administrasi penanganan TKP
(4) APP sebelum berangkat.
48
(b) Sket TKP umum/khusus
(c) Hasil Foto TKP
(d) Berita Acara Pemotretan
(e) Data Pemotretan
(f) Berita Acara pengambilan jejak jari/kaki/ban
(g) berita Acara penemuan dan penyitaan barang bukti
di TKP
(h) Berita Acara Penyegelan Barang Bukti.
(i) Berita Acara pembungkusan dan penyegelan barang
bukti.
(j) Label barang bukti.
49
6. Mekanisme Penanganan Tempat Kejadian Perkara
PENANGANAN DAN
PENGOLAHAN TKP
1. KATIM
OLAH TKP OLAH TKP
2. PENYIDIK / PENYIDIK
SEBELUM SAAT
PEMBANTU
PROSES PROSES
3. FUNGSI PENDUKUNG (INAFIS,
PENYIDIKAN PENYIDIKAN
LABFOR DLL)
LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN
1. STATUS QUO
2. PENOMORAN LETAK BB DI TKP
3. GELEDAH/ SITA BB PADA TSK
4. AMANKAN TSK DAN SAKSI
5. PISAHKAN TSK DAN SAKSI
1. PENGAMATAN METODE :
6. PUL BB DAN IDENTITAS TSK/SAKSI
UMUM
7. PERMINTAAN VISUM Et REPERTUM 1. SPIRAL
2. PENGAMATAN
8. PEMBERITAHUAN KEL KORBAN 2. ZONE
KHUSUS
9. MEMBUAT SKETSA TKP 3. STRIP/ STRIP
10. BANTUAN TEKNIS GANDA
4. RODA
5. KOTAK
PENYIDIKAN
EKO WIDIANTORO,S.I.K.,M.H.
AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 78091195
50